PENDAHULUAN
yang salah dan kurang cepat serta cermat adalah salah satu penyebab kematian.
dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark
miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit
iskemia.
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Sistematika Penulisan
Tujuan
Manfaat
1
BAB II TINJAUAN MATERI
a. Definisi STEMI
b. Anatomi Jantung
c. Etiologi STEMI
e. Penatalaksanaan STEMI
f. Patofisiologi STEMI
h. Pemeriksaan penunjang
j. Analisa data
k. Intervensi keperawatan
a. Pengkajian
b. Pemeriksaan fisik
c. Analisa data
d. Diagnosa keperawatan
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
1.3 Tujuan
2
2. Untuk mengetahui etiologi dari STEMI
1.4 Manfaat
asuhan keperawatan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap
tersering di negara maju. Laju mortalitas awal 30% dengan lebih dari separuh
pasien yang tetap hidup pada perawatan awal, meninggal dalam tahun pertama
merupakan bagian dari spectrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari
angina pectoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST.
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya
(Sudoyo, 2006).
2.2 Etiologi
4
3) Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan
interstisiil.
a. Jantung
Kedudukan Jantung :
dada kita. Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga
5
Titik di sebelah kiri antara iga kelima dan keenam, atau di dalam
tajam ventrikel. Dengan menarik garis antara dua tanda itu maka
b. Struktur Jantung
dewasa beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh
sebuah septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan.
setiap belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas
terdiri atas dua kelopak karena mirip topi seorang uskup atau mitre,
adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan
6
membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan
antara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyak dari
a) Perikardium, atau
pembungkus luar
tengah
atrium kiri.
7
Penyaluran darah dan saraf ke jantung. Arteri koronaria
kontraksi dipengaruhi
vagus. Akan tetapi, bila tonus bagus atau “rem” ditiadakan untuk
perlahan.
8
c. Siklus Jantung
detik dan tahap pengendurannya selama 0,5 detik. Dengan cara ini
ventrikel. Yang perta,a adalah panjang dan rata; yang kedua pendek
membuat bunyi lain, tetapi bila arus darah cepat atau bila ada
kelainan pada katup atau salah satu ruangnya, maka dapat terjadi
9
Debaran jantung atau lebih tepat debaran apeks adalah
arteri bila darah dipompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba
pedis di belokan mata kaki. Yang teraba bukan darah yang dipompa
dialihkan dari aorta dan merambat lebih cepat daripada darah itu
sendiri.
10
emosi. Irama dan denyut sesuai dengan siklus jantung. Kalau
jumlah denyut ada 70, berarti siklus jantung 70 kali semenit juga.
volume denyut labih dari 150 ml, yang membuat daya pompa
150 setiap menit dan volume denyut lebih dari 150 ml, yang
kalau keadaan ini tidak cepat ditangani maka akan terjadi edema.
keluar dari kapiler dan sebagian karena daya pompa jantung rendah
penimbunan air.
11
d. Sirkulasi Darah
dan kanan sewaktu diastole akan mnghisap darah dari atrium kiri
12
menit. Bearnya curah jantung berubah tergantung dari kebutuhan
metabolisme tubuh.
Katub jantung :
ventrikel kiri.
Arteri Koroner :
aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari arteri
13
memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan dua lekuk ini di
14
menuju afeks jantung dalam siklus interventrikularis posterior
(syaifuddin, 2009)
Sirkulasi koroner
15
3) Arteri koronaria kanan berjalan lateral mengitari sisi kanan
koronaria kanan.
sirkumfleksa kiri.
16
5) Jalur-jalur anatomis ini menghasilkan suatu korelasi antara
17
keadaan normal akan tetapi mempunyai arti yang sangat
2.3 Etiologi
pembentukan trombus.
fisik yang berlebihan, stress atau emosi. (Bunner & Suddarth, 2003).
Faktor resiko :
1) Hipertensi
hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan akhirnya
adalah bila mengenai otot jantung, arteri dan arterial sistemik, arteri
18
koroner dan serebral serta pembuluh darah ginjal. Perubahan hipertensi
kiri (faktor miokard). Keadaan ini tergantung dari berat dan lamanya
2) Hiperkolesterolemia
bila kadar kolesterol darah >200 mg/dl, dan trigliserida >150 mg/ml.
19
mencegah penumpukan lipid di dalam dinding arteri. HDL tinggi
dalam darah, dan resiko CAD lebih rendah. LDL berisi lebih bnayak
3) Merokok
a) Umur
20
laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya
b) Jenis kelamin
perempuan.
c) Ras
d) Keturunan
genetic.
(Kasron, 2012).
2.3 Patofisiologi
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
21
lambat biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak
kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor
mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik
plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang
tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core). Pada STEMI gambaran patologis
klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi alasan pada
mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi
yang larut (integrin) seperti faktor von Willebrand (vWF) dan fdibrinogen,
dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat mengikat dua platelet
agregasi. Kaskade koagulasi diaktivasi oleh pajanan tissue faktor pada sel
22
fibrin. Arteri koroner yang terlibat (culprit) kemudian akan mengalami oklusi
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabkan oleh oklusi
23
24
25
WOC
Nekrosi
s
Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang
Resiko
penurunan
Seluler hipoksia
curah
Metabolism anaerob
jantung
Kontraktilitas turun
Kelemaha
Kecemasan
n
Intoleransi
COP turun Kegagalann pompa
aktifitas
jantung
Gangguan perfusi
jaringan Gagal jantung
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesa
secara cermat apakah nyeri dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung.
Jika dicurigai nyeri dada yang berasal dari jantung dibedakan apakah nyerinya
berasal dari koroner atau bukan. Perlu dianamnesis pula apakah ada riwayat
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara
cepat dan tepat apakah pasien menderita IMA atau tidak. Diagnosis yang
Tanda gejala
1. Nyeri
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas.
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit seperti tertusuk tusuk yang dapat menjalar ke
27
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional) menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang
Gejala ini merupakan petanda awal dalam pengelolaan pasien IMA. Sifat nyeri
Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
Diagnosis banding nyeri dada STEMI antara lain perikarditis akut, emboli
dada tidak selalu ditemukan pada STEMI. STEMI tanpa nyeri lebih sering
28
dijumpai pada diabetes militus dan usia lanjut. Sebagian besar pasien cemas
keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak
atau hipotensi). Tanda fisik lain pada disfungsi ventrikular adalah S4 dan S3
apical yang bersifat sementara karena disfungsi apparatus katup mitral dan
2. Labolatorium
4-6 jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
3. EKG
Perubahan EKG yang teradi fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris. Setelah itu terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi
necrosis.
29
Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri
dada yang khas dan gambaran EKG adanya elevasi ST ≥ 2mm, minimal
pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan
Jika pemeriksan EKG awal tidak diagnostic untuk STEMI tetapi pasien
tetap simtomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serial dengan
ST. Pada pasien dengan STEMI inferior, EKG sisi kanan harus diambil
30
tersebut biasanya mengalami angina pectoris tak stabil atau non STEMI.
gelombang R dan infark miokard miokard non transmural jika EKG hanya
ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi
repefusi.
specific troponin (cTn)T atau cTn1 dan dilakukan secara serial. cTn harus
kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan diikuti
peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA, terapi
31
biomarker. Pengingkatan nilai enzim di atas 2 kali nilai batas atas normal
CKMB: meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai
puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dala 2-4 hari. Operasi jantung,
cTn: ada 2 jenis yaitu cTn T dab cTn I. Enzim mini meningkat setelah 2 jam
bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T
masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10 hari.
Mioglobin: dapat dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak
dalam 4-8 jam. Creatinin Kinase (CK): Meningkat setelah 3-8 jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-36 jam dan kembali normal
dalam 3-4 hari. Lactic dehydrogenase (LDH): meningkat setelah 24 jam bila
ada infark miokard, mencapai puncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-
yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap
2.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana IMA dengan elevasi ST saat ini mengacu pada data-data dari
32
Tujuan utama tatalaksana IMA adalah diagnosis cepat, menghilangkan
tahun 2004 dan ESC tahun 2003. Walaupun demikian perlu disesuaikan dengan
Tatalaksana Awal
sebagian besar terjadi dalam 24 jam pertama onset gejala. Dan lebih dari
yang terlatih.
