Anda di halaman 1dari 9

ARSITEKTUR-INTERIOR KERATON SUMENEP

SEBAGAI WUJUD KOMUNIKASI DAN AKULTURASI


BUDAYA MADURA, CINA DAN BELANDA

Nunuk Giari Murwandani


Jurusan Seni Rupa
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan
melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya
komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik
berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah, Keraton Sumenep merupakan salah satu
peninggalan bangunan di Madura.
Kraton Sumenep dirancang oleh arsitek Lauw Pia Ngo dari Negeri Cina, dibangun pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, dengan demikian maka warisan budaya itu tidak luput dari pengaruh budaya
Jawa Hindu, Islam, Cina dan Belanda. Kesemuanya itu tampak pada penampilan dan penyelesaian bangunan-
bangunan tersebut. Pendopo Kraton ternyata memiliki bentuk bangunan Jawa. Pendopo dengan atap Limasan
Sinom dan bubungannya dihiasi dengan bentuk mencuat seperti kepala naga, merupakan pengaruh Cina.
Sedangkan bangunan dalem terdapat bentuk gunung (top level) yang telanjang tanpa teritis dan diselesaikan
dengan bentuk mirip cerobong asap di puncaknya, merupakan bukti pengaruh Belanda dan Cina. Pada ragam
hiasnya juga nampak beberapa pola Jawa, Islam dan Cina yang dipadu cukup menarik. Bentuk arsitektur
Kraton Sumenep, menunjukkan wujud adanya akulturasi antara budaya Madura, Cina dan Belanda.

Kata kunci: interior, Kraton Sumenep, akulturasi, budaya Madura

ABSTRACT
Acculturation is an interactive and continuous process that develops within and through the
communication of an immigrant having a foreign social and cultural environment. One form of communication
in acculturation can be seen through the remains and artefacts in the form of artworks or architecture in a
region. Keraton Sumenep, a royal building complex, is one of those historical remains in Madura.
Kraton Sumenep was designed by the Chinese architect Lauw Pia Ngo. It was constructed during the
Dutch colonial rule. Thus, this object of heritage was influenced by Javanese Hindu, Islam, Chinese and Dutch
cultures. The appearance and finishes of the building evidently show the presence of these cultures. The
pendopo (traditional Javanese over-head construction) of Kraton possesses a Javanese style of construction. It
has a Limasan Sinom roof and the flipped-shaped roof top that appears like a dragon’s head shows Chinese
influence. Meanwhile, the top level form in its interior that is naked and without a covered passageway, shaped
like a chimney at its top are evidences of Dutch and Chinese influences. Javanese, Islam and Chinese
ornamentation are composed in an interesting way. Thus, the architectural form of Kraton Sumenep shows the
that acculturation of Madura, China and Dutch culture had taken place.

Keywords: interior, Kraton Sumenep, acculturation, Madura culture.

PENDAHULUAN bungan dengan lingkungan, serta mendapatkan


pengakuan terhadap keberadaannya disebuah
Manusia adalah makhluk sosial-budaya kelompok sosial. Menurut Peterson, Jensen dan
yang memperoleh perilakunya melalui belajar. River, (1965:16) komunikasi adalah pembawa
Dari semua aspek belajar tersebut, komunikasi proses sosial, alat yang dimiliki manusia untuk
merupakan aspek terpenting dan paling men- mengatur, menstabilkan, dan memodifikasi kehi-
dasar. Lewat komunikasi manusia dapat berhu- dupan sosialnya.

