Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Benign Prostatic Hyperplasia


1. Definisi
Benign Prostate Hyperplasia adalah nama yang biasa digunakan untuk
kelainan jinak umum dari prostat, ketika meluas, mengakibatkan berbagai tingkat
obstruksi saluran kemih, kadang-kadang membutuhkan intervensi bedah.1 Secara
histopatologis, BPH ditandai dengan peningkatan jumlah sel epitel dan stroma di
daerah periurethral di prostat, demikian dapat disebut secara tepat sebagai
hiperplasia dan bukan hipertrofi, seperti yang sering ditemukan dalam literatur yang
lebih tua. Pengamatan pembentukan kelenjar epitel baru biasanya hanya terlihat
dalam perkembangan janin dan menimbulkan kembali konsep kebangkitan
embrionik potensi induktif sel stroma (embryonic reawakening of the stroma cell’s
inductive potential).3 Etiologi molekuler yang tepat dari proses hiperplastik ini tidak
pasti. Peningkatan jumlah sel yang diamati mungkin terjadi karena proliferasi epitel
dan stroma atau gangguan kematian sel yang diprogram atau apoptosis yang
menyebabkan akumulasi seluler. Androgen, estrogen, interaksi stroma-epitel,
faktor pertumbuhan dan neurotransmiter dapat berperan, baik secara tunggal atau
bersamaan, dalam etiologi proses hiperplastik.2

2. Pengaruh Inflammasi terhadap BPH


2.1 Growth Factors
Faktor pertumbuhan adalah molekul peptida kecil yang merangsang, atau
dalam beberapa situasi, menghambat pembelahan sel dan proses diferensiasi. Sel
yang merespon terhadap faktor pertumbuhan memiliki reseptor khusus pada
permukaannya untuk faktor pertumbuhan, yang pada gilirannya akan terkait dengan
berbagai transmembran dan mekanisme pensinyalan intraseluler.3

Interaksi antara faktor pertumbuhan dan hormon steroid dapat mengubah


keseimbangan proliferasi sel versus kematian sel untuk menghasilkan BPH.
berbagai faktor pertumbuhan telah ditandai dalam jaringan prostat normal,
hiperplastik dan neoplastik. Selain bFGF (FGF-2), berbagai faktor lain telah
diimplikasi dalam pertumbuhan prostat seperti FGF asam (FGF-1), Int-2 (FGF-3),
faktor pertumbuhan keratinosit (FGF-7), transformasi faktor pertumbuhan (TGF-b)
dan faktor pertumbuhan epidermal.3

TGF-b adalah penghambat proliferasi yang kuat dalam sel-sel epitel normal
dalam berbagai jaringan. Dalam model kanker prostat, ada bukti bahwa sel-sel
ganas telah lolos dari efek penghambat pertumbuhan TGF-b Sel Epitel
berkontribusi terhadap Pengembangan BPH melalui Interaksi Sel Epitel-Stromal
Studi klinis menunjukkan kemanjuran dutasteride yang lebih baik daripada
finasteride dalam meredakan BPH.3

pemberian sinyal stroma androgen/AR mungkin dapat meningkatkan


ekspresi dan/atau pelepasan faktor pertumbuhan yang bekerja pada sel epitel.17
Demikian, sel epitel dan stroma prostat masing-masing dapat mendukung
proliferasi jenis sel lain melalui faktor pertumbuhan dengan cara parakrin
(paracrine manner). Meskipun BPH sebagian besar terdiri dari sel-sel stroma, sel-
sel epitel mungkin masih memainkan peran penting dalam perkembangan BPH
melalui interaksi sel stroma dengan sel epitel atau EMT. Salah satu mekanisme
dengan peran positifnya AR melibatkan peningkatan rekrutmen makrofag
(macrophages) yang menyusup, dengan modulasi beberapa sitokin.3
2.2 Cytokines
Peradangan kronis pada prostat , baik karena infeksi ataupun non infeksi
dapat menyebabkan adanya proses hiperproliferasi dari sel prostate. Hal ini dapat
terjadi karena sel-sel inflammasi dapat masuk kedalam prostate dan secara selektif
akan memicu proliferasi dari sel-sel epitel prostat. Sel-sel inflammasi yang berperan
dalam proses ini adalah makrofag dan juga neutrofil. Makrofag dan neutrofil akan
mensekresikan suatu produk radikal bebas yang akan memicu terjadinya kerusakan
jaringan dan DNA sehingga menyebabkan terjadinya proses hiperplasia. Selain itu,
adanya proses stres oksidatif ini juga dapat memicu sel prostat menghasilkan asam
arachidonat dari dinding selnya. Asam arachidonat ini kemudian akan dikonversi
menjadi oleh COX (siklooksigenase) untuk diubah menjadi prostaglandin. Selain
prostaglandin, ada beberapa cytokine yang akan dihasilkan seperti IL-8. IL-8 ini
akan menyebabkan sel-sel BPH mengalami proliferasi. Salah satu terapi yang ada
sekarang adalah dengan menggunakan vitamin D analog yaitu elocalcitriol.
Elocalcitriol ini akan menghambat sekresi dari IL-8 sehingga mencegah terjadinya
proliferasi dari sel prostat.4