33
Melakukan terapi perfusi.
lama waktu mulai onset nyeri dada sampai keputusan pasien untuk
Tatalaksana Umum
Oksigen
Nitrogliserin (NTG)
34
dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang terkena infark atau
nitrat.
Morfin
interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping yang
35
pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan
Aspirin
Penyekat Beta
36
Terapi Reperfusi
2.7 Prognosis
enam bulan setelah serangan jantung hampir tidak berbeda. Hasil jangka
lanjutan, dan ini penting bahwa semua pasien yang menderita serangan
jantung secara teratur dan terus malakukan terapi jangka panjang dengan
obat-obatan seperti:
ASPIRIN
clopidrogel
ACE inhibitors (obat yang meningkatkan fungsi miokard dan aliran darah)
Kerusakan pada otot jantung tidak selalu bermanifestasi sebagai rasa sakit
37
jika penampilan karakteristik EKG ST elevasi tidak dilihat, serangan
a. Pengkajian Primer
1. Airway
2. Breathing
Ronchi, krekles
3. Cirkulasi
Takikardia
Edema
Gelisah
Akral dingin
38
b. Pengkajian sekunder
1. Pemeriksaan fisik
Takikardia
2. Sirkulasi
komplai ventrikel.
jantung.
Edema
3. Integritas ego
4. Eliminasi
39
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
uluhati
6. Hygiene
perawatan
7. Neurosensori
9. Pernapasan
40
Dispnea tanpa atau dengan kerja
Dispnea nocturnal
kematian/sosial-ekonomi.
plasma.
41
tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
42
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas klien
Nama : ny. C
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 59 tahun
Status perkawinan: Kawin
Agama : islam
Pekerjaan : irt
Pendidikan : SLTA
Alamat : bojongloa 05/04
Tgl. Masuk RS : 01/1/2020
Tgl. Pengkajian : 02/1/2020
No. Reg : 692523-17
Ruangan : HCU
Identitas penanggung
Nama : tn K
Jenis kelamin : laki-laki
Hubungan : suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : nyeri dada kiri tidak hilang dengan istirahat
b. Riwayat kesehatan sekarang :3 hari sebelum masuk RS klien
mengeluh nyeri dada dan dirasakan sangat itdak nyaman disertai
keringat dingin, dn berobat ke puskesmas terdekat namun tidak ada
perbaikan. Atas inisiaatip sendiri keluarga membawanya ke RSUD
sumedang Saat MRS, nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu
terus menerus tidak hilang dengan istirahat. Pada saat dikaji hari ke
2 perawatan, klien mengatakan nyeri dada kiri menjalar ke
punggung, nyeri seperti terhimpit benda berat namun dirasakan
hilang timbul, disertai perasaan mual, dan sesak. Dengan skala nyeri
5 (0-10). Dan nyeri darasakan tidak hilang dengan diistirahatkan.
Nyeri dirasakan berkurang sesudah minum obat. Dan direncanakan
untuk PCI di RS Al ISLAM bandung
43
Waktu : tidak teratur
Skala nyeri : 5 (0-10)
Sifat keluhan : Semakin memberat
Kel. Yg menyertai : batuk dan mual
Faktor pencetus : Pada saat beraktivitas
Hal yg meringankan keluhan : Ke rumah sakit dan minum obat
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak ada penyakit yang sama pada keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat DM ataupun HT
Sejak 2017 klien rutin pengobatan kolesterol
4. Genogram
59
th
44
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan klien
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – Tanda Vital :
TD : 90/61 mmHg
N : 126 x/mnt
P : 30 x/mnt
S : 360C
d. Kepala
Inspeksi
Warna rambut : putih (Uban)
Penyebaran rambut : Tidak merata
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan : tidak terdapat benjolan
e. Mata
Inspeksi
Konjungtiva : anemis
Sklera : ikterus
Penglihatan : normal
Palpasi
Tidak terdapat peningkatan TIO
f. Hidung
Inspeksi
Tidak terdapat polip
Penciuman normal
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada sinus
g. Bibir dan rongga mulut
Mulut dan gigi baik
Pengecapan normal
h. Telinga
45
Nampak tidak ada serumen
Pendengaran normal
Tidak ada nyeri tekan pada tragus mastoid
i. Leher
Tidak ada distensi vena jugularis
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada dan thorax
Inspeksi
Bentuk dada normal
Frekuensi pernafasan 30 x/mnt
Klien nampak sesak
Tingkat pernafasan kurang baik
Palpasi
Ada nyeri tekan
k. Jantung
Inspeksi
Apek nampak dibawah puting susu
Nampak terpasang oksigen
Palpasi
Ada nyeri tekan
Auskultasi
BJ 1 dan 2 tunggal, gallop tidak ada
l. Abdomen
Inspeksi
Perut nampak datar
Perkusi
Tidak terdengar hipertimpani
Auskultasi
Peristaltik usus baik
m. Ekstremitas
Inspeksi
Nampak terpasang infus NaCl 0,9% ditangan kanan
Palpasi
Klien mengatakan nyeri otot di pergelangan tangan dan di
pahanya
Perkusi
Refleks normal
n. Kulit
Inspeksi
Warna kulit putih
Palpasi
46
Turgor kulit baik
6. Data psikologis
Klien nampak cemas
Orang terdekat adalah suami dan anak – anaknya
7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Lab. 1/1/2020
HB 10,6
TROMBOSIT 345.000
LEUKOSIT 11.700
GD 323 236 216
KREATININ 1,11
NATRIUM 139
KALIUM 3,6
CALSIUM 7,88
TROPONIN I 10,363
Ureum 44,5 44,5
Asam urat 11,1
Kolesterol 165
Kolesterol HDL 40
Kolesterol 40
lDL 147
tg 85
PT 15,9
INR 1,43
APTT 24,1
47
8. Penatalaksanaan
Lovenox 2x 0,6 inj
Miniaspi 1x1 p.o
Callos 3x1 p.o
Cpg 1x1 p.o
Atorvastatin 1x40 mg p.o
Sucralfat syr 4x1 p.o
Dobutamin mulai dari 7 mcg titrasi sesuai td
Trimedazidin 2x1 p.o
Aspilet 3x1 p.o
a. Nutrisi
Kebiasaan sebelum masuk rumah sakit
Pola makan : nasi + Lauk + sayur
Frekuensi : 3x/hari
Nafsu makan : baik
Jenis minuman yang disukai : air teh
Banyak cairan yang masuk dalam sehari 1800 cc
perubahan selama sakit
Keluaarga klien mengatakan pola makan lebih teratur
Nafsu makan kurang baik
Klien dilarang minum air teh
b. Eliminasi
Kebiasaan sebelum masuk rumah sakit
BAK (buang air kecil)
Frekuensi : 3-4x/hari
Bau : khas amoniak
Warna : kuning
BAB (buang air besar)
Frekuensi : 1x/hari
Konsistensi : lunak
Warna feses : kuning
Perubahan selama sakit
BAB
Frekuensi : jarang
Konsistensi : Lunak
Warnah : kuning
BAK
Frekuensi : terpasang policateter 16
48
Bau : khas amoniak
Warna : kuning
c. Olahraga
Kebiasaan : kadang-kadang
Peubahan selama sakit : klien nampak tidur terus
d. Istirahat tidur
Kebiasaan
Tidur malam : pukul 22.00 – 04.00 WIB
Tidur siang : pukul 13.00 – 15.00 WIB
Perubahan selama sakit
Tidur malam : pukul tidak ada perubahan
Tidur siang : pukul 13.00 – 15.00 WIB
e. Personal hygiene
Mandi : dilap
Sikat gigi : dilakukan 2x/hr
Mencuci rambut : tidak pernah
f. Pola interaksi sosial
Tidak ada masalah dengan interaksi sosial klien
g. Keadaan psikologis selama sakit
Klien mengatakan ingin secepatnya pulang
Klien nampak kooperatif terhadap perawat dan dokter
h. Pola spritual
Kebiasaan ; klien mngatakan rajin sholat
Perubahan selama sakit ; selama sakit klien tidak melasanakan shalat
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada kolesterol tinggi
dada menyebar ke
Menimbulkan plak, trombus di
pungggung disertai mual
pembuluh darah
DO:
Gelisah, pucat, ku lemah Spasme vaskuler (pembuluh darah)
miokard
Hipoksia miokardium
Iskemik Miokardium
49
Metabolisme anaerob
Merangsang hipotalamus
Korteks serebri
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
DS: tubuh terasa lemes, Kontraktilitas jantung menurun Penurunan
keringat dingin Cardiac
Gagal jantung Output
DO:
Td : 90/61 Penurunan CO
Nadi : 126x/mnt
RR : 30x/mnt
Sh : 36
Ku tampak lemah
DS: Rupture dalam pembuluh darah Perubahan
Pasien mengeluh lemah perfusi
DO: Obstruksi pembuluh darah, jaringan
Pasien terlihat lemah dan
pucat karena O2 jaringan Aliran darah ke jaringan terganggu
menurun.