71
72 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 71-79

Banyak pandangan tentang budaya. Dalam tanpa menyebabkan lenyapnya kepribadian


konteks luas budaya diartikan sebagai paduan kebudayaan asal.
pola-pola yang merefleksikan respon-respon Dengan demikian pada akhirnya bukan
komunikasi terhadap rangsangan dari ling- hanya sistem sosio-budaya imigran, tetapi juga
kungan. Pola-pola budaya ini pada gilirannya sistem sosio-budaya pribumi yang mengalami
merefleksikan elemen-elemen yang lama dalam perubahan sebagai akibat kontak antar budaya
perilaku komunikasi individual yang dilakukan yang lama. Namun dampak budaya imigran atas
oleh mereka yang lahir dan diasuh oleh budaya. budaya pribumi relatif tidak berarti dibanding-
Proses yang dilalui oleh individu untuk kan dengan dampak budaya pribumi atas budaya
memperoleh aturan-aturan (budaya) dimulai imigran. Faktor yang berpengaruh atas peru-
pada masa-masa awal kehidupan dengan cara bahan yang terjadi pada diri imigran adalah
proses sosialisasi dan pendidikan, pola-pola perbedaan antara jumlah individu dalam ling-
budaya tersebut ditanamkan kedalam sistem kungan baru yang berbagi kebudayaan asli
saraf dan menjadi bagian kepribadian dan imigran dan besarnya masyarakat pribumi. Juga
perilaku (Adler, 1976). Proses yang terinter- kekuatan dominan masyarakat pribumi me-
nalisasikan ini memungkinkan manusia untuk ngontrol berbagai sumber dayanya mengakibat-
berinteraksi dengan anggota-anggota budaya kan lebih banyak dampak pada kelanjutan dan
lainnya yang juga memiliki pola-pola komuni- perubahan budaya dari imigran.
kasi serupa. Proses memperoleh pola-pola Proses akulturasi adalah suatu proses in-
demikian disebut Inkulturasi atau dalam istilah- teraktif dan berkesinambungan yang berkem-
istilah lain disebut pelaziman budaya dan pe- bang dalam dan melalui komunikasi seorang
mrograman budaya (Herskovits, 1966:24). imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang
Hubungan antara budaya dan individu baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi
seperti yang terlihat pada proses inkulturasi, dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat
membangkitkan kemampuan manusia yang pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak,
besar untuk menyesuaikan dirinya dengan ke- baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur
adaan. Secara bertahap imigran akan menyesuai- yang ada di suatu daerah. Pada kajian ini penulis
kan dirinya dengan keadaan, dan kemudian membahas salah satu fenomena yang menarik
belajar menciptakan situasi-situasi dan relasi- sebagai bukti komunikasi tersebut yang sangat
relasi yang tepat dalam masyarakat pribumi berperan dalam proses akulturasi budaya. Tujuan
sejalan dengan berbagai transaksi yang dia laku- dari penulisan ini adalah mempaparkan adanya
kan dengan orang-orang lain. Demikian pula akulturasi budaya Madura, Cina dan Belanda
sebaliknya masyarakat pribumi secara perlahan pada karya arsitektur-interior Keraton Sumenep
akan mulai mengenal dan menerima berbagai yang sampai sekarang masih terpelihara secara
masukan baru yang dibawa oleh si imigran. baik.
Perubahan perilaku tersebut juga terjadi ketika
seorang imigran menyimpang dari pola-pola VARIABEL-VARIABEL KOMUNIKASI
budaya lama yang dianutnya dan mengganti DALAM AKULTURASI BUDAYA
pola-pola lama tersebut dengan pola-pola baru
dalam budaya pribumi. Proses komunikasi dalam akulturasi budaya,
Proses inkulturasi kedua yang terjadi pada dipengaruhi oleh banyak varibel-variabel komu-
imigran ini biasanya disebut akulturasi (accul- nikasi. Salah satu kerangka konsep yang paling
turation). Akulturasi merupakan proses yang komprehensip dan bermanfaat dalam menga-
dilakukan imigran untuk menyesuaikan diri nalisa akulturasi seorang imigran dari perspektif
dengan dan memperoleh budaya pribumi, yang komunikasi terdapat pada perspektif sistem yang
akhirnya mengarah kepada asimilasi. Menurut dielaborasi oleh Ruben (1975). Dalam perspektif
Koentjaraningrat (1977) proses akulturasi yang sistem, ada 3 unsur dasar sistem komunikasi
utama adalah unsur diterimanya kebudayaan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan-
asing yang diolah ke dalam kebudayaan sendiri nya melalui dua proses yang saling berhu-
Murwandani, Arsitektur-Interior Keraton Sumenep sebagai Wujud Komunikasi dan Akulturasi Budaya 73

bungan, yaitu komunikasi personal, komunikasi bumi. Suatu kondisi lingkungan yang sangat
sosial dan lingkungan komunikasi. berpengaruh pada komunikasi dan akulturasi
Pertama, komunikasi personal, adalah proses imigran adalah adanya komunitas etniknya di
mental yang dilakukan manusia untuk mengatur daerah setempat. Derajat pengaruh komunitas
dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan etnik atas perilaku imigran sangat bergantung
sosial budayanya, mengembangkan cara-cara pada derajat kelengkapan kelembagaan komuni-
melihat, mendengar, memahami, dan merespon tas tersebut dan kekuatannya untuk memelihara
lingkungan. Dalam kontek akulturasi, komuni- budaya yang khas bagi anggota-anggotanya
kasi personal seorang imigran dapat dianggap (Taylor, 1979). Lembaga-lembaga etnik yang
sebagai pengaturan pengalaman akulturasi ke ada dapat mengatasi tekanan-tekanan situasi
dalam sejumlah pola respon kognitif dan afektif antar budaya dan memudahkan akulturasinya.
yang dapat diidentifikasi dan konsisten dengan Pada akhirnya masyarakat pribumilah yang
budaya pribumi. Salah satu variabel komunikasi memberikan kebebasan atau keluwesan kepada
personal terpenting dalam akulturasi adalah imigran minoritas untuk menyimpang dari pola-
kompleksitas struktur kognitif imigran dalam hal pola budaya masyarakat pribumi yang dominan
ini orang-orang Cina dan Belanda dalam mem- dan untuk mengembangkan lembaga-lembaga
persepsi lingkungan pribumi (budaya Madura). etnik.
Variabel lain komunikasi personal adalah citra
diri imigran yang berkaitan dengan citra-citra PERIODE SEJARAH TERJADINYA
imigran tentang lingkungannya. Aspek motivasi AKULTURASI DI SUMENEP
akulturasi seorang imigran terbukti fungsional
dalam memudahkan proses akulturasi. Semakin Sumenep dengan Kerajaan Jawa Hindu/
tinggi motivasi dari seorang imigran untuk mela- Budha dan Islam
kukan penyesuaian dengan budaya setempat, Daerah Sumenep dibuka pertama kali seba-
maka semakin cepat pula proses terjadinya gai kabupaten oleh Ario Adikoro Wiraraja atau
akulturasi budaya. Banyak Wide yang memerintah pada tahun 1269
Kedua, komunikasi sosial, berkaitan - 1292. Beliau adalah Bupati yang dibentuk dan
dengan komunikasi personal ketika dua atau diangkat oleh Raja Singasari yang dikenal
lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak dengan Raja Kertanegara. Jadi saat itu Sumenep
melalui komunikasi sosial individu-individu merupakan daerah bawahan kerajaan Singosari.
mengatur perasaan-perasaan, pikiran dan perila- Bupati-bupati pada kurun selanjutnya adalah
ku-perilaku antara yang satu dengan yang lain- tetap anak turun dari Ario Banyak Wide dan
nya. Komunikasi antar pesonal seorang imigran selalu berkiblat ke arah kerajaan di Jawa
dapat diamati melalui derajat partisipasinya (Abdurachman, 1971).
dalam hubungan-hubungan antar personal Bupati Sumenep ke 13 bernama Joko Tole
dengan anggota-anggota masyarakat pribumi. (1415-1406) mulai memeluk agama Islam yang
Derajat keintiman dalam hubungan-hubungan disiarkan dari Giri Kedaton Gresik. Sejak saat itu
individu telah dikembangkan dengan anggota agama Hindu dan Budha berangsur-angsur surut
masyarakat pribumi, merupakan salah satu dan digantikan oleh agama Islam yang memang
indikator penting tentang kecakapan komunikasi sudah mulai tersebar luas di kawasan nusantara.
pribumi yang telah diperolehnya. Komunikasi Bupati ke 16 adalah R.T Kanduruan, putra
yang melibatkan hubungan antar personal mem- Raden Patah, Raja Islam Demak. Sedangkan
beri imigran maupun umpan balik yang serem- Bupati Sumenep ke 21 yakni Pangeran Angga-
pak, yang secara langsung berfungsi sebagai dipa adalah putra Jepara, Jawa Tengah, dengan
kontrol perilaku-perilaku komunikasi imigran. demikian maka kiblat kekuasaan dan kebuda-
Ketiga, lingkungan komunikasi. Komuni- yaan Sumenep kini beralih ke Jawa Tengah
kasi personal dan komunikasi sosial seorang sesuai dengan perpindahan kekuasaan saat itu.
imigran dan fungsi komunikasi tersebut tidak Maka terjadilah akulturasi kebudayaan Madura
dapat sepenuhnya dipahami tanpa dihubungkan dengan kebudayaan Jawa. Diperkirakan ukiran
dengan lingkungan komunikasi masyarakat pri- kayu Jepara dan kesenian Islam yang tersebar di
74 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 71-79

