PENDAHULUAN
Kolelilitiasis atau batu empedu merupakan timbunan Kristal di dalam kandung empedu. Batu empedu
berbentuk lingkaran, oval, dan facet ditemukan pada saluran empedu. Batu empedu mengandung
kolesterol, kalsium bikarbonat, atau gabungan elemen-elemen ini. (Pierce & Neil, 2007)
Insiden batu empedu meningkat sesuai usia, karena risiko-risiko berhubungan dengan kolelitiasis. Di As,
>10% laki-laki dan 20% perempuan memiliki batu empedu dengan usia 65 tahun. Perempuan terhitung
hampir 70% dirawat di rumah sakit dengan batu empedu, meskipun angka kematian mungkin lebih
tinggi pada laki-laki. Dua kali lebih banyak terjadi pada orang Amerika kulit putih dibandingkan dengan
orang Amerika kulit hitam, meskipun batu empedu kurang umum pada kulit hitam, kolelitiasis
menyebabkan perdarahan pada >1/3 orang dengan anemia sel sabit. (Joyce & Jane, 2014)
Prevalensi batu empedu banyak kesamaan antara Eropa dan Amerika banyak pengetahuan baru bahwa
batu empedu kolesterol datang dari penelitian Pima perempuan Amerika pribumi di Arizona selatan-
tengah, yang kejadiannya 75% dengan usia >25 tahun. Batu pigmen dominan di Asia dan Amerika Afrika.
(Joyce & Jane, 2014)
Gejala yang umum pada klien dengan batu empedu adalah nyeri atau kolik bilier, yang disebabkan oleh
spasme atau kram duktus bilier sebagai upaya mengeluarkan batu, mual muntah, dan urin berwarna
gelap.
Pengobatan pada klien dengan batu empedu dengan terapi nutrisi dan terapi farmakologi. (Joyce & Jane,
2014)
Dapat mengetahui konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada klien batu empedu
Bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada klien batu empedu ?
TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan timbunan Kristal di dalam kandung empedu. Batu empedu berbentuk lingkaran, oval, dan
facet ditemukan pada saluran empedu. Batu empedu mengandung kolesterol, kalsium bikarbonat, atau
gabungan elemen-elemen ini. (Pierce & Neil, 2007)
Kolelitiasis merupakan keadaan terdapatnya batu pada saluran bilier. (Baradero. M & Siswadi. Y, 2008)
2.1.2 Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori
menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah
beberapa lama, empedu yang telah mengalmi supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai
membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium
bilirubrin, yang terjadi ketika bilirubrin bebas berkombinasi dengan kalsium.(Amin & Hardi, 2016)
.3 Etiologi Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat terjadidengan
atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yangdimiliki seseorang,
semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resikotersebut antara lain:a. Jenis
Kelamin Wanita mempunyai resiko 2-3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan denganpria. Ini
dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresikolesterol oleh
kandung empedu. Kehamilan, yang menigkatkan kadar esterogen jugameningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon(esterogen) dapat meningkatkan
kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitaspengosongan kandung empedu.b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orangdengan usia > 60
tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orangdegan usia yang lebih muda.
a) Mungkin tersembunyi, tidak menimbulkan nyeridan hanya dimanifestasikan dengan gejala GI ringan.
b) Mungkin bersifat akut atau kronis dengan distres epigastrik (penuh, distensi abdomen, dan nyeri
samar pada kuadran kanan atas) dapat terjadi setelah banyak memakan makanan gorengan atau
berlemak.
c) Jika duktus sistik terobstruksi, kantung empedu menjadi terdistensi, meradang, dan pada akhirnya
terinfeksi; demam dan massa abdomen kanan atas yang menyiksa, menyebar ke punggung atau bahu
kanan dengan mual dan muntah beberapa jam setelah makan makanan berat; gelisah, dan nyeri konstan
atau nyeri kolik.
d) Ikterik yang disertai oleh gatal-gatal, pada kasus obstruksi duktus bilieris komunis, pada sebagian kecil
pasien.
e) Urine bewarna sangat gelap, feses bewarna abu-abu atau seperti tanah liat.
Kolesititis, suatu komplikasi akut dari koletiasis adalah kondidi infeksi akut pada katung
empedu.Sebagain besar pasien koleliatiasis memiliki batu empedu (kolesititis kalkulus).Sebuah batu
empedu mengobstruksi aliran keluar empedu dan empedu di katung empedu memulai reaksi kimia,
menyebabkan edema, menganggu suplai vaskuler dan gangren. Jika tidak adan batu empedu, kolesistitis
(akalkulus) dapat terjadi setelah pembedahan, trauma berat, atau luka bakar, atau akibat torsi, obstruksi
duktus sistik, transfuse darah multiple dan infeksi bakteri primer pada kantung empedu. Infeksi
menyebabkan nyeri , nyeri tekan dn rigiditas di abdomen kanan atas serta disertai dengan mual dan
muntah serta tanda-tanda inflamasi yang biasa. Cairan purulent di dalam kantung empedu mengindikasi
empyema pada kantung empedu. (Baradero. M & Siswadi. Y, 2008)
Kolelitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada
umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. (Amin & Hardi, 2016)
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di golongkan atas 3 golongan :
1. Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifocal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol.
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan mengandung kalsium bilirubinat sebagai
komponen utama.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang
tak terekstrasi. (Amin & Hardi, 2016)
5) Ultrasonografi : 90% batu empedu dapat dideteksi oleh pemeriksaan ultrasonografi. Dapat menilai
ukuran CBD dan kemungkinan terdapatnya batu empedu.
6) Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan lain seperti kolesistografi oral, kolangiografi, intravena atau
scan HIDA (jika ultrasonografi tidak mungkin dilakukan, misalnya pada pasien obesitas).
8) EGD : untuk menyingkirkan kemungkinan PUD sebagai penyebab gejala dari penyakit tanpa
kompilkasi.
2.1.6 Patofisiologi
b. Larutan harus mengendap dengan cepat dari cairan sebagai kristal solid
Secara umum, terdapat tiga tipe batu empedu : (1) kolesterol, (2) pigmen, dan (3) campuran. Oleh
karena itu insiden pembentukan batu murni jarang, batu umumnya diklasifikasikan oleh substansi
utama.Batu kolesterol adalah tipe paling umum; insiden meningkat dengan usia, dan prevalensi lebih
tinggi pada wanita. Batu biasanya halus dan kuning keputih-putihan sampai cokelat. Batu pigmen
mungkin hitam (berhubungan dengan infeksi di dalam sistem bilier). Batu campuran mungkin kombinasi
dari batu kolesterol dan pigmen atau keduanya dengan beberapa bahan lain. Kalsium karbonat, fosfat,
garam empedu, dan palmitat merupakan unsure minor paling sering. Banyak batu empedu terbentuk di
dalam kandung empedu, tapi batu mungkin juga terbentuk di dalam duktus atau duktus hepatikdari hati.
Insiden sebenarnya tidak diketahui, namun, karena beberapa batu tidak menyebabkan gejala dan batu
lolos melalui duktus ke dalam usus tidak tercatat. Adakalanya, batu dikeluarkan ke dalam usus kecil. Jika
batu cukup besar, batu dapat menyumbatileum yang sempit di bagian terminal, menyebabkan ileus batu
empedu. Temuan patologis merupakan interpretasi terbaik dari gejala klinis penyakit, yang akut atau
kronis. Sejak klien menjadi simtomatik, penatalaksanaan dan tindak lanjut merupakan hal penting untuk
mencegah perkembangan kea rah lebih berat, kadang-kadang fatal, komplikasi dari penyakit kandung
empedu. Sekitar sepertiga komplikasi ini menyebabkan perforasi, yang terjadi ketika daerah gangren
menjadi nekrotik dan empedu pecah masuk ke dalam ruang peritoneum. Angka kematian sekitar 20%
untuk peritonitis dengan distribusi sistemik pepsin. (Joyce & Jane, 2014)
Sasaran utama terapi medis adalah mengurangi insidensi episode nyeri akut kantung empefu dan
kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan diet dan jika memungkinkan, menghilangkan
penyebabnya engan menggunakan farmakoterapi, prosedur endoskopik atau interview bedah. (Brunner
& Suddarth, 2013)
1. Capai dengan istirahat ,cairan IV, pengisapan nasogastric, analgesik, dan antibiotic.
2. Diet segera setelah episode biasanya berupa rendah lemak dengan protein dan karbonhidrat tinggi
di lanjutkan dengan makanan padat yang lembut, hindarii telur, krim, babi, makanan gorengan,keju,rich
dressings, sayuran pembentuk gas dan alcohol.
b) Terapi farmakologis
1. Asam ursodeoksikolat (UDCA[urso, actigal]) dan asam kenodioksikolat (knodiol atau CDCA [chenix])
efektif dalam melarutkan batu kolestrol primer.
2. Pasien dengan gejala signifikan dan sering sumbatan duktus kistik atau batu pigmen bukan
merupakan kandikdat untuk terapi UDCA.
Selain dengan melarutkan batu empedu, batu empedu dapat di keluarkan dengan instrument lain
(misalnya,katateter dan instrument yang di lengkapi keranjang di susupkan ke saluran selang T atau
vistula yang di bentuk pada saat pemasangan selang T, endoskopi ERCP), litotripsi intrakorporeal (denyut
nadi laser), atau terapi gelombang syok estrakorporeal (litotripsi atau litotripsi gelombang syok
estrakorporeal ESWl).
Penatalaksanaan beda
Tujuan pembedaan adalah untuk meredakan gejala yang persisten,untuk menghilangkan penyebebab
kolikbilier,dan untuk mengatasi kolesistitis akut.
1. Kolesistektomi laparoskopik: dilakukan melalui insisi atau tusukan kecil yang di buat menembus
dinding abdomen di umbilicus.
2. Kolesistektomi : kantong empedu di keluarkan melalui sebuah insisi abdomen (biasanya subkosta
kanan) setelah ligase duktuskistik dan arteria.
4. Kolesistostomi (beda atau perkutan): kantong empedu di buka,dan batu ,empedu, atau drainase
purulent di keluarkan.
2.2.1 Pengkajian
2. Laparoskopi.
3. Ultrasonografi EUS.
6. Kadar kolesterol.
Proses keperawatan
Pengkajian:
1. Kaji riwayat kesesahatan : catat riwayat merokok atau masalah pernafasan sebelumnya.
2. Kaji status pernfasan: catat pernafsan dangkal, batuk persisten, atau bunyi nafas yang terefektif
atau adventitial.
3. Evaluasi status nutrisi ( riwayat diet, pemeriksaan umum,dan hasil pemeriksaan laboratorium).
2.2.2 Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut dan tidak kenyamana yang berhubunang dengan insisi bedah
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan drainase bilier setelah insisi bedah
4. Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidak
adekuatan tubuh dengan sekresi empedu
5. Defesiensi pengetahuan mengenai aktivitas keperawatan diri yang berhubungan dengan perawatan
insisi ,modifikasi diet ( jika perlu),medikasi,tanda atau gejala yang dilaporkan
(demam,pendarahan,muntah)
1. Pendarahan.
2. Gejala gastrointestinal.
Tujuan mencakup nyeri reda, ventilasi adekuat, kulit utuh dan drainase bilier membaik, asupan nutrisi
optimal, tidak ada komplikasi dan pemahaman tentang rutinitas perawatan diri.
3. Berikan air dan cairan lain serta diet lunak setelah bising usus kembali terdengar.
Meredakan nyeri
2. Bantu pasien berpindah, bantuk, bernafas dalam, dan melakukan ambulasi sesuai indikasi.
3. Instruksi pasien untuk menggunakan bantal atau kain pengikat untuk membebat insisi.
1. Ingatkan pasien untuk mengambil napas dalam dan bantuk setiap jam, untuk mengembangkan
paru secara komplet dan mencegah atelectasis;tingkatkan ambulasi sejak dini.
2. Patau pasien lansia dan obes dan mereka yang sebelumnya telah menderita penyakit paru yang
paling mungkin mengalami masalah pernafasan.
Mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan drainase bilier
1. Hubungkan slang ke wadah drainase serta fiksasikan slang untuk mencegah slang tertekuk
(tinggikan diatas abdomen).
3. Patau indikasi infeksi, kebocoran cairan empedu dan obstruksi drainase empedu.
5. Perhatikan dan laporkan nyeri abdomen di kuadran kanan atas, mual dan muntah, drainase, feses
berwarna seperti lempung, dan perubahan tanda-tanda vital.
6. Ganti balutan dengan sering, gunakan salep melindungi kulit dari iritasi.
7. Ukur empedu yang ditampung setiap 24 jam ; dokumentasikan jumlah, warna dan karakter
drainase.
Dorong pasien untuk mengonsumsi diet yang rendah lemak dan tinggi karbohidrat dan protein segera
setelah pembedahan. Pada saat pulang, anjurkan pasien untuk menerapkan diet bernutrisi dan
menghindari lemak yang berlebihan ; pembatasan lemak biasanya dilakukan dalam 4 hingga 6 minggu.
1. Perdarahan : Kaji secara periodic peningkatan nyeri tekan dan rigiditas abdomen dan laporkan;
instruksikan pasien dan keluarga untuk melaporkan perubhan warna feses. Pantau tanda-tanda vital
secara ketat. Inspeksi inisisi untuk mendeteksi adanya pendarahan.
2. Gejala gastrointestinal : Kaji kehilangan nafsu makan, mutah, nyeri, distensi abdomen, dan
peningkatan suhu tubuh ; segera laporkan dan instruksikan pasien dan keluarga untuk melaporkan gejala
dengan segera; berikan penguatan tertulis mengenai instruksi verbal.
2. Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada dokter mengenai gejala ikterik, urine berwarna
gelap, fese pucat, pruritus atau tanda-tanda inflamasi dan infeksi (misalnya , nyeri atau abdomen).
