Fatma Mawar
Fatma Mawar
A. DEFINISI
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu
tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks yang diatur dan dikontrol
oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran karakteristik dari
kenaikan suhu tubuh oleh karena berbagai penyakit infeksi dan non-infeksi.
Normalnya suhu tubuh berkisar 360-370C, suhu tubuh dapat diartikan sebagai
keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari
tubuh(Saraswati, 2010).
Febris (demam) dapat ditimbulkan oleh beberapa penyebab antara lain
adalah infeksi, pneumonia, malaria, otitis media, imunisasi, dan suhu lingkungan.
Dari etiologi tersebut dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala yang dapat
kita ketahui seperti demam, temperatur lebih dari 380C bahkan sampai 40,60C,
menggigil, berkeringat, gelisah, nadi dan pernafasan cepat serta timbul petechie
(Suriadi dan Yuliani, 2006).
Hipertermia (Thermoregulation) adalah keabnormalan suhu tubuh yang
tinggi secara internasional pada makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan
tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas, infrared),
ultrasound atau obat-obatan (Jefferson, 2010). Sedangkan menurut Herdman
(2011) hipertermi (Thermoregulation) adalah peningkatan suhu tubuh di atas
kisaran normal.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh individu
adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter and Perry (2005), tubuh
manusia dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperatur yang
terbatas atau sempit yaitu 370 C (98,60 F) ± 10 C. Temperatur tubuh di luar
rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti
kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur
temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpajan pada panas yang
berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki tiga bagian penting: sensor di
bagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor
yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas(Kozier, et al., 2011).
Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ
dalam terutama hati, jantung, dan otot rangka selama berolahraga.Kemudian
panas ini di hantarkan dari organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang
kemudian di buang keudara dan lingkungan sekitarnya.Adapun anatomi dari
gangguan termoregulasi adalah:
1. Kulit
Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan hangat
dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran
pernapasan, maupun organ visera lain. Jika kulit dingin melebihi suhu tubuh
maka ada tiga proses untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses yaitu
menggigil untuk memproduksi panas, berkeringat untuk menghalangi panas,
dan vasokonstriksi untuk menurunkan kehilangan panas. (Asmadi 2008).
2. Hipotalamus Integritas
Pusat pengaturan suhu inti berada di preoptik area hipotalamus di
rangsang, efektor sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan keringat dan
vasodilatasi perifer.Sinyal dari sensitif reseptor dingin dan hipotalamus
memprakarsai efektor untuk vasokonstriksi, menggigil, dan melepaskan
epineprin yang meningkatkan metabolisme sel dan produksi panas.Hal ini
untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.
(Aziz,2012).
3. Inti Tubuh
Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap suhu
tubuh pada organ tubuh bagian dalam, seperti visera abnormal, spinal cord,
dan lain-lain.Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti.
(Aziz,2012)
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk
hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi
dari radiasi (gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai
Hyperthermia kekakuan otot karena anestesi total
Tipe - tipe demam.diantaranya:
1. Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam intermiten
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula.
Aziz, Alimul. 2012. Pengatur Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Potter, P.A Perry A.G. 2005. Fundamental of Nursing, Edisi 4.Volume 2. Ahli
Bahasa: Renata Komalasari. Jakarta: salemba medika.
Ridah, N.H. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saraswati, N. A., AR, J., & Ulfa. 2012. Karakteristik Tersangka Demam Tifoid
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Tahun
2010. Syifa' Medica.
Suriadi, R., Y. 2006. Asuahan Keperawatan Pada Anak Edisi 2.Jakarta Sagung setia.
Wong, L., Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.