Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

Disusun Oleh :

Dwiki Zulqivli 19120152


Adelia Febriyanti 19110114
Iis Komalasari 19120037
Epa 19120156
Rohma Disria 19110124
Navendra 19120102
Devi Sugiyanto 19120166

Kelompok 5

MANAJEMEN & AKUNTANSI SEMESTER I 2019


STIE PERTIWI KARAWANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi besar dalam penyusunan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca.

Karawang, 22 Desember 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................3

A. Pengertian Paradigma....................................................................................................3

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan..................................................................4

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek .........................................................4

2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-


Budaya, Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksosbudhankam)..................................................7

C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi ..................................................................... 11

a. Gerakan Reformasi ..................................................................................................... 11

b. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum ......................................................... 14

c. Reformasi Atas Kehidupan Politik .............................................................................. 15

d. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi ....................................................... 15

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18

B. Saran........................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi di
sahkan oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945 dan tercantum dalam pembukuan UUD
1945, di undangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama
dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai
dasar filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan
manipulasi politik sesuai denan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya
kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi Negara pancasila.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk


mengembalikan kedudukan dan fungsi pancasila yaitu sebgai dasar negara republik
Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan sidang istimewa MPR tahun
1998 No.XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan
pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia.

Dampak yang cukup serius atas manipulasi pancasila oleh para penguasa pada masa
lampau,dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa pancasila merupakan label politik Orde Baru. Bukti yang secara objektif dapat
disaksikan adalah terhadap hasil reformasi yang telah berjalan selama ini, belum
menampakan hasil yang dapat dinikmati oleh rakyat, nasionalisme bangsa rapuh,
sehingga martabat bangsa Indonesia dipandang rendah di masyarakat internasional.

Berdasarkan alasan dan kenyataan objektif tersebut diatas maka sudah menjadi
tanggung jawab kita bersama sebagai warga Negara untuk mengembangkan serta
mengkaji pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kota yang setingkat dengan
paham atau isme-isme besar dunia dewasa ini seperti liberalism, sosialisme, komunisme.
Oleh karena itu kiranya merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk
mengembalikan persepsi rakyat yang keliru tersebut kearah cita-cita bersama bagi bangsa
Indonesia dalam hidup bernegara

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari paradigma?


2. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma pembangunan?
3. Bagaimana Pancasila sebagai paradigma reformasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dari paradigma


2. Mengetahui Pancasila sebagai paradigma pembangunan
3. Mengetahui Pancasila sebagai paradigma reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution paradigma juga
merupakan suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai) sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum,
metode, seru penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.

Secara filosofis, hakikat kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan


nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan
nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai sila-sila Pancasila. Oleh karena itu,
hakikat nilai sila-sila Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai
subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok negara.
Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila merupakan dasar negara
dan negara adalah organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu, negara dalam
rangka mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar
hakikat manusia “monopluralis’.

Unsur-unsur hakikat manusia “monopluralis” meliputi susunan kodrat manusia,


rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia makhluk individu dan makhluk social, serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa. Karena pembangunan nasional sebagai upaya praktis untuk
mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan haruslah berdasarkan pada paradigma hakikat
manusia “monopluralis” tersebut.

Selain pengertian di atas, berikut pengertian kata paradigma yang coba diutarakan
oleh para ahli :

3
1. Robert Freidrichs

Menurut Robert Freidrichs, paragigma merupakan kumpulan tata nilai yang


membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga terbentuk
citra subjektif seseorang terhadap ralita sehingga berujung pada ketentuan bagaimana
cara untuk menangani realita tersebut.

2. Thomas Kuhn

Menurut Thomas Kuhn, pengertian paradigma adalah landasan berpikir atau


pun konsep dasar yang digunakan / dianut sebagai model atau pun pola yang
dimaksud para ilmuan dalam usahanya, dengan mengandalkan studi – studi keilmuan
yang dilakukannya.

3. C. J. Ritzer

Menurut C. J. Ritzer, paradigma adalah pandangan mendasar para ilmuan


mengenai apa yang menjadi pokok permasalahan yang seharusnya dipelajari oleh satu
cabang ilmu pengetahuan tertentu.

4. Guba

Menurut Guba, pengertian paradigma adalah sekumpulan keyakinan dasar


yang membimbing tindakan manusia.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai tujuan


nasionalnya sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945. Pada hakikatnya
Pancasila sebagai paradigm pembangunan nasional mengandung arti bahwa segala
aspek pembangunan harus mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional
adalah untuk manusia Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki
kedudukan sebagai makhluk social. Manusia tidak hanya mengejar kepentingan
pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan masyarakat. Manusia tidak hanya
mementingkan tercapainya kebutuhan material, tetapi juga kebahagian spiritual.
Manusia memiliki fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia,

4
tetapi mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu, pembangunan
nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.

Pancasila memrupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus merupakan


sumber nilai, kerangka berfikir serta asas moralitas bagi pembangunan iptek. Apabila
kita melihat sila-sila demi sila sebagai berikut:

a. Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan,


mencipta, perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa dan
kehendak. Berdasarkan sila pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa yang
ditemukan, dibuktikan, dan diciptak menemukan, tetapi juga mempertimbangkan
maksud dan akibatnya kepada kerugian dan keuntungan manusia dan sekitarnya.
Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama menempatkan manusia di
alam semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang sistematika
dari alam yang diolahnya.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar moralitas


bahwa manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek
adalah bagian dari proses budaya manusia beradab dan bermoral. Oleh sebab itu,
pembangunan iptek harus berdasarkan kepada usaha-usaha mencapai
kesejahteraan umat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
angkung dan sombong dari penggunaan iptek.

c. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa Indonesia


bahwa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, iptek
persatuan dan kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan
persahabatan antar daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari factor
kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan untuk
memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangadapi jiwa sila dan selanjutnya
dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat
internasional.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam Permusyawaratan/


Perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila keempat ini dapat mendasari
pemikiran manusia secara bebas untuk mengkaji dan mengembangkan iptek.
Seorang ilmuan harus pula memiliki sikap menghormati terhadap hasil pemikiran

5
orang lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya.
Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat dipersembahkan
kepada kepentingan rakyat banyak.

e. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat
menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemausiaan, yaitu keseimbangan
hubungan antara manusia dengan sesamanya, hubungan antara manusia dengan
Tuhan sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungan dimana
mereka berada.

Kedudukan Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional harus


memperhatikan konsep berikut ini:

a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam identifikasi diri sebagai bangsa.
Pancasila harus diletakkan sebagai kerangka berfikir yang objektif rasional dalam
membangun kepribadian bangsa. Oleh sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu
pengetahuan dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang terjadi dalam


masyarakat dan bangsa akibat dari pembangunan harus semakin menempatkan
nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan nasional


tidak terlepas dari control nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah
pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat dilepaskan dari usaha
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga pembangunan adalah
pengamanan Pancasila.

d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, mewujudkan visi bangsa


Indonesia masa depan diciptakan misi pengamalan Pancasila secara konsisten
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsistensi antara
teori dan kenyataan dan ucapan dengan tindakan, merupakan paradigm baru
dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan nasional.

6
e. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung maksud agar
nilai-nilai luhur Pancasila (norma-norma Pancasila yang tercantum dalam
pembukan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan pembangunan
nasional, baik dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam
evaluasinya.

Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua karakteristik masyarakat
untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso. 1998:42-43). Pertama, kemajemukan
masyarakat dan keanekaragaman budaya. Kedua, dinamika masyarakat dan
keterbukaan kebudayaan terhadap pembaharuan. Masyarakat majemuk Indonesia
yang sedang mengalami perkembangan yang amat pesat karena dampak
pembangunan nasional maupun rangsangan globalisasi, memerlukan pedoman
bersama (common frame of reference) dalam menganggapi tantangan demi keutuhan
bangsa. Oleh sebab itu, pembangunan nasional harus dapat memperhatikan prinsip-
prinsip berikut ini:

1) Hormat terhadap keyakinan religious setiap orang,

2) Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek (manusia


seutuhnya),

3) Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk sektarianisme. Ini


berarti komitmen kepada nilai kebersamaan seluruh bangsa dan komitmen moral
untuk mempertahankan eksistensi dan perkembangan seluruh bangsa Indonesia,

4) Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional (persamaan politis, hak-


hak asasi, hak-hak, dan kewajiban kewarganegaraan)

5) Keadilan social yang mencakup persamaan (equality) dan pemerataan (equity).

2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-


Budaya, Pertahanan dan Keamanan (Ipoleksosbudhankam)

a. Pengembangan Ideologi

Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus memandang sebagai


ideologi yang dinamis yang dapat menangkap tanda-tanda perkembangan dan

7
perubahan zaman. Untuk itu kita harus memperhatikan peranan dan kedudukan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:

1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila dirumuskan dalam UUD


1945 untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama, hokum, politik,
ekonomi, social budaya, hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak berubah
dengan gampang, sedangkan penjabaran nilai dasar kepada nilai operasional
dapat berkembang secara kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan
amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak udah berubah karena merupakan
tolak ukur stabilitas dan dinamika, untuk Pasal 37 UUD 1945.

2) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)

Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia dapat kita rangkum dari


pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.
Negara adalah keadaan kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang atas
berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan Didorong oleh keinginan luhur
bangsa, untuk Berkehidupan yang bebas, dalam arti Merdeka, berdaulat, adil
dan makur Bedasarkan Pancasila. Pancasila dijadikan platform kehidupan
bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar tetap terikat erat
sebagai bangsa bersatu.

b. Pengembangan Politik

Landasan kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh sebab itu,
perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan perkembangan kebutuhan
bangsa, dinamika dan tuntutan reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan
persatuan bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD 1945.
Meningkatkan peran MPR, DPR dan lembaga tinggi Negara lainnya dengan
menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip
pemisahan kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif,
legislative dan yudikatif.

Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa unsur yang perlu
dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai berikut :

8
1. Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat, demokratis, dan terbuka

2. Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

3. Pendidikan politik kepada masyarakat untuk mengembangkan budaya politik


yang demokratis

4. Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi rakyat yang seluas-


luasnya.

Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Demokrasi sebagai sistem pemerintahan

2. Demokrasi sebagai kebudayaan politik

3. Demokrasi sebagai struktur organisasi

Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan berhasil kalau


didukung oleh demokrasi sebagai budaya politik yang rasional objektif. Hak Asasi
Manusia harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai dengan kebudayaan
Indonesia yang tercermin dalam kesetaraan dan keseimbanga peranan lembaga-
lembaga demokrasi.

c. Pengembangan Ekonomi

Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) terdiri


atas beberapa criteria kualitas SDM yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang

2. Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah sumber daya alam
secara efektif , efesien, lestari dan berkesinambungan.

3. Memiliki etos professional; tanggung jawab atas pengembangan keahliannya,


kejujuran dalam pelaksanaan tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat,
penghargaan terhadap waktu dan ketetapan waktu

4. Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada sumber ekonomi, dunia


kerja, kesehatan dan informasi. Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan

9
kepada permasalahan, bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis yang
akan berkembang menjadi etos ekonomis dengan nilai-nilai etis Pancasila.

d. Pengembangan Sosial-Budaya

Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri kalau Pancasila


semakin credible, yaitu bahwa masyarakat mengalami secara nyata realisasi dari
prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui
cara-cara:

