Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

A. Pengertian.
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat. ( Muttaqin, 2008 )
Meningitis adalah radang pada meningen ( membran yang
mengelilingi otak dan medula spinalis ) dan disesbabkan oleh virus,
bakteri atau organ- organ jamur. ( NANDA, 2012 )
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan
sumsum tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi
( bakteri, virus atau jamur ), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia,
perdarahan subarchhnoid, kanker dan kondisi lainnya. ( WHO, 2014 )
Dapat disimpulkan meningitis merupakan suatu reksi keradangan
yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang membungkus
jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi
berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh baktrei spesifik atau nonspesifik
maupun virus.

B. Etiologi
Penyebab dari meningitis sebagai berikut :
1. Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa


bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis
adalah :

a. Haemophillus influenza.
b. Nesseria meningitides (meningococcal).
c. Diplococcus pneumoniae (pneumococcal).
d. Streptococcus, grup A.
e. Staphylococcus aureus.
f. Escherichia coli
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
j. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan
system kekebalan tubuh seperti AIDS.

2. Virus

Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat


akhir/sequeledari berbagai penyakit yang disebabakan oleh virus spereti
campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus
ini tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak ditemukan
adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter dan
lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis
sel yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan mengganggu
metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan
produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut
terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.
Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini
biasanya bersifat “self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan
sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Contohnya virus,
toxoplasma gondhii dan ricketsia.

3. Jamur

Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang


paling serimh, biasanya menyerang SSP pada pasien dengan AIDS. Gejala
klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan
berefek pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam atau
tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan sakit kepala, nausea, muntah
dan penurunan status mental.

4. Protozoa.

( Donna D., 1999)

Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :

1. Otitis media.
2. Pneumonia.
3. Sinusitis.
4. Sickle cell anemia.
5. Fraktur cranial, trauma otak.
6. Operasi spinal

5. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan


dengan wanita.
6. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan.
7. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
8. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa,


point d’entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur
operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya
rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya
CSF dengan lingkungan luar.

C. Anatomi & Fisiologi.


Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum),
otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung
(medulla oblongata), dan jembatan varol.

1. Otak besar (serebrum).

Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas


mental, yaitu yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan
(memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan


sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa
gerakan refleks otak. Pada bagian korteks otak besar yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di
sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar
atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam
proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar
berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang
mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan
merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat, analisis, berbicara,
kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di bagian belakang.
2. Otak tengah (mesensefalon).

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di


depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang
mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak
tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

3. Otak kecil (serebelum).

Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan


otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada
rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang
normal tidak mungkin dilaksanakan.

4. Sumsum sambung (medulla oblongata).

Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang


dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan
darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga
mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.

5. Jembatan varol (pons varoli).

Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak


kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang.

Berdasarkan letaknya, otak dapat dibagi menjadi lima yaitu:

1. Telensefalon (end brain)


2. Diensefalon (inter brain)

3. Mesensefalon (mid brain)

4. Metensefalon (after brain)

5. Mielensefalon (marrow brain)

D. Klasifikasi.
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi
pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis Purulenta.
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
Meningitis purulenta ada yang disebabkan metastasis infeksi dari
tempat lain yang menyebar melalui darah. Penyebabnya ialah meningokok
(Neisseria meningitidisis), pneumokok (Diplococcus pneumoniae),
haemophilus influenzae.Ada pula yang timbul karena perjalanan radang
langsung dari radang tulang tengkorak, mastoiditis misalnya, dari
tromboflebitis atau pada luka tembus kepala.Penyebabnya ialah
streptokok, stafilokok, kadang-kadang pneumokok.Likuor serebrospinal
keruh kekuning-kuningan karena mengandung pus, nanah.Nanah ialah
campuran leukosit hidup dan yang mati, jaringan yang mati dan bakteri.
Pada permulaan gejala awal meningitis purulenta adalah panas,
menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya
nafsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung dan sendi,
setelah 12-24 jam tibul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu
nyeri pada kuduk dan brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam, tanda-
tanda selaput otak akan menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat
peka terhadap rangsangan, penderita sering gelisah, mudah terangsang dan
menunjukkan perubahan mental seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi.
Pada keadaan koma yang berat dapat terjadi herniasi otak sehingga terjadi
dilatasi pupil dan koma.

2. Meningitis Serosa.
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai
cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan
Ricketsia.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa.Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii,
Ricketsia.Likuor serebrospinal jernih meskipun mengandung jumlah sel
dan protein yang meninggi.
Meningitis tuberculosa masih sering dijumpai di Indonesia, pada
anak dan orang dewasa.Meningitis tuberculosis terjadi akibat komplikasi
penyebab tuberculosis primer, biasanya dari paru-paru.Meningitis bukan
terjadi karena terinfeksi selaput otak langsung penyebaran hematogen,
tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan
otak, sumsum tuang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke
dalam rongga arachnoid.
Tuberculosa ini timbul karena penyebaran mycobacterium
tuberculosa.Pada meningitis tuberculosa dapat terjadi pengobatan yang
tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat.Dapat terjadi cacat
neurologis berupa parase, paralysis sampai deserebrasi, hydrocephalus
akibat sumbatan, reabsorpsi berkuran atau produksi berlebihan dari likuor
serebrospinal.Anak juga bisa menjadi tuli atau buta dan kadang-kadang
menderita retardasi mental.
Gambaran klinik pada penyakit ini mulanya pelan.Terdapat panas
yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa
lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan
jiwa seperti halusinasi. Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda
rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi
hemiparases dan kerusakan syaraf otak yaitu N III, N IV, N VI, N VII, N
VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.

E. Patofisiologi.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena
yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus. ( Price, 2006 )
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis.
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata ( Mutaqqin, 2008 )

H. Pemeriksaan Penunjang.
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis Bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa meningkat,
kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya
jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya
normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis ).
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri ).
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri ).
5. Elektrolit darah : Abnormal.
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis.
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan
daerah puast infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
8. MRI/ CT-scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/ letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau
tumor.
9. Ronsen dada/ kepala/ sinus; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

I. Komplikasi.
1. Hidrosefalus obstruktif.
2. MeningococcL Septicemia ( Mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen ( septik, syok, DIC, perdarahan adrenal
bilateral ).
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone )
5. Efusi subdural.
6. Kejang.
7. Edema dan herniasi serebral.
8. Cerebral palsy.
9. Gangguan mental.
10. Gangguan belajar.
11. Attention deficit disorder.

J. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi b.d Penyakit
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan.

K. Intervensi Keperawatan.
1. Perawatan demam.
2. Pengaturan suhu.
3. Berikan obat anti kejang.
4. Manajemen gangguan makanan.
5. Manajemen nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai