Anda di halaman 1dari 13

RESUME MAKALAH NIFAS

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui
Dosen Pembimbing : Tatik Kusyanti, SST, M.Keb

Disusun Oleh:

Hasnah Aribahanifah P17324118001

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN BANDUNG
2019
PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DALAM NIFAS

A. Psikologis Masa Nifas


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi ibu.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan tersebut
berupa perubahan emosi dan sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua
pada masa postpartum yaitu : Respon dan dukungan dari keluarga dan teman, Hubungan
antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi, Pengalaman melahirkan dan
membesarkan anak yang lain dan Pengaruh budaya.
proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga fase yaitu:
1. Fase taking in(Fase Dependent) : periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan ,pada fase ini ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri dan berulang kali menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari
awal sampai akhir.
2. Fase taking hold (fase Independent) : periode yang berlangsung 3-10 hari postpartum.
Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi serta mempunyai
perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah namun sudah
mengerjakan tugas keibuanya .
3. Fase letting go (Fase Mandiri atau Fase Interdependen) : periode menerima tanggung
jawab akan peran barunya dan sering disebut periode “after back to home”. Berlangsung
sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya.
B. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Adaptasi adalah proses yang konstan dan berkelanjutan yang membutuhkan perubahan
dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga ibu dapat menyesuaikan terhadap
perubahan-perubahan yang dialami pada masa postpartumdan melibatkan interaksi ibu
postpartum dengan lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Kesejahteraan ibu selama periode
pascanatal dipengaruhi oleh faktor, seperti kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas
dengan perannya sebagai ibu, cemas dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat
dukungan yang tersedia untuk ibu.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Adaptasi Psikologi Masa Nifas
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman
2. Hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu atau terdahulu
4. Pengaruh budaya
D. Gangguan Psikologis yang sering terjadi pada Ibu Nifas
1. Depresi , Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang muncul saat
melahirkan dank arena sebab-sebab yang kompleks lainnya.
2. Post Partum Blues, keadaan dimana ibu merasa kecewa, sendirian, takut, atau tidak
mencintai bayi mereka, dan merasa bersalah karena perasaan ini.
E. Peran Bidan pada Masa Nifas
1. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial sertamemberikan
semangat pada ibu
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannyasebagai orang tua
6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan denganibu dan anak
serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman.
11. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,menetapkan diagnosa
dan rencana tindakan serta melaksanaknnya untukmempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhikebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
12. Memberikan asuhan secara professional.
PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL PADA IBU POST PARTUM
BLUES SERTA IBU YANG MENGLAMI KESEDIHAN DAN DUKA CITA

A. Post Partum Blues


perasaan emosional yang dirasakan ibu setelah melahirkan. Postpartum blues
merupakan sindroma stress ringan pasca melahirkan dan normal yang hilang dengan
sendirinya. Biasanya mencapai puncak pada hari ke 3 dan ke 5. Baby blues terjadi
dalam waktu yang lebih singkat, umumnya berlangsung selama 2 minggu.

Penyebab postpartum blues dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
berupa Perubahan hormone, Kesiapan Melahirkan, Umur Dan Paritas, Dukungan
Emosional, Kelelahan Dan Kekhawatiran Berlebih dan Riwayat Persalinan.Post partum
blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Gejala dari depresi post
partum adalah: Sering menangis, Sulit tidur, Nafsu makan hilang, Gelisah, Perasaan
tidak berdaya atau hilang control, Cemas atau kurang perhatian pada bayi, Tidak
menyukai atau takut menyentuh bayi, Pikiran menakutkan mengenai bayi, Kurang
perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri, Perasaan bersalah dan putus
harapan (hopeless), Penurunan atau peningkatan berat badan dan Gejala fisik, seperti
sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

B. Manajemen Asuhan Pada Post Partum Blues


1. Komunikasi terapeutik : Bertujuan untuk menciptakan hubungan baik antara bidan
dengan pasien dalam rangka dalam rangka kesembuan klien dengan cara mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosinya dan dapat memahami dirinya
sendiri.
2. Peningkatan support mental, dengan cara Meminta suami untuk membantu mengerjakan
pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya dan menyiapkan susu, Memanggil
nenek atau keluarga bayi agar bisa menemani ibu dalam men ghadapi kesibukan merawat
bayi, Suami lebih perhatian terhadap istri dan permasalahan yang dihadapi istrinya ,
Menyiapkan mental dalam menghadapi kelahiran anaknya, Suami menggantikan peran
istri ketika istri kelelahan dan memperbanyak dukungan dan menemani istri dalam
mengurus anaknya , serta ibu dianjurkan sering berkumpul dengan teman-teman terdekat
atau keluarga
3. Penanganan post partum blues juga dapat dilakukan pada diri klien itu sendiri yaitu
dengan cara anjurkan ibu belajar tenang dengan menarik nafas panjang, tidur ketika bayi
tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu. Bicarakan rasa
cemas dan komunikasikan masalah yang ada, bersifat fleksibel dan bergabung dengan
kelompok kelompok ibu baru.
Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan

Beberapa tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan antaranya Langkah I


(Pengumpulan data dasar), Langkah II (Merumuskan diagnosa aktual) , Langkah III
(merumuskan diagnosa/masalah potensial yang membutuhkan antisipasi masalah
potensial), Langkah IV (Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera), Langkah V (Merencanakan asuhan yang menyeluruh), Langkah VI
(Melaksanakan perencanaan) dan Langkah VII (Evaluasi)

C. Kesedihan dan duka cita


Pada masa postpartum berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian
bayi. Proses berduka terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut. Dalam hal ini
berduka dibagi menjadi tiga tahap, antara lain :

1. Tahap syok : Manifestasi perilaku meliputi penyangkalan, ketidakpercayaan, marah,


jengkel, ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesedihan,
isolasi, mati rasa, menangis, introversi (memikirkan diri sendiri), tidak rasional,
permusuhan, kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, bermusuhan,
mengasingkan diri, berkhianat, prustasi, dan kurang konsentrasi.
2. Tahap penderitaan (tahap realitas) : Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya
penyesuaian terhadap realitas yang harus dilakukan terjadi selama periode iniTahap
resolusi (fase menentukan hubungan yang bermakna)

D. Manajemen Asuhan Pada Ibu Yang Mengalami Kesedihan Dan Suka Cita
Penatalaksanaan untuk keadaan bayi cacat yang mungkin muncul diantaranya:

1. Jelaskan apa yang terjadi kepada orang tua dan keluarga


2. Dukung orang tua pada pertama kali melihat bayi
3. sebelumnya bidan harus sudah melihat bayi terlebih dahulu memastikan bahwa
diagnosa yang diberikan memang benar adanya
4. temani orang tua dan keluarga serta sediakan tempat yang nyaman untuk orang tua dan
keluarga melihat bayi
5. Sampaikan kepada orang tua bahwa dibalik kekurangan bayi memiliki kelebihan
6. Ulangi penjelasan karena orang tua sulit sulit berkonsentrasi dan mengingat apa yang
diucapkan oleh bidan
7. Ciptakan lingkungan yang aman dan meyakinkan
8. Ciptakan hubungan saling percaya antara orang tua dan bayi serta keluarga

Penatalaksanaan untuk bayi yang meninggal

1. biarkan orang tua dan keluarga bersama bayinya selama mungkin


2. Temani orang tua dan keluarga jangan diisolasi
3. Berikan dukungan kepada orang tua dan keluarga dengan kata-kata yang memotivasi
dan memberikan pesan positif
4. Dengarkan apa yang dikeluhkan orang tua jangan terlalu banyak penjelasan
5. Penjelasan yang diberikan seakurat mungkin dan sesingkat mungkin
6. Biarkan orang tua melalui proses kehilangan
7. Bantu persiapan untuk pulang jika perlu
8. Ciptakan memori dengan pemberian informasi, pengambilan foto, cap kaki, memberi
nama, melihat bayinya, menggendong atau memeluk, merawat bayi ( memandikan
memakaikan baju) menulis di buku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis
surat, dan menulis puisi.

PERAN SUAMI TERHADAP KEBERHASILAN MENYUSUI EKSKLUSIF

Bounding Attachment

A. Pengertian Bounding Attachment


Bounding attachment adalah sentuhan atau kontak kulit seawal mungkin antara
bayi dengan ibu atau ayah di masa sensitif pada menit pertma dan beberapa jam
setelah kelahiran bayi. Kontak ini menentukan tumbuh kembang bayi menjadi optimal.
Pada proses ini terjadi penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang tulus
dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. Kebutuhan menyentuh dan disentuh adalah kunci dari insting primata.

B. Tujuan bounding attachment


Untuk membantu tumbuh kembang baik disik, emosi dan intelektual seorang anak
dari awal kehidupan hingga dewasa (Rukiyah, 2009).

C. Tahap-Tahap Bounding Attachment :


1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, erbicara,
dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.

D. Elemen-elemen bounding attachment


Terdapat beberapa elemen-elemen bounding attachment ,diantaranya adalah Sentuhan,
Kontak mata, Suara, Aroma, Entrainment, Bioritme, dan Kontak dini.
2.2 Respon ayah dan keluarga

A. Respon Positif
Respon positif dapat ditunjukkan dengan:
1. Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia.
2. Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik.
3. Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4. Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi.

B. Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan:Kelahiran bayi tidak dinginkan keluarga
karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan, Kurang berbahagia karena
kegagalan KB, Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa
kurang mendapat perhatian, Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau
kekhawatiran dalam membina keluarga karena kecemasan dalam biaya hidupnya, Rasa
malu baik bagi ibu dan keluarga karena anak lahir cacat, serta Anak yang dilahirkan
merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
C. Perilaku Orang Tua
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang
tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi:
1. Perilaku memfasilitasi seperti : Menatap, mencari ciri khas anak, Kontak mata,
Memberikan perhatian, Menganggap anak sebagai individu yang unik,
Menganggap anak sebagai anggota keluarga, Memberikan senyuman,
Berbicara/bernyanyi, Menunjukkan kebanggaan pada anak, Mengajak anak pada
acara keluarga, Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak dan
Bereaksi positif terhadap perilaku anak.

2. Perilaku penghambat seperti : Menjauh dari anak, tidak memperdulikan


kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak, Tidak menempatkan
anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak,
Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai, Tidak menggenggam jarinya,
Terburu-buru dalam menyusui dan Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak
memenuhi kebutuhannya.

D. Respon Orang Tua


Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1. Faktor internal seperti genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan
menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya,
pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan
selama kehamilan.

2. Faktor eksternal seperti perhatian yang diterima selama kehamilan, melahirkan dan
postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang
tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

E. Sikap Orang Tua

Kondisi yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap bayi meliputi:Kurang kasih
sayang, Persaingan tugas orang tua, Pengalaman melahirkan, Kondisi fisik ibu setelah
melahirkan, Cemas tentang biaya, Kelainan pada bayi, Penyesuaian diri bayi pascanatal,
Tangisan bayi, Kebencian orang tua pada perawatan, privasi dan biaya pengeluaran,
Gelisah tentang kenormalan bayi, Gelisah tentang kelangsungan hidup bayi dan Penyakit
psikologis atau penyalahgunaan alkohol dan kekerasan pada anak.

F. Respon Antara Ibu dan Bayi


Respon Antara Ibu dan Bayi sejak kontak awal hingga tahap perkembangannya
meliputi:Touch (Sentuhan), Eye to Eye Contact (Kontak Mata), Odor (Bau Badan),
Bodi Warm (Kehangatan Tubuh), Voice (Suara) dan Entrainment (Gaya Bahasa).

2.3 Sibling rivalry


A. Definisi Sibling Rivalry
sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga
yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau cinta kasih orang tua. sibling
rivalry juga ditekankan sebagai pertentangan saudara kandung, adik dan kakak laki-
laki, adik dan kakak perempuan atau adik perempuan dan laki-laki, pertengkaran antara
saudara ini dapat disebabkan karena iri hati atau adanya perbedaan minat. persaingan
yang sering membawa atau memunculkan perasaan iri terhadapa saudara disebabkan
oleh kehadiran seorang adik yang dapat menyebabkan kekuasaan seorang kakak
tersebut sebagian hilang, sehingga sebagai seorang kakak kini harus bersaing dan kerap
gagal mendapatkan perhatian orang tua, ganjaran dan pemenuhan kebutuhan
ketergantungan.

B. Aspek-aspek Sibling Rivalry


Aspek dalam pengukuran sibling rivalry yaitu ; Bukti adanya rasa persaingan dan
/ atau rasa iri hati terhadap saudara, Onset selama beberapa bulan setelah adik lahir dan
gangguan emosional melampaui taraf normal dan / atau berkelanjutan dan berhubungan
Tahapan dalam manajemen asuhan kebidanan Tahapan dalam manajemen
asuhan kebidanan dengan masalah psikososial.

C. Faktor – faktor Sibling Rivalry


faktor yang mempengaruhi kualitas sibling rivalry yang dapat menentukan apakah
hubungan antar saudara kandung akan baik atau buruk yaitu ; Sikap orang tua, Urutan
posisi, Jenis kelamin saudara kandung, Perbedaan usia, Jumlah saudara, Jenis disiplin
dan Pengaruh orang luar.
D. Dampak Sibling Rivalry
Adanya tingkah laku regresi. Regresi yang dimaksud adalah kembali pada taraf
perkembangan yang lebih dahulu Tingkah laku anak ini biasanya terjadi supaya anak
mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Bentuk regresi yang biasa ditunjukkan
yaitu gangguan terhadap pengendalian buang air besar dan buang air kecil serta
tendensi perilaku seperti bayi seperti memasukkan jari kedalam mulut. hubungan
saudara kandung mempengaruhi self efficacy, sehingga apabila adanya persaingan
dalam hubungan saudara kandung maka akan mempengaruhi self efficacy anak. Self
efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan
dirinya untuk untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasikan tindakan untuk menampilkan
kecakapan tertentu .

2.4 Konseling Menyusui


A. Definisi Konseling menyusui
Konseling menyusui adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh
petugas/konselor untuk membantu ibu menyusui mengenali kondisinya saat ini,
masalah yang sedang dihadapi dan bersama-sama memilih alternatif pemecahan
masalah yang sesuai dengan kondisinya saat ini tanpa adanya unsur paksaan.
Menurut depkes ,konseling menyusui adalah segala daya upaya yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan (konselor) untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam
menyusui bayinya.

B. Tahapan – tahapan konseling


Konseling menyusui dalam pelaksanaannya dilakukan melalui 3 tahapan yaitu
terutama pada masa kehamilan (periode antenatal care), segera setelah persalinan
(perinatal) dan pada masa menyusui selanjutnya (post natal). Adapun pada masa
kehamilan (antenatal care) konseling dilakukan sebanyak 3x yaitu 1x pada trisemester
II dan 2x pada trisemester III, pada tahap ini konselor menerangkan bahwa begitu
banyak manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi disamping
bahaya pemberian susu botol. Konselor juga menjelaskan bagaimana perawatan
payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang cukup pada bayinya, pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan
payudara/keadaan puting susu apakah ada kelainan atau tidak, memperhatikan
gizi/makanan. Pada masa segera setelah persalinan (perinatal), konselor juga dapat
membantu ibu menyusui tiga puluh menit setelah kelahiran dengan menunjukan cara
menyusui yang baik dan benar, upaya penting lainnya yang juga harus dilakukan oleh
konselor adalah pada masa menyusui selanjutnya (postnatal) yaitu dengan
menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif selama enam bulan pertama
usia bayi dan teruskan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Pada tahap
ini konseling diberikan sebanyak 3x yaitu pada saat bayi berumur 7-14 hari, bayi
berusia 35 hari dan pada saat bayi berumur 60 hari. Pada tahap ini konselor melakukan
pemantauan pertumbuhan bayi (Depkes, 2007).

C. Langkah-langkah Konseling
Konseling dapat dilakukan dimana dan kapan saja dengan mempertimbangkan
tempat yang nyaman, aman dan tenang. untuk melakukan konseling ada 6 langkah
yang harus diperhatikan yaitu : salam, tanyakan, uraikan, bantu, jelaskan dan ulangi.
Selama konseling sampaikan informasi yang berkaitan dengan masalah klien dan
upayakan klien untuk memahami permasalahan yang diahadapi, media dan alat peraga
dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman klien. Konselor dapat membantu
klien untuk menyesuaikan permasalahan yang diahadapi dengan kemungkinan pilihan
untuk memperbaiki keadaannya, bantu klien untuk memahami berbagai cara
pemecahan masalah yang dapat dilakukan dan bantu klien untuk memahami
kemudahan maupun kemungkinan kesulitan dari berbagai cara permasalahan yang
sudah dibicarakan sehingga klien mampu untuk memutuskan pilihan cara pemecahan
masalah yang akan dilaksanakan .
Langkah-langkah lain yang dapat dilaksanakan untuk pelaksanaan konseling
adalah : konseling awal atau tahap persiapan yaitu langkah awal dimana klien pertama
sekali menghubungi konselor, konseling spesifik atau tahap keterlibatan (the joining)
yaitu sudah terjadi keterlibatan antara konselor dengan klien baik secara isyarat
maupun secara verbal, menetapkan masalah yaitu : menetapkan masalah yang dihadapi
klien, langkah interaksi yaitu konselor menetapkan pola interaksi untuk penyelesaian
masalah, konferensi yaitu untuk meramalkan keakuratan dugaan permasalahan dan
memformulasi langkah-langkah pemecahan, langkah penentuan tujuan, dalam hal ini
klien telah mengmbil keputusan untuk berperilaku yang telah didiskusikan dengan
konselor sebagai perilaku normal yang seharusnya dilakukan klien dan lang terakhir
adalah langkah akhir atau penutup merupakan kegiatan mengakhiri hubungan
konseling setelah tujuan untuk mengatasi masalah klien dapat diatasi.
Setiap langkah konseling akan dievaluasi secara keseluruhan, konseling dikatakan
berhasil jika terjadinya perubahan tingkah laku klien yang berkembang kearah yang
lebih positif.

D. Manfaat Konseling
Konseling sangat bermanfaat bagi klien untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam mengenal masalah, merumuskan alternatif pemecahan masalah dan memiliki
pengalaman dalam pemecahan masalah secara mandiri
Konseling menyusui dapat membantu ibu untuk mengenali permasalahan yang
dihadapi selama menyusui, mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah,
menetapkan prioritas alternatif pemecahan masalah, melakukan kajian tentang
konsekuensi dan keuntungan terhadap alternatif yang dipilih, meningkatkan
kemampuan ibu untuk memutuskan dan bertindak serta mendorong ibu untuk mencari
cara pemecahan masalah yang dapat dilakukan dan meningkatkan kemampuan ibu
untuk mampu berpikir positif dan optimis .

2.5 Konseling menyusui ayah ASI


Breastfeeding Father adalah dukungan penuh dari seorang ayah kepada istrinya
dalam proses menyusui. Ayah dapat berperan aktif dengan memberikan dukungan-
dukungan emosional dan bantuan-bantuan psikis lainya, seperti mengganti popok,
menyendawakan bayi, menggendong dan menenangkan bayi yang gelisah, memandikan
bayi, memberikan ASI perah, membawa bayi jalan-jalan di taman dan memijat bayi.
Peran ayah dalam keberhasilan menyusui sangat banyak diantaranya:Ayah
mendukung keputusan untuk menyusui, Pendekatan multifaset untuk menyusui, Ayah
merasa tidak berdaya dan terputus dari menyusui, padahal menurut beberapa ibu banyak
hal yang bisa dilakukan seorang ayah untuk membantu istrinya yang menyusui, Ayah
memberikan dukungan fisik untuk ibu, Ada banyak situasi dimana perempuan merasa
bahwa mereka membutuhkan dukungan tambahan dari suami, seperti pada saat periode
sakit, transisi kembali bekerja bagi ibu yang berkarir, perubahan pasokan ASI atau situasi
frutasi lainya, Ibu merasa membutuhkan dukungan ekstra dari suami dan Seorang istri
membutuhkan dukungan emosional untuk membuat menyusui sukses.

2.6 Pijat Oksitosin


Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon
prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan
Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau let down reflex.
Selain untuk merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan
kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,
merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan
bayi sakit . Pijat ini juga menjadi solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI.
Pijat oksitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi
tulang belakang sehingga diharapkan dengan pemijatan ini ibu akan merasa rileks dan
kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Jika ibu merasa nyaman, santai, dan tidak
kelelahan dapat membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin dan ASI pun cepat
keluar .

Anda mungkin juga menyukai