“ATRESIA BILLIER”
Disusun oleh:
DESEMBER/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah dalam bentuk makalah
tanpa suatu halangan yang berarti hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Diskusi kelompok Keperawatan Anak 2
Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam makalah ini menjelaskan tentang “Atresia Billier”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. sebagai PJ Dosen modul Keperawatan Anak 2
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Penulis
berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.2 Epidemiologi.....................................................................................................6
2.3 Klasifikasi.........................................................................................................6
2.4 Etiologi..............................................................................................................7
2.7 Patofisiologi.......................................................................................................9
2.8 Pencegahan......................................................................................................10
3
2.9 Penatalaksanaan...............................................................................................10
2.10 Komplikasi.....................................................................................................12
BAB III.........................................................................................................................23
PENUTUP....................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pemicu 2
Bayi laki-laki usia 1 bulan di bawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan kuning pada
seluruh tubuh. Hasil pengkajian BBL: 2800 gr, PBL: 48 cm, BB saat ini 3000gr, PB: 50
cm, kuning sejak 2 minggu, sklera ikterik, urin berwarna seperti teh, BAB seperti dempul
berwarna abu-abu, menyusu malas. Hasil laboratorium bilirubin 20 gr/dl.
BAB II
PEMBAHASAN
Atresia Bilier adalah suatu keadaan tidak adanya lumen pada traktus bilier
ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu. Atresia bilier terjadi karena
proses inflamasi yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada
duktus bilier ekstrahepatik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis),
akibatnya di dalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk.
2.2 Epidemiologi
2.3 Klasifikasi
Sedangkan pada tipe perinatal yang dijumpai pada 80% dari seluruh kasus atresia
biler, icterus dan feses akolik baru muncul pada mingku kedua sampai minggu keempat
kehidupan (Altman RP, dkk, 2012).
7
a. Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus komunis,
segmen proksimal paten
b. Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris komunis, duktus
sistikus, dan kandung empedu semuanya)
c. Tipe IIb Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus hepatikus komunis, duktus
sistikus, kandung empedu normal
d. Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik sampai ke
hilus
2.4 Etiologi
Etiologi atresia bilier belum diketahui dengan pasti, sebagian ahli menyatakan
bahwa faktor genetic ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya kelainan kromosom
trisomy 17,18, dan 21, serta terdapatnya anomaly organ pada 30% kasus atresia bilier.
Namun sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses
inflaasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Faktor lain adalah kelainan pembentukan saluran empedu, kelainan sirkulasi janin
atau masa sebelum kelahiran janin, paparan toksin, atau kontaminasi dari lingkungan
(Ditonugroho, 2016).
Atresia bilier kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi
selama hidup janin atau sekitar saat kelahiran, kemungkinan yang memicu dapat
mencakup satu atau kombinasi dari faktor-faktor predisposisi berikut:
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-
gejala termasuk:
a. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah. Jaundice disebabkan oleh hati
yang belum dewasa adalah umum pada bayi baru lahir. Ini biasanya hilang
dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan. Seorang bayi dengan
atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang pada
dua atau tiga minggu setelah lahir.
b. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan
dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan
dibuang dalam urin.
c. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi
bengkak akibat pembesaran hati.
d. Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat
e. Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan
hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang
larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak
larut dalam air serta gagal tumbuh
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
2.7 Patofisiologi
Obstruksi total dapat disertai dengan tinja yang alkoholik. Penyebab tersering
obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus
koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateti, striktura pasca operasi
atau operasi. Obstruksi pada saluran empdeu ekstra hepatic menyebabkan obstruksi
aliran normal empedu dari hati ke kantung empedu dan usus. Akhirnya terbentuk
sumbatan dan menyebabkan cairan empedu balik ke hati yang akan menyebabkan
peradangan, edema, degenerasi hati.
Apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati, bahkan hati menjadi
fibrosis dan cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal
sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati. Jika cairan
empedu tersebar kedalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa gatal. Bilirubin yang
tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan kedalam aliran darah, yang dapat mewarnai
kulit dan bagian putih mata sehingga bewarna kuning.
Degenerasi secara gradual pada hati yang menyebabkan joundice, ikterik dan
hepatomegaly. Karena tidak ada aliran empedu dari dalam hati kedalam usus, lemak dan
vitamin larut lemak tidak dapat di absorbsi, kurang vitamin larut lemak yaitu vitamin A,
D, E dan K dan gagal tumbuh. Vitamin A, D, E dan K larut dalam lemak sehingga
memerlukan lemak agar dapat di serap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut
akan disimpan dalam hati dan lemak di dalam tubuh, kemudian digunakan saat di
perlukan. Tetapi mengkonsumsi berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat
mebuat keracunan sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah dan
masalah hati ataupun jantung.