3. Intruksi pasien, secara lisan maupun tulisan, tentang perawatan slang drainase dan laporkan ke
dokter dengan segera tentang perubahan jumlah atau karateristik drainase.
4. Rujuk pasien untuk mendapatkan perawatan dirumah (home care) jika perlu.
2.2.4 Evaluasi
BAB 3
KASUS
Pada tanggal 17 November 2017 Ny.L datang ke UGD RS.Lavalette didampingi keluarganya dengan
keluhan mual muntah, nafsu makan menurun, nyeri pada perut post op di daerah kuadran kanan atas ,
seperti ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 5, nyeri berkurang apabila dibuat tidur
terlentang dan semifowler dan nyeri bertambah jika melakukan aktivitas dan makan, saat ditanya
mengenai penyebab nyeri klien mengatakan bahwa 2 hari yang lalu klien mengangkat beban berat.
Berdasarkan pengamatan perawat didapatkan tanda-tanda vital 100/70 mmHg, suhu 38˚c, nadi
98×/menit, pernafasan 20×/menit, terdapat pus pada abdomen post op, kulit kemerahan, dan teraba
hangat berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit (13.000/mm3), hematokrit (70%),
hemogoblin 20gr/dl.
I. Keluhan utama :
mual muntah, nafsu makan menurun, nyeri pada perut post op di daerah kuadran kanan atas , seperti
ditusuk-tusuk, nyeri hilang timbul dengan skala nyeri 5, nyeri berkurang apabila dibuat tidur terlentang
dan semifowler dan nyeri bertambah jika melakukan aktivitas dan makan, saat ditanya klien tidak tahu
penyebab kenapa nyeri yang dirasakannya.
Klien masih mual muntah, nafsu makan menurun berat badan menurun, klien tidak menghabiskan
makanannya, klien juga masih nyeri pada luka post op, badan terasa panas, Klien tampak menahan sakit,
dan memegangi daerah nyerinya.
Sebelum sakit klien makan 3×/hari, makan selalu dihabiskan. Selama sakit hanya makan 1×/hari dan
tidak dihabiskan
2. Tanda-tanda vital : tekanan darah 100 /70 mmHg, suhu 37˚c, nadi 98×/menit,
pernafasan 20×/menit
BB sebelum sakit 45 kg
BB selama sakit 39 kg
4. Abdomen : asimetris pada luka bekas post op, luka kemerahan, dan teraba hangat.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan Cholelithiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu ini mungkin
terdapat dalam kandung empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus
(choledocholithiasis).Kolesistitis (kalkuli/kalkulus, batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesica fellea) yang memiliki ukuran,bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun
terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia lanjut,diet tinggi lemak
dan genetik.
5.2 Saran
Saran
Dari penjelasan mengenai konsep Infeksi kolelitiasis beserta konsep asuhan keperawatan diharapkan
pembaca dapat memahaminya, sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan serta dapat
memahami dan dapat menambah ilmu pengetahuan dan diharapkan dapat menegakkan asuhan
keperawatan yang profesional.
https://fdokumen.com/document/makalah-kmb-i-kolelitiasis.html
Kolelitiasiskoledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau pada saluran kandung
empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah kolesterol. )atu kandung empedu merupakan
gabungan beberapa unsure yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam
kandung empedu. Penyebab terjadinya kolelitiasisbatu empedu belum diketahui se'ara pasti.
Penatalaksanaan dari kolelitiasis ini dapat dilakukan dengan pembedahan maupun non pembedahan
serta menjalani diet rendah lemak, tinggi protein, dan tinggi kalori agar tidak terbentuk batu empedu di
dalam kandung empedu. 4leh karena itu, asuhan kepera!atan yang baik diperlukan dalam
penatalaksanaan kolelitiasis ini sehingga dapat membantu klien untuk dapat memaksimalkan &ungsi
hidupnya kembali serta dapat memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
(. &aran
Setelah penulisan makalah ini, kami mengharapkan masyarakat pada umumnya dan mahasis!a kepera!
atan pada khususnya mengetahui lebih dalam tentang penyakit kolelitiasis. Kepada para pera!at, kami
sarankan untuk lebih akti& dalam memberikan penyuluhan untuk mengurangi angka kesakitan penyakit
kolelitiasis. "engan tindakan pre>enti& yang dapat dilakukan bersama oleh semua pihak, maka
komplikasi dari kolelitiasis akan berkurang.
DA=TA5 PU&TAKA
http://keperawatankita.wordpress.com/2009/02/11/kolelitiasis-definisi-serta-askepnya/
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan.html
http://hesa-andessa.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-kolelitiasis.html