Anda di halaman 1dari 19

SKN (Sistem Kesehatan Nasional),

SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)

Di Susun Oleh :

1. Atika Suri
2. Dina Puyang Sari
3. Ersa Aliefia Arianti
4. Mia Pebriani
5. Rahayu Dwi Putri
6. Rahmalia Ayu Pratiwi

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

DIV KEPERAWATAN PALEMBANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Ucapan
terimakasih pun kami haturkan kepada teman-teman kelompok, dan sumber yang
membantu.

Kepada teman-teman kami terlebih terhadap Dosen pembimbing kami yang dengan
penuh sabar membimbing kami dalam mengerjakan makalah dengan judul Perawatan
Menjelang Ajak Dan Terminal. Atas kepeduliannya serta bimbingannya kami
mengucapkan banyak terima kasih kiranya makalah ini dapat menjadi sumber
pembelajaran kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan.

Palembang, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang............................................................................................. 1
Rumusan Masalah........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Kebijakan.................................................................................. 3
Pengertian SKN............................................................................................ 3
Landasan Hukum SKN................................................................................ 4
Sub Sistem SKN............................................................................................ 5
Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional.............................................. 9
Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional.................................................... 10
Dasar Hukum Jamsosnas............................................................................ 11
Asas Jamsosnas............................................................................................. 12
Tujuan Jamsosnas........................................................................................ 12
Manfaat Jamsosnas...................................................................................... 12
Paradigma Jamsosnas.................................................................................. 13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan................................................................................................... 16
Saran.............................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai Pembukaan UUD
1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial,maka pembangunan kesehatan diarahkan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, Dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Pembangunan kesehatan yang dilaksanakan dalam dasawarsa terakhir
masih menghadapi berbagai masalah yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Untuk
itu diperlukan pemantapan dan percepatan melalui Sistem Kesehatan Nasional
sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang disertai
berbagai terobosan penting.
Dinamika pembangunan bangsa Indonesia telah menumbuhkan tantangan
berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum terpecahkan. Salah
satunya adalah penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat, yang
diamanatkan dalam Pasal 28 ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosial dan
Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Jaminan sosial juga dijamin dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan ditegaskan dalam Konvensi ILO Nomor
102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk memberikan
perlindungan minimum kepada setiap tenaga kerja. Sejalan dengan ketentuan
tersebut, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia dalam TAP
Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan menjamin untuk penyelenggaraan jaminan sosial yang diatur
dalam rangka memberikan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terpadu.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (national social security system) adalah
sistem penyelenggaraan program negara dan pemerintah untuk memberikan
perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk
Indonesia. Jaminan social diperlukan apabila terjadi hal-hal yang tidak

1
dikehendaki yang dapat mengakibatka hilangnya atau berkurangnya pendapatan
seseorang, baik karena memasuki usia lanjut atau pensiun, maupun karena
gangguan kesehatan, cacat, kehilangan pekerjaan dan lain sebagainya
Sistem Jaminan Sosial Nasional disusun dengan mengacu pada
penyelenggaraan jaminan sosial yang berlaku universal dan telah diselenggarakan
oleh negara-negara maju dan berkembang sejak lama. Penyelenggaraan jaminan
sosial di berbagai negara memang tidak seragam, ada yang berlaku secara nasional
untuk seluruh penduduk dan ada yang hanya mencakup penduduk tertentu untuk
program tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan
masalah antara lain sebagai berikut :
1. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional ?
2. Apa Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional ?
3. Dasar Hukum Jamsosnas ?
4. Asas Jamsosnas ?
5. Tujuan Jamsosnas ?
6. Manfaat Jamsosnas ?
7. Paradigma Jamsosnas ?

BAB II
PEMBAHASAN

2
SISTEM KESEHATAN NASIONAL
A. Pengertian Kebijakan
Menurut PBB (1975) penegrtian kebijakan adalah pedoman untuk
bertindak. Pedoman itu dapat sederhana atau kompleks, umum, luas atau sempit,
kabur atau jelas, longgar atau terperinci, public atau privat, kualitatif, atau
kuantitatif. Sedangkan menurut James E. Anderson (1978) menerangkan bahwa
kebijakan adalah perilaku dari actor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau
serangkaian actor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

B. Pengertian SKN
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Pembangunan
kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 2 setinggi-
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
pada:
1. Perikemanusiaan,
2. Pemberdayaan dan kemandirian,
3. Adil dan merata, serta
4. Pengutamaan dan manfaat.
Sistem Kesehatan Nasional perlu dilaksanakan dalam konteks
Pembangunan Kesehatan secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
determinan sosial, seperti: kondisi kehidupan sehari-hari, tingkat pendidikan,
pendapatan keluarga, distribusi kewenangan, keamanan, sumber daya, kesadaran
masyarakat, serta kemampuan tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah
tersebut.
Penyusunan SKN 2009 ini dimaksudkan untuk menyesuaikan SKN 2004
dengan berbagai perubahan dan tantangan eksternal dan internal, agar dapat
dipergunakan sebagai pedoman tentang bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, baik oleh masyarakat, swasta, maupun oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah serta pihak terkait lainnya. Tersusunnya SKN 2009

3
mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi
manusia, memperjelas penyelenggaraan pembangunan kesehatan sesuai dengan
visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K)
Tahun 2005-2025, memantapkan kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif,
melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, serta
meningkatkan investasikesehatan untuk keberhasilan pembangunan nasional.
3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-
2025 merupakan arah pembangunan kesehatan yang berkesinambungan. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025 dan SKN
merupakan dokumen kebijakan pembangunan kesehatan sebagai acuan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan memperhatikan pendekatan
revitalisasi pelayanan kesehatan dasar (primary health care) yang meliputi: 1)
Cakupan pelayanan kesehatan yang adil dan merata, 2) Pemberian pelayanan
kesehatan yang berpihak kepada rakyat, 3) Kebijakan pembangunan kesehatan, dan
4) Kepemimpinan. Sistem Kesehatan Nasional juga disusun dengan
memperhatikan inovasi/terobosan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan secara luas, termasuk penguatan sistem rujukan. Pendekatan pelayanan
kesehatan dasar secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam
mencapai kesehatan bagi semua dengan mempertimbangkan kebijakan kesehatan
yang responsif gender.

C. Landasan hukum SKN


Sistem Kesehatan Nasional disusun dengan berdasarkan berbagai landasan
hukum yang ada di Indonesia, meliputi:
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila.

2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya:


a. Pasal 28 A, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya;
b. Pasal 28 H ayat (1), setiap orangberhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat;

4
c. serta Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan ayat (3), Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yanglayak;
d. Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,
dan berkembang;
e. Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia.
3. Landasan Operasional, yang meliputi seluruh ketentuan peraturan perundangan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.
Beberapa peraturan perundangan tersebut terdapat dalam Lampiran-1 dari
RPJP-K Tahun 2005-2025.
4. Kepulusan Menteri Kesehatan Nomor :131/Menkes/SK/ll/20 tanggal 10
Februari2004 tentang SKN.

D. Sub Sistem SKN


Pendekatan manajemen kesehatan dewasa ini dan kecenderungannya di
masa depan adalah kombinasi dari pendekatan: 1) Sistem, 2) Kontingensi, dan 3)
Sinergi yang dinamis. Mengacu pada substansi perkembangan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan dewasa ini serta pendekatan manajemen kesehatan
tersebut di atas, maka dalam penyusunan Sistem Kesehatan Nasional, terdapat 6
sub siatem yang saling berkaitan satu sama lain yang meliputi:

1. Subsistem Upaya Kesehatan


Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
perlu diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh
potensi bangsa Indonesia. Subsistem Upaya Kesehatan adalah bentuk dan cara
penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan berkualitas,
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, yang
diselenggarakan guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Subsistem upaya kesehatan ini memiliki beberapa unsur, antara lain:

5
a. Upaya kesehatan, yang meliputi berbagai pelayanan kesehatan
berupapeningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik
pelayanan kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang
terdiri dari pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan
dan pelatihan dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang
tinggi.
b. Sumber Daya Upaya Kesehatan,terdiri dari SDM kesehatan, biaya, sarana
dan prasarana, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan, sediaan farmasi dan
alat kesehatan, serta manajemen dan sistem informasi kesehatan yang
memadai guna terselenggaranya upaya kesehatan.
c. Pembinaan dan Pengawasan Upaya Kesehatan, yang dilakukan secara
berjenjang melalui standarisasi, sertifikasi, lisensi, akreditasi, dan
penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah bersama dengan
organisasi profesi dan masyarakat.
d. Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan, dilakukan utamanya
untuk mendukung peningkatan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna
dan berdaya guna yang didasarkan pada masalah kesehatan prioritas,
sumber daya kesehatan, serta aspek terkait lainnyadengan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai.
Subsistem ini juga mempunyai berbagai prinsip, yaitu: 1)
berkesinambungan dan paripurna, 2) bermutu, aman, dan sesuai
kebutuhan, 3) adil dan merata, 4) non-diskriminatif, 5) terjangkau, 6)
teknologi tepat guna, serta 7) Bekerja dalam Tim secara Cepat dan Tepat.

2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan


Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan
untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembiayaan kesehatan
bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah, Pemerintah Daerah,
swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu,
pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang amat vital untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan
kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public

6
good yang menjadi tanggung-jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan
kesehatan perorangan pembiayaannya bersifat private, kecuali pembiayaan
untuk masyarakat miskin dan tidak mampu menjadi tanggung-jawab
pemerintah. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan
melalui jaminan pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial
yang pada waktunya diharapkan akan mencapai universal coverage sesuai
dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN).

3. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tututan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu, SKN juga memberikan fokus penting pada
pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan guna menjamin
ketersediaan dan pendistribusian sumber daya manusia kesehatan.
Pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan meliputi: 1) perencanaan
kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan, 2) pengadaan yang meliputi
pendidikan tenaga kesehatan dan pelatihan SDM Kesehatan, 3) pendayagunaan
SDM Kesehatan, termasuk peningkatan kesejahteraannya, dan 4) pembinaan
serta pengawasan SDM Kesehatan.

4. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan


Subsistem kesehatan ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/ kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
makanan yang beredar; ketersediaan,pemerataan, dan keterjangkauan obat,
terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah
dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam
negeri.

5. Subsistem Manajemen dan Informasi Kesehatan

7
Subsistem ini meliputi: kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan
kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen
kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, serta penyerasian berbagai subsistem SKN dan efektif, efisien,
serta transparansi dari penyelenggaraan SKN tersebut. Dalam kaitan ini
peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi pengadaan data dan
informasi dapat dikelompokkan kegiatannya sebagai berikut: 1) Pengumpulan,
validasi, analisa, dan diseminasi data dan informasi, 2) Manajemen sistem
informasi, 3) Dukungan kegiatan dan sumber daya untuk unit-unit yang
memerlukan, dan 4) Pengembangan untuk peningkatan mutu sistem informasi
kesehatan.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata
sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk
swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan
kesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat meliputi pula upaya peningkatan
lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri. Upaya pemberdayaan masyarakat
akan berhasil pada hakekatnya bila kebutuhan dasar masyarakat sudah
terpenuhi.
SISTEM JAMINAN SOAIAL NASIONAL
A. PENGERTIAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk
menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggaraan
jaminan sosial.
Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara
yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharakan dapat

8
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila tejadi hal-hal yang dapat
mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,
mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut, atau pensiun.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial yang diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin warga
negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. Menurut UU No.
40 Tahun 2004, SJSN menggantikan program-program jaminan sosial yang ada
sebelumnya yang dinilai kurang memberikan manfaat maksimal bagi penggunanya.
Selama beberapa dekade terakhir ini, Indonesia telah menjalankan
beberapa program jaminan sosial. Undang-Undang yang secara khusus
menjamin sosial bagi tenaga kerja swasta adalah Undang-Undang Nomor 3
tahun 1992 tentang Jaminan Tenanga Kerja (JAMSOSTEK), yang mencakup
program jaminan.
Untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS), telah dikembangkan program Dana
Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dibentuk dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 dan Program Asuransi Kesehatan
(ASKES) yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69
Tahun 1999 yang wajib bagi PNS/Penerima Pensiun Perintis Kemerdekaan Veteran
Dana anggota keluarganya.
Untuk prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI),
anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), dan PNS
Departemen Pertahanan/ TNI/ POLRI beserta keluarganya telah dilaksanakan
program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI)
sesuai dengan Peraturan Pemrintah Nomor 67 Tahun 1991 yang merupakan
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971.
Berbagai program tersebut diatas baru mencakup sebagian kecil masyara
kat. Sebagian besar rakyat belum memperoleh perlindungan yang memadai.
Disamping itu, pelaksanaan berbagai program jaminan sosial tersebut mampu
memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para peserta sesuai
dengan manfaat program yang menjadi hak peserta.
Sehubungan dengan hal di atas, dipandang perlu menyusun Sistem
Jaminan Nasional yang mampu mensinkronisasikan penyelenggaraan berbagai
bentuk jaminan sosial yang dilaksanakan oleh beberapa penyelenggara agar
dapat menjangkau kepesertaan yang lebih luas serta memberikan manfaat yang
lebih besar bagi setiap peserta.

9
B. PRINSIP SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
1. Prinsip kegotong royongan. Prinsip ini diwujudkan dalam mekanisme
gotong-royong dari peserta yan mampu kepada peserta yamg kurang
mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang
berisiko rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat
membantu yang sakit. Melalui prinsip kegotong-royongan ini jaminan sosial
dapat menumbuhkan keadalan sosial bagi keseluruhan rakyat Indonesia
2. Prinsip nirlaba. Pengelolaan dana amanat tidak dimaksudkan mencari laba
(nirlaba) bagi Badan Penyelenggara Jaminan sosial, akan tetapi tujuan utama
penyelenggaraan jaminan sosial adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana amanat, hasil pengembangannya, dan surplus
anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efesiensi, dan efektivitas.
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh kegiatan
pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya
4. Prinsip portabilitas. Jaminan social dimaksudkan untuk memberikan jaminan
yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun
kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapan tetap disesuaikan
dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan
penyelenggaraan program. Tahap pertama dimulai dari pekerjaan di sektor
formal, bersamaan dengan itu sector informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional dapat
mencakup seluruh rakyat.
6. Prinsip data amanat. Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan titipan
kepada badan-badan penyelenggaraan untuk dikelola sebail-baiknya dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.
7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional dalam Undang-
Undang ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang
dikembalikan untuk kepentingan peseta jaminan sosial.

Dalam Undang-Undang ini diatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial


Nasional yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan

10
pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh penduduk melalui
iuran wajib pekerja. Program- program jaminan sosial tersebut diselenggarakan
oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial dalam Undang-Undang ini adalah transformasi dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang sekarang telah berjalan dan dimungkinkan
membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika perkembagan
jaminan sosial.
Asas kemanusiaan berkaitan dengan penghargaan terhadap martabat
manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat operasional
menggambarkan pengelolaan yang efesien dan efektif. Asas keaadilan merupakan
suatu asas yang bersifat ideal. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin
kelangsungan program dan hak peserta.

C. DASAR HUKUM JAMSOSNAS


Deklarasi HAM PBB atau Universal Declaration of Human Rights tahun
1948 dan konvensi ILO No.102 tahun 1952. TAP MPR RI no X/MPR/2001 yang
menugaskan kepada presiden RI untuk membentuk Sistem Jaminan Sosial
Nasional. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN.

D. ASAS JAMSOSNAS
Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas
kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

E. TUJUAN JAMSOSNAS
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya.

F. MANFAAT JAMSOSNAS
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi
kesehatan nasional, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini
akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka
termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau wiraswastawan

11
. Adapun penjelasan manfaat tersebut adalah :
1. Jaminan Kesehatan
Jaminan Kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memnuhi kebutuhan dasar kesehatan.

2. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan dengan tujuan menjamin


agar peserta memperoleh manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang
tunai apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita
penyakit akibat kerja.

3. Jaminan Hari Tua


Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan untuk menjamin agar
peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau meninggal dunia.
4. Jaminan Pensiun
Jaminan pensiun diselenggarakan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang
penghasilan nya karena memasuki uang pensiun atau mengalami cacat total
tetap.

5. Jaminan Kematian

Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan


santunan kematian yang di bayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal
dunia.

G. PARADIGMA JAMSOSNAS
Sistem jaminan sosial nasional dibuat sesuai dengan “paradigma tiga pilar”
yang direkomendasikan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Pilar-pilar
itu adalah :
1. Pilar Pertama menggunakan meknisme bantuan sosial (social assistance)
kepada penduduk yang kurang mampu, baik dalam bentuk bantuan uang tunai
maupun pelayanan tertentu, untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak.
Pembiayaan bantuan sosial dapat bersumber dari Anggaran Negara dan atau

12
dari Masyarakat. Mekanisme 4 bantuan sosial biasanya diberikan kepada
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu masyarakat yang
benar-benar membutuhkan, umpamanya penduduk miskin, sakit, lanjut usia,
atau ketika terpaksa menganggur.

Di Indonesia, bantuan sosial oleh Pemerintah kini lebih ditekankan pada


pemberdayaan dalam bentuk bimbingan, rehabilitasi dan pemberdayaan yang
bermuara pada kemandirian PMKS. Diharapkan setelah mandiri mereka
mampu membayar iuran untuk masuk mekanisme asuransi. Kearifan lokal
dalam masyarakat juga telah lama dikenal yaitu upaya-upaya kelompok
masyarakat, baik secara mandiri, swadaya, maupun gotong royong, untuk
memenuhi kesejahteraan anggotanya melalui berbagai upaya bantuan sosial,
usaha bersama, arisan, dan sebagainya. Kearifan lokal akan tetap tumbuh
sebagai upaya tambahan sistem jaminan sosial karena kearifan lokal tidak
mampu menjadi sistem yang kuat, mencakup rakyat banyak, dan tidak terjamin
kesinambungannya.
Pemerintah mendorong tumbuhnya swadaya masyarakat guna memenuhi
kesejahteraannya dengan menumbuhkan iklim yang baik dan berkembang,
antara lain dengan memberi insentif untuk dapat diintegrasikan dalam sistem
jaminan sosial nasional.

2. Pilar Kedua menggunakan mekanisme asuransi sosial atau tabungan sosial


yang bersifat wajib atau compulsory insurance, yang dibiayai dari kontribusi
atau iuran yang dibayarkan oleh peserta. Dengan kewajiban menjadi peserta,
sistem ini dapat terselenggara secara luas bagi seluruh rakyat dan terjamin
kesinambungannya dan profesionalisme penyelenggaraannya.

Dalam hal peserta adalah tenaga kerja di sektor formal, iuran dibayarkan oleh
setiap tenaga kerja atau pemberi kerja atau secara bersama-sama sebesar
prosentase tertentu dari upah. Mekanisme asuransi sosial merupakan tulang
punggung pendanaan jaminan sosial di hampir semua negara. Mekanisme ini
merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal penduduk
dengan mengikut-sertakan mereka secara aktif melalui pembayaran iuran.
Besar iuran dikaitkan dengan tingkat pendapatan atau upah masyarakat

13
(biasanya prosentase tertentu yang tidak memberatkan peserta) untuk
menjamin bahwa semua peserta mampu mengiur.

Kepesertaan wajib merupakan solusi dari ketidak-mampuan penduduk melihat


risiko masa depan dan ketidak-disiplinan penduduk menabung untuk masa
depan. Dengan demikian sistem jaminan sosial juga mendidik masyarakat
untuk merencanakan masa depan. Karena sifat kepesertaan yang wajib,
pengelolaan dana jaminan sosial dilakukan sebesar-besarnya untuk
meningkatkan perlindungan sosial ekonomi bagi peserta. Karena sifatnya yang
wajib, maka jaminan sosial ini harus diatur oleh UU tersendiri.