10
2.8 Pencegahan
Di Jepang dan Taiwan, kartu tinja telah digunakan sebagai metode dini pada bayi
berusia dibawah 2 bulan. Di Amerika Utara telah dikembangkan system pendataan
nasional berbasis internet, sosialisasi dan edukasi tentang atresia bilier hingga
kepelayanan kesehatan primer, studi kooteratif multisenter dan riset lanjut AB. Di Inggris
mulai tahun 1993, Children‟s Liver Disease Foundtion dengan bantuan Departemen
Kesehatan, menyosialisasikan pesan : bayi kuning berusia lebih dari empat belas hari
sebaiknya diperlakukan dengan conjugated hyperbilirubinemia (Anugroho, 2016).
Perlunya perhatian serius dari pemerintah baik pusat maupun daerah di Indonesia
untuk masalah atresia bilier ini yaitu :
a) Peningkatan edukasi tentang AB dan ragam penyakit liver anak lainnya ditengah-
tengah masyarakat awam dan tenaga medis.
d) Jumlah rumah sakit yang mampu menangani pejuang atresia bilier sangat minim
sehingga perlu peningkatan pelayanan pada rumah sakit lainnya.
2.9 Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa
Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam empedu
(asamlitokolat), dengan diberikan :
1) Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis peroral.
2) Fenobarbital akan merangsang enzim lukuronil transferase (untuk mengubah
bilirubin indirek menjadi bilirubin direk) ; enzim sitokrom P-450 (untuk
oksigenisasi toksin), enzim Na⁺ K⁺ ATPase (menginduksi aliran empedu).
11
2.10 Komplikasi
b) Hipertensi Portal
Kelainan anatomis terjadi karena pada sirosis terjadi perubahan bentuk parengkim
hati, sehingga terjadi penurunan perfusi dan menyebabkan terjadinya hipertensi
portal. Hipertensi portal merupakan gabungan hasil peningkatan resistensi vaskular
intra hepatik dan peningkatan aliran darah melalui sistem portal.
c) Varises Esofagus.
Pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah dari organ sistem pencernaan
(lambung, esofagus, limpa, pankreas dan usus) ke hati. Bila aliran darah ke hati
terhambat, tekanan darah di vena porta akan meningkat. Kondisi ini menyebabkan
terbendungnya aliran darah sebelum masuk ke vena porta, salah satunya di esofagus.
Sehingga, timbul varises di esofagus, yang dapat sangat berbahaya apabila pecah.
Varises esofagus disebabkan oleh hipertensi portal, yaitu tekanan darah yang tinggi
pada vena porta.
13
2) Pemeriksaan feces : warna tinja pucat karena yang memberi warna pada tinja /
stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT) merupakan upaya diagnostik yang
cukup sensitif, tetapi penulis lain menyatakan bahwa pemeriksaan ini tidak lebih baik
dari pemeriksaan visualisasi tinja. Pawlawska menyatakan bahwa karena kadar
bilirubin dalam empedu hanya10%, sedangkan kadar asam empedu di dalam empedu
adalah 60%, maka tidak adanya asam empedu di dalam cairan duodenum dapat
menentukan adanya atresia bilier.
c. Pencitraan
1) Pemeriksaan Ultrasonografi
2) Sintigrafi Hati
3) Liver Scan
4) Pemeriksaan Kolangiografi
d. Biopsi Hati
Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling dapat
diandalkan. Ditangan seorang ahli patologi yang berpengalaman, akurasi
diagnostiknya mencapai 95%,sehingga dapat membantu pengambilan keputusan
untuk melakukan laparatomi eksplorasi, danbahkan berperan untuk penentuan operasi
Kasai. Keberhasilan aliran empedu pasca operasi Kasai di 6 tukan oleh diameter
duktus bilier yang paten di daerah hilus hati. Bila diameter duktus100 200 u atau 150
400 u maka aliran empedu dapat terjadi. Desmet dan Ohya menganjurkan agar
dilakukan frozen section pada saat laparatomi eksplorasi, untuk menentukan apakah
portoenterostomi dapat dikerjakan. Gambaran histopatologik hati yang mengarah ke
atresia bilier mengharuskan intervensi bedah secara dini. Yang menjadi pertanyaan
adalah waktu yang paling optimal untuk melakukan biopsi hati. Harus disadari,
terjadinya proliferasi duktuler (gambaran histopatologik yang menyokong diagnosis
atresia bilier tetapi tidak patognomonik) memerlukan waktu. Oleh karena itu tidak
dianjurkan untuk melakukan biopsi pada usia < 6 minggu.
(Cowles, 2012)
16
Ujian penyakit atresia bilier yang adalah beban kita juga, karena persaudaraan
setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh
lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
Infaq untuk membantu meringankan musibah sesama muslim insya Allah akan
mengantarkan menjadi pribadi beruntung yang berhak mendapat kemudahan dan
pertolongan Allah Ta‟ala. Rasulullah SAW bersabda:
,
, ,
Diantara upaya untuk mendapatkan anak yang thuyyiban sejak awal kelahirannya
adalah dengan memberikan asi ekslusif. Menyusui secara eksklusif selama 6 bulan
diketahuai memilkik banyak manfaat, baik untuk ibu maupun bayi. Alquran sebagai
hudan way uf life dalam beberapa kesempatan memerintahkan para para ibu untuk
menyususkan anaknya hingga 2 tahun. Jika alquran memerintahkan suatu pekerjaan,
17
tentu di dalamnya ada maslahat dan manfaat, sebaliknya jika perintah tersebut di abaikan
akan memunculkan ketidak sempurnaan pada kehidupan manusia.
