Anda di halaman 1dari 24

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanankan di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

pada tanggal 14 Desember-14 Januari 2019 dengan jumlah sampel yang sesuai

dengan kriteria inklusi sebanyak 68 responden.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat adanya suatu gambaran distribusi

frekuensi pada variabel dependen yang diteliti. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, distribusi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,

kepatuhan, sikap pasien, dukungan keluarga, motivasi, pengetahuan, kepatuhan

berobat. Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijekaskan sebagai berikut ini:

a. Data Demografi

1). Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada pasien


TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Perempuan 37 54.4 54.4 54.4

Valid Laki-laki 31 45.6 45.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019


Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden

berjenis kelamin perempuan yang berobat di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

seperti yang terlihat bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak

37 responden (54.4%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 responden

(45.6%).

Faktor jenis kelamin berhubungan dengan kepatuhan berobat pada pasien

TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar biasanya terjadi suatu perbedaan pola

perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, hal ini perempuan lebih sering

mengkonsultasikan dirinya ke dokter dibandingkan dengan kaum laki-laki,

sehingga akan lebih banyak perempuan yang datang berobat ke rumah sakit

dibandingkan laki-laki. Dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki

cenderung tidak patuh dibandingkan perempuan.

2). Umur

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur pada pasien TB di


Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

=<20 Tahun 5 7.4 7.4 7.4

21 - 30 Tahun 10 14.7 14.7 22.1


Valid
31 - 40 Tahun 16 23.5 23.5 45.6

41 - 50 Tahun 14 20.6 20.6 66.2


51-60 Tahun 9 13.2 13.2 79.4

>60 Tahun 14 20.6 20.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa umur pasien TB yang berobat di

Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang berumur antara 31-

40 tahun yang paling tinggi sebanyak 16 responden (23.5%), 41-50 tahun sebanyak 14

responden (20.6%), > 60 sebanyak 14 responden (20.6%), 21-30 tahun sebanyak 10

responden (14.7%), 51-60 sebanyak 9 responden (13.2%), dan yang paling rendah

berusia <20 tahun sebanyak 5 responden (7.4%).

Bertambahnya umur seseorang dapat pula mempengaruhi penyakit. Semakin

dewasa umur seseorang maka semakin matang dalam hal pencegahan berbagai

penyakit. Tidak menutup kemungkinan pada kasus TB dapat menyerang siapa saja dari

berbagai umur. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kejadian TB

terjadi pada usia yaitu 31-40 tahun.

Hasil penelitian melalui data tersebut bahwa responden didominasi oleh usia

tua hal ini dapat menyebabkan turunnya sistem imunologis. Di saat usia semakin tua

juga lebih tidak teratur menjalankan pengobatan karena tidak ada motivasi yang sangat

kuat untuk hidup sehat serta kurangnya memperhatikan kesehatannya. Selain itu bisa

saja terjadi karena kesibukan dalam beraktivitas hingga kurang memperhatikan


kesehatannya. Adapun yang menjadi dasar penurunan fungsi sosial seperti intelektual,

memori dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

Pada umur remaja dan dewasa cenderung produktif sehingga memiliki

dorongan yang sangat kuat dalam kepatuhan berobat. Umur produktif merupakan usia

dengan masa aktivitas yang tinggi. Sebaiknya pada usia tersebut seseorang harus

mampu dalam mencegah penyakit TB, namun tidak semua menjalankannya dengan

sangat baik karena masing-masing memiliki tingkat pemahaman yang berbeda.

3). Pendidikan

Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan pada pasien TB di


Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

SD 15 22.1 22.1 22.1

SMP 14 20.6 20.6 42.6

SMA/Sederajat 28 41.2 41.2 83.8


Valid
D3 3 4.4 4.4 88.2

S1 8 11.8 11.8 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa frekuensi dan distribusi pada tingkat

pendidikan responden yang berobat di Puskesmas Sudiang Raya Makassar seperti

yang terlihat bahwa sebagian besar yang berpendidikan menengah ke


atas/sederajat yang paling tinggi sebanyak 28 responden (41.2%), berpendidikan

sekolah dasar sebanyak 15 responden (22.1%), lalu sekolah menengah pertama

sebanyak 14 responden (20.6 %), S1 sebanyak 8 responden (11.8%) dan yang

terakhir D3 sebanyak 3 responden (4.4%). Dari hasil observasi dapat disimpulkan

bahwa strata pendidikan seseorang dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat.

Apabila seseorang yang tingkat pendidikan rendah maka akan kesulitan dalam

memahami suatu informasi kesehatan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan

sedangkan semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar juga

kemampuan seseorang untuk menerima informasi.

4). Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan pada pasien TB di


Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Driver 4 5.9 5.9 5.9

Guru 1 1.5 1.5 7.4

IRT 31 45.6 45.6 52.9

Mahasiswa 3 4.4 4.4 57.4


Valid
Pelajar 1 1.5 1.5 58.8

Pensiunan 3 4.4 4.4 63.2

PNS 3 4.4 4.4 67.6

Swasta 5 7.4 7.4 75.0


Tidak Kerja 3 4.4 4.4 79.4

Wiraswasta 9 13.2 13.2 92.6

Wirausaha 5 7.4 7.4 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa pekerjaan pasien TB yang berobat di

Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang berprofesi sebagai

IRT yang paling tinggi sebanyak 31 responden (45.6%), wiraswasta sebanyak 9

responden (9%), wirausaha dan swasta masing-masing sebanyak 5 responden (7.4%),

driver sebanyak 4 responden (5.9%), lalu diikuti oleh profesi mahasiswa, pensiunan,

PNS, tidak kerja masing-masing sebanyak 3 responden (4.4%), dan yang paling sedikit

sebanyak 1 responden (1.5%) berprofesi sebagai guru dan pelajar.

Hal ini berbagai jenis pekerjaan berperan penting dalam menentukan faktor

risiko apa yang dihadapi seseorang, apabila pekerja berprofesi di lingkungan yang

berdebu seperti IRT dan wiraswasta, paparan partikel debu yang disekelilingnya akan

mempengaruhi terjadinya suatu gangguan pada saluran pernapasan seseorang. Udara

yang tercemar dapat pula terjadi peningkatan morbiditas, berbagai macam timbulnya

gejala-gejala penyakit yang dapat mengganggu saluran pernafasan dan merujuk pada

penyakit TB. Profesi seseorang sangat mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga

yang akan mempunyai dampak terhadap pola kehidupan sehari-hari seperti konsumsi

makanan selain itu juga akan mempengaruhi pemeliharaan kesehatan.


Dapat diidentifikasi bahwa meskipun berbeda profesi hingga memiliki

kesibukan aktivitas sehari-hari namun para responden mempunyai kesadaran dalam

kepatuhan berobat. Dilihat dari beberapa observasi serta mewancarai responden

langsung dapat diketahui bahwa beberapa responden yang bekerja, tetapi tidak adanya

mengikat waktu sehingga responden dapat meluangkan waktu untuk datang ke

Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

5). Dukungan Keluarga

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga pada


pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Kurang 23 33.8 33.8 33.8

Valid Cukup 45 66.2 66.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Pada tabel 5.5 didaptkan bahwa dukungan keluarga pasien TB yang berobat di

Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar mendapatkan cukup dukungan

keluarga sebanyak 45 responden (66.2%) sedangkan yang kurang sebanyak 23

responden (33.8%).

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden cukup memperoleh

dukungan keluarga atau dorongan dari lingkungannya terhadap responden yang

melakukan perilaku sehat. Membangun dukungan sosial dari keluarga serta para
kolega. Semua anggota keluarga sangat berperan penting dalam memberikan suatu

dukungan sosial kepada responden misalnya saja dalam mengingatkan minum obat

secara tepat waktu tanpa menunda-nunda agar terkontrol serta memperhatikan keluhan

pasien. Dengan adanya dukungan keluarga ini dapat membuat responden memiliki

suatu perasaan nyaman, merasa diperdulikan maupun dicintai oleh keluarga sehingga

responden dapat menghadapi berbagai suatu masalah dengan sangat baik karena

dukungan keluarga sangat berperan penting bagi kepatuhan berobat pada pasien TB.

Dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat penting untuh proses

penyembuhan dan pemulihan penderita. Dalam hal ini dapat mendorong penderita

untuk patuh meminum obatnya secara teratur. Dengan menunjukkan rasa simpati dan

kepedulian sudah menjadi salah satu dukungan keluarga serta tidak menghindari

penderita dari penyakit yang dideritannya.

6). Motivasi

Tabel 5.6 Distribusi responden berdasarkan motivasi pada pasien TB


di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Rendah 54 79.4 79.4 79.4

Valid Tinggi 14 20.6 20.6 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019


Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan bahwa motivasi pasien TB yang berobat di

Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang memperoleh

motivasi rendah sebanyak 54 responden (79.4%) lalu yang bermotivasi tinggi sebanyak

14 responden (20.6%). Adanya motivasi yang diberikan dalam meningkatkan

kepatuhan berobat pada pasien akan sangat dibutuhkan dan akan sangat membantu

dalam meningkatkan keberhasilan suatu pengobatan.

8). Pengetahuan

Tabel 5.8 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan pada


pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Kurang 26 38.2 38.2 38.2

Valid Cukup 42 61.8 61.8 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Berdasarkan tabel 5.8. didapatkan bahwa pengetahuan pasien TB yang berobat

di Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang memperoleh

pengetahuan yang cukup sebanyak 42 responden (61.8%) sedangkan yang kurang

memperoleh pengetahuan sebanyak 26 responden (38.2%).

Dapat disimpulkan bahwa setiap responden memiliki pengetahuan yang

berbeda-beda. Baik di tingkat pengetahuan responden yang sangat mempengerahui

pola perilaku hidup sehat. Responden dengan pengetahuan yang rendah biasanya akan
sulit dalam menganalisa serta memahami beberapa informasi berupa kesehatan yang

telah diberikan oleh petugas kesehatan. Dikhawatirkan oleh petugas kesehatan bila

responden akan putus berobat. Hal ini dapat menjadi tugas besar bersama bagi petugas

kesehatan untuk memberikan arahan kepatuhan berobat secara teratur dan pemeriksaan

teratur.

9). Kepatuhan Berobat

Tabel 5.9 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan berobat pada


pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


(%) (%) Percent (%)

Tidak Patuh 7 10.3 10.3 10.3

Valid Patuh 61 89.7 89.7 100.0

Total 68 100.0 100.0

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan bahwa kepatuhan berobat pasien TB yang

berobat di Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang

memperoleh patuh dalam berobat sebanyak 61 responden (89.7%) sedangkan yang

tidak patuh sebanyak 7 responden (10.3%). Berdasarkan hal tersebut maka penulis

meneliti faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas

Sudiang Raya Makassar.


2. Analisis Bivariat

Data hasil penelitian yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis Chi-

Square Test dan diolah menggunakan program statistic computer SPSS version 16.0.

Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel independen yaitu dukungan keluarga,

motivasi dan pengetahuan dan variabel dependen yaitu kepatuhan berobat pada pasien

TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

a. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien

TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Kepatuhan Berobat dengan Dukungan Keluarga


pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Dukungan Keluarga Total

Kurang Cukup

Count 3 4 7
Tidak Patuh
% of Total 4.4% 5.9% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 20 41 61
Patuh
% of Total 29.4% 60.3% 89.7%

Count 23 45 68
Total
% of Total 33.8% 66.2% 100.0%

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Berdasarkan hasil analisis, proporsi responden yang mengalami dukungan

keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya

Makassar lebih banyak yang kurang dukungan keluarga sebanyak 20 responden


(29.4%) dibandingkan dengan responden yang cukup dukungan keluarga sebanyak 41

(60.3%). Proporsi responden yang tidak menjalankan kepatuhan berobat lebih banyak

jumlahnya pada responden yang cukup yaitu sebanyak 4 responden (5.9%)

dibandingkan dengan responden yang kurang yaitu sebanyak 3 responden (4.4%).