1. Dihormati martabatnya sebagai manusia,

2. Diperlakukan secara manusiawi

3. Mengalami solidaritas sebagai bangsa karena semakin hilangnya kesenjangan


ekonomi dan budaya,

4. Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik, dan

5. Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

e. Pengembangan Hankam

Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas dari ketahanan


nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam tingkat ketahanan nasional yang
terjabar sebagai berikut :

a. Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga Negara, yaitu


pengembangan pribadi warga Negara, yaitu pengembangan pribadi dalam
matra horizontal dan vertical, pertumbuhan social ekonomi, keanekaragaman,
dan persamaan derajat.

b. Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur kehidupan


masyarakat yaitu pemerataan kesejahteraan, solideritas masyarakat,
kemandirian, dan partisipasi seluruh masyarakat.

c. Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa pribadi-pribadi


warga Negara dan sistem/struktur kehidupan masyarakat, yaitu keadilan sosial,
keamanan/stabilitas dan keseimbangan lingkungan.

10
C. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi

Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh aturan


main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktekpraktek elit politik
yang dihinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin mengadakan suatu perubahan
yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara demi terwujudnya masyarakat
madani yang sejahtera.
Dalam kenyataannya gerakan reformasi ini harus dibayar mahal oleh bangsa
Indonesia yaitu dampak social, politk, ekonomi, terutama kemanusiaan. Para elit politik
memanfatkan gelombang reformasi ini demi meraih kekuasaan, sehingga tidak
mengherankan jikalau banyak terjadi pembenturan kepentingan politik.
Namun demikian dibalik berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut
masih tersisa satu keyakinan akan nilai yang dimilikinya yaitu nilai-nilai yang berakar
dari pandangan hidup bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai pancasila. Reformasi
adalah menata kehidupan bangsa dan Negara dalam suatu system Negara dibawah nilai-
nilai pancasila, bukan menghancurkan dan membubarkan bangsa dan Negara Indonesia.
Secara historis telah kita pahami bersama bahwa para pendiri Negara telah
mennetukan suatu asas, sumber nilai dan sumber norma yang fundamental dari Negara
Indonesia yaitu pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki bangsa Indonesia
sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia. Reformasi
dengan melakukan perubahan dalam berbagai bidang yang sering diteriakan dengan
jargon reformasi total tidak mungkin melakukan perubahan terhadap sumber itu sendiri.

a. Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada Pembangunan Jangka Panjang II Pelita ketujuh


Bangsa Indonesia menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia
terutama Asia Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah.
Terutama praktek-praktek pemerintahan dibawah orde baru hanya membawa
kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk system ekonomi
menjadi kapitalistik dimana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya berada pada
sebagian kecil penguasa dan konglomerat.
Sistem politik dikembangkan kearah sistem “Birokratik Otoritarian”dan suatu
sistem “Korporatik”.Sistem ini ditandai dengan konsentrasi kekuasaan dan partisipasi
didalam pembuatan keputusankeputusan nasional yang berada hampir seluruhnya

11
pada tangan penguasa negara, kelompok militer, kelompok cerdik cendikiawan dan
kelompok pengusaha oligopolistik dan bekerjasama dengan mayarakat bisnis
internasional.
Awal keberhasilan gerakan reformasi tersebut ditandai dengan mundurnya
Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan
dilantiknya Wakil Presiden Prof. Dr. B.J. Habibie menggantikan kedudukan
Presiden.Kemudian diikuti dengan pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan.
Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisiyang akan
mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh,
terutama perubahan paket UU politik tahun 1985, kemudian diikuti dengan reformasi
ekonomi yang menyangkut perlindungan hukum. Yang lebih mendasar reformasi
dilakukan pada kelembagaan tinggi dan tertinggi negara yaitu pada susunan DPR dan
MPR, yang dengan sendirinya harus dilakukan melalui pemilu secepatnya dan diawali
dengan pengubahan.
a. UU tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No. 16/1969 jis.
UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985)
b. UU tentang partai politik dan golongan karya (UU No. 3/1975, jo. UU No.
3/1985)
c. UU tentang pemilihan umum (UU No. 16/1969 jis. UU No. 4/1975, UU No.
2/1980, dan UU No. 1/1985) Makna Reformasi secara etimologis berasal dari kata
reformation dengan akar kata reform yang artinya“make or become better by
removing or putting right what is bad or wrong”. Secara harfiah reformasi memiliki
arti suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal
yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan
nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Oleh karena itu suatu gerakan reformasi
memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan -
penyimpangan. Misalnya pada masa orde baru, asas kekeluargaan menjadi
nepotisme, kolusi, dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat
UUD 1945.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas
(landasan ideologis) tertentu. Dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi bangsa dan
Negara Indonesia.