pantai Utara Jawa ikut tersebar ke Sumenep se- Selain bidang perdagangan dan bangunan,
hingga kini tampak pola ukiran Madura di banyak orang-orang Cina di Sumenep yang
Karduluk Sumenep yang ada kemiripan dengan mempunyai usaha pertukangan dan kerajinan,
pola ukiran Jepara. Bahkan sampai sekarang oleh karena itu langgam Cina banyak ditemukan
kerajinan ukiran tersebut masih tetap ada, pada ukir-ukiran di Sumenep.
dengan motif-motif yang ada kesamaan dengan
motif-motif ukir di Jawa Tengah, meskipun da- Sumenep dengan Kolonial Belanda
lam bentuk dan corak yang spesifik meng-
Menurut buku "Tjareta Negraha Song-
gambarkan karakter Madura, yaitu bentuk pa-
genep", Kompeni Belanda atau VOC datang di
hatan yang tegas dan lugas, serta warnanya yang
Sumenep pada kurun pemerintahan Raden
mencolok.
Bugan (1648-1672), sahabat Raden Trunojoyo.
Setelah perjuangan Trunojoyo dapat dipatahkan,
Sumenep dengan Imigran Cina
maka Pamekasan dan Sumenep kemudian takluk
Kontak antara masyarakat Madura dengan kepada kekuasaan Kompeni. Bahkan sepening-
orang-orang Cina diperkirakan berawal pada gal Raden Bugan, Kompeni ikut campur menen-
saat datangnya tentara tartar dari Cina atau tukan tampuk pemerintahan Sumenep, kemu-
Monggolia di Mojopahit (+ tahun 1229) yang dian menentukan Raden Sudarmo, putra tunggal
datang untuk memerangi Kertanegara. Raden Raden Bugan yang masih remaja, dibawa dan
Wijaya mulai bersahabat dengan pasukan Tartar, diasuh Kompeni di Batavia.
namun demikian akhirnya pasukan Tartar inipun Pada tahun 1704 Pangeran Cakraningrat
ditumpas dan dihancurkan oleh pasukan Raden meninggal dan di Mataram terjadi peristiwa
Wijaya Mojopahit. Kontak yang kedua terjadi penandatanganan antara Pangeran Puger dengan
pada masa perang Joko Tole melawan Dempo Kompeni, bahwa Kompeni mengakui kekuasaan
Awang, abad ke 15. Kontak yang ketiga diper- Pangeran Puger yang saat itu sedang berselisih
kirakan terjadi segera setelah Belanda mulai dengan Sunan Mas (Amangkurat III). Sebalik-
menguasai Madura, abad ke 18. Kontak yang nya Pangeran Puger berkewajiban menyerahkan
keempat diperkirakan terjadi pada masa pem- sebagian dari tanah Jawa dan Madura bagian
berontakan Cina, orang-orang Cina di Batavia Timur kepada Kompeni. Dengan demikian untuk
menyebar ke daerah-daerah yang dikuasai yang kedua kalinya Sumenep jatuh ke tangan
Kompeni. Hal ini terjadi pada abad ke 18. Kompeni, dimana pada saat itu masa peme-
Di Sumenep banyak kedatangan orang- rintahan Panembahan Romo (Cokronegoro II).
Pada masa pemerintahan Alza (1744-1749)
orang Cina yang kemudian kawin dengan orang
terjadi pemberontakan yang dipimpin Kyai
Madura dan menetap di sana. Lauw Pia Ngo
Lesap dari Bangkalan. Pada saat itu Kyai Lesap
terkenal sebagai arsitek Keraton Sumenep, pada
menggalang kekuatan yang ada pada rakyat
pemerintahan Panembahan Sumolo, abad ke 18.
yang sudah benci kepada Kompeni. Ia berjuang
Pada bangunan Keraton dan Masjid Agung yang dari Timur dengan menguasai Keraton Sume-
kini masih terawat baik, dapat dilihat pengaruh nep. Kyai Lesap memerintah Sumenep hanya
dari arsitektur Cina. Penyelesaian atap dan dalam waktu 1 tahun yaitu tahun 1749-1750.
sebagian ornamen ukir-ukiran pada pintu dan Pemerintahan berikutnya dipegang oleh Raden
jendela keraton dibuat dengan penuh langgam Ayu Tirtonegoro (1750-1762) keturunan dari
Cina. Pintu gerbang mengingatkan pada bentuk Raden Bugan yang kemudian kawin dengan
tembok Tiongkok, mimbar dan mihrabnya dise- seorang ulama bernama Bendoro Saud. Bendoro
lesaikan dengan porselin dari Cina. Pada rumah Saud ini kemudian oleh Kompeni dinobatkan
tinggal para pangeran juga dapat ditemukan hal sebagai Bupati Sumenep.
serupa. Rumah Pangeran Letnan dan Pangeran Asirudin putra Bendoro Saud dan putra
Patih, bentuk atapnya mirip rumah koloni Cina angkat dari Ratu Tirtonegoro, atas permintaan
yang dapat ditemukan di Batavia dan kota-kota kedua orangtuanya, oleh Kompeni dikabulkan
besar di Jawa. dan diangkat menjadi Bupati Sumenep meng-
Murwandani, Arsitektur-Interior Keraton Sumenep sebagai Wujud Komunikasi dan Akulturasi Budaya 75

gantikan ayahnya. Ia memerintah pada tahun Proses komunikasi antara budaya Madura,
1762-1811 bergelar Tumenggung Ario Noto- Cina dan Belanda, yang telah berlangsung cukup
kusumo atau kemudian terkenal dengan sebutan lama, terjadi berbagai penyesuaian antara bu-
Panembahan Sumolo. Dialah yang mendirikan daya satu dengan budaya lainnya sehingga
Keraton Sumenep pada tahun 1781. menghasilkan akulturasi budaya baru. Proses
Keraton Pejagalan (R. Ayu Tirtonegoro), akulturasi budaya di Madura dimulai ketika
Keraton Sumenep, Masjid Agung Sumenep dan pengaruh kerajaan Hindu dan Islam dari Jawa
Makam Asta Tinggi, dibangun pada kurun masuk ke Madura yang akhirnya menjadi cikal
Sumenep dikuasai Kolonial Belanda. Jadi tidak bakal budaya Madura. Pada perkembangan
mustahil kalau pada bangunan-bangunan terse- berikutnya masuklah budaya Cina yang dibawa
but akan ditemukan konsepsi arsitektur Kolonial oleh para imigran dan menghasilkan budaya
atau pengaruh langgam arsitektur Belanda Madura ditambah Cina. Sedangkan proses akul-
(Eropa). Pada saat itu Keraton Sumenep di turasi yang selanjutnya terjadi ketika kerajaan
bawah pemerintahan Kolonial Belanda, kondisi Sumenep berada di bawah kekuasaan Belanda,
ini sudah tentu secara politik menunjukkan ada- pada saat itulah terjadi akulturasi antara budaya
nya dominasi peran pemerintah Kolonial dalam Madura ditambah Cina dengan budaya kolonial
setiap sisi kehidupan pemerintahan, baik sistem (Barat), sehingga terlahir budaya baru yang
pemerintahan, lambang-lambang kerajaan, ter- sekarang terlihat pada bentuk arsitektur-interior
masuk dalam bentuk arsitektur bangunan keraton Sumenep.
keraton yang menunjukkan adanya pengaruh Secara skematis proses akulturasi tersebut
kuat budaya kolonial (Barat). dapat terlihat pada bagan 1 berikut ini:
Budaya Madura
(Hindu/Budha dan Islam) Budaya Cina
WUJUD KOMUNIKASI DAN AKUL-  
TURASI BUDAYA MADURA, CINA DAN A  Komunikasi  B
BELANDA PADA ARSITEKTUR-
INTERIOR KERATON SUMENEP
Budaya Budaya
Madura + Cina  AB  Komunikasi  C  Belanda
Sifat meniru bukanlah hal yang tidak mung-
kin dalam kebudayaan, akan tetapi merupakan
sifat dari masyarakat dimanapun juga. Alfre ABC

Vierkandt seorang sosiolog terkenal berkata, 


Budaya Madura + Cina + Belanda
"Die Nachamung ist eine der Wichtigsten (Kraton Sumenep Sekarang)
Grundslagen fur die Erhaltung der Kultur",
Bagan 1. Proses akulturasi budaya Madura, Cina
artinya peniruan adalah salah satu sendi yang dan Belanda
penting dalam perkembangan kebudayaan.
Pertemuan antara dua kebudayaan akan Proses akulturasi budaya serta pengaruhnya
terjadi komunikasi pada kedua kebudaya terse- terhadap wujud arsitektur–interior bangunan
but, dan membawa akulturasi. Kebudayaan yang kraton Sumenep dijelaskan sebagai berikut:
kuat dan atau dianggap baik biasanya mewarnai
kebudayaan satunya. Bahkan dapat terjadi bah-
1. Bentuk Asli Arsitektur Madura
wa dua kebudayaan saling berakulturasi, saling -
mempengaruhi antara kebudayaan imigran Seperti telah diuraikan pada pembahasan
dengan kebudayaan pribumi, yang pada akhir- terdahulu, bahwa sejarah Madura dimulai pada
nya akan melahirkan suatu kebudayaan baru. masa Hindu/Islam di Jawa masuk ke Madura.
Kebudayaan baru tersebut bisa berupa norma- Pengaruh Jawa tersebut sudah barang tentu
norma, perilaku, bahasa maupun kesenian, dian- menyebabkan bentuk-bentuk arsitektur-interior
taranya seni arsitektur. Adanya kebudayaan baru di Madura banyak diwarnai bentuk arsitektur-
hasil akulturasi menunjukan peran komunikasi interior Jawa. Bentuk arsitektur rumah Jawa
sangat vital dalam mendorong suatu proses tersebut sampai sekarang masih dapat ditemu-
akulturasi budaya. kan pada sebagian rumah penduduk daerah
76 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 71-79

pinggiran. Bentuk arsitektur yang dipengaruhi


oleh arsitektur Jawa tersebut antara lain berupa:
a. Rumah tipe Trompesan yaitu rumah yang
atapnya mirip dengan rumah Jawa tipe
Srotongan yang diberi cukit atau teritis di
kedua sisinya. Tipe rumah tersebut banyak
terdapat di daerah Situbondo dan Bondo-
woso.

Gambar 3. Rumah tipe Pegun

d. Bentuk rumah tipe Surabayan, yaitu


bentuk rumah yang atapnya berbentuk
Limasan atau Kampung dan selalu memiliki
teras depan yang terbuka. Diduga bentuk
rumah ini dipengaruhi oleh bentuk rumah
yang ada di daerah Surabaya, yang secara
geografis berdekatan dengan Madura.

Gambar 1. Rumah tipe Trompesan

b. Rumah tipe Bangsal, yaitu rumah yang


atapnya mirip dengan rumah Jawa tipe Joglo
yang sisi kiri dan kanannya dipotong. Di
daerah Pinggir Papas Kalianget terdapat
gugus bangun tipe ini yang puncaknya
dihiasi dengan bentuk kapal atau ular naga.
Gambar 4. Rumah tipe Surabayan

2. Pengaruh Arsitektur Cina


Orang Cina di Sumenep selain berusaha
pada bidang perdagangan juga banyak yang
tekun pada bidang pertukangan, maka pengaruh
kebudayaan Cina terlihat jelas pada seni ba-
ngunan di Sumenep. Bentuk hiasan penutup atap
dan pengukiran atap dengan top gevel (gunung-
gunung), keramik, porselin dari Cina, ukir-
ukiran bentuk Naga dan Burung Phoenix atau
Merak dan sebagainya merupakan pengaruh
kebudayaan Cina. Pintu gerbang Masjid Agung
Gambar 2. Rumah tipe Bangsal Sumenep mengingatkan pada Tembok Raksasa
di Cina yang terbuat dari tembok dengan bentuk
c. Bentuk rumah tipe Pegun atau Potongan, memanjang, mengesankan kekokohan dan ke-
agungan. Interior ruang masjid jamik, seperti
yaitu rumah yang atapnya mirip dengan
mimbar, mihrab dan maksurah pada dindingnya
bentuk rumah Jawa tipe Limasan Pacul-
dilapisi dengan keramik porselen dari Cina.
gowang, sekarang masih banyak terdapat Model interior seperti ini memperlihatkan nuan-
pada rumah tinggal di Jawa. sa pengaruh Cina yang sangat kuat.
Murwandani, Arsitektur-Interior Keraton Sumenep sebagai Wujud Komunikasi dan Akulturasi Budaya 77

3. Pengaruh Arsitektur Belanda (Barat)


Pada awal berdirinya kabupaten Sumenep
kekuasaan Kolonial Belanda cukup lama (ku-
rang lebih 3 abad) di Sumenep, dengan demikian
masuklah (terjadi komunikasi antara budaya)
pengaruh kebudayaan Belanda memberi warna
pada kebudayaan Sumenep. Hal ini terlihat juga
Gambar 5. Pintu gerbang Masjid Jamik Sumenep pada konsepsi ruang pada bangunan rumah
yang bentuknya mirip dengan tembok Raksasa tinggal kaum bangsawannya. Bangunan ini
Tiongkok. Dilatar belakang nampak bangunan mirip dengan konsepsi ruang pada bangunan
masjidnya yang beratap Tajug tumpang tiga pengaruh Kolonial Belanda yang banyak terlihat di
arsitektur Jawa – Islam (Sumber: Dokumentasi Batavia dan kota-kota besar di Jawa yang
Pribadi). disebut sebagai "landhuise", yakni bentuk
arsitektur Belanda yang sudah disesuaikan
dengan iklim di Indonesia. Bentuk-bentuk ele-
men bangunan seperti kolom banyak dibuat
dengan gaya Arsitektur Belanda (Yunani).
Bentuk-bentuk rumah tinggal Landhuise kini
peninggalannya dapat dilihat pada beberapa
rumah kaum bangsawan pedagang Arab dan
Pakistan di daerah Kepanjen dan lain-lain.
Wujud alkuturasi budaya asing yang masuk
ke Kraton Sumenep dapat dilihat juga pada
lambang Kraton Sumenep, yakni pengaruh Be-
Gambar 6. Tampak Timur Dalem Kraton yang din-
landa dengan mahkota yang lengkap dengan
dingnya tanpa teritis, mirip dinding Klenteng. Pada tanda salip di atasnya, Cina dengan lambang
puncak dinding tembok, terdapat bentuk seperti naga yang dapat terbang, serta Madura (Islam)
kepala tugu yang amat mirip dengan bentuk cerobong dengan lambang kuda terbang, Merupakan suatu
asap di negeri Eropa (Belanda). Disini terlihat Akul- hal yang unik lambang Kraton dari Sultan
turasi Budaya Cina dan Belanda dalam Seni Bangun (Islam) namun terdapat lambang salib (Katolik)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi). di bagian puncaknya.

Gambar 7. Tampak Depan Bangunan Pendopo. Gambar 8. Tampak depan Labang Mesem (Gapura
Nampak lantainya yang amat rendah. Atapnya sama Kraton). Hiasan tembok meniru bentuk Parthenon
dengan atap rumah Jawa tipe Limasan Sinom dengan dengan pilar-pilarnya bergaya Ionic sebagai bentuk
bubungannya diselesaikan mencuat ke atas mirip pengaruh arsitektur Belanda. Sedangkan atapnya
hiasan bubungan Klenteng Cina (Sumber: Dokumen- bersusun mirip dengan Pagoda Cina (Sumber: Doku-
tasi Pribadi). mentasi Pribadi).
78 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 71-79

Akulturasi merupakan proses yang dilaku-


kan imigran untuk menyesuaikan diri dengan
dan memperoleh budaya pribumi. Proses akul-
turasi yang utama adalah unsur diterimanya
kebudayaan asing yang diolah kedalam kebuda-
yaan sendiri tanpa menyebabkan lenyapnya ke-
pribadian kebudayaan asal. Proses akulturasi
adalah suatu proses interaktif dan berkesinam-
bungan yang berkembang dalam dan melalui
komunikasi seorang imigran dengan lingkungan
sosio-budaya yang baru.
Proses komunikasi mendasari proses akul-
turasi seorang imigran. Akulturasi terjadi melalui
identifikasi dan internalisasi lambang-lambang
Gambar 9. Lambang Kraton Sumenep terdiri dari masyarakat pribumi yang signifikan. Kecakapan
Mahkota Eropa (Kroons), kuda terbang, naga
imigran dalam berkomunikasi akan berfungsi
terbang, dan untaian bunga mawar
sebagai perangkat alat penyesuaian diri, dalam
membantu imigran memenuhi kebutuhan-kebu-
tuhan dasarnya seperti kebutuhan akan kelang-
sungan hidupnya dan kebutuhan akan rasa
memiliki dan harga diri.
Kraton Sumenep dan masjid Jamik diran-
cang oleh arsitek Lauw Pia Ngo dari Negeri
Cina, dibangun pada masa pemerintahan kolo-
nial Belanda. Maka warisan budaya itu tidak
luput dari pengaruh budaya Jawa Hindu, Islam,
Cina dan Belanda. Pengaruh budaya-budaya
tersebut tampak pada penampilan dan penyele-
saian bangunan-bangunan tersebut.
Gambar 10. Interior dari Pringgitan (Teras Depan Pendopo Kraton ternyata memiliki bentuk
Dalem). Pilar-pilarnya bergaya Majapahit. Tinggi bangunan Jawa. Pendopo dengan atap Limasan
pintu ke ruang sekretariat Sultan kurang dari 3m, Sinom dan bubungannya dihiasi dengan bentuk
mirip dengan ukuran untuk orang Belanda. Lantai mencuat seperti kepala naga, merupakan penga-
tegel sedang langit-langit dari papan jati (Sumber: ruh Cina. Sedangkan bangunan dalem terdapat
Dokumentasi Pribadi). bentuk gunung (top level) yang telanjang tanpa
teritis dan diselesaikan dengan bentuk mirip
SIMPULAN cerobong asap di puncaknya, merupakan bukti
pengaruh Belanda dan Cina. Pada ragam hiasnya
Budaya dapat diartikan sebagai paduan pola- juga nampak beberapa pola Jawa, Islam dan
pola yang merefleksikan respon-respon komuni- Cina yang dipadu cukup menarik.
kasi terhadap rangsangan dari lingkungan. Buda- Bentuk arsitektur Kraton Sumenep, menun-
ya juga merupakan pengetahuan yang dapat jukkan wujud adanya akulturasi antara budaya
dikomunikasikan, sifat-sifat perilaku dipelajari Madura, Cina dan Belanda. Dengan akulturasi
dari anggota-anggota dalam suatu kelompok tersebut menunjukkan telah terjadi komunikasi
sosial dan wujud dalam lembaga-lembaga dan antar budaya baik budaya imigran maupun pri-
artefak-artefak mereka. Proses memperoleh bumi. Adanya komunikasi budaya mengakibat-
pola-pola demikian disebut Inkulturasi atau kan proses akulturasi sebuah budaya menjadi
istilah-istilah lain disebut pelaziman budaya dan lebih cepat terbentuk.
pemprograman budaya.
Murwandani, Arsitektur-Interior Keraton Sumenep sebagai Wujud Komunikasi dan Akulturasi Budaya 79

REFERENSI Land, en Volkenkunde van Java.


Weltevreden : Albrecht & Co.
Abdurachman. 1976. Pengantar Sejarah Jawa Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Pene-
Timur. Jiild I, Cetakan I. Sumenep: litian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.
Abdurachman. 1971. Sejarah Madura Se- Koentjaraningrat. 1977. Antropologi Sosial, Be-
lanyang Pandang. Sumenep: berapa Pokok. Jakarta: PT Dian Rakyat.
. 1975. Rumah Tradisional Madura. Sura- Jordan, Roy E. 1979. Penelitian Rumah Tradi-
baya: Fakultas Teknik Arsitektur Institut sional Madura. Makalah seminar PPM
Sepuluh November Surabaya. tahun 1979 di Malang.
Kartosoedirdjo, Tjareta Naghara Soanggennep. Taylor, Robert B. 1979. Introduction to Cultural
1921. Overdruk uit de Handelingen Anthropology. Boston: Allyn and Bacon,
vanhet Eerste Congres voor de Taal, Inc,.

Anda mungkin juga menyukai