Adanya inflammasi yang disertai dengan infiltrasi dari makrofag juga


memiliki hubungan dengan perkembangan dari BPH. Beberapa studi menunjukan
adanya hubungan antara inflammasi dengan ukuran prostat. Hasilnya menunjukan
adanya perbedaan volume yang signifikan antara prostat yang di infiltrasi oleh sel
radang dengan prostat yang tidak di infiltrasi oleh sel radang, sehingga disimpulkan
bahwa immune inflammatory process memiliki peran dalam perkembangan dari
BPH.5

Ketika prostate mengalami hiperplasia, secara tidak langsung kebutuhan


oksigen dari prostat pun akan bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan
terjadinya hipoksia pada prostat. Adanya hipoksia pada prostat ini akan
menstimulasi sekresi dari FGF. Sekresi FGF dapat terjadi karena ketika suatu
jaringan mengalami keadaan hipoksia, jaringan yang mengalami hipoksia akan
mengirimkan suatu sinyal yang bernama HIF-1 (hypoxia inducible factors-1). HIF-
1 ini akan memicu sekresi eritropoietin dari renal dan juga hepar. Eritropoietin ini
adalah hormon yang berperan dalam proses hematopoiesis. Selain itu, HIF-1 juga
dapat menstimulasi sekresi growth factors seperti FGF-2, FGF-7 dan juga Il-1 yang
akan memicu proliferasi dari sel-sel epitel prostat.6

Hipoksia pada jaringan prostat juga dapat memicu sekresinya berbagai


macam mediator sitokin seperti IL-2, Interferon gamma, TGF-b yang akan memicu
perkembangan jaringan fibromuskular di prostat. Hipoksia ini juga akan memicu
proses cell damage sehingga akan memicu proses inflmmasi sehingga akan
semakin banyak mediator inflammasi yang dihasilkan.7

2.3. DHT dan growth factors


DHT akan memodulasi fungsi prostate pada pria dewasa. DHT,androgen
beserta mediator lainnya akan berperan dalam menjaga keseimbangan jumlah sel
prostat dengan cara mengatur proses proliferasi dan apoptosis. Selain memberikan
efek secara langsung, DHT juga akan memicu proses sekresi dari growth factors
seperti EGF (epidermal growth factor), KGF (keratinocyte growth factor), dan
IGFs (insulin like growth factors). Semua growth factors ini akan memicu proses
proliferasi dari sel prostat.8

Salah satu efek penggunaan finasterid akan mengurangi ekspresi dari VEGF
(vascular endothelial growth factors) sehingga secara tidak langsung dapat
mengurangi ukuran prostat.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Hoda SA, Hoda RS. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology.
Advances in Anatomic Pathology. 2004;11(6):323.
2. Cunha GR, Hom YK. Role of mesenchymal-epithelial interactions in
mammary gland development. J Mammary Gland Biol Neoplasia.
1996;1(1):21-35. doi:10.1007/BF02096300
3. Arianto E, Pratama ARH, Palgunadi. Patogenesis molekul dan selular
hiperplasia prostatik jinak.Tinjauan Literatur.
4. Chughtai B, Lee R, Te Alexis. Role Of Inflammasion In Benign Prostatic
Hyperplasia. Disease State Review Department of Urology Well Cornell
Medical College. 2011
5. Kouji I, Atsushi M. Androgen Receptor Roles in the Development of
Benign Prostate Hyperplasia. The American Journal of Pathology. 2013
6. Keith Lee, Donna M. Molecular and Cellular Pathogenesis of Benign
Prostatic Hyperplasia. American Urological Association. 2004
7. Samarinas M, Gravas S. The Relationship Between Inflammation and
LUTS/BPH. University Hostital of Larissa.2018
8. Culley C, Roger R. The Role of Dihydrotestosterone in Benign Prostatic
Hyperplasia.Elsevier. 2003
9. Gerald A, Nicholas B. Dihydrotestosterone and the Prostate: the Scientific
Rationale for 5-alfa reductase Inhibitors in the Treatment of Benign
Prostatic Hyperplasia. The Journal of Urology. American Urological
Association. 2004

Anda mungkin juga menyukai