12
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasarkan pada suatu kerangka
structural tertentu (dalam hal ini UUD) sebagai kerangka acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan kearah suatu perubahan kondisi serta keadaan yang lebih
baik dalam segala aspek antara lain bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, serta
kehidupan keagamaan.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia yang
berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa
Menurut Hamengkubuwono X, gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam
kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideologi sebab tanpa
adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu reformasi akan mengarah pada suatu
disintegrasi, anarkisme,brutalisme pada akhirnya menuju pada kehancuran bangsadan
negara Indonesia. Maka reformasi dalam perspektif Pancasila pada hakikatnya harus
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Adapun secara rinci sebagai berikut :
1. Reformasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bahwa sesuatu
gerakan kearah perubahan harus mengarah pada suatu kondisi yang lebih baik
bagi kehidupan manusia sebagai mahluk tuhan.
2. Reformasi yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berarti bahwa
reformasi harus dilakukan dengan dasar-dasar nilai-nilai martabat manusia yang
beradab.
3. Semangat reformasi harus berdasarkan pada nilai persatuan, sehingga reformasi
harus menjamin tetap tegaknya Negara dan bangsa Indonesia.
4. Semangat dan jiwa reformasi harus berakar pada asas kerakyatan sebab justru
permasalahan dasar gerakan reformasi dalah ada prinsip kerakyatan.
5. Visi dasar reformasi harus jelas yaitu demi terwujudnya keadilan social seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam perspektif pancasila gerakan reformasi sebagai suatu upaya untuk menata
ulang dengan melakukan perubahan-perubahan sebagai realisasi kedinamisan dan
keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan penyelengaraan Negara. Oleh karena
itu Pancasila sebagai sumber nilai memiliki sifat yang reformatif artinya memiliki
aspek pelaksanaan yang senantiasa mampu menyesuaikan dengan dinamika aspirasi
rakyat. Dalam mengantisipasi perkembangan jaman yaitu dengan jalan menata

13
kembali kebijaksanaankebijaksanaan yang tidak sesuai dengan aspirasi rakyat, akan
tetapi nilai-nilai esensialnya bersifat tetap yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan.

b. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum

Setelah peristiwa 21 Mei 1998 saat runtuhnya kekuasaan orde baru, salah satu
subsistem yang mengalami kerusakan parah adalah bidang hukum. Produk hukum
baik materi maupun penegaknya dirasakan semakin menjauh dari nilai-nilai
kemanusiaan, kerakyatan serta keadilan. Subsistem hukum nampaknya tidak mampu
manjadi pelindung bagi kepentingan masyarakat dan yang berlaku hanya bersifat
imperative bagi penyelenggaraan pemerintah.
Oleh karena itu kerusakan atas subsistem hukum yang sangat menentukan dalam
berbagai bidang misalnya, politik, ekonomi dan bidang lainnya maka bangsa
Indonesia ingin melakukan suatu reformasi, menata kembali subsistem yang
mengalami kerusakan tersebut. Namun demikian hendaklah dipahami bahwa dalam
melakukan reformasi tidak mungkin dilalakukan secara spekulatif saja melainkan
harus memiliki dasar, landasan serta sumber nilai yang jelas, dan dalam masalah ini
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila yang merupakan dasar cita-cita reformasi.
Hukum Dalam negara terdapat suatu dasar fundamental atau pokok kaidah yang
merupakan sumber hukum positif yang dalam ilmu hukum tata negara disebut
“staatsfundamental”. Sumber hukum positif di Indonesia tidak lain adalah Pancasila.
Maka pancasila merupakan cita-cita hukum, kerangka berpikir, sumber nilai serta
sumber arah penyusun dan perubahan hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian
inilah maka Pancasila berfungsi sebagai paradigma hukum terutama dalam kaitannya
dengan berbagai macam upaya perubahan hukum. Sebagai cita-cita hukum, Pancasila
dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulatif. Dengan fungsi regulatif
Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum yang memberi arti dan makna bagi
hukum itu sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh Pancasila maka hukum
akan kehilangan arti dan maknanya sebagai hukum itu sendiri.
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, sumber hukum formal yaitu
sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum, yang mengikat
terhadap komunitasnya, misalnya UU, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah. Sumber

