Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

Analysis of Factors Affecting The Quality of Life in Vitiligo Patients at


Dermato-Venereology Polyclinic dr. Zainoel Abidin General Hospital,
Banda Aceh.
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi
salah satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RS Islam Jemursari Surabaya

Oleh:

Tri Utami Putri Sari


6130015031

Pembimbing:

dr. Winawati Eka Putri, Sp. KK

SMF Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

2019

1
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3

BAB II ISI JURNAL .............................................................................................. 4

A. Latar Belakang ................................................................................................. 4

B. Bahan dan Metode .......................................................................................... 4

C. Hasil dan Diskusi.............................................................................................. 4

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11


A. Kesimpulan ................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

Vitiligo adalah gangguan depigmentasi kulit yang disebabkan oleh kerusakan


melanosit, ditandai dengan bercak putih krem yang dibatasi oleh tepi yang dilapisi
dengan kulit normal. Vitiligo mengenai semua kelompok umur tetapi lebih umum
pada usia 10-30 tahun, 2-3 kali lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria, dan
diperkirakan terjadi pada 0,1 hingga 2% populasi dunia (Berti et al., 2011 ).
Penyebab vitiligo tidak diketahui tetapi diduga ada beberapa faktor lain seperti
genetik, autoimun, neurogenik, dan autositotoksik (Yaghoobiet et al., 2011). Secara
klinis, vitiligo diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan ekspansi dan
distribusi lesi; terlokalisasi (fokal, segmental, mukosa), umum (akrofasial, vulgaris
atau campuran) dan universal (Alikhanet et al., 2011).
Vitiligo yang mengganggu penampilan fisik juga mempengaruhi dampak
psikologis pada kualitas hidup pasien. Pasien merasa malu, khawatir, marah,
bahkan depresi. Hampir 20% kasus dilaporkan mengalami depresi, 10% kasus
pikiran untuk bunuh diri, dan 3,3% kasus pernah mencoba bunuh diri. Penelitian di
Iran dan Korea melaporkan hampir semua kualitas hidup pasien dengan vitiligo
terganggu terutama dalam aspek fungsional dan emosional. Faktor lain adalah
lokasi lesi dan status perkawinan (Sampognaet et al., 2008 dan Dolatshahiet et al.,
2008).

Prinsip perawatan vitiligo adalah pembentukan melanosit baru. Banyak


modalitas pengobatan vitiligo telah dikembangkan baik non-farmakologis,
farmakologis, bedah, fototerapi, dan terapi depigmentasi. Evaluasi masing-masing
terapi ini membutuhkan waktu yang lama yaitu minimal 3 bulan dan tingkat
keberhasilannya juga masih bervariasi, sehingga akan memberi dampak psikologis
kepada pasien (Park et al., 2011).

Di Indonesia, khususnya Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh
belum ada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dengan vitiligo. Dengan mengetahui faktor-faktor ini diharapkan dapat
mengantisipasi terjadinya gangguan kualitas hidup pasien dengan manajemen
holistik yang memberikan pendidikan dan konseling yang tepat jika diperlukan.

3
BAB II

ISI JURNAL

Analysis of Factors Affecting The Quality of Life in Vitiligo Patients at Dermato-


Venereology Polyclinic dr. Zainoel Abidin General Hospital, Banda Aceh.

Latar Belakang

Vitiligo adalah gangguan depigmentasi kulit dan asimtomatik kronis akibat


kerusakan melanosit. Pasien vitiligo selain gangguan fisik juga mempengaruhi
keadaan psikologis yang mengganggu kualitas hidup pasien.

Bahan dan Metode

Penelitian dilakukan analitik cross-sectional menggunakan kuesioner


Dermatology Life Quality Index (DLQI) untuk pasien vitiligo yang mengunjungi
Poliklinik Dermato-Venereologi Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin, Banda
Aceh. Semua responden akan ditanyakan langsung oleh peneliti. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik Chi-squared dan uji regresi
logistik dengan SPSS.

Hasil dan Diskusi

Tujuh puluh satu responden masuk dalam penelitian ini. Karakteristik


responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)

Usia

<25 tahun 31 43,7

≥25 tahun 40 56,3

Jenis Kelamin

Laki-laki 27 38,0

Perempuan 44 62,0

4
Status Pernikahan

Belum menikah 31 43,7

Sudah menikah 40 56,3

Pekerjaan

Tidak bekerja 38 53,5

Bekerja 33 46,5

Lokasi vitiligo

Terlihat 41 57,7

Tidak terlihat 30 42,3

Lama menderita

<1 tahun 40 56,3

>1 tahun 31 43,7

Sebagian besar responden vitiligo pada usia ≥25 tahun adalah 56,3%. Menurut
Kyriakisetal (2009), melaporkan bahwa vitiligo sering terjadi pada usia 30 tahun
pada wanita dan pria berusia 31-60 tahun. Tidak ada literatur yang menggambarkan
faktor-faktor penyebab sering terjadinya vitiligo pada orang dewasa, tetapi mereka
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi daripada usia yang lebih muda. Jumlah
pasien wanita dengan vitiligo (62,0%) lebih besar daripada laki-laki (38,0%).
Penelitian ini mirip dengan Borimenjad et al (2006) bahwa dari 77 responden
vitiligo, ada 53 perempuan dan 24 responden laki-laki. Ini mungkin disebabkan
karena pasien wanita lebih memperhatikan kulit yang sehat sehingga mereka pergi
ke Poliklinik Dermatologi untuk terapi. Jumlah responden yang menikah (56,3%)
lebih banyak daripada yang belum menikah. Para pasien yang belum menikah akan
merasa malu jika penyakit ini diketahui oleh orang lain sehingga mereka lebih suka
pergi ke dokter swasta daripada rumah sakit (Parsad et al., 2003). Berdasarkan
pekerjaan, jumlah pasien yang tidak bekerja lebih banyak daripada orang yang
bekerja. Para pasien yang tidak bekerja punya banyak waktu untuk mengunjungi
dokter untuk perawatan penyakit ini.

5
Jumlah responden yang lokasi vitiligo terlihat lebih banyak daripada responden
yang lokasi vitiligo tidak terlihat. Al-Mubarak et al. (2011) melaporkan perbedaan
yang signifikan antara jumlah pasien vitiligo dengan lesi di wajah, leher, tangan,
dan jari-jari dengan lesi vitiligo yang tidak terlihat karena pakaian seperti di daerah
perut, dada, punggung, dan alat kelamin. Pasien vitiligo dengan lesi yang terlihat
akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam interaksi sosial karena
mereka akan mencari pengobatan. Jumlah pasien yang menderita vitiligo kurang
dari 1 tahun lebih umum daripada lebih dari 1 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh
pasien vitiligo baru yang lebih terganggu karena penyakitnya, oleh karena itu
mereka sering mengunjungi Poliklinik Dermatologi untuk pengobatan (Zandi et al.,
2010).

Distribusi frekuensi kualitas hidup pada pasien vitiligo dapat dilihat pada Tabel
2, yang kualitas hidupnya terganggu sering ditemukan. Hubungan antara usia, jenis
kelamin, status perkawinan, pekerjaan, lokasi dan lamanya menderita vitiligo
dengan kualitas hidup dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Distribusi responden dengan kualitas hidup pada pasien vitiligo

Kualitas hidup Frekuensi (n) Presentase (%)

Tidak terganggu 0 0

Sedikit terganggu 15 21,1

Terganggu 30 42,3

Sangat terganggu 26 36,6

Paling sangat terganggu 0 0

Total 71 100

6
Tabel 3. Hubungan antara usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, lokasi
dan lama menderita dengan Kualitas Hidup pada pasien vitiligo

Kualitas hidup pasien dengan vitiligo

Sedikit Terganggu Sangat P value


terganggu terganggu

Usia n % n % n % 0,244

<25 tahun 8 25,8 15 48,4 8 25,8

≥25 tahun 7 17,5 15 48,4 18 45,0

Jenis Kelamin 0,140

Laki-laki 9 33,3 10 37,0 8 39,7

Perempuan 6 13,5 20 45,5 18 41,0

Status 0,151
Pernikahan
8 25,8 15 48,4 8 25,8
Belum menikah
7 17,5 15 48,4 18 45,0
Sudah menikah

Pekerjaan 0,244

Tidak bekerja 9 23,7 19 50,0 10 26,3

Bekerja 6 18,2 11 33,3 16 48,5

Lokasi vitiligo 0,047

Terlihat 5 12,2 18 43,9 18 43,9

Tidak terlihat 10 12 40,0 8 26,7


33,3

Lama menderita 0,031

<1 tahun 9 13 13 46,4 6 21,4

>1 tahun 1 7 7 36,8 11 57,9

7
Berdasarkan analisis chi square, didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia dan kualitas hidup orang dengan vitiligo; p value = 0,244 (p>
0,05). Hasilnya konsisten dengan Zandietal (2010) yang tidak menemukan
hubungan yang signifikan antara usia dan kualitas hidup pasien vitiligo; p value =
0,33 (p> 0,05). Dalam penelitian lain melaporkan bahwa baik usia muda maupun
tua sama-sama mengganggu kualitas hidup akibat penyakit tersebut. Vitiligo
memberikan gangguan sosial dan psikologis, morbiditas kejiwaan, kecemasan,
bahkan menyebabkan depresi terlepas dari kelompok usia (Wang dan Baba, 2012).

Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan kualitas hidup pasien dengan vitiligo (p value = 0,140, p> 0,05).
Ini sesuai dengan hasil Zandiet al (2010), Semua pasien merasakan kualitas hidup
mereka terganggu oleh vitiligo. Nilai rata-rata DLQI pada pria adalah 6,64
sedangkan pada wanita berbeda 5,81. Al Mubarak et al (2011) melaporkan
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien
vitiligo, skor rata-rata untuk pria adalah 11,1 dan untuk wanita adalah 23,9 dengan
p value <0,05. Disimpulkan bahwa kualitas hidup wanita lebih terganggu daripada
pria. Perbedaan dalam hasil mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah
sampel, gaya hidup dan cara berpikir masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di mana mereka tinggal.

Pada penelitian tersebut tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara


status pernikahan dengan kualitas hidup orang dengan vitiligo, p value = 0,151 (p>
0,05). Hal ini menurut penelitian yang dilakukan oleh Zandietal (2010), yang
melaporkan bahwa nilai rata-rata DLQI pada pasien yang belum menikah adalah
5,97, sedangkan menikah adalah 6,44 dengan p value = 0, 38 (p> 0,05) sehingga
tidak ada hubungan antara status pernikahan dan kualitas hidup pasien vitiligo.
Kualitas hidup pasien vitiligo baik yang sudah menikah atau belum menikah sama-
sama terganggu karena penyakit.

Studi ini menyimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dan kualitas hidup pasien dengan nilai vitiligo dengan p value = 0,244 (p> 0,05).
Hasil ini berbeda dari Al Mubarak et al (2011) yang melaporkan bahwa kualitas
hidup pasien vitiligo yang memiliki pekerjaan lebih terganggu daripada pasien yang

8
tidak bekerja (p <0,05). Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh pola pikir dan
kebiasaan kehidupan seseorang berbeda untuk setiap wilayah.

Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara lokasi vitiligo


dengan kualitas hidup pasien, p value = 0,047 (p <0,05). Para pasien dengan vitiligo
di lokasi yang terlihat akan mempengaruhi kualitas hidup 10 kali lebih besar
daripada pasien rawat inap dengan lesi yang tidak terlihat. Zandietal (2010) juga
melaporkan bahwa pasien vitiligo dengan lokasi di wajah, leher, tangan dan jari
memiliki kualitas hidup yang buruk dibandingkan dengan pasien dengan lokasi
vitiligo yang tidak terlihat, p value = 0,02 (p <0,05). Penelitian ini juga konsisten
dengan Al Mubarak etal (2011) bahwa skor rata-rata kualitas hidup pada pasien
dengan lokasi yang terlihat adalah 5,0 sedangkan pasien dengan lokasi yang tidak
terlihat adalah 3,4 (p <0,05). Para pasien dengan lokasi yang terlihat jelas sering
mengalami gangguan psikologis seperti kegelisahan dan rasa malu ketika mereka
bertemu orang baru, bahkan beberapa di antaranya mencoba bunuh diri.

Lama menderita vitiligo dalam penelitian ini memiliki hubungan yang


signifikan dengan kualitas hidup di pasien, p value = 0,031 (p <0,05). Pasien
Vitiligo dengan lama menderita kurang dari satu tahun akan mempengaruhi kualitas
hidup 13 kali lebih besar daripada pasien vitiligo lama menderita lebih dari satu
tahun. Hasil ini berbeda dari penelitian oleh Zandi et al (2010) yang diperoleh tidak
ada hubungan yang signifikan antara lama menderita dengan kualitas hidup pasien,
p value = 0,74 (p> 0,05). Baba dan Wong (2012) juga menyimpulkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara vitiligo yang lama menderita dengan kualitas
hidup pasien. Beberapa teori menjelaskan bahwa vitiligo adalah salah satu penyakit
kronis dan memerlukan perawatan jangka panjang dengan respons terapeutik yang
bervariasi. Dalam terapi yang efektif akan memperlambat proses penyembuhan
yang memengaruhi kualitas hidup pasien karena penyakitnya tidak sembuh. Oleh
karena itu, manajemen yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
vitiligo.

