1 Ktiida 1
1 Ktiida 1
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2015
APLIKASI TINDAKAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2015
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Ns. Atiek Murhayati, M.Kep., selaku Ketua Program studi D III
3. Ibu Ns. Meri Oktariani, M.Kep., selaku Sekertaris Ketua Program Studi DIII
4. Ibu Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, M.Kep., sebagai pembimbing yang telah
5. Ibu Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep. selaku penguji I yang telah
6. Ibu Ns. Noor Fitriyani, S.Kep. selaku penguji II yang telah memberikan
banyak motivasi dan inspirasi pada penulis serta masukan – masukan positif
7. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala
bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu
8. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi yang telah mengijinkan penulis
9. Kedua orang tua saya yang terhormat, saya haturkan beribu-ribu Terimakasih
atas segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a,
Surakarta dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun tugas di kasus
ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
Surakarta, Mei 2015
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Definisi ............................................................................ 7
b. Klasifikasi ....................................................................... 7
c. Etiologi ............................................................................ 8
e. Patofisiologi .................................................................... 9
h. Komplikasi ...................................................................... 14
a. Pengkajian ............................................................... 14
c. Perencanaan ............................................................. 18
a. Pengertian ....................................................................... 21
vii
a. Definisi ..................................................................... 22
hangat ...................................................................... 24
A. Pengkajian ............................................................................ 30
F. Evaluasi ................................................................................ 49
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .......................................................................... 41
B. Diagnosa Keperawatan......................................................... 44
C. Intervensi .............................................................................. 46
D. Implementasi ........................................................................ 50
E. Evaluasi ................................................................................ 55
viii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 57
B. Saran ..................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
seluruh dunia. Sangat sering terjadi DHF per tahun di Kamboja (satu kejadian
endemis demam berdarah dengue dan mengalami epidemi sekali 4-5 tahun
Moewardi pada bulan maret tahun 2014 sampai bulan Maret 2015, terdapat 543
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua
1
2
(Nursalam, 2015).
Salah satu manifestasi klinis yang khas pada DHF adalah terjadinya
demam. Demam ini muncul pada musim peralihan, baik dari musim kemarau
demam dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
Kompres air hangat adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan
suhu tubuh bila anak demam. Manfaat kompres air hangat, menurunkan panas
Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat,
DHF dapat menyerang semua lapisan umur, salah satunya adalah anak
Anak yang menderita DHF perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan tepat,
sehingga rumah sakit merupakan salah satu pilihan yang efektif dalam
menangani kasus DHF. Namun, di sisi lain, momok rumah sakit pada anak
maupun pengalaman orang lain (Hidayat, 2005 dalam Aizah dan Wati, 2014).
oleh pembatasan fisik, ketergantungan yang harus anak patuhi, karena anak
memandang semua pengalaman dari sudut pandang anak sendiri. Salah satu
khayalan khas untuk menjelaskan alasan sakit, karena akan terjadi kekawatiran
merasa cemas akibat berpisah dengan orang tuanya, yang akan menimbulkan
memukul. Perasaan takut dan traumapun timbul akibat rasa nyeri pada bagian
mencegah atau mengurangi injuri dan nyeri, tidak melakukan kekerasaan pada
kecerian (merasa aman dan nyaman bagi lingkungan anak, sehingga anak dapat
menunjukkan bahwa kompres air hangat efektif untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak dengan DHF. Hasil observasi yang dilakukan pada pasien di RSDM
dengan advis dokter. Oleh karena itu, peran perawat dalam memberikan teknik
non farmakologi sangat penting dalam mengatasi masalah demam pada pasien
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
fever.
2. Tujuan khusus
1. Bagi pasien
mengenai pneumonia pada anak usia prasekolah dan sebagai acuan untuk
penelitian berikutnya.
4. Bagi penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Definisi Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari
b. Klasifikasi
hemokonsentrasi.
perdarahan lain.