14
hukum material yaitu suatu sumber hukum yang menentukan materi atau isi suatu
norma hukum.
Dalam susunan yang hierarkhis ini pancasila menjamin keserasian atau tiadanya
kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undangan baik secara vertical
maupun horizontal. Jika terjadi ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum
dengan norma hukum lainnya yang secara hierarkis lebih tinggi apalagi dengan
Pancasila sebagai sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas
(unconstitutionality)dan ketidaklegalan (illegality)dan karenanya norma hukum yang
lebih rendah itu batal demi hukum. Oleh karena itu dalam reformasi hokum dewasa
ini selain Pancasila sebagai paradigma pembaharuan hukum yang merupakan sumber
norma dan sumber nilai, terdapat unsur pokok yang justru tiak kalah pentingnya yaitu
kenyataan empiris yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

c. Reformasi Atas Kehidupan Politik

Para pendiri Negara serta penggali nilai-nilai pancasila menentukan pancasila


sebagai dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta memformalkan UUD
1945 sebagai undang-undang dasar Negara dimaksudkan untuk mewujudkan
demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana terkandung dalam
nilai kerakyatan sial IV pancasila.

Dalam praktek pelaksanaanya ternyata berbeda dengan nilai pancasila serta


semangat dalam UUD 1945. Pancasila sebagai dasar Negara. kondisi yang demikian
ini tidak menumbuhkan kehidupan politik yang demokratis, karena penguasa
senantiasa memperkokoh kekuasaanya dengan berlindung di balik ideologi pancasila,
serta melegitimasi tindakan dan kebijaksanaanya berdasarkan pancasila. Oleh karena
itu reformasi kehidupan politik agar benar-benar demokrasi dilakukan dengan jalan
revitalisasi ideologi pancasila, yaitu dengan mengembalikan pancasila pada
kedudukan serta fungsi yang sebenarnya yang sebagaimana dikehendaki oleh para
pendiri Negara yang tertuang dalam UUD 1945.

Reformasi kehidupan politik juga dilakukan dengan meletakan cita-cita kehidupan


kenegaraan dan kebangsaan dalam suatu kesatuan waktu yaitu nilai masa lalu, masa
kini dan kehidupan yang akan datang. Dengan sendirinya kesemuanya ini harus
diletakan dalam kerangka nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri sebagai
filsafat hidupnya yaitu nilai-nilai pancasila.

d. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Ekonomi

15
Sistem ekonomi Indonesia pada masa orde baru bersifat “birokratik otoritarium”
yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam membuat
keputusan-keputusan nasional hampir sepenuhnya berada di tangan penguasa
bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat.

Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan hanya mendasarkan pada


pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa,
dalam kenyataannya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang bahkan
penguasa. Padaera ekonomi global dewasa ini dalam kenyataannya tidak mampu
bertahan. Krisis ekonomi yang terjadi didunia dan melanda Indonesia mengakibatkan
ekonomi Indonesia terpuruk, sehingga kepailitan yang diderita oleh para pengusaha
harus ditanggung oleh rakyat.

Dalam kenyataannya sector ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa
krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang berbasis pada usaha
rakyat. Oleh karena itu subsidi yang luar biasa banyaknya pada kebijaksanaan masa
orde baru hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang yaitu oleh sekelompok
konglomerat, sedangkan bilamana mengalami kebangkrutan seperti saat ini rakyatlah
yang banyak dirugikan. Oleh karena itu rekapitalisasi pengusaha pada masa krisis
dewasa ini sama halnya dengan rakyat banyak membantu pengusaha yang sedang
terpuruk.

Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi ekonomi yang berbasis
pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang mengutamakan
kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai berikut:

a. Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan, yaitu dilakukan dengan


program “social safety net”yang popular dengan program Jaring Pengaman
Sosial(JPS). Sementara untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap
pemerintah, maka Pemerintah harus secara konsisten menghapuskan KKN, serta
mengadili bagi oknum Pemerintah masa ordebaru yang melakukan pelanggaran.
Hal ini akan memberikan Kepercayaan dan kepastian usaha.
b. Program rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Upaya ini dilakukan dengan
menciptakan kondisi kepastian usaha, yaitu dengan Diwujudkan perlindungan
hokum serta undang-undang persaingan yang sehat. Untuk itu Pembenahan dan
penyehatan dalam sector perbankan menjadi prioritas utama, karena Perbankan
merupakan jantung perekonomian.
c. Transformasi struktur, yaitu guna memperkuat ekonomi rakyat maka perlu
diciptakan system untuk mendorong percepatan perubahan structural (structural
transformation). Transformasi structural ini meliputi proses perubahan dari
ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi yang

16
tangguh, dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar, dari ketergantungan kepada
kemandirian, dari orientasi dalam negeri keorientasi ekspor. Dengan sendirinya
intervensi birokrat pemerintahan yang ikut dalam proses ekonomi Melalui
monopoli demi kepentingan pribadi harus segera diakhiri. Dengan system
ekonomi yang mendasarkan nilai pada upaya terwujudnya kesejahteraan seluruh
bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian besar
rakyat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma merupakan kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber,


tolok ukur, parameter, arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, serta proses
dalam suatu bidang tertentu.

Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu pedoman
kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia. Pancasila diharapkan mampu
mendasari pembangunan sampai ke semua lini kehidupan, mencakup bidang politik,
hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat beragama, sampai dengan IPTEK.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju pesat, mendasar,
spektakuler. IPTEK tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan tetapi sekaligus sebagai
kebutuhan kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan
untuk membuka diri terhadap tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai
sosial budaya dari luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita
serap.

Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan sila-sila Pancasila yang merupakan


hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa yang lebih
baik.

Pancasila sebagai dasar negara harus mampu menanggapi gerakan reformasi yang
berdampak pada sosial, politik, ekonomi dan kemanusiaan. Reformasi seharusnya
digunakan untuk menata kehidupan dengan berasaskan Pancasila. Reformasi harusnya
memiliki tujuan dan cita-cita sebagaimana tujuan dan cita-cita Pancasila.

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai bagian dari


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena di dalam Pancasila
mengandung butir-butir keluhuran bangsa Indonesia. Kita sebagai warga Negara
Indonesia harus turut ikut serta dalam pembangunan Negara Republik Indonesia ini agar

18
tercipta kedamaian yang sesuai dengan semboyan kita dari dulu yaitu Bhineka Tunggal
Ika. Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat mengetahui hakikat Pancasila sebagai
paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek
pembagunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : PARADIGMA.

Sulaiman, Asep. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Bandung : Arfino Raya

tadir-amin.blogspot (Diakses tanggal 18 Maret 2013)

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek (Diakses tanggal 18 Maret 2013)

alvaziazien.blogspot (Diakses tanggal 18 Maret 2013)

asmitagari.wordpress.com (Diakses tanggal 18 Maret 2013)

mettasetiani.blogspot

romancesad.blogspot

myfkip.blogspot

ayoonkq.wordpress

indrie7.blogspot

20

Anda mungkin juga menyukai