(Prahasiwi, 2015)
Artinya : “ para ibu hendak lah menyusui anak-anak nya selama 2 tahun penuh, yaitu
bayi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberikan makan
dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟ruf.”.
Perintah menyusui anak sejak juga pernah allah perintahkan kepada ibu nabi
musa, seperti diceritakan dalam surah al qashas ayat 7 “dan kami ilhamkan kepada ibu
musa untuk segera menyusui anaknya sesaat setelah melahirkan menurut wahbah al-
zuhaily, ibu musa a.s menyusui selama tiga atau empat bulan”.
Hal ini dengan sejalan konsep dasar dalam dunia kesehatan yang menyebutkan
bahwa ASI merupakan makanan yang terbaik bagi ank-anak hingga usia 2 tahun
sebagaimana disepakati oleh para ahli ilmu kedokteran. ASI merupakan makanan dan
minum pokok yang hanya boleh di konsumsi oleh bayi baru lahir dan di berikan sedini
mungkin setelah kelahiran dan dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi sesering
mungkin sesuai keinginan bayi atau sesuai keinginan ibu yaitu setiap 2-3 jam.
Hikmah menyusui dalam islam adalah ASI sangat berpengaruh tidak hanaya bagi
perkembangan fisiknya tapi watak dan akhlak anak juga akan berpengaruh. Hal ini
disebabkan karna air susu ini berasa dairi darah ibu yang kemudian dihisap oleh anak dan
akan menjadi darah serta daging dan tulang si anak itulah sebabnya ASI sangat
berpengaruh bagi perekmbangan akhlak anak.
(Ismail, 2018)
18
A. Pengkajian
Nama : Anak. X
Usia : 1 bulan
B. Analisis Data
b. Data Subjektif :
BB : 3.000 gram
PBL : 48 cm
PB : 50 cm
C. Diagnosa Keperawatan
a. BBL : 2.800
gram
b. BB : 3.000
gram
D. Intervensi Keperawatan
Terapeutik
a. Timbang BB
20
b. Hitung perubahan BB
c. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
Observasi :
b. Identifikasi kemampuan
ibu atau pengasuh
menyediakan nutrisi
Terapeutik :
b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan
kepada ibu atau
21
Edukasi :
a. Jelaskan tanda-tanda
awal rasa lapar (mis.
Bayi gelisah, membuka
mulut dan menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulur-julurkan lidah,
menghisap jari atau
tangan)
c. Anjurkan tetap
memberikan ASI saat
bayi sakit
3. Dukungan Kepatuhan
Program
observasi :
a. Identifikasi kepatuhan
dan keteraturan
menjalani program
pengobatan yang sudah
ditentukan.
terapeutik :
a. Buat komitmen
menjalani program
pengobatan dengan baik
b. Dukomentasikan
aktivitas selama
22
menjalani proses
pengobatan.
c. Diskusikan hal-hal yang
dapat mendukung atau
berjalannya program
pengobatan
d. Libatkan keluarga untuk
mendukung program
pengobatan yang
dijalani
Edukasi :
a. Informasikan program
pengobatan yang harus
dilajani
b. Informasikan manfaat
yang akan diperoleh jika
teratur menjalani
program pengobatan
c. Anjurkan keluarga
untuk mendampingi dan
marawat pasien selama
menjalani program
pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak laki laki usia 1 bulan mengalami kuning di seluruh tubuh, sklera ikterik,
kulit ikterik, urin berwarna seperti teh dan feses berbentuk dempul berwarna abu abu.
Dari tanda dan gejala tersebut dapat di simpulkan bahwa sang anak mengalami diagnosa
medis, yaitu atresia billier yg disebabkan oleh beberapa faktor berupa Infeksi virus atau
bakteri, masalah dengan sistem kekebalan tubuh, komponen abnormal empedu, dan
kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu serta mengalami masalah
keperawatan defisit nutrisi. Oleh karena itu harus di lakukan tindakan keperawatan berupa
pemantauan nutrisi sang anak untuk mengatasi masalah tersebut.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, Dito. 2016. The Art Of Medicine Seni Mendeteksi, Mengobati, dan Menyembuhkan
88_penyakit dan Gangguan Kesehatan. Jakarta : PT. Grameia Pustaka Utama
Cowles, RA. 2012. The Jaundiced Infant: Billiary Atresia. In: Coran AG et.al. Pediatric
Surgery. 7th Ed. Philadelphia: Saunders
Prahasiwi, Adila dkk. 2015. Asi Eksklusif dan Persepsi Ketidakcukupan Asi. Diakses: jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.9 No.3 Pada Tanggal 12 Desember 2019 Pukul
22:40 WIB
Yamatakan, A dkk. 2014. Billiary Atresia In Holcomb III GW, MurphyP, Ostlie DJ. Ascrafts
Pediatric Surgery. Toronto: Elseiver