7
8
dapat diukur.
c. Etiologi
5) Sakit kepala.
gelisah.
9
e. Patofisiologi
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
(Suriadi, 2010).
2010) .
10
f. Fase Perjalanan Penyakit Demam Berdarah
1) Fase Demam
rasa nyeri pada seluruh tubuh dan sakit kepala, adapun beberapa
2) Fase kritis
yang timbul, kemudian ada fase ini dapat terjadi efusi pleura dan
3) Fase Penyembuhan
selain itu pada fase ini pemberian cairan infuse biasanya mulai
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah
diastolik.
fossa kubiti.
h. Komplikasi
pada bayi .
5) Mengalami hipotermia.
diatasinya tersebut.
a. Pengkajian
DHF :
15
1) Identitas klien
orang tua.
2) Keluhan utama.
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah,
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada dhf, anak bisa
5) Riwayat imunisasi.
tensi menurun.
tampak biru.
8) Sistem integumen.
a) Adanya turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
17
b) Kuku sianosis/tidak.
nyeri tekan.
d) Dada
serta tulang.
9) Pemeriksaan laboratorium.
b) Trambositopenia
c) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
e) Asidosis metabobik
b. Diagnosa keperawatan
2) Nyeri
c. Perencanaan
pernapasan.
c) Memberikan penjelasaan mengenai penyebab demam.
melalui intravena.
10)
tenang.
19
dokter).
dengan penyakit.
trombositopenia :
klinis.
pasien.
infus lancar.
transfusi.
3. Suhu Tubuh.
a. Pengertian
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 370C. Upaya-
d. Cara pengukuran.
e) Bengkok
g) Membacakan hasilnya.
a. Definisi
Kompres air hangat yaitu salah satu metode fisik untuk menurunkan
suhu tubuh bila anak demam (Djuwariyah dkk, 2012). Kompres air
dapat cepat beradaptasi dengan suhu lokal antara 450 sampai 150C
4) Merangsang peristatik.
BAB III
D. Prosedur Tindakan
1. Fase orientasi
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
26
27
c. Kontrak waktu
e. Menyiapkan alat.
2. Fase Kerja
a. Mencuci tangan.
hangat
g. Merapikan pasien
h. Merapikan alat
i. Mencuci tangan
3. Fase Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
c. Berpamitan
28
E. Alat Ukur
BAB IV
LAPORAN KASUS
dilakukan pada An. M dengan DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Moewardi selama 2 hari, mulai tanggal 16 -17 Maret 2015.
Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 14 Maret jam 09.00 WIB. Pengkajian
dilakukan pada tanggal 16 Maret 2015 jam 10.00 WIB. Pengkajian yang dilakukan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Dari pengkajian tersebut terdapat hasil identitas pasien bernama
jawab Tn.A sekaligus ayah pasien An.M dengan alamat Mojosongo Solo,
2. Keluhan utama
mengalami sakit yang seperti ini sampai dirawat inap dirumah sakit,
29
30
dasar lengkap.
4. Riwayat sosial
komposisi keluarga dengan tinggal satu rumah bersama ayah, ibu, dan
dan ibu (Ny.Y) yang lulusan SLTA bekerja sebagai wiraswasta dan ibu
agama islam. Bahasa yang digunakan dalam keluarga adalah bahasa Jawa
dan Indonesia. Fungsi keluarga dalam interaksi dan keluarga lancar, saling
memperhatikan satu sama lain antara anggota keluarga rukun, tidak ada
6. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik didapatkan pada An.M keadaan umum baik dengan
meliputi suhu 38,6oC, nadi 98 kali per menit, pernafasan 22x kali per
tepat, gambaran wajah simetris, tidak terdapat molding, dan tidak ada
kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, ada reflek
(+) terhadap cahaya . Pada pemeriksaan hidung simetris antara kanan dan
kiri, tidak terdapat polip, tidak ada pernafasan nafas cuping hidung, bersih
tidak ada sekret. Pada pemeriksaan telinga simetris kanan dan kiri,daun
telinga dan lubang telinga ada kanan dan kiri, tidak terdapat serumen. Pada
kulit sawo matang, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku
kanan dan kiri sama. Pada saat dilakukan perkusi suara sonor, saat
dilakukan auskultasi tidak ada suara tambahan, suara nafas vesikuler. Pada
32
pemeriksaan jantung saat inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak,
bunyi jantung satu terdengar lup, bunyi jantung dua terdengar dup dan
udema, tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak
bergerak bebas.
Hematokrit 39% (nilai normal 34-40), Leukosit 8,9 ribu/ul (nilai normal
juta/ul (nilai normal 3,90-5,30), MCV 69,8 /um (nilai normal 80,0-96,0),
MCH 27,5 pg (nilai normal 22-34), MCHC 35,2 g/dl (nilai normal 32-36),
RDW 13,2 fL (nilai normal 181-521), HDW 5,0% (nilai normal 2,2-2,3),
MPV 8,7% (nilai normal 7,2-11,1), PDW 47 (nilai normal 25-65),
Bilirubin total 0,92 mg/dl (nilai normal 0,00-1,00), Bilirubin direx 0,91
mg/dl (0,00-1,00).
8. Jenis terapi
Pada tanggal 16-17 Maret 2015 jenis terapi obat yang diberikan pada
meringankan rasa sakit pada sakit kepala dan sakit gigi, serta menurunkan
demam.
B. Analisa Data
Dari hasil pengkajian pada hari Senin tanggal 16 Maret 2015 jam 10.00
data objektif suhu 38,60C pernafasan 22 kali per menit, Nadi 98 kali per menit,
hasil dari trombosit 150 ribu/uL. Berdasarkan analisa data diatas maka dapat
penyakit (Virus). Proses penyakit yang masuk kedalam tubuh yaitu virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti.
34
Dari hasil pengkajian pada hari selasa tanggal 17 maret 2015 Pukul 10.50
WIB ditemukan data subjektif Ny.Y mengatakan setelah dirawat dirumah sakit
An.M menjadi rewel dan merasa takut jika melihat perawat atau dokter takut,
data objektif klien terlihat diam dan ketakutan, menagis saat diajak
hospitalisasi.
proses penyakit (Virus) Proses penyakit yang masuk kedalam tubuh yaitu virus
dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga faktor tersebut menjadi faktor
D. Rencana Keperawatan
Pada diagnosa pertama yaitu hari Senin tanggal 16 Maret 2015 penulis
selama 2x24 jam terjadi penurunan suhu tubuh atau tidak terjadi penurunan
suhu tubuh normal 36,5 – 37,50 C, akral teraba hangat, keadaan umum pasien
35
kompres air hangat dan keadaan umum pasien membuat nyaman. kolaborasi
tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
pendekatan (BHSP), kaji hal-hal yang disukai pasien, libatkan keluarga untuk
E. Implementasi Keperawatan.
Maret 2015 pada diagnosa pertama jam 10.15 mengobservasi tanda-tanda vital
dengan respon subjektif ibu klien mengatakan mau anaknya di periksa tanda-
tanda vitalnya respon objektif suhu 38,6 oC, nadi 98 kali per menit, pernafasan
22 kali per menit, akral teraba hangat. Pada diagnosa keperawatan yang
36
pertama pada jam 11.15 memberikan obat asam traneksamat dengan respon
subjektif ibu klien bersedia anaknya diberikan obat, respon objektif klien
tampak mau, obat masuk melalui intravena dan tidak ada tanda-tanda alergi
setelah obat masuk. Pada diagnosa keperawatan yang pertama pada jam 11.30
bersedia untuk dikompres air hangat, respon objektif klien tampak kooperatif
melakukan intraksi dari perawat.
keadaan umum klien dengan respon subjektif ibu klien mengatakan anaknya
masih demam respon objektif akral teraba hangat suhu 38,0 oC, nadi 98 kali
per menit, pernafasan 22 kali per menit, pada diagnosa keperawatan yang
kedua pada jam 09.25 menjalin hubungan saling percaya (BHSP) pada klien
respon sujektif ibu klien mengatakan anaknya sedih berada di rumah sakit
kurang kontak mata saat diajak ngobrol dengan perawat ataupun doktenya.
Pada diagnosa keperawatan yang kedua jam 09.30 mengkaji hal-hal yang
disukai klien subjektif ibu klien mengatakan anaknya suka mainan klereng,
respon objektif klien masih kelihatan takut dengan perawat. Pada diagnosa
keperawatan yang kedua jam 11.20 mengkaji tingkat kecemasaan klien dengan
respon subjektif klien tampak mau mengikuti instruksi dari perawat, respon
klien tampak kooperatif dan anak tampak nyaman. Pada diagnosa keperawatan
yang kedua pada jam 13.10 menganjurkan ibu klien untuk mendongengkan
anaknya untuk menghilangkan rasa takutnya dengan respon subjektif ibu klien
37
koperatif.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 17
Maret 2015 pada diagnosa pertama jam 08.25 mengobservasi tanda-tanda vital
respon objektif suhu 37,6oC, nadi 98 kali per menit, pernafasan 22 kali per
menit, pada diagnosa keperawatan yang kedua pada jam 09.10 mengkaji
tidak merasa takut dengan rumah sakit , respon objektif klien tampak
pada jam 09.15 memberikan obat asam tranek dengan respon subjektifklien
tampak bersedia, respon objektif obat masuk lewat intravena dan tidak ada
tanda alergi setelah obat masuk, klien tampak nyaman. Pada diagnosa
anak dengan respon subjektif ibu klien bersedia anaknya diperiksa, respon
objektif suhu 37,0oC, nadi 98 kali per menit, hasil laboratorium dari trombosit
150 ribu/uL, hemoglobin 11,5g/dl, pernafasan 22 kali per menit. Pada diagnosa
keperawatan yang kedua Jam 10.00 memberikan pendidikan pada ibu untuk
senin tanggal 16 Maret 2015 pada diagnosa pertama jam 12.15 hasil evaluasi
sebagai berikut, untuk subjektif ibu klien mengatakan demam tapi tidak
kejang, objektif suhu 38,60C , pernafasan 22 kali per menit, nadi 98 kali per
keadaan umum klien, monitor ttv, memberikan obat asam traneksamat injeksi
200mg/12jam dan kompres air hangat. Pada diagnosa keperawatan yang kedua
jam 12.30 hasil evaluasi sebagai berikut, untuk subjektif ibu klien mengatakan
anaknya tidak suka dengan rumah sakit ataupun dengan perawatnya, obyektif
Pada hari selasa tanggal 17 maret 2015 hasil evaluasi diagnosa yang
evaluasi untuk diagnosa yang pertama, ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tidak panas, obyektif akral teraba hangat suhu :37,50 C, nadi 98x/menit, rr :
air hangat bila anak demam. Pada diagnosa keperawatan yang kedua hasil
evaluasi jam 13.20 sebagai berikut, subyektif ibu pasien mengatakan anak
menjadi rewel setelah dirawat, obyektif klien rewel, masalah teratasi, lanjutkan
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi tindakan pemberian
kompres air hangat untuk menurunkan demam pada klien pada asuhan keperawatan
An. M dengan Demam yang dilakukan penulis di Ruang Melati 2 RSUD Dr.
A. Pengkajian
didapatkan data bahwa pasien demam, Berdasarkan hasil dari pengkajian An.
M dengan demam telah sesuai dengan teori yang ditemukan oleh penulis.
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya,
setelah suhu badan mencapai 37,50C atau lebih (Widjaja, 2005). Dari hasil
fever yaitu : Nyeri perut yang berat dan berlangsung terus menerus, terjadi
perdarahan dari hidung, mulut dan gusi, sering muntah dengan atau tanpa
darah, tinja berwarna hitam, seperti aspal cair atau petis, penderita merasa
39
40
sangat haus dan mulut terasa kering, kulit terasa dingin dan tampak pucat,
penderita mengalami sukar tidur, sulit beristirahat, dan selalu gelisah. Pada
pasien anak M merasa sangat haus, klien juga tampak pucat, klien juga
datar, umbilikus bersih, tidak ada jejas, auskultasi : suara peristaltik usus 16
x/menit, perkusi: suara pekak pada quadran I (hati), suara tympani pada
quadran II (lambung), suara tympani pada quadran III (usus besar), suara
tympani pada quadran IV (usus buntu) suara tympani, palpasi : tidak ada nyeri
tekan. Hasil pemeriksaan abdomen yang didapat pada klien tidak sesuai, ada
kesenjangan karena pada pasien anak DHF tidak mengalami nyeri tekan pada
abdomen, pada teori DHf seharusnya mengalami nyeri tekan pada abdomen
(Sujono, 2013).
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Tanda dan gejala pada demam
mempunyai ciri-ciri fisik, seperti demam tinggi, mual muntah, tidak ada nafsu
makan, sakit kepala (Suriadi dan Rita, 2010). Pada pasien anak M muncul tanda
demam tinggi, tidak nafsu makan. hasil laboratorium Hemoglobin 11,5 g/dl
(Nilai normal 11,5-13,5), leukosit 8,9 ribu/ul (Nilai normal 5,5-17,0), trombosit
150 ribu/ul (Nilai normal 150-450), RDW yang menurun 13,2% (Nilai normal
181-521) .
41
Dari hasil pengkajian pada An.M tersebut sesuai dengan teori, keluhan
yang bisa ditemukan pada pasien adalah DHF suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
Pada An.M ditemukan tanda dan gejala ibu pasien mengatakan demam
tinggi, tidak ada nafsu makan, yang ditandai dengan tanda-tanda vital suhu:
tidak memiliki riwayat DHF sebelumnya, dan tidak ada anggota keluarga yang
mengalami DHF. Kondisi lingkungan rumah pasien juga bersih. DHF dapat
gelap lain yang ada di dalam rumah, di wadah berair yang terdapat di dalam
pada RDW dan Trombsit yang hampir turun, hematokrit hampir naik 39% nilai
normal 34-40. Biasanya pada pasien dengan DHF akan terjadi trombosipenia
volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengidikasikan ukuran eritrosit yang
Hematokrit merupakan ukuran yang mentukan banyak jumlah sel darah merah
dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (Cahyo, 2010).
seluruhnya dalam batas normal, secara teori An.M berada pada DHF grade II.
Hasil pemeriksaan fisik pasien DHF grade II, menunjukan kesadaran kompos
gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur (Nursalam dkk,
2005). Namun pada An.M hanya muncul tanda peteki. Pada pasien DHF
B. Diagnosa Keperawatan
kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilihan
Pada teori ini didapat penulis, diagnosa keperawatan yang sering muncul
didapatkan suhu tubuh diatas batas normal. Data subyektif anak M demam
selama 3 hari, data obyektif Suhu tubuh yaitu 38,60 C, pasien tampak lemah,
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) hal ini merupakan
dirumah sakit menanggis terus dan tidak mau melihat perawat ataupun
Rumah sakit dapat menjadi suatu tempat yang menakutkan dilihat dari
mesin yang digunakan dan bau yang khas, dapat menimbulkan kecemasan dan
C. Intervensi Keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005).
suhu tubuh pasien normal dengan kriteria hasil : Suhu dalam rentang normal,
suhu tubuh dalam batas normal 36,00 C- 37,00 C. Intervensi: observasi keadaan
umum, monitor ttv, monitor hb pada pasien, memberikan kompres air hangat
saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh, anjurkan pada klien untuk
tanda vital pada pasien DHF cenderung menuju perubahan pada suhu tubuh,
kritis, karena pada fase kritis terjadi peningkataan permeabilitas kapiler yang
menyebabkan kebocoran plasma dan untuk mengontrol kondisi kesehatan
penderita. Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis pada
diagnosa keperawatan yang pertama kasus An.M dengan tujuan dan kriteria
hipertermia dengan kriteria hasil suhu dalam batas normal (36,5-37,5 oC), akral
Salah satu intervensi yang disusun adalah pemberian infus D5%. Infus
diberikan kepada pasien untuk menghilangkan nyeri dan demam (ISO, 2013).
dan dapat menyejukan. Selain itu pemberian kompres air hangat akan
memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika
ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata
Kompres air hangat adalah salah satu metode untuk menurunkan suhu
tubuh bila anak demam (Tamsuri, 2007, dalam Djuwariyah, 2012) untuk
dilakukan penulis, dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai penulis
membaik.
melakukan pendekatan pada klien (BHSP) karena untuk pendeketan pada anak
M agar anak M tidak merasa ketakutan pada perawat mengajak ngobrol dan
mendongengakan pasien, rencankan program terapi dongeng atau bercerita,
pada anak untuk mengalihkan perhatian dan membuat anak lebih nyaman di
Rumah sakit. Pada pasien anak M mengalami ketakutan jika melihat perawat
ataupun dokter yang lainnya, karena anak butuh beradaptasi dengan rumah
sakit.
kecemasan pada pasien disebabkan oleh suara berkaitan dengan proses implus
suara yang bertansmisikan kedalam tubuh. Suara yang diterima oleh telinga
tubuh (Mayrani dan Hartati, 2013). Pada pasien anak M untuk membuat anak
D. Implementasi keperawatan
Pada pasien anak M merasa ketakutan dengan perawat atau pun dokter
dan hospitalisasi saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi
48
karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah
sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak baik terhadap
anak maupun orang tua dan keluarga yang dapat menimbulkan kecemasaan
(Wong, 2009).
distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua
(Supartini, 2004).
tanda vital, terutama suhu pada pasien DHF. Pengukuran hari pertama suhu
tubuh 38,60C, pada hari kedua mengalami penurunan 38,00C. karena setelah
keperawatan yang muncul pada klien sesuai dengan tujuan, kriteria hasil dan
Pada pasien anak M masuk dalam fase kritis berlangsung 3 – 5 hari suhu
tubuh saat demam berkisar 380C sampai 400C. kemudian pada fase kritis terjadi
(Setiawati, 2011). pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan setiap 3 jam sekali
akral teraba hangat, pasien tampak gelisah, hemoglobin 11,5 g/dl (Nilai normal
11,5-13,5), leukosit 8,9 ribu/ul (Nilai normal 5,5-17,0) trombosit 150 (Nilai
normal 150-450).
saling percaya (BHSP) dengan pasien karena untuk pasien anak itu sangat
penting untuk membiasakan anak M agar tidak takut dengan perawat ataupun
dokter. Setelah dilakukan pemberian kompres air hangat klien tampak lebih
nyaman, manfaat kompres air hangat untuk pasien menurunkan panas, setelah
diberikan kompres air hangat pasien terlihat senang dan pasien tidak rewel.
Hal itu sesuai dengan teori Glaser (2000) dalam Wibowo (2011), bahwa
selain itu seorang perawat juga harus membina hubungan saling percaya
dengan anak dan orang tua akan terapi yang akan diberikan. Senada dengan
teori Susilaningrum dkk (2013 : 23), bahwa peran perawat sangat penting
disukai oleh pasien. Hasil dari respon objektif, yaitu pasien menyukaimainan
menyukai musik anak-anak seperti kring-kring ada sepeda, balonku ada lima,
dll.
50
orang tua menjadi cemas untuk meninggalakan anaknya dan membuat orang
tua khawatir dengan efek dari tindakan medis yang akan dilakukan pada
yang akan dilakukan, selain itu juga seorang perawat juga harus membina
hubungan saling percaya dengan anak dan orang tua akan terapi yang akan
pasien takut dengan tindakan medis yang akan diberikan oleh rumah sakit.
kompres air hangat yang akan diberikan. Waktu penerapan pemberian kompres
air hangat diberikan selama 2 hari dimana setiap harinya dilakukan dengan
frekuensi 3 kali dan setiap pemberian aplikasi selama 5 menit (Partikya, 2007
dalam Djuwariyah dkk, 2012). Selama pemberian terapi kompres air hangat
Secara umum, enam puluh persen panas yang akan dilepas secara radiasi,
yaitu transfer dari permukaan kulit yang akan melalui permukaan luar dengan
gelombang electromagnet. Konveksi adalah pemindahan panas melalui
adalah pemindahan panas antara dua objek secara langsung pada suhu berbeda.
Pada kompres air hangat ini merupakan pelepasan panas melalui penguapan
Susnan saraf sebagai pusat pengatur suhu tubuh yaitu daerah spesifik IL-
termosentif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, yang disebut juga
sebagai korpus kalosum lamina terminalis yaitu batas antar sirkulasi dan otak.
Saraf termosensitif terpengaruh daerah yang dialiri darah dan masukan dari
reseptor kulit dan otot. Saraf sensitive terhadap hangat terpengaruhi akan
thermostatic set point yang akan memberi syarat serabut saraf eferen, terutama
dkk, 2012).
agar tidak terjadinya kejang pada klien secara tiba-tiba, teori ini sesuai dengan
Masulili (2011), bahwa untuk pasien dengan DHF itu harus dimonitor setiap
suatu saat.
52
mengobservasi tanda-tanda vital dengan hasil suhu 38,0°C, akral teraba hangat,
Mengkaji hal-hal yang disukai klien dengan hasil klien menyampaikan dengan
senang. Tindakan yang dilakukan pada An. M untuk diagnosa kedua penulis
dongeng. Setelah klien didongengkan ibunya klien trlihat senang dan klien
orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit,
terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan orang tua, hal tersebut akan
permasalahan. Semua itu dapat mengurangi efek negatif dari stress atau cemas
E. Evaluasi
anaknya masih demam, obyektif akral teraba panas, suhu 38,6oC , nadi 98 kali
11,5-13,5), leukosit 8,9 ribu/ul (Nilai normal 5,5-17,0), trombosit 150 ribu/ul
intervensi kaji keadaan umum pasien, observasi tanda-tanda vital pasien, beri
obat asam traneksamat, beri kompres hangat.
Evaluasi pada hari selasa 17 Maret 2015 jam 14.00 WIB respon subyektif
ibu pasien mengatakan demam anaknya mulai menurun, obyektif akral teraba
hemoglobin 11,5 g/dl (Nilai normal 11,5-13,5), leukosit 8,9 ribu/ul (Nilai
Pada diagnosa kedua jam 14.10 WIB respon subyektif ibu pasien
waktu 2 hari pengelola komperes air hangat dapat menurunkan suhu tubuh. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuwariyah dkk (2012) yang
tubuh.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
dirawat dirumah sakit pasien menjadi rewel karena tidak suka melihat
perawat ataupun dokter yang memeriksanya, pasien juga tidak bisa tidur
dengan nyenyak karena lingkungan rumah sakit yang ramai, pasien juga
3. Intervensi
terapi kompres air hangat pasien, menganjurkan klien untuk minum yang
traneksamat.
4. Implementasi
teratasi dintadai dengan klien masih panas, masih terlihat gelisah. Maka
mendongengkan klien secara mandiri yang dilakukan oleh orang tua klien.
6. Analisa Hasil
dengan DHF.
58
DHF,
penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang
keperawatan.
59
4. Bagi Penulis
DAFTAR PUSTAKA