Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA Ny.

S DENGAN
DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KAB. MAGELANG

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Paliatif

Disusun oleh :
Arina Ma’rufa (P1337420618098)
Novema Ashar Nurahman (P1337420618109)

ALIH JENJANG S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
A. Konsep Diabetes Melitus
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik atau
kelainan heterogen dengan karakteristik kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan
kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (ADA, 2012; Perkeni,
2011).
Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh gangguan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin
(Depkes, 2008).
Menurut kriteria diagnostik Perkeni (2011), seseorang dikatakan
menderita diabetes melitus jika memiliki kadar gula darah puasa > 126
mg/dl dan pada tes gula darah sewaktu > 200 mg/dl. Kadar gula darah
sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan
kembali normal dalam waktu 2 jam.
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes
Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering
ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang
memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen.
Oleh karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak
langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua
penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1
kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya
bahwa faktor lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi
dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di
pankreas (Merck, 2008).
b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,
bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan
tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak
ada insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari
30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas
menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80%
sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas.
Obesitas dapat menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari
itu orang obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar
untuk mengawali kadar gula darah normal (Merck, 2008).
c. Diabetes tipe lain.
1) Defek genetik fungsi sel beta :
2) DNA mitokondria.
3) Defek genetik kerja insulin.
4) Penyakit eksokrin pankreas :
a) Pankreatitis.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.
5) Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
6) Karena obat/ zat kimia.
7) Pentamidin, asam nikotinat.
8) Glukokortikoid, hormon tiroid.
d. Diabetes mellitus Gestasional
Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari
peningkatkan kadar glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria
diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan nilai kadar gula darah,
berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan American Diabetes
Association tahun 2010.
3. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai
peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).
Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
Diabetus Melitus antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai
dengan terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara
lain agen yang mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat serta gula yang diproses secara berlebih, obesitas dan
kehamilan.
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita / gangguan system
imunologi
d. Adanya kelainan insulin
e. Pola hidup yang tidak sehat
4. Manifestasi Klinis
Berbagai gejala dapat ditemukan pada penderita diabetes melitus.
Kecurigaan adanya diabetes melitus perlu dipikirkan apabila terdapat
keluhan klasik diabetes melitus atau yang disebut dengan “TRIAS DM” (
poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya), kadar glukosa darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dl
(puasa disini artinya selama 8 jam tidak ada masukan kalori), kadar
glukosa darah acak atau dua jam sesudah makan ≥ 200 mg/dl, serta AIC ≥
6,5%. AIC dipakai untuk menilai pengendalian glukosa jangka panjang
sampai 2-3 bulan untuk memberikan informasi yang jelas dan mengetahui
sampai seberapa efektif terapi yang diberikan. Penderita diabetes melitus
tipe 2 juga merasakan sejumlah keluhan lain seperti kelemahan, infeksi
berulang, penyembuhan luka yang sulit, gangguan penglihatan,
kesemutan, gatal, kandidiasis vagina berulang dan disfungsi ereksi pada
pria (Lewis, dkk ; 2011, dan Perkeni, 2011).
5. Patofisiologi
Patofisiologi diabetes melitus dapat diawali dari penurunan jumlah
insulin yang menyebabkan glukosa sel menurun atau tidak ada sama
sekali, sehingga energi di dalam sel untuk metabolisme seluler berkurang,
kondisi tersebut direspon tubuh dengan meningkatkan kadar glukosa
darah. Respon tersebut antara lain sensasi lapar, mekanisme lipolisis dan
glukoneogenesis. Jika respon tersebut terjadi berkepanjangan maka tubuh
mengalami penurunan protein jaringan dan menghasilkan benda keton.
Kondisi ini dapat mengakibatkan ketosis dan ketoasidosis (Daniels, 2012).
Hipergilkemi menyebabkan gangguan pada aktivitas leukosit dan
menimbulkan respon inflamatorik sehingga menyebabkan viskositas darah
meningkat dan membentuk trombus terutama pada mikrovaskuler, hal ini
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pembuluh darah mikro sebagai
gejala gangguan sirkulasi di jaringan perifer (Jokela, 2009). Kerusakan
mikrovaskuler juga diakibatkan karena stimulasi hepar untuk
mengkonversi glukosa darah yang tinggi menjadi trigliserida, hal ini
berakibat pada peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Tingginya
kadar trigliserida akan meningkatkan resiko arterosklerosis (Talayero,
2011).
Kadar glukosa tinggi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
gangguan jalur metabolisme poliol/alkohol sehingga meningkatkan
sorbitol.
Kadar sorbitol yang tinggi mengakibatkan gangguan kondusi impuls
syaraf sehingga terjadi gangguan neuropati diabetik (Fauci, 2009). Kadar
glukosa yang tinggi juga dapat merusak membran kapiler nefron pada
ginjal akibat angiopati. Kerusakan nefron yang progresif akan berujung
pada glomerulosklerosis. Kerusakan ini terjadi akibat beban yang berlebih
kadar gula darah sehingga membran glomerulus kehilangan daya
filtrasinya (Smeltzer, 2010).
Rendahnya produksi insulin atau rendahnya uptake insulin oleh sel-
sel tubuh dapat menimbulkan gangguan metabolik berupa peningkatan
asam lemak darah, kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein. Jika hal ini terjadi
secara terus-menerus maka akan memicu terjadinya angiopati yang dapat
menimbulkan komplikasi pada retina, ginjal, jantung koroner dan stroke
(Smeltzer, 2010).
6. Komplikasi
Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi
pada penderita Diabetes Mellitus tapi selain ulkus diabetik antara lain :
a. Komplikasi Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah.
Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam
komplikasi akut.
b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini
adalah makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh
darah besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh
darah kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal.
Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf.
Dan yang terakhir menimbulkan gangren.
c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain,
menyebabkan penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan
infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka
infesi dalam, penyembuhan luka yang jelek.
d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement
komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak
ditangani dengan prinsip steril.
B. Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus dengan Konsep Paliatif

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF TERHADAP NY. S


DENGAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KAB. MAGELANG

Hari / Tanggal Pengkajian : Jumat, 29 Maret 2019 Jam : 19.10 WIB


Nama Mahasiswa : Arina Ma’rufa & Novema Ashar Nurahman

PENGKAJIAN AWAL
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama/ nama panggilan : Ny. S
2. Tempat tanggal lahir/ usia : Magelang, 15 Juli 1950 / 69 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pelaku rawat : Ny. M
6. Alamat : Magelang
7. UPK/dokter :-
8. Diagnosis utama : Diabetes Mellitus
9. Diagnosis penyerta :-
B. IDENTITAS KELUARGA
Anak ketiga Anak kelima
Nama : Ny. M Nama : Tn. U
Usia : 49 tahun Usia : 38 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Magelang Alamat : Magelang
No.telp :- No.telp :-

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Data diperoleh dari : klien dan keluarga
2. Keluhan utama : Ny S mengeluhkan kaki kanannya mati rasa
(terdapat luka di kaki kanan)
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan kaki kanannya mati rasa. Klien mengetahui mengidap
Diabetes Melitus sejak 2014, keluarga klien sudah berusaha untuk
mengobati klien dengan membawanya ke Rumah Sakit, klien sudah
pernah opname dengan penyakit yang sama sebanyak dua kali. Hasil gula
darah terakhir pada bulan Februari 2019 yaitu 260 gr/dL. Kemudian pada
hari ini, Jumat 29 Maret 2019 saat pengkajian, hasil GDS 297 gr/dL dan
tampak terdapat luka pada kaki kanan klien. Klien mengatakan bahwa luka
tersebut sudah ada sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelum menderita penyakit DM, klien mengatakan tidak mempunyai
penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti
klien, ataupun penyakit menular.

D. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki- laki
: Pasien
/ : Meninggal
: Perempuan
: Tinggal serumah

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Sadar
2. Kesadaran : Composmetis
3. TTV
a. TD : 140/90 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,70 Celcius
d. RR : 20 x/menit
4. Pola Nutrisi
a. Berat badan : 79 kg
b. Tinggi badan : 158 cm
c. Keluhan : tidak ada keluhan
d. Kuantitas konsumsi makan : makan 3 x sehari
e. Kuantitas minum perhari : air putih 1200 ml/hari
f. Alergi makanan : klien tidak mempunyai alergi makanan
5. Rambut dan kepala
a. Inspeksi : Bentuk kepala mesocepal, rambut sudah mulai
beruban, bersih , kepala tidak terdapat luka
b. Palpasi : Kepala tidak ada benjolan
6. Mata dan penglihatan
Conjungtiva tidak anemis, simetris, bersih, pupil isokor, sclera tidak
ikterik
7. Hidung dan sinus
a. Inspeksi : Tidak ada polip , tidak ada sekret
b. Palpasi : Tidak ada benjolan
8. Telinga dan pendengaran : Simetris, tidak ada luka, terdapat serumen
9. Mulut dan tenggorokan : Bibir terlihat lembab, tidak tampak sianosis,
ada reflek telan
10. Sistem endokrin : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada hiperpigmentasi pada kulit
11. Thorax dan pernapasan
a. Inspeksi : Dada simetris, pergerakkan paru simetris
b. Palpasi : Taktil fremitus kanan sama dengan kiri
c. Perkusi : Sonor
d. Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara tambahan
12. Abdomen
a. Inspeksi : Perut terlihat datar
b. Auskultasi : Bising usus normal, 11 kali/menit
c. Perkusi : Tymphani
d. Palpasi : Hepardan lien tidak teraba
13. Genetalia dan anus
a. Inspeksi :-
b. Palpasi :-
14. Ektremitas
a. Ekstremitas atas
Inspeksi : Pergerakan bebas, tidak ada lesi, tidak ada oedem
Palpasi : Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
b. Ekstremitas bawah
Kanan
Inspeksi : Terdapat luka di kaki kanan klien
Palpasi : Turgor kulit kembali kurang dari 2 detik
Kiri
Inspeksi : Pergerakan bebas
Palpasi : Turgor kulit kembali lebih dari 2 detik
15. Status neurologi
a. Inspeksi :
Reflek membuka mata 4
Respon verbal 5
Respon motorik 6
b. Palpasi : Reflek patela baik
16. Sistem eliminasi
a. BAB
Konsistensi : Lunak dan berwarna kuning kecoklatan
Frekuensi : 1 kali sehari
Keluhan : Tidak ada keluhan
b. BAK
Warna : Kuning
Frekuensi : 8-9 kali sehari
Keluhan : Tidak ada keluhan

F. DATA PENUNJANG
Tanggal : 17 Februari 2019
Hasil Pemeriksaan : GDS 260 gr/dL

G. TERAPI SAAT INI


Oral :
Metformin 500mg 3x/hari
Glimiperide 3x/hari

H. KONDISI PSIKOLOGIS, SOSIAL, DAN SPIRITUAL


Klien mengatakan dirinya merasa cemas dengan apa yang ia alami, klien
mengatakan takut dengan penyakitnya. namun klien tetap bersyukur terhadap
apa yang dialami saat ini karena keluarga selalu memberikan dukungan dan
saat waktunya kontrol ke dokter, pasti anaknya selalu mau untuk
mengantarkannya ke rumah sakit. Ny S sudah pasrah menerima keadaannya
yang menderita DM sejak tahun 2014. Ny S mengatakan sudah siap kalau
sewaktu-waktu dipanggil Tuhan YME. Kemudian untuk saat ini yang bisa
dilakukan oleh Ny.S hanyalah berdoa karena, Ny.S sudah merasa pasrah.
Hubungan Ny. S dengan tetangga sekitar baik, tetangga selalu mensupport
supaya Ny. S segera membaik.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ganggren pada ekstremitas
2. Ansietas berhubungan dengan amcaman kematian
No. Tanggal/Jam Analisa Data Diagnosa Keperawatan TTD
1. Jumat, 29 Maret 2019 DS : klien mengatakan sudah Gangguan integritas kulit berhubungan Arina
19.10 WIB menderita DM sejak 2014, klien dengan adanya luka ganggren pada Novema
mengeluh kaki kanannya sudah ekstremitas
mati rasa
DO :
GDS : 297 gr/dL
Tampak luka di kaki kanan klien
Adanya pus di luka
2 Jumat, 29 Maret 2019 DS : klien mengatakan cemas Anseitas berhubungan dengan ancaman Arina
19.10 WIB dengan kondisinya saat ini kematian Novema
DO : klien tampak gelisah dan
cemas
PERENCANAAN KEPERWATAN
Hari / Tgl, Tujuan dan Hasil yang
No Diagnosa Intervensi TTD
Jam diharapkan
1 Jumat, Gangguan Setelah dilakukan tindakan  Kaji luas dan keadaan luka serta proses Arina
29 Maret 2019 integritas kulit keperawatan selama 3x penyembuhan dan
19.30 WIB berhubungan kunjungan, diharapkan :  Observasi luka Novema
dengan adanya luka  Nilai gula darah stabil  Monitor GDS
ganggren pada  Luka DM tampak bersih  Perawatan luka
ekstremitas  Pus dan nekrosis
berkurang
 Gula darah turun
menjadi <200 mg/dl
2 Jumat, Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi tingkat kecemasan Arina
29 Maret 2019 berhubungan keperawatan selama 3x 2. Bantu klien mengenal situasi yng menimbulkan dan
19.30 WIB dengan ancaman kunjungan, diharapkan kecemasan Novema
kematian 3. Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi
tidak terjadi ansietas 4. Gunakan pendekatan terapeutik
dengan kriteria hasil : 5. Anjurkan keluarga untuk menemani klien dalam
a. Ansietas berkurang mengurangi ansietas
b. Pasien tidak merasa 6. Berikan dukungan kepada Ny. S agar tetap
gelisah menjalankan kehidupannya dengan baik
c. Pasien tidak merasa 7. Motivasi Ny. S untuk mengungkapkan pikiran atau
ketakutan masalah dan dapat menerima ekspresi kesedihan dan
kecemasannya

TINDAKAN SAAT KUNJUNGAN


1. Fisik
a. Medis : -
b. Keperawatan
- Melakukan pengkajian
- Memeriksa kadar GDS dan tekanan darah
- Melakukan perawatan luka
c. Fungsional : -
2. Psikologis
Memberikan dukungan dan motivasi kepada Ny.S dan keluarga agar Ny.S bersemangat memenuhi tuntutan diit dan mengonsumsi
terapi obat agar mencapai kesembuhan Ny.S.
3. Sosial
Hubungan Ny.S dengan tetangga baik. Terbukti dari bagaimana tetangga klien bertamu dan mengobrol bersama.
4. Spiritual
a. Menunjukkan rasa peduli terhadap kebutuhan dan nilai spiritual terhadap Ny.S
b. Mengkaji fungsi keluarga dan teman yang berperan dalam hidupnya
c. Melibatkan keluarga dalam aktifitas spiritual Ny. S
d. Memberikan dukungan kepada keluarga untuk menjadi sumber konsolidasi bagi Ny. S
e. Memberi motivasi kepada Ny.S dan keluarga untuk selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberi kesehatan dan kekuatan
untuk bertahan terhadap Diabetes Mellitus yang dideritanya serta melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan.