Penelitian ini melakukan regresi logistik dari variable lokasi dan yang lama
menderita vitiligo dengan kualitas hidup pasien. Kualitas hidup dibagi menjadi dua
kelompok: sedikit terganggu dan menggabungkan kualitas hidup sangat terganggu

9
besar dan paling sangat terganggu menjadi satu kelompok. Hasil regresi logistik
dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Lokasi regresi logistik dan vitiligo yang lama menderita

Variabel P value Exp (B)

Lokasi vitiligo 0,04 10,42

Lama menderita vitiligo 0,04 12,56

Pada penelitian ini, faktor vitiligo yang lama menderita memiliki lebih banyak
pengaruh pada kualitas hidup pasien dibandingkan dengan faktor lokasi vitiligo.
Lama menderita vitiligo kurang dari satu tahun akan memengaruhi kualitas hidup
pasien sekitar 13 kali lebih besar daripada vitiligo yang lama menderita lebih dari
satu tahun. Pada pasien vitiligo lokasi yang terlihat akan mempengaruhi kualitas
hidup pasien 10 kali lebih besar dari lokasi vitiligo yang tidak terlihat.

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pekerjaan dan status
pernikahan dengan kualitas hidup pasien vitíligo, tetapi ada hubungan yang
signifikan dengan lokasi vitiligo dan lama menderita vitiligo. Pasien dengan lama
menderita vitiligo lebih berpengaruh pada kualitas hidup daripada lokasi vitiligo.

Saran

Pada jurnal perlu disampaikan mengenai status dermatologis vitiligo, dan


kuesioner Dermatology Life Quality Index (DLQI).

11
DAFTAR PUSTAKA

Alikhan A, Felsten LM, Rosic VP. Vitiligo: A Comprehensive Overview. Journal


of the American Academy of Dermatology. 2011; 65(3): p. 473-451.

Al-Mubarak L, Al-Mohanna H, Al-Issa A, Jabak M, Mulekar S. Quality of Life in


Saudi Vitiligo Patients. Journal of Cutaneous and Aesthetic Surgery. 2011; 4: p. 33-
37.

Berti S, Bellandi S, Bertelli A, Colucci R, Lotti T, Moretti S. Vitiligo In Italian Out


Patient Center. American Journal Of Clinical Dermatology. 2011; 12(1): p. 43-49.

Borimenjad L, Yekta Z, Nusrabadi A, Firooz A. Quality of Life with Vitiligo:


Comparison of Male and Female Muslim Patients in Iran. Gender Med. 2006; 3: p.
124-130.

Dolatshahi M, Ghazi P, Feizy V, Hemami MR. Life Quality Assessment Among


Patients with Vitiligo: Comparison of Merried and Single Patients in Iran. Indian
Journal of Dermatology Venereology and Leprology. 2008; 74: p. 700.

Kryakis KP, Palmaras I, Tsele E. Case Detection Rates of Vitiligo by Gender and
Age. Int J Dermatol. 2009; 48: p. 328-329.Yaghoobi R, Omilian M, Bagherani N.
Vitiligo: A Review of the Published Work. The Journal of Dermatology. 2011:30:
p. 419-431.

Park KK and Murase JE. Ultraviolet B (UVB) Phototherapy in the Treatment of


Vitiligo. In Vitiligo - Management and Therapy.: InTech; 2011. p. 72-74.

Parsad D, Dogra S, Kanwar AJ. Quality of Life in Patients with Vitiligo. Journal
Health and Quality of Life Outcomes. 2003; 1: p. 58.

Sampogna F, Raskovic D, Guerra L, Pedicelli C, Tabolli S, Leoni L, et al.


Identification ofCategories at Risk for High Quality of Life Impairment in Patients
With Vitiligo. The British Journal of Dermatology. 2008; 2: p. 351-359.

Wong S and Baba R. Quality of Life Among Malaysian Patients with Vitiligo. Int.
Journal Dermatol. 2012; 51: p. 158-161.

12
Zandi S, Farajzadeh S, Saberi N. Effect of Vitiligo on Self Reported Quality of
Life in Southern part of Iran. Journal of Pakistan Association of Dermatologists.
2010; 21: p. 4-9.

13

Anda mungkin juga menyukai