Anda di halaman 1dari 7

Praktikum ke 1

17 September 2019

PEMELIHARAAN IKAN LELE ( Clarias gariepinus) DENGAN


SISTEM BIOFLOK

M. Andre W. Togatorop
VII B
4443160051

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
Abstrak
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang
relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan dilahan sempit
dengan padat tebar tinggi. Lele (Clarias gariepinus) Teknologi bioflok adalah
salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah limbah
budidaya karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat
menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pengaplikasian system bioflok dalam pemeliharan ikan lele
( Clarias gariepinus). Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 17 September
2019 sampai dengan 30 September 2019. Bertempat di Labortorium Budidaya
Peikanan (BDP), Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil praktikum
mengenai bioflok yang telah dilakukan adalah teknologi bioflok yang dilakukan
gagal. Hal-hal yang menjadi faktor keberhasilan dalam teknologi bioflok harus
diperhatikan supaya berhasil dan tujuan dari teknologi bioflok dapat tercapai.
Kata kunci : Bioflok,Budidaya, Ikan lele

PENDAHULUAN
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan teknologi budidaya yang
relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal
usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan dilahan sempit
dengan padat tebar tinggi. Lele (Clarias gariepinus.) adalah salah satu jenis ikan
air tawar komersial yang popular sehingga banyak dibudidayakan secara intensif
(Simanjuntak, Suminto, dan Sudaryono 2016). Lele merupakan salah satu spesies
yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, antara
lain mudah dipelihara, dapat tumbuh dengan cepat dalam waktu relatif singkat
(Chou 1994 dalam Simanjuntak et al. 2016). Budidaya ikan lele merupakan salah
satu jenis usaha budidaya perikanan yang semakin berkembang..
Teknologi bioflok yang menerapkan penggunaan probiotik merupakan salah
satu teknologi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah kualitas air dalam
budidaya yang diadaptasi dari teknik pengolahan limbah domestik secara
Teknologi bioflok adalah salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah limbah budidaya. Bahkan mampu memberi keuntungan lebih
karena selain dapat menurunkan limbah nitrogen anorganik, juga dapat
menyediakan pakan tambahan bagi ikan budidaya sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Teknologi bioflok dapat dilakukan dengan
menambahkan karbon organik ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan
C/N rasio dan merangsang pertumbuhan bakteri heterotrof (Crab et al. 2007).
Dengan adanya teknologi bioflok ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas air
media pemeliharaan ikan lele dan efesiensi pemanfaatan pakan ikan lele.
Komponen pembentuk bioflok terdiri dari bahan organik, substrat dan
sebagian besar mikroorganisme seperti fitoplankton, bakteri bebas ataupun yang
menempel. Bakteri heterotrof dalam air tambak akan berkembang pesat apabila di
air tambak ditambahkan sumber (C) karbohidrat yang langsung dapat
dimanfaatkan, misalnya sukrose, molase dan tepung tapioka. Bakteri tersebut akan
menggunakan N anorganik terutama amonia dalam air dan disintesa menjadi
protein bakteri dan juga sel tunggal protein yang dapat digunakan sebagai sumber
pakan bagi udang atau ikan yang dipelihara (Hari, et al., 2004 dalam Rangka dan
Gunarto 2012).
Beberapa jenis bakteri yang sering digunakan dalam bioflok adalah
Bacillus sp., Bacillus subtilis, Pseudomonas sp., Bacillus lichenoformis, Bacillus
pumilus, Lactobacillus sp., Bacillus megaterium. Selain dapat memperbaiki
kualitas air, teknologi bioflok diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan
yang berpengaruh terhadap penambahan bobot pada ikan (Adharani et al. 2016).
Klasifikasi ikan lele (Clarias griepinus.) berdasarkan SNI (2000) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Ostariophysi
famili : Clariidae
genus : Clarias
spesies : Clarias gariepinus.
Menurut Khairuman dan Amri (2008) umumnya ikan lele memiliki tubuh
yang licin dan tidak bersisik tetapi berlendir. Warna tubuhnya menjadi loreng
apabila terkejut dan memiliki mulut yang lebar dan dilengkapi sunggut sebanyak 4
pasang yang berfungsi sebagai alat peraba pada saat mencari makan atau
bergerak. Ikan lele memiliki tiga buah sirip tunggal yakni sirip punggung, sirip
ekor, dan sirip dubur. Ikan lele juga memiliki sirip berpasangan yaitu sirip dada
dan sirip perut. Sirip dada dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang
disebut dengan patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk
bergerak.
Menurut Mahyudin (2011) ikan lele mempunyai alat pernafasan berupa
insang serta labirin sebagai alat pernapasan tambahannya. Berdasarkan perbedaan
jenis kelaminnya, ikan lele jantan memiliki kepala yang lebih kecil dari induk ikan
lele betina, warna kulit dada agak tua, urogenital papilla (kelamin) agak menonjol,
memanjang ke arah belakang dan terletak di belakang anus, serta warna
kemerahan, gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina, bila
bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani), dan kulitnya lebih halus.
Sedangkan ciri-ciri induk lele betina yaitu kepalanya lebih besar, warna kulit dada
agak terang, urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna
kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus, gerakannya
lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung, perutnya lebih gembung dan
lunak dan bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah
ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pengaplikasian system bioflok dalam pemeliharan ikan lele ( Clarias
gariepinus).

