PENDAHULUAN
1
Menurut sumber data BKKBN Provinsi Jawa timur didapatkan dari
total pengguna KB aktif sebanyak 6.037.256. Antara lain jumlah akseptor KB
yang menggunakan suntik sebesar 3.044.160 (50,4%) , pil 1.162.885 (19,2%),
AKDR 724. 878 (0,12%), susuk 0,11%, tubektomi 205.673 (0,03 %), dan
kondom 116.949 (0,3%). Dari hasil yang didapatkan BKKBN melakukan
upaya yang tidak hanya terbatas pada program akan tetapi juga secara luas
akan berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia
dengan sasaran pengendalian penduduk secara tepat sehingga menciptakan
kondisi ideal antara perkembangan kependudukan dengan daya dukung dan
daya tampung untuk meningkatkan kapasitas penduduk dalam pembangunan.
Data khusus yang didapatkan pada bulan Oktober 2019 jumlah PUS
kelurahan Panggungrejo sebanyak 572. pengguna KB aktif sebanyak 475
(83%) dari total pengguna KB tersebut didapatkan pengguna KB hormonal
suntik sebanyak 318 (66,95%), KB hormonal pil sebanyak 90 (18%) , dan
KB hormonal implant 25 (5%), sedangkan pengguna KB non hormonal
sebanyak 42 (7,9%).
2
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa masih lebih banyak
penggunaan suatu kontrasepsi berbasis hormonal dikalangan masyarakat.
Berdasarkan data dari Buletin Kesehatan Reproduksi pada tahun 2008
menunjukkan perbandingan keluhan antara metode kontrasepsi hormonal dan
non hormonal. Data tersebut menunjukkan 95,2% pengguna IUD melaporkan
tidak ada efek samping yang bermakna. Kemudian pada pengguna
kontrasepsi jenis suntik 2,6% mengalami peningkatan berat badan, 0,8%
mengalami pendarahan, 6,1% mengalami nyeri kepala, 6,2% tidak
mengalami siklus haid, 0.3% mengalami hipertensi, 0,8% mengalami mual-
mual, dan 0,7% mengalami keadaan lemas yang tidak dapat dijelaskan.
3
c. Belum adanya pendekatan yang dilakukan secara interpersonal terhadap
masyarakat mengenai MKJP.
4
1.3. TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Terlaksananya program peningkatan pengetahuan KB
diharapkan dapat membantu masyarakat dengan memilih alat
kontrasepsi yang tepat di Kelurahan Panggungrejo Puskesmas
Kandang Sapi Kota Pasuruan .
5
1.4.2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran
informasi mengenai cara meningkatkan pengetahuan masyarakat
terhadap kb hormonal dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan evaluasi dalam salah satu usaha pengendalian
penggunaan KB non hormonal khususnya di kelurahanPanggun
Puskesmas Kandang Sapi kota Pasuruan.
6
b. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang
diperoleh mengenai KB, khuauanya efek samping dari
penggunaan kb hormonal jangka Panjang, serta manfataat
MKJP.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Keluarga Berencana ( KB )
8
2.1.2. Tujuan KB
9
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara yang digunakan untuk
mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dan sperma di dalam
kandungan/rahim. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya
mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan,
menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau
kesuburan. Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya yaitu :
10
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant (Handayani, 2010).
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang
mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung
hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20
mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita
(MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii
sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran
vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,
2010).
Kontrasepsi Hormonal
11
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing
(LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai
uterus endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
12
tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan
kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping kelebihan
hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu
makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang
payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang
kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam
dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida albicans
(Wiknjosastro, 2007).
a. Kontrasepsi Pil
1) Pengertian
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasing- factors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri.
2)Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
13
3) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
14
e) Mudah dihentikan setiap saat
a) Amenorhea
d) Depresi
g) Perubahan libido
h) Hipertensi
i) Jerawat
k) Pusing
l) Sakit kepala
n) Mencetuskan moniliasis
o) Cloasma
p) Hirsutisme
q) leukorhea
15
r) Pelumasan yang tidak mencukupi
s) Perubahan lemak
t) Disminorea
w) Perubahan visual
x) Infeksi pernafasan
b. Kontrasepsi Suntik
1) Efektivitas kontrasepsi Suntik.
16
3) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Mencegah ovulasi
5) Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Amenorhea
b) Sakit kepala
c. Kontrasepsi Implant
1) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
17
b) Nyaman
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
18
d) Menekan ovulasi.
19
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid,
serta amenorhea.
Jenis IUD yang telah banyak dikembangkan mulai dari generasi pertama
yang terbuat dari benang sutera dan logam hingga generasi plastik (polietien) baik
yang tidak ditambahi obat maupun yang tidak. Menurut Handayani (2010) IUD
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu IUD Non-Hormonal dan IUD Hormonal
2) Jenis
20
Gambar 2.1 Jenis-jenis IUD (Pinem, 2009)
Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate)
yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi. Efektifitas dari jenis-jenis IUD tergantung pada :
a. IUD : ukuran, bentuk, dan kandungannya (Cu atau Progesterone).
b. Akseptor
Umur : semakin tua usia, semakin rendah angka kehamilan,
ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Paritas : semakin muda usia, terutama nulligravida, semakin tinggi
angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
Frekuensi senggama : IUD merupakan kontrasepsi yang memiliki
efektivitas tinggi, sekitar 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
(Handayani, 2010).
3) Cara kerja
21
sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis dari
spermatozoa atau ovum dan blastokista.
Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2010).
22
a. Perdarahan
Perdarahan secara perlahan akan cepat berhenti. Pemasangan IUD yang
dilakukan sewaktu menstruasi, akan menyebabkan perdarahan yang tidak
akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terjadi adalah
menoragia dan spotting metroragi. Apabila terjadi perdarahan yang banyak
dan tidak dapat diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan
IUD yang ukurannya lebih kecil. Apabila perdarahannya sedikit, dapat
diberikan pengobatan konservatif. Perdarahan yang tidak terhenti dengan
tindakan-tindakan tersebut sebaiknya IUD diangkat dan diganti dengan
cara kontrasepsi lain.
b. Rasa nyeri di perut
Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Rasa nyeri ini akan berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa
nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian analgetik. Jika
keluhan terus berlangsung, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti dengan
IUD yang berukuran lebih kecil.
c. Gangguan pada suami
Terkadang suami dapat merasakan adanya benang IUD saat bersenggama.
Hal ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio uteri. Keluhan
ini dapat dihilangkan dengan cara benang IUD yang terlalu panjang
dipotong hingga 2-3 cm dari posio uteri, dan apabila benang IUD terlalu
pendek, sebaiknya IUD dilepas dan diganti.
d. Ekspulsi
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya.
23
organ reproduksi sehingga proses reproduksi tidak lagi terjadi dan
kehamilan angka terhindar untuk selamanya. Kontap adalah
pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (Tubektomi) atau kedua
saluran sperma laki-laki (Vasektomi).Operasi tubektomi ada beberapa
macam cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior,
Laparoskopi dan Minilaparatomi. Cara yang sering dipakai di Indonesia
adalah Laparaskopi dan Minilaparatomi.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor. Sterilisasi sebaiknya tidak dilakukan kepada
wanita yang belum/ tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau
hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan
pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Keputusan untuk sterilisasi
adalah jumlah anak dan usia istri.
2) Efektivitas
Kontap memiliki cara kerja mencegah pertemuan sel telur dengan
sperma dengan efektivitas sekitar 99%. Metode kontrasepsi ini merupakan
metode paling efektif karena mengakhiri kesuburan untuk selamanya dan
tidak memerlukan perawatan khusus. Kontap biasanya dilakukan oleh
pasangan yang sudah yakin tidak ingin punya anak lagi, jika mengalami
kehamilan akan membahayakan jiwanya, atau ingin metode yang tidak
mengganggu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan menggunakan kontap
tubektomi yaitu:
1) Usia lebih dari 26 tahun.
2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2, dengan umur anak terkecil lebih
dari 2 tahun.
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya
dan pasangannya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
24
5) Pasca persalinan dan atau pasca keguguran.
6) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur pelaksanaan. Klien
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan
prosedur ini, serta informed consent harus diperoleh oleh tim medis dan
standar consent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur
dilaksanakan.
3) Cara kerja
Vasektomi adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran
sperma (vas deferens) pria. Beberapa alternatif untuk mengikat saluran
sperma tersebut, yaitu dengan mengikat saja, memasang klip tantalum,
keuterisasi, menyuntikkan sclerotizing agent, menutup saluran dengan
jarum dan kombinasinya. Komplikasi yang mungkin terjadi pada vasektomi
yaitu perdarahan, hematom skrotum, infeksi pada luka yang timbul atau
epididimitis, granuloma sperma berupa benjolan yang kadang terasa nyeri
pada skrotum bagian atas yang biasanya timbul 1-2 minggu setelah
vasektomi dilakukan.
25
3.1Pengetahuan
3.2.1.DefinisiPengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mrngungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru), dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yang disebut AIETA, yaitu:
d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
26
Menurut Notoatmodjo, 2011, pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
27
e.Sintesis(Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi – formulasi yang ada.
f.Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria
yang ada (Notoatmodjo, 2011).
1. Umur
28
ketika berumur belasan tahun. Selain itu, Abu Ahmadi (2001), juga
mengemukakan bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi
oleh umur. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya
umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada umur – umur tertentu atau menjelang usia
lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal
untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia
menguasai lingkungan (Khayan,1997). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh
pula terhadap tingkat pengetahuan.
c.Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di
mana seseorang dapat mempelajari hal – hal yang baik dan juga hal – hal
yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan
seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara
berpikir seseorang.
4. Sosialbudaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.
29
5. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut
Wied hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.
6. Menurut Notoatmodjo (1997), pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan
tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Menurut
Wied hary A. (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.
f.Informasi
Menurut Wied Hary A. (1996), informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah
tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Rahmahayani (2010), sumber informasi
adalah asal dari suatu informasi atau data yang diperoleh. Sumber informasi ini
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
1. Sumberinformasidokumenter
Merupakan sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen resmi
maupun dokumen tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk dokumen
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan di bawah tanggung jawab
instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang
berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi tidak
30
resmi atau perorangan. Sumber primer atau sering disebut sumber data
dengan pertama dan hukum mempunyai wewenang dan tanggung jawab
terhadap informasi tersebut.
2. Sumber kepustakaan
Kita telah mengetahui bahwa di dalam perpustakaan tersimpan berbagai
bahan bacaan dan informasi dan berbagai disiplin ilmudari buku, laporan –
laporan penelitian, majalah, ilmiah, jurnal, dan sebagainya.
g.Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 1997 dalam Rahmahayani, 2010).
31
BAB III
METODE KEGIATAN
Jumlah 4.152
b. Jenis Penelitian
32
ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, menghemat waktu dan
hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan penelitian menggunakan desain ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana hubungan tingkat pengetahuan serta peran tokoh masyarakat
terhadap pemilihan KB yang tepat, khususnya MKJP.
33
Populasi adalah populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009).
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor KB
di Kelurahan Panggungrejo.
34
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang akan diteliti
yang dapat ditentukan melalui metode sampling. Sedangkan, metode
sampling adalah cara menyeleksi porsi dari populasi penelitian untuk
menentukan sampel penelitian untuk menentukan sampel penelitan yang
dapat mewakili populasi yang ada (Azwar, 2009). Pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan metode non probability sampling
melalui purposive sampling, yaitu dengan cara memilih sampel diantara
populasi berdasarkan kriteria yang dikehendaki peneliti sesuai dengan
tujuan dan masalah penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya (Sugiyono,
2009). Mengenai jumlah sampel penelitian, Hadi (2002) mengungkapkan
lebih jauh tentang tidak adanya ketetapan mutlak tentang berapa persen
suatu sampel harus diambil dari populasi.
Purposive Sampling adalah suatu teknik penetapan sampel
dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam peneitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya (Nursalam, 2011). Sedangkan Consecutive sampling adalah
cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih sampel
yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu
sehingga jumah sampel terpenuhi (Hidayat, 2009). Kurun waktu
pengambilan sampel dalam penelitian ini selama 1 bulan.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah semua
akseptor KB hormonal di Kelurahan Panggungrejo Puskesmas
Kandangsapi Kota Pasuruan yang sudah memenuhi kriteria yang di
kehendaki oleh peneliti.
35
Keterangan:
n = sampel/jumlah responden
N = populasi
e = nilai toleransi (maksimal tingkat kesalahan yang dapat ditolerir,
jika 5% maka e = 0,05, jika 10% maka e = 0,1)
Pada penelitian ini, nilai toleransi dalam pengambilan sampel yang digunakan
yaitu 0,1. Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah
antara 10 % dari populasi penelitian. 10 % : akurasi 90%.
475
n =
1+475(0,1)2
475
=
1+4,75
= 82 sampel
Pengambilan sampling yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan
cara accidental sampling yaitu semua akseptor KB hormonal yang
mengunjungi pelayanan kesehatan di wilayah Kelurahan Panggungrejo
Puskesmas Kandang Sapi kota Pasuruan.
36
3.5. Instrumen Penelitian
37
38
Gambar 3.2. Kuesioner
39
3.6. Analisis masalah
Prioritas masalah masih tingginya cakupan penggunaan KB hormonal
dan rendahnya cakupan MKJP di Kelurahan Panggungrejo Puskesmas
Kandangsapi Kota Pasuruan disebabkan oleh faktor-faktor yang dijelaskan
pada diagram ishikawa dibawah ini.
40
Man Environment
Rendahnya cakupan
MKJP
Method Material
42
a. Man
b. Environment
c. Methode
43
tekanan darah saat dilakukan pemeriksaan sebelum dilakukan penyuntikan,
Oleh karena itu pendekatan man to man perlu dilakukan pada akseptor KB
hormonal jangka Panjang yang ingin berhenti punya anak yang memiliki
keluhan ataupun tanpa keluhan untuk beralih menggunakan MKJP sebagai
pencegahan.
d. Material
44
Masalah yang ditemukan Urgency Seriousness Growthness Total
No Penilaian
1 Pengetahuan dan presepsi
masyarakat yang masih
kurang tepat tentang alat
kontrasepsi
3 3 3 9
2 Tingginya penggunaan jenis
kontrasepsi hormonal yang
cenderung memiliki banyak
efek samping dan 2 3 2 7
menyebabkan masalah
kesehatan bila digunakan
dalam kurun waktu tertentu.
45
1. Melakukan penyuluhan tentang KB secara lengkap khususnya tentang efek
samping dan komplikasi penggunaan jangka panjang kontrasepsi hormonal
kepada kader KB dan pasangan usia subur. Penyuluhan dapat dilakukan di
dalam atau di luar gedung contohnya pada pertemuan kader atau pertemuan
kelompok masyarakat tertentu.
2. Tingginya pengguna KB hormonal yang memiliki banyak efek samping
sehingga kontrasepsi harus dijelaskan secara lengkap oleh petugas
kesehatan melakukan penyuluhan dan wawancara serta penjelasan lebih
lengkap untuk memilih KB serta memberi solusi dalam menghindari efek
samping.
3. Memberikan informasi lebih tentang KB khususnya jenis KB non hormonal
mulai dari jenis, manfaat, efek samping, komplikasi, dan kontraindikasi
yang pendekatannya dilakukan langsung oleh dokter
Pelaksanaan Kegiatan
b. Kegiatan
Tabel 3.3. Tabel Kegiatan
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Keterangan
46
1 Pre test Dihadiri oleh
akseptor KB
hormonal
2 Penyuluhan oleh Waktu: 04- Desember yang
dokter dan 2019 menghadiri
petugas Tempat: Gedung penyuluhan
pertemuan kelurahan yang diadakan
Panggungrejo oleh
Posttest Puskesmas.
3
c. Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan dengan jadwal yang ditentukan oleh
kader pemegang program di kampung KB dengan melibatkan kehadiran
Tokoh masyarakat di kelurahan tersebut sehingga intervensi yang
dilakukan dapat terlaksana secara komprehensif.
d. Menganalisa data
Setelah semua rencana kegiatan telah dilakukan, maka peneliti
akan menganalisa semua data yang diperoleh dalam penelitian dari
penilaian peningkatan pengetahuan dengan kuisioner.
e. Evaluasi kegiatan
Evaluasi merupakan bagian integral dari fungsi manajemen,
evaluasi juga termasuk fungsi penilaian yang didalamnya termasuk
pencatatan dan penyusunan laporan. Pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan ini merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan, karena dari
hasil pencatatan dan pelaporan ini dapat diketahui hasil yang telah
dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Melakukan pencatatan terhadap kegiatan tersebut selanjutnya
dirangkum. Laporan ini kemudian dikirim kepada instansi yang
mempunyai hubungan dengan pembinaan (Lintas Sektoral) misalnya:
47
Puskesmas, BKKBN dan Dinkes. Data ini sangat berguna untuk
mengetahui perkembangan dan peningkatan maupun penurunan angka
kejadian tersebut. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka untuk
meningkatkan cakupan penggunaan MKJP dan data akan lebih berguna
bagi tiap instansi apabila ditunjang dengan adanya suatu sistem
pencatatan dan pelaporan yang dapat diandalkan dalam menyediakan
data dan informasi, baik data yang bersifat kumulatif ataupun data yang
kualitatif.
Memilih Masalah
(Kontrasepsi hormonal)
Studi Pendahuluan
(Landasan Teori )
Merumuskan Masalah
(Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap Penggunaan
48
Kontrasepsi )
Menetapkan Metode
(Desain penelitian: observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah populasi WPUS KEL PANGGUNGREJO = 572 sampel = 85 (Rumus
Slovin)
Pembahasan Kesimpulan
BAB IV
49
4.1 Karakteristik Responden
50
Pendidikan Terakhir
80
70
60
50
40
30
20
10
0
SD SMP SMA
Responden
51
Diagram 4.3 menunjukkan angka paritas responden yang terbanyak adalah 2,
yaitu sebanyak 77 orang. Sedangkan angka paritas <2 sebanyak 8 orang. Dari hasil
tersebut, dapat dilihat bahwa responden akseptor KB cenderung menggunakan KB bila
angka paritas atau jumlah anaknya 2 atau lebih.
52
Pekerjaan
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Bekerja Tidak Bekerja
Responden
53
Jenis KB
70
60
50
40
30
20
10
0
Pil Suntik Lain-lain
Responden
54
Diagram 4.6 menunjukkan lama pemakaian KB oleh responden. Sebagian besar
memakai KB hormonal lebih dari 5 tahun, yaitu sebanyak 70 orang. Berdasarkan
wawancara, KB tersebut kebanyakan digunakan sejak awal responden memutuskan untuk
menggunakan KB hormonal. Sedangkan yang menggunakan KB hormonal <5 tahun hanya
berjumlah 15 orang.
55
Diagram 4.7 Hasil Nilai Rata-Rata Pengetahuan Akseptor KB Hormonal di Kelurahan
Panggungrejo Puskesmas Kandang Sapi Kota Pasuruan
56
Diagram 4.8 menunjukkan minat pada responden terhadap pemakaian KB MKJP.
Minat tersebut diukur dari quisioner yang telah dibuat serta wawancara untuk mengetahui
seberapa besar minat responden. Sebelum dilakukan intervensi, minat responden hanya
sebesar 56,4 sedangkan setelah dilakukan intervensi berupa penyukuhan dan wawancara
yang melibatkan tokoh masyarakat, didapatkan minat responden meningkat menjadi 72,7.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat sebesar 16,3%
setelah dilakukan itervensi. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk membuka
wawasan dan minat terhadap MKJP.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
57
5.1. Kesimpulan
a. Terdapat peningkatan pengetahuan responden dari 49 menjadi 78,3, yaitu
sebesar 29,8%, setelah dilakukan intervensi berupa penyuluhan,
wawancara, dan diskusi.
b. Terdapat peningkatan minat responden sebesar 16,3%, terhadap
penggunaan MKJP
5.2. Saran
a. Bagi Puskesmas
-Menjadwalkan penyuluhan serta diskusi rutin tentang pemilihan KB yang
tepat, dilakukan oleh petugas terutama yang sudah mendapatkan pelatihan
khusus tentang MKJP.
- Memberikan informasi lebih tentang KB khususnya jenis KB non
hormonal mulai dari jenis, manfaat, efek samping, komplikasi, dan
kontraindikasi yang pendekatannya dilakukan langsung oleh petugas yang
sudah mendapatkan pelatihan.
b. Bagi Masyarakat
Memahami, aktif bertanya, dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan dalam
maupun luar puskesmas khususnya yang berkaitan dengan KB.
58
TINJAUAN PUSTAKA
Yuhedi, Lucky Taufika dan Kurniawati, Titik. 2013. Kependudukan & Pelayanan
KB. Jakarta : EGC.
Iga Sukma Anggriani. 2015. Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi IUD Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Yogyakarta : Stikes
Aisyah
59