Perubahan perfusi jaringan
DS: Perubahan perfusi jaringan Pola nafas
Klien mengeluh sesak, O2 dalam darah menurun tidak efektif
nafas pendek.
DO: Kongesti pulmonalis
dispnea, inspirasi
mengi, takipnea, Sesak nafas
pernapasan dangkal.
Ketidakefektifan pola nafas
DS: Perubahan perfusi jarigan Intoleransi
Pasien mengeluh lemah aktivitas
DO: O2 dalam darah menurun
50
Pasien terlihat lemah
karena hipoksia Hipoksia
Kelemahan
Intoleransi aktivitas
51
2. Resiko terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
konstriksi fungsi ventrikel, degenerasi otot jantung.
Kriteria hasil: Menurunkan episode dispnea, angina dan disritmia.
Mengidentifikassi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Intervensi :
Intervensi Rasional
Mandiri 1. Takikardia dan disritmia dapat
1. Pantau irama dan frekuensi jantung terjadi saat jantung berupaya untuk
- Auskultasi bunyi jantung. meningkatkan curahnya berespon
Perhatikan jarak / tonus jantung, terhadap demam. Hipoksia, dan
murmur, gallop S3 dan S4. asidosis karena iskemia.
- Dorong tirah baring dalam posisi 2. Memberikan deteksi dini dari
semi fowler terjadinya komplikasi misalnya
2. Berikan tindakan kenyamanan GJK, tamponade jantung.
misalnya perubahan posisi dan 3. Menurunkan beban kerja jantung,
gosokan punggung, dan aktivitas memaksimalkan curah jantung
hiburan dalam toleransi jantung 4. Meningkatkan relaksasi dan
3. Dorong penggunaan teknik mengarahkan kembali perhatian
menejemen stress misalnya latihan Perilaku ini dapat mengontrol
pernapasan dan bimbingan imajinasi ansietas, meningkatkan relaksasi
4. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, dan menurunkan kerja jantung
palpitasi, nyeri dada kontinyu. 5. Manifestasi klinis dari GJK yang
Perhatikan adanya bunyi napas dapat menyertai endokarditis atau
adventisius, demam miokarditis
Kolaboratif 1. Meningkatkan keseterdian oksigen
1. Berikan oksigen komplemen untuk fungsi miokard dan
2. Berikan obat – obatan sesuai dengan menurunkan efek metabolism
indikasi misalnya digitalis, diuretik anaerob,yang terjadi sebagai akibat
3. Antibiotic/ anti microbial IV dari hipoksia dan asidosis.
4. Bantu dalam periokardiosintesis 2. Dapat diberikan untuk
darurat meningkatkan kontraktilitas
5. Siapkan pasien untuk pembedahan miokard dan menurunkan beban
bila diindikasikan kerja jantung pada adanya GJK (
miocarditis)
3. Diberikan untuk mengatasi
pathogen yang teridentifikasi,
mencegah kerusakan jantung lebih
lanjut.
52
4. prosedur dapat dilakuan di tempat
tidur untuk menurunkan tekanan
cairan di sekitar jantung.
5. Penggantian katup mungkin
diperlukan untuk memperbaiki
curah jantung
3. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan b.d menurunya suplai oksegen
ke otot.
Kriteria hasil: mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat
secara individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan
kering, nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.
Intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Evaluasi status mental. 1. Indicator yang menunjukkan
Perhatikikan terjadinya embolisasi sistemik pada otak.
hemiparalisis, afasia, kejang,
muntah, peningkatan TD. 2. Emboli arteri, mempengaruhi
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba- jantung dan / atau organ vital lain,
tiba yang disertai dengan takipnea, dapat terjadi sebagai akibat dari
nyeri pleuritik, sianosis, pucat penyakit katup, dan/ atau disritmia
3. Tingkatkan tirah baring dengan kronis
tepat 3. Dapat mencegah pembentukan atau
4. Dorong latihan aktif/ bantu dengan migrasi emboli pada pasien
rentang gerak sesuai toleransi. endokarditis. Tirah baring lama,
membawa resikonya sendiri tentang
terjadinya fenomena
tromboembolic.
53
jantung. Coumadin adalah obat
pilihan untuk terapi setelah
penggantian katup jangka panjang,
atau adanya thrombus perifer.
54
2. Pantau frekuensi dan irama jantung, dalam kantung perikardial bila ada
tekanan darah, dan frekuensi perikarditis. Akhirnya endikarditis
pernapasan sebelum dan sesudah dapat terjadi dengan disfungsi
aktivitas dan selam di perlukan katup, secara negatif
3. Mempertahankan tirah baring mempengaruhi curah jantung
selama periode demam dan sesuai 2. Membantu derajad dekompensasi
indikasi. jantung and pulmonal penurunan
4. Membantu klien dalam latihan TD, takikardia, disritmia, takipnea
progresif bertahap sesegera mungkin adalah indikasi intoleransi jantung
untuk turun dari tempat tidur, terhadap aktivitas.
mencatat respon tanda vital dan 3. Demam meningkatkan kebutuhan
toleransi pasien pada peningkatan dan konsumsi oksigen, karenanya
aktivitas meningkatkan beban kerja
5. Evaluasi respon emosional jantung, dan menurunkan toleransi
aktivitas
4. Pada saat terjadi inflamasi klien
mungkin dapat melakukan
aktivitas yang diinginkan, kecuali
kerusakan miokard permanen.
5. Ansietas akan terjadi karena proses
inflamasi dan nyeri yang di
timbulkan. Dikungan diperlukan
untuk mengatasi frustasi terhadap
hospitalisasi.
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen Peningkatan ketersediaan oksigen
mengimbangi peningkatan
konsumsi oksigen yang terjadi
dengan aktivitas.
55
segera pada pemberi perawatan kondisi inflamasi, sesuai dengan
misalny demam, nyeri, tanda/gejala yang menunjukkan
peningkatan berat badan, kekambuhan/komplikasi
peningkatan toleransi terhadap 2. Untuk bertanggung jawab terhadap
aktifitas. kesehatan sendiri, pasien perlu
2. Anjurkan pasien/orang terdekat memahami penyebab khusus,
tentang dosis, tujuan dan efek pengobatan, dan efek jangka
samping obat: kebutuhan panjang yang diharapkan dari
diet/pertimbangan khusus: kondisi inflamasi, sesuai dengan
aktivitas yang diizinkan/dibatasi tanda/gejala yang menunjukkan
3. Kaji ulang perlunya antibiotic kekambuhan/komplikasi
jangka panjang/terapi 2. Perawatan di rumah sakit lama /
antimikrobial pemberian antibiotic IV /
4. Tekankan pentingnya evaluasi antimicrobial perlu sampai kultur
perawatan medis teratur. Anjurkan darah negative / hasil darah lain
pasien membuat perjanjian. menunjukkan tak ada infeksi.
3. Pemahaman alasan untuk
pengawasan medis dan rencana
untuk/penerimaan tanggung jawab
56
57
58
59
60