METODOLOGI
Praktikum Rekayasa Akuakultur tentang pemeliharaan ikan lele
menggunakan system bioflok dilaksanakan pada hari Rabu, 17 September 2019
sampai dengan 30 September 2019. Bertempat di Labortorium Budidaya Peikanan
(BDP), Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah bak fiber
dengan volume 100cm x 60 cm x 40 cm, blower, selang aerasi, saeingan ikan,
benih ikan lele ( Clarias gariepinus ) menggunakan panjang rata-rata 7-8 cm,
molase, pakan dan air.
Prosedur kerja yang dilakukan selama praktikum berlangsung adalah
siapkan alat dan bahan. Lalu lakukan setting dan pembersihan alat. Setelah itu, isi
air sampai setinggi 30 cm dari bak fiber, Lalu tambahkan molase 10% dari
volume air. Lalu masukkan benih ikan lele dan lakukan pemeliharaan dan amati
perkembangan ikan lele tersebut.
Berikut diagram alir dari prktikum Rekayasa Akuakultur tentang
pemeliharaan ikan lele ( Clarias gariepinus ) menggunakan system bioflok :
Setting dan bersihkan alat

Isi air setinggi 30 cm dari bak fiber

Masukkan aerasi

Tambahkan molase 10% dari volume air

Masukkan benih ikan lele

Pelihara ikan lele dan amati perkembangannya

Gambar 1. Diagram Alir Pemeliharaan Ikan lele ( Clarias gariepinus)


menggunakan system bioflok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah Ikan Akhir
SR = × 100 % (Purnomo 2012).
Jumlah Ikan Awal
6
SR = × 100 %
1000
SR = 0,6 %
Berdasarkan dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa jumlah SR pada budidaya
ikan lele dengan sistem bioflok adalah 0,6%. Pada saat pemeliharaan, kualitas air
pada pemeliharaan kurang serta pengaruh pakan yng sisa di wadah pemeliharaan.
Pengaruh kualitas air dapat mempengaruhi survival rate dari budidaya ikan. Sisa
pakan yng tidak dapat dicerna dapat menjadi limbah yang dapat menjadi toksik
bagi hewan aquatik. Limbah yang sangat berbahaya dan bersifat toksik bagi ikan,
khususnya adalah amoniak. Limbah amoniak ini sangat berbahaya dan mampu
memicu timbulnya racun ataupun penyakit pada ikan. Limbah amoniak dari
budidaya ikan yang dibuang langsung ke perairan sekitarnya merupakan sumber
pencemaran yang perlu mendapat perhatian. Potensi pasokan amonia ke dalam air
budidaya ikan adalah sebesar 75% dari kadar nitrogen dalam pakan (Abulias
2014).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil praktikum mengenai bioflok
yang telah dilakukan adalah teknologi bioflok yang dilakukan gagal. Hal-hal yang
menjadi faktor keberhasilan dalam teknologi bioflok harus diperhatikan supaya
berhasil dan tujuan dari teknologi bioflok dapat tercapai.
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebelum
dilakukannya penebaran ikan ke media pemeliharaan, dipastikan terlebih dahulu
dalam media pemeliharaan tersebut sudah ada floknya, karena akan dapat
berpengaruh pada keberlangsungan hidup ikan yang dipelihara.

DAFTAR PUSTAKA
Abulias, M.N. 2014. Manajemen Kualitas Media Pendederan Lele Pada Lahan
Terbatas dengan Teknik Bioflok. Jurnal MIPA 37 (1): 16-21.

Adharani N, Soewardi K, Syakti AD, dan Hariyadi S. 2016. Manajemen kualitas


air dengan teknologi bioflok: studi kasuspemeliharaan ikan lele (Clarias
sp.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 21(1): 35-40.

Badan Standarisasi Nasional [BSN]. 2000. SNI: 01-6484.4 – 2000: Produksi


benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus X C fuscus) kelas benih sebar.

Crab R, Avnimelech Y, Defoirdt T, Bossier P, dan Verstraete W. 2007. Nitrogen


removal techniques in aquaculture for sustainable production.
Aquaculture. 270: 1-14.

Khairuman K dan Amri. 2008. Budidaya Lele Sangkuriang Secara Efektif. Agro
Media Pustaka. Jakarta.

Mahyuddin K. 2011. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Purnomo,P. D .2012.Pengaruh Penambahan Karbohidrat Pada Media


Pemeliharaan Terhadap Produksi Budidaya Intensif Nila (Oreochromis
niloticus). [SKRIPSI]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Diponegoro.

Rangka NA dan Gunarto. 2012. Pengaruh penumbuhan bioflok pada budidaya


udang vaname pola intensif di tambak. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 4(2): 34-39.

LAMPIRAN
Gambar 2. Proses budidaya dengan Gambar 3. Molase dan Waterpulm
sistem bioflok

Gambar 4. Ikan mati sewaktu Gambar 5. Persiapan wadah


pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai