Anda di halaman 1dari 9

STUDI KASUS

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BIOGAS

DISUSUN OLEH :
SUHARIADI
5183530008
TEKNIK ELEKTRO/A

TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
1. PENDAHULUAN

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh
bantuan mikroorganisme. Untuk memproduksi biogas tersebut diperlukan alat yang
disebut
Reaktor Biogas yang merupakan suatu instalasi kedap udara, sehingga proses
dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum[9]. Hasil perombakan
bahan bahan organik oleh bakteri menjadi gas metan (hasil utama) atau komposisi gas
yang dihasilkan seperti yang terlihat pada Tabel 1.

Pada dasarnya penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda (Prihandana, R. dkk,


2007)
yaitu gas metan yang dihasilkan bisa berfungsi sebagai bahan bakar, sedangkan
limbah cair dan limbah padat dapat digunakan sebagai pupuk organik. Beberapa
keuntungan memanfaatkan biogas, antara lain:
 Mewujudkan peternakan yang bersih dan mengurangi pencemaran
lingkungan.
 Mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
 Menghemat pengeluaran masyarakat, dengan memanfaatkan biogas sebagai
pengganti bahan bakar minyak tanah, kayu bakar, untuk memasak dan sebagai
pembangkit listrik
 Meningkatkan pendapatan petani peternak dengan dihasilkannya pupuk
organik yang berkualitas sehingga ketergantungan petani terhadap pupuk
kimia dapat dikurangi
 Mendorong tumbuhnya industri rumah tangga di pedesaan dengan dukungan
 bahan bakar alternative

2. PROSES PEMBUATAN BIOGAS

Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan


biogas dengan langkah-langkah sebagai berikut:
 Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan
perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Pengadukan dilakukan hingga
terbentuk lumpur dari kotoran sapi. Bentuk lumpur akan mempermudah
pemasukan kedalam digester.
 Lumpur dari bak penyampuran sementara kemudian dialirkan ke digester
melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama digester harus di isi
sampai penuh. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi
dalam jumlah
yang banyak sampai digester penuh.
 Bilamana diperlukan penambahan starter sebanyak 1 liter dan isi rumen segar
dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester
3,5 – 5,0 m2
 Pada hari ke-1 sampai ke-8 gas yang dihasilkan dibuang karena gas yang
terbentuk adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru
gas metan (CH4) yang terbentuk mulai meningkat sedang gas CO2 mulai menurun
 Pada hari ke 14 gas yang terbentuk mulai dapat digunakan untuk menyalakan
kompor gas atau kebutuhan lainnya. Pada komposisi CH4 (54%) dan CO2 (27%)
maka biogas akan menyala. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu
sehingga
dihasilkan biogas yang optimal.
 Lumpur kompos (slurry) yang keluar dari digester di tampung di bak
penampungan lumpur. Pupuk organic kering siap digunakan sebagai pupuk
organik yang ramah lingkungan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perhitungan volume digester


Perhitungan ini menggunakan data: Jumlah kotoran sapi per hari yang
tersedia. Untuk mendapatkan jumlah kotoran sapi perhari, digunakan persamaan:
Jumlah kotoran sapi = n x 28 kg/hari
n adalah jumlah sapi (ekor), 28 kg/hari adalah jumlah kotoran yang
dihasilkan oleh 1 (satu) ekor sapi dalam sehari. Komposisi kotoran sapi terdiri
dari 80% kandungan cair dan 20% kandungan padat. Dengan demikian, untuk
menentukan berat kering kotoran sapi adalah:
Bahan kering = 0,2 x jumlah kotoran sapi
Bahan kering yang telah diperoleh harus ditambahkan air sebelum masuk
biodigester agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan optimum.
Perbandingan komposisi antara bahan kering (padatan) dengan air adalah 1 :1.
Dengan demikian, jumlah air yang
ditambahkan adalah
Air yang harus ditambahkan = 1 x bahan kering
Hasil perhitungan di atas menunjukkan massa total larutan kotoran padat (mt).
Waktu penyimpanan (HRT) kotoran sapi dalam biodigester. Waktu penyimpanan
tergantung pada temperatur lingkungan dan temperatur biodigester. Dengan
kondisi tropis seperti Indonesia, asumsi waktu penyimpanan adalah 30 – 40 hari

Dari data perhitungan di atas, maka diperoleh volume larutan kotoran yang
dihasilkan adalah sebesar: dengan ρm =massa jenis air (1000 Kg/M 3).

3.2 uji coba digester


Kotoran ternak segar dikumpulkan dari kandang kemudian dimasukkan ke dalam
biodigester. Campuran kotoran sapi dan air dengan berbanding 1 : 1, yaitu
kotoran sapi 100 kg kotoran sapi/hari dan air 100 liter. Jadi bubur yang
dihasilkan adalah 200 kg
atau 200 liter kotoran sapi/hari sebagai umpan. Masukkan campuran tersebut ke
dalam reaktor biodigester bervolume 7.500 liter.
Untuk menghitung biogas yang dihasilkan dan kemampuan digester untuk
menghasilkan listrik adalah sebagai berikut:
1) Umpan rata-rata = 100 kg kotoran sapi/hari
2) Perkiraan HRT adalah 37,5 hari.
3) Produksi biogas diperkirakan 3 M 3/hari. Konversi ke listrik melalui genset
biogas adalah: 0,75 M3/kWh, atau sekitar 1 M3 biogas/kWh, maka listrik yang
dihasilkan = 3 kWh.
4) Apabila dinyalakan selama 6 jam per hari, maka perlu genset biogas dengan
daya 500 Watt.

3.3 pengukuran gasbio


Biogas merupakan campuran dari berbagai gas, antara lain metan,
karbondioksida, hidrogen sulfida dan gas lainnya seperti: nitrogen, hidrogen
dan karbon monoksida
dalam jumlah kecil. Pengukuran gasbio dengan menggunakan Gas Analizer GA 2000,
kandungan gas yang dominan adalah CH4 dan CO2 pengukuran ini dilakukan untuk
mengetahui kualitas gasbio yang dihasilkan oleh reaktor digester tersebut,
semakin tinggi kandungan CH4 maka semakin baik gasbio yang dihasilkan.
kandungan CH4 berkisar antara (56,67 – 62.8 %), sedang kandungan CO2
berkisar antara (36.36 – 42,64 %). Nilai methan tersebut berada diantara
kandungan metan secara teoritis yaitu (55 - 75%), sedang nilai karbon dioksida
berada diatas terori yaitu (25 - 45%).

3.4 pengukuran volume gas bio yang dihasilkan digester

Pengukuran volume gasbio dilakukan untuk mengetahui produksi gasbio


yang dihasilkan oleh reaktor Digester selama 24 jam dan dilaksanakan pada pagi,
siang dan sore dalam 3 hari. Hal ini dilakukan agar diperoleh gambaran vareasi
produksi gas. Adapun hasil pengukuran adalah sebagai berikut
Jika dilihat gas yang terbentuk berkisar antara (4,218 - 6,198) M3, atau rata-rata
gas
yang dihasilkan sebanyak : 5,096 M3 perhari. Konversi ke listrik melalui genset
biogas adalah: 0,75 M3/kWh, maka listrik yang dihasilkan = 0,75 M3/kWh x :
5,096 M3 = 3,822 kWh. Apabila listrik akan dinyalakan selama 7 jam per hari,
maka perlu genset biogas dengan 64 J. Tek. Ling. Vol. 14. No. 1 Januari 2013 Hal
59-66 daya 500 Watt. Atau dapat dibalih pabila genset yang dimiliki berkekuatan
500 Watt, maka listrik dapat menyala selama 7 jam.
3.5 analisis slurry kotoran sapi
Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6
kg/hari dan 9,1 kg/hari (Junus, M., 1987), melaporkan bahwa seekor sapi muda
kebiri akan memproduksi 15-30 kg kg kotoran per hari. Kotoran yang baru
dihasilkan sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi
harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu.

Tabel hasil pengamatan kandungan gas

Table volume gas bio yg dihasilkan


4. KESIMPULAN
Dari hasil pengukuran, kandungan CH4 berkisar antara (56,67 – 62.8 %), sedang
kandungan CO2 berkisar antara (36.36 – 42,64 %). Nilai methan tersebut berada
diantara kandungan metan yaitu (55 - 75%), sedang nilai karbon dioksida berada
diatas terori yaitu (25 - 45%). Hal ini mungkin dikarenakan lokasi penelitian yang
berada di dataran tinggi dengan udara yang dingin. Kemungkinan perlu
penambahan starter berupa vitamin esensial dan asam amino. Bakteri anaerobik
membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi yang mengandung nitrogen, fosfor,
magnesium, sodium, mangan, kalsium dan kobalt. Volume gasbio yang
dihasilkan selama 24 jam berkisar antara (4,218 - 6,198) M3, atau rata-rata gas
yang dihasilkan sebanyak : 5,096 M3 perhari. Listrik yang dihasilkan = 3,822
kWh. Genset dengan daya 500 Watt maka listrik bisa menyala selama 7 jam. Dari
hasil analisis laboratorium terhadap padatan sludge dapat diketahui bahwa C/N
ratio tergolong
masih tinggi yaitu 42,6, padahal C/N ratio yang diizinkan berkisar antara 15 – 25.
Hal ini
disebabkan karena C organiknya sangat tinggi akibat proses komposing masih
terlalu singkat, sedang unsur N sangat rendah karena nitrogen masih dalam rantai
yang kompleks sehingga diperlukan pemberian bakteri penambat N, diantaranya
adalah : bakteri Azotobacter, Azotomonas, Pseudomonas

Anda mungkin juga menyukai