TUJUAN ASUHAN
1. Jangka panjang
- Meningkatkan kualitas hidup Ny. S
- Mengatasi infeksi
2. Jangka pendek
- Menjaga luka tetap bersih
- Menghilangkan keluhan Ny. S mengenai kecemasannya.
- Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual Ny. S
LAPORAN KUNJUNGAN LANJUT

Diagnosa
No Hari/ Tanggal Tindakan Keperawatan Respon Rencana Tindak Lanjut TTD
Keperawatan
1 Hari/tanggal : Gangguan integritas - Melakukan pengukuran tanda DS : - Monitor GDS Arina
Sabtu, 30 Maret kulit berhubungan – tanda vital pada pasien Pasien mengatakan kaki - Monitor tanda-tanda dan
2019 dengan adanya luka TD: 130/90 mmHg kanannya merasa mati vital Novema
Jam : 15.20 ganggren pada Nadi: 88x/menit rasa - Perawatan luka
WIB ekstremitas Suhu: 37,10 Celcius DO : - Beri Pendidikan
RR: 21 x/menit Tampak luka di kaki kesehatan tentang
- Melakukan pemeriksaan kanan Diabetes Melitus dan
GDS GDS : 251 gr/Dl diit pada Dabetes
GDS : 251 gr/dL Melitus
- Memberikan motivasi dan
dukungan untuk selalu
berfikiran positif dan
semangat untuk mendapatkan
nilai glukosa darah yang
stabil
2 Hari/tanggal : Ansietas - Mengidentifikasi tingkat DS : - Anjurkan klien Arina
Sabtu, 30 Maret berhubungan dengan kecemasan Pasien masih merasa menggunakan teknik dan
2019 amcaman kematian - Mengajarkan klien takut dan cemas relaksasi Novema
Jam : 15.45 menggunakan teknik relaksasi DO : - Lakukan pendekatan
WIB - Melakukan pendekatan Pasien tampak gelisah terapeutik
terapeutik - Anjurkan keluarga untuk
- Menganjurkan keluarga untuk menemani klien dalam
menemani klien dalam mengurangi ansietas
mengurangi ansietas - Berikan dukungan
- Memberi motivasi, dukungan kepada Ny. S agar tetap
dan semangat untuk menjalankan
menjalankan diit yang sesuai kehidupannya dengan
- Mensupport keluarga supaya baik
Ny S semangat dan tidak putus - Motivasi Ny. S untuk
asa untuk meraih glukosa darah mengungkapkan pikiran
dengan nilai stabil atau masalah dan dapat
menerima ekspresi
kesedihan dan
kecemasannya
EVALUASI

No Tanggal / Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan TTD

1. Minggu Gangguan integritas kulit S : Pasien mengatakan kaki kanannya merasa mati rasa Arina
31 Maret 2019 berhubungan dengan adanya O : Tampak luka di kaki kanan dan
16.10 WIB luka ganggren pada Luka tampak bersih Novema
ekstremitas Pus berkurang
GDS : 216 gr/dL
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Perawatan luka
 Monitor nilai GDS
2. Minggu Ansietas b.d ancaman S : Klien mengatakan sudah mulai bersemangat lagi karena Arina
31 Maret 2019 kematian anak-anaknya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dan
16.15 WIB pengobatannya Novema
O : Pasien masih sedikit cemas
Keluarga klien selalu mendukung klien dalam pengobatan
A : Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
a. Identifikasi tingkat kecemasan
b. Bantu klien mengenal situasi yng menimbulkan
kecemasan
c. Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi
d. Gunakan pendekatan terapeutik
e. Anjurkan keluarga untuk menemani klien dalam
mengurangi ansietas
f. Berikan dukungan kepada Ny. S agar tetap menjalankan
kehidupannya dengan baik
g. Motivasi Ny. S untuk mengungkapkan pikiran atau
masalah dan dapat menerima ekspresi kesedihan dan
kecemasannya
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2010. Diagnosis And Classification Diabetes Mellitus

Position Statement. DOI : 10.2337/Dc10-S062. Diabetes Care, Vol 33, Statement 1.

American Diabetes Association (ADA). 2012. Medical Advice for People With Diabetes in

Emergency Situations. American Diabetes Association Journal.

Daniels, R & Nicoll, L. H. 2012. Contemporary Medical Surgical Nursing Second editions,

Delmar: Cengage Learning, Canada, 1591-1614.

Depkes RI. 2008. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus

Cetakan III, Bakti Husada. Jakarta.

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Jakarta.

Riyadi, S. J. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Smeltzer, S. C. & Bare B. G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai