LINGKUNGAN
2) Tahap Patogenesis
Pada fase ini virus akan menghancurkan sebagian besar atau keseluruhan sistem imun
penderita dan penderita dapat dinyatakan positif mengidap AIDS. Gejala klinis pada orang
dewasa ialah jika ditemukan dua dari tiga gejala utama dan satu dari lima gejala minor.
Gejala utamanya antara lain demam berkepanjangan, penurunan berat badan lebih dari 10%
dalam kurun waktu tiga bulan, dan diare kronis selama lebih dari satu bulan secara berulang-
ulang maupun terus menerus. Gejala minornya yaitu batuk kronis selama lebih dari 1 bulan,
munculnya Herpes zoster secara berulang-ulang, infeksi pada mulut dan tenggorokan yang
disebabkan oleh Candida albicans, bercak-bercak gatal di seluruh tubuh, serta pembengkakan
kelenjar getah bening secara menetap di seluruh tubuh. Akibat rusaknya sistem kekebalan,
penderita menjadi mudah terserang penyakit-penyakit yang disebut penyakit oportunitis.
Penyakit yang biasa menyerang orang normal seperti flu, diare, gatal-gatal, dan lain-lain. Bisa
menjadi penyakit yang mematikan di tubuh seorang penderita AIDS.
Tahap Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV
sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan rata-rata cukup
lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa inkubasi penderita tidak
menunjukkan gejala-gejala sakit.Selama masa inkubasi ini penderita disebut penderita HIV.
Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV tidak dapat tedeteksi dengan pemeriksaan
laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV. Selama masa inkubasi penderita
HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV kepada orang lain dengan berbagai cara
sesuai pola transmisi virus HIV. Mengingat masa inkubasi yang relatif lama, dan penderita
HIV tidak menunjukkan gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan
terjadi pada fase inkubasi ini.
Fase ini merupakan fase terakhir dari perjalanan penyakit AIDS pada tubuh penderita.
Fase akhir dari penderita penyakit AIDS adalah meninggal dunia. Hampir tidak ada yang bisa
sembuh dari penyakit AIDS.
Selain kontak seksual, ada berbagai hal lain yang menyebabkan seseorang terkena penyakit
yang melemahkan sistem imun ini, yaitu:
-Berbagi jarum suntik dan peralatan suntik lainnya dengan orang yang terkontaminasi dengan
HIV.
-Menggunakan peralatan tato dan body piercing (termasuk tinta) yang tidak disterilkan dan
pernah dipakai oleh orang dengan HIV.
-Dari seorang ibu dengan HIV kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat
menyusui.
-Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti klamidia atau gonore karena
virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
-Adanya kontak dengan darah, air mani, atau cairan vagina dari orang yang memiliki infeksi
HIV pada luka terbuka yang Anda miliki.
Pencegahan Primier
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya agar orang sehat tetap sehat atau
mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer merupakan hal yang paling penting,
terutama dalam merubah perilaku.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah upaya pencegahan AIDS
adalah dengan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi), yaitu memberikan informasi kepada
kelompok risiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga dapat
diketahui langkah-langkah pencegahannya. Ada 3 pola penyebaran virus HIV, yakni :
2. Melalui darah.
Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan cara transfusi yang mengandung HIV,
penggunaan jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas digunakan
orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik. Juga penggunaan pisau cukur,
gunting kuku, atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
Upaya pencegahannya dengan cara, darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan
terbebas dari HIV dengan memeriksa darah donor. Pencegahan penyebaran melalui darah dan
donor darah dilakukan dengan skrining adanya antibodi HIV, demikian pula semua organ
yang akan didonorkan, serta menghindari transfusi, suntikan, jahitan dan tindakan invasif
lainnya yang kurang perlu.
Upaya lainnya adalah mensterilisasikan alat-alat (jarum suntik, maupun alat tusuk
lainnya) yang telah digunakan, serta mensterilisasikan alat-alat yang tercemar oleh cairan
tubuh penderita AIDS. Kelompok penyalahgunaan narkotika harus menghentikan kebiasaan
penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan menggunakan jarum
suntik bersamaan. Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable).
3. Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi masih berada dalam kandungan, pada waktu
persalinan dan sesudah bayi dilahirkan serta pada saat menyusui. ASI juga dapat menularkan
HIV, tetapi bila wanita sudah terinfeksi pada saat mengandung maka ada kemungkinan bayi
yang dilahirkan sudah terinfeksi HIV. Maka dianjurkan agar seorang ibu tetap menyusui
anaknya sekalipun HIV.
Bayi yang tidak diberikan ASI berisiko lebih besar tertular penyakit lain atau menjadi
kurang gizi. Bila ibu yang menderita HIV tersebut mendapat pengobatan selama hamil maka
dapat mengurangi penularan kepada bayinya sebesar 2/3 daripada yang tidak mendapat
pengobatan.
WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan vertikal dari ibu
kepada anak yaitu dengan cara mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS, apabila
sudah terinfeksi HIV/AIDS mengusahakan supaya tidak terjadi kehamilan, bila sudah hamil
dilakukan pencegahan supaya tidak menular dari ibu kepada bayinya dan bila sudah terinfeksi
diberikan dukungan serta perawatan bagi ODHA dan keluarganya.
Pencegahan Sekunder
Infeksi HIV/AIDS menyebabkan menurunnya sistem imun secara progresif sehingga
muncul berbagai infeksi oportunistik yang akhirnya dapat berakhir pada kematian. Sementara
itu, hingga saat ini belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif. sehingga pengobatan
HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :