Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN KEMBALI FABEL

MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING BERBASIS KARAKTER


GEMAR MEMBACA SISWA KELAS IIB SD NEGERI KEPANJENKIDUL
2 KOTA BLITAR

PROPOSAL SKRIPSI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH
INDAH SEPTI PERMATASARI
NIM 160151601407

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DESEMBER 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab I diuraikan bagian mengenai: (1) latar belakang, (2) rumusan
masalah, (3) manfaat penelitian, (4) hipotesis, (5) definisi operasional. Bagian
tersebut akan dipaparkan secara berurutan sebagai berikut:

A. Latar Belakang
Setiap manusia menjalani kehidupan di muka bumi dengan melakukan
interaksi/komunikasi, dan saling terlibat di dalam aktivitas interaksi. Di dalam
kegiatan ini manusia tidak mungkin dapat berinteraksi, berkomunikasi tanpa
adanya suatu sarana/alat. Sarana/alat utama yang dibutuhkan dalam
berkomunikasi manusia ialah bahasa. Di dalam pendidikan formal, bahasa
memiliki peran yang sangat penting salah satunya berfungsi sebagai alat interaksi
dalam penyampaian materi dan berinteraksi antara siswa dengan guru maupun
dengan anggota sekolah lainnya.
Pada hakikatnya bahasa Indonesia merupakan salah satu muatan yang
terdapat di dalam kurikulum pendidikan. SDN Kepanjenkidul 2 Kota Blitar
merupakan salah satu SD yang menerapkan kurikulum 2013, di dalamnya terdapat
muatan bahasa Indonesia. Kurikulum yang digunakan pada kelas I hingga VI
adalah kurikulum 2013. Hal ini diperoleh berdasarkan hasil studi yang telah
dilakukan. Di dalam penerapan kurikulum 2013 bahwa dalam pembelajaran
melibatkan komponen-komponen yang meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, pengelolaan
pembelajaran, pemberdayaan sarana prasarana, serta pembiayaan. (Mulyasa,
2015:9). Berdasarkan komponen-komponen tersebut salah satu yang perlu
diperhatikan ialah proses pembelajaran. Guru secara profesional dituntut untuk
dapat melakukan proses pembelajaran seperti dalam Permendikbud No 22 tahun
2016 mengenai standar proses yaitu proses pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SDN Kepanjenkidul 2
Kota Blitar pada tanggal 30 September 2019 terhadap cara mengajar guru kelas
IIB, diperoleh bahwa dalam pembelajaran kurikulum yang digunakan ialah
kurikulum 2013 yang terdapat muatan bahasa Indonesia tentang menceritakan
kembali fabel bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yaitu
sesuai dengan langkah-langkah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Guru
mengucapkan salam, mengajak berdoa, kemudian melakukan apersepsi, dan
menyampaikan materi yang akan dipelajari. Berdasarkan pengamatan juga
diperoleh bahwa dalam proses pembelajaran, terlihat penataan kondisi ruang
kurang menarik. Siswa kurang berminat, dan kurang termotivasi terhadap
pembelajaran, sehingga daya tangkap serta mengingat terhambat. Kemudian
kurang ditemukannya penggunaan media, siswa juga merasa kesulitan untuk
mengingat secara berurutan rangkaian peristiwa pada cerita, siswa kurang percaya
diri untuk bercerita apalagi jika maju ke depan. Siswa tidak berani mengucapkan
dengan suara nada intonasi yang keras/tinggi sehingga sulit didengarkan dan ada
beberapa siswa belum berani memperlihatkan ekspresi bentuk dari cerita.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas IIB
diperoleh informasi bahwa dalam pembelajaran muatan bahasa Indonesia,
kemampuan untuk menceritakan kembali fabel pada siswa masih kurang. Bahwa
di kelas IIB dengan jumlah 28 siswa, hanya terdapat 10 siswa atau 35,7 % yang
mendapat nilai tuntas, dan sebanyak 18 siswa atau 64,2 % siswa yang
mendapatkan nilai kurang atau belum mencapai KKM. Dalam hal ini KKM
bahasa Indonesia kelas II di SDN Kepanjenkidul 2 Kota Blitar sebesar 75.
Kemudian kurangnya kemampuan menceritakan kembali juga disebabkan karena
kurang percaya diri untuk mengungkapkan, menceritakan, dan keberanian siswa
masih kurang, kemudian kendala pada media pembelajaran, untuk media selain
buku, yang dimiliki saat ini masih satu media tentang dongeng fabel kupu-kupu
dan kancil. Minat siswa terhadap pembelajaran mengenai cerita juga masih
kurang, apalagi jika cerita yang panjang.
Pada dasarnya untuk materi mengenai menceritakan kembali fabel ini
melibatkan suatu keterampilan dalam berbahasa. Menurut Mudiono (2010) pada
dasarnya keterampilan berbahasa meliputi keterampilan berbahasa tulis, dan lisan.
Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis,
sedangkan keterampilan berbahasa lisan terdiri dari keterampilan menyimak dan
berbicara. Kegiatan menceritakan kembali fabel dapat melibatkan keterampilan
yaitu seperti membaca, menyimak, menulis, berbicara, misalnya siswa diminta
untuk mendengarkan cerita atau membaca cerita setelah itu menuliskan kemudian
menceritakan kembali. Dalam hal ini untuk materi menceritakan kembali fabel
pada kelas IIB terjadi masalah yaitu pada aspek salah satunya berbicara. Siswa
kurang berantusias ketika diminta untuk menceritakan kembali.
Kunci penentu keberhasilan kurikulum dalam menghasilkan insan yang
produktif, kreatif, inovatif, serta membentuk watak dan peradaban bangsa yaitu
berkaitan dengan proses pembelajaran atau aktifitas guru dan siswa, maupun cara
di dalam pembelajaran. Kunci terpenting keberhasilan tersebut ialah guru di mana
dituntut untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang dapat membangkitkan
minat, motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa merasa tertarik dan merasa
nyaman berani untuk mengungkapkan sesuatu sehingga di dalam pembelajaran
guru dapat berkreatif. Guru dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang
efektif dapat terlaksana dengan optimal. Alternatif dari masalah yang ditemukan
tersebut bahwa dalam pembelajaran hendaknya mampu mendesain, membuat
suasana pembelajaran yang disukai siswa, yang menyenangkan, menimbulkan
gairah semangat, menciptakan suasana nyaman bagi siswa agar dirinya merasa
memiliki ruang untuk mengungkapkan, menyampaikan sesuatu. Melalui kreatif
berinovasi salah satunya menggunakan model-model pola pembelajaran yang
nantinya menghadirkan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif,
menyenangkan serta mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk memperbaiki permasalahan tersebut dilakukan upaya meningkatkan
proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi, minat, dan memberikan
rasa nyaman, ruang cukup luas bagi siswa untuk berbicara mengungkapkan,
mengekspresikan dari segala sesuatu, meningkatkan kemampuan siswa di dalam
materi mengenai menceritakan kembali fabel yang terdapat pada pembelajaran
tema 7. Adapun alternatif untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan
menggunakan model Quantum Learning serta berbasis karakter gemar membaca.
Quantum Learning dikenalkan oleh De Porter dan Hernacki merupakan suatu
model yang dapat digunakan dalam menciptakan suasana yang kondusif, belajar
yang menyenangkan, nyaman dan dapat membantu daya ingat. Kemudian dalam
model ini bahwa adanya penerapan media juga akan sangat dapat membantu
dalam belajar. Manfaat Quantum Learning membantu membangkitkan sikap
positif, motivasi, keterampilan belajar seumur hidup, kepercayaan diri, sukses
(Bobbi DePorter & MikeHernacki, 2011). Karakter gemar membaca akan dapat
membuat penerapan dari model Quantum Learning ini untuk lebih maksimal.
Melalui penanaman karakter gemar membaca siswa bisa menyerap sesuatu baik
ilmu maupun informasi lain dan akan dapat membantu siswa dari yang tidak tahu
dapat menjadi tahu. Sehingga untuk materi menceritakan kembali fabel dengan
karakter gemar membaca siswa akan mengetahui dari yang tidak tahu mengenai
isi-isi cerita menjadi tahu.
Keefektifan model Quantum Learning ini didukung dengan penelitian
terdahulu untuk muatan bahasa yang pernah dilakukan oleh Adi, I. K. D., Sulastri,
M., & Wirya, I. N. (2013) dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran
Quantum Learning Dengan Gaya Belajar VAK Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Berbantuan Media Film” yang
menunjukkan adanya peningkatan pada keterampilan berbicara dengan melalui
penerapan model Quantum Learning dengan gaya belajar VAK berbantuan film
pendek. Terjadi peningkatan persentase pada siklus I sebesar 65 % mengalami
peningkatan sebesar 90 % pada siklus II. Begitu pula dengan penelitian yang
pernah dilakukan Rohmah, R. (2011) dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Pemahaman Isi Bacaan melalui Model Pembelajaran Quantum Learning pada
Siswa Kelas V Di SDN Gandusari 02 Kabupaten Blitar” menunjukkan bahwa
dengan menggunakan model Quantum Learning kemampuan siswa terhadap
pemahaman isi bacaan dapat meningkat. Terjadi Peningkatan aktivitas dalam
kerjasama pada siklus I sebesar 71%, pada siklus II sebesar 73%, keaktifan siswa
pada siklus I sebesar 78%, pada siklus II 83%, dan ketepatan dalam menjawab
pertanyaan guru pada siklus I sebesar 73% dan pada siklus II sebesar 81%. Hasil
nilai akhir skor rata-rata 62,21% (pratindakan), 79,71% (siklus I) dan 82,26%
(siklus II). Dengan tingkat ketuntasan 38,09% (pratindakan), 76,2% (siklus I), dan
85,72% (siklus II).
Berdasarkan uraian tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian
berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Menceritakan Kembali Fabel Melalui Model Quantum Learning Berbasis
Karakter Gemar Membaca Siswa Kelas IIB SD Negeri Kepanjenkidul 2 Kota
Blitar”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang ditemukan, dirumuskan rumusan masalah:
1. Bagaimanakah penerapan model Quantum Learning berbasis karakter gemar
membaca dalam menceritakan kembali fabel pada siswa kelas IIB SDN
Kepanjenkidul 2 Kota Blitar?
2. Apakah model Quantum Learning berbasis karakter gemar membaca dapat
meningkatkan kemampuan menceritakan kembali fabel pada siswa kelas IIB
SDN Kepanjenkidul 2 Kota Blitar?

C. Manfaat Penelitian
Secara teoritis memberikan manfaat yaitu dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dalam bidang pendidikan, mengembangkan teori pembelajaran
khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas dalam usaha meningkatkan
kemampuan menceritakan kembali fabel melalui model Quantum Learning
dengan berbasis karakter gemar membaca, untuk referensi penelitian selanjutnya.
Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat bagi (1) siswa, (2) guru,
(3) sekolah, (4) peneliti.
1. Bagi siswa
Membantu siswa meningkatkan kemampuan menceritakan kembali fabel
dengan menggunakan model Quantum Learning berbasis karakter gemar
membaca, menambah pengalaman, memberi rasa nyaman dalam belajar, dapat
membangkitkan motivasi, minat belajar sehingga siswa aktif dalam
pembelajaran dengan demikian pencapaian belajar dapat meningkat.
2. Bagi guru
Dapat dijadikan perbaikan dalam melakukan pembelajaran menceritakan
kembali fabel untuk menggunakan model khususnya Quantum Learning
berbasis karakter gemar membaca yang dapat menciptakan belajar
menyenangkan, memberikan informasi tentang model yang dapat membantu
mengatasi masalah yang menghambat, dapat meningkatkan kreativitas guru.
3. Bagi sekolah
Memberikan masukan atau referensi akan pentingnya penggunaan model
pembelajaran dalam mewujudkan, meningkatkan keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran khususnya bahasa Indonesia.
4. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru, menambah pengalaman
dibidang bahasa Indonesia serta membangkitkan motivasi untuk melakukan
penelitian baru.

D. Hipotesis Tindakan
“Jika pembelajaran menceritakan kembali fabel pada siswa kelas IIB SDN
Kepanjenkidul 2 Kota Blitar dilaksanakan dengan baik dan benar melalui model
Quantum Learning berbasis karakter gemar membaca maka kemampuan
menceritakan kembali fabel siswa akan meningkat”.

E. Definisi Operasional
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membuat siswa
untuk membiasakan belajar dengan nyaman, menyenangkan, membangkitkan
motivasi, minat menekankan pada proses belajar yang dapat mempertajam
penyerapan, daya ingat/daya tangkap siswa, dan menekankan pada pemanfaatan
media belajar, dilengkapi dengan adanya kerangka TANDUR.
Menceritakan kembali fabel merupakan menceritakan kembali,
menyampaikan informasi yang telah diketahui dengan berdasarkan apa yang telah
dialaminya misalnya apa yang telah dibaca, didengar, maupun dilihat. Dalam hal
ini aspek yang terlibat di dalam menceritakan ialah berbicara. Dalam hal ini
kepercayaan diri, keberanian perlu ada dalam diri siswa.
Karakter gemar membaca merupakan salah satu karakter yang
dikembangkan oleh Depdikbud RI, karakter ini diterapkan dengan melalui
pembiasaan membaca suatu bacaan-bacaan, maupun buku yang nantinya dapat
menumbuhkan kebiasaan baik pada anak yaitu kebiasaan untuk gemar atau suka
membaca.

Anda mungkin juga menyukai