Di berbagai negara yang telah menerapkan sistem jaminan sosial dengan baik,
perluasan cakupan peserta dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan ekonomi masyarakat dan pemerintah serta kesiapan
penyelenggaraannya. Tahapan biasanya dimulai dari tenaga kerja di sektor
formal (tenaga kerja yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja), selanjutnya
diperluas kepada tenaga kerja di sektor informal, untuk kemudian mencapai
tahapan cakupan seluruh penduduk.

Upaya penyelenggaraan jaminan sosial sekaligus kepada seluruh penduduk


akan berakhir pada kegagalan karena kemampuan pendanaan dan manajemen
memerlukan akumulasi kemampuan dan pengalaman. Kelompok penduduk
yang selama ini hanya menerima bantuan sosial, umumnya penduduk miskin,
dapat menjadi peserta program jaminan sosial, dimana sebagian atau seluruh
iuran bagi dirinya dibayarkan oleh pemerintah. Secara bertahap bantuan ini
dikurangi untuk menurunkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah.
Untuk itu pemerintah perlu memperhatikan perluasan kesempatan kerja dalam
rangka mengurangi bantuan pemerintah membiayai iuran bagi penduduk yang
tidak mampu.

3. Pilar Ketiga menggunakan mekanisme asuransi sukarela (voluntary


insurance) atau mekanisme tabungan sukarela yang iurannya atau preminya
dibayar oleh peserta (atau bersama pemberi kerja) sesuai dengan tingkat
risikonya dan keinginannya. Pilar ketiga ini adalah jenis asuransi yang sifatnya
komersial, dan sebagai tambahan setelah yang bersangkutan menjadi peserta

14
asuransi sosial. Penyelenggaraan asuransi sukarela dikelola secara komersial
dan diatur dengan UU Asuransi.

Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak mempunyai


sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan pokok mereka. Bantuan ini diberikan kepada anggota masyarakat
yang terbukti mempunyai kebutuhan mendesak, pada saat terjadi bencana alam,
konflik sosial, menderita penyakit, atau kehilangan pekerjaan. Dana bantuan ini
diambil dari APBN dan dari dana masyarakat setempat.
Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh iuran yang ditarik
dari perusahaan dan pekerja. Iuran yang harus dibayar oleh peserta ditetapkan
berdasarkan tingkat pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu standar hidup
minimum yang berlaku di masyarakat.
Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela, yang dapat dibeli
oleh peserta apabila mereka ingin mendapat perlindungan sosial lebih tinggi
daripada jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran program asuransi sosial
wajib. Iuran untuk program asuransi swasta ini berbeda menurut analisis risiko
dari setiap peserta.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sistem Jaminan Sosial Nasional (national social security system) adalah
sistem penyelenggaraan program negara dan pemerintah untuk memberikan
perlindungan sosial, agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup
yang layak, menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduk
Indonesia.
Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk me
njamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Beberapa Prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional, antara lain :
1. Prinsip kegotong royongan.
2. Prinsip nirlaba.
3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas.
4. Prinsip portabilitas.
5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.
6. Prinsip dana amanat.
7. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial Nasional

15
Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan
terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau
anggota keluarganya.
Manfaat program Jamsosnas yaitu meliputi jaminan hari tua, asuransi
kesehatan nasional, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian. Program ini
akan mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli apakah mereka
termasuk pekerja sektor formal, sektor informal, atau wiraswastawan

B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini
meskipunpenulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan
tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito W. 2008. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Azwar A. 1996. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa


Aksara.
Fakultas Ilmu Keperawatan UI. 1997. Pendidikan sarjana keperawatan. Jakarta: FIK-
UI.
Hamid AY. 1995. Peranan Perawat Dalam Menunjang Keberhasilan Hubungan
Dokter-Pasien. Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia IX. Jakarta 27
Nopember.
Konsorsium Ilmu-Ilmu Kesehatan DEPDIKBUD RI. Studi penataan fakultas, jurusan
dan program studi bidang ilmu kesehatan. Jakarta: KIK DEPDIKBUD RI, 1991.

16

Anda mungkin juga menyukai