Tabel 5.11 Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien
TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .284a 1 .594

Continuity Correctionb .012 1 .911

Likelihood Ratio .276 1 .600

Fisher's Exact Test .681 .441

Linear-by-Linear Association .280 1 .596

N of Valid Cases 68

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. Computed only for a 2x2 table

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Dari tabel uji Chi-Square dengan menggunakan SPSS di atas, dapat dijelaskan dengan

keterangan sebagai berikut: dilihat dari angka signifikansi (Approx Sig.), terlihat bahwa pada

kolom VALUE (Pearson Chi-Square) sebesar 0.284 dengan nilai Asymp. Sig (P.) sebesar

0.594 yang jauh lebih besar dari alpha 0.05, dengan demikian H0 diterima, hasil perhitungan

tersebut sesuai dengan hasil perhitungan secara manual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas

Sudiang Raya Makassar.

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Pengukuran Simetrik

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Errora

Interval by Interval Pearson's R .065 .127 .527 .600c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .065 .127 .527 .600c

N of Valid Cases 68

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar

0.065 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.600, yang berarti bahwa adanya pengaruh

kepatuhan berobat terhadap tingkat dukungan keluarga terhadap pasien TB mempunyai


kekuatan hubungan signifikan (bermakna) karena besarnya hubungan tergolong kuat

yaitu sebesar 0.065 (>0,05).

b. Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB di

Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

Tabel 5.13 Tabulasi Silang Kepatuhan Berobat dengan Motivasi pada


pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Motivasi Total

Rendah Tinggi

Count 5 2 7
Tidak Patuh
% of Total 7.4% 2.9% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 49 12 61
Patuh
% of Total 72.1% 17.6% 89.7%

Count 54 14 68
Total
% of Total 79.4% 20.6% 100.0%

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang

mengalami motivasi dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas

Sudiang Raya Makassar lebih banyak yang rendah motivasinya sebanyak 49

responden (72.1%) dibandingkan dengan responden yang tinggi motivasinya

sebanyak 12 responden (17.6%). Proporsi responden yang tidak menjalankan

kepatuhan berobat lebih banyak jumlahnya pada responden yang tinggi motivasi
sebanyak 2 responden (2.9%) dibandingkan dengan responden yang rendah

motivasi yaitu sebanyak 5 responden (7.4%).

Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Motivasi dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB di
Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .304a 1 .581

Continuity Correctionb .003 1 .954

Likelihood Ratio .283 1 .595

Fisher's Exact Test .627 .444

Linear-by-Linear Association .300 1 .584

N of Valid Cases 68

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.44.
b. Computed only for a 2x2 table

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Proporsi responden yang memiliki motivasi yang rendah, maupun tinggi, memiliki

status kepatuhan yang sama. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa responden yang memiliki

motivasi tentang penyakit. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan

kepatuhan berobat pada pasien TB, digunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi penderita TB dengan status

kepatuhan berobat pada pasien TB, yaitu dengan diperolehnya nilai probabilitas yang lebih

besar dari 0,05 (p=0,581). Hasil uji statik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Pengukuran Simetrik

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Errora

Interval by Interval Pearson's R -.067 .134 -.545 .588c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.067 .134 -.545 .588c

N of Valid Cases 68

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar

0.067 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.588, yang berarti bahwa adanya pengaruh

kepatuhan berobat terhadap tingkat motivasi terhadap pasien TB mempunyai kekuatan


hubungan signifikan (bermakna) karena besarnya hubungan tergolong kuat yaitu

sebesar 0.067 (>0,05).

c. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB

di Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

Tabel 5.16 Tabulasi Silang Kepatuhan Berobat dengan Pengetahuan pada


pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Pengetahuan Total

Kurang Cukup

Count 4 3 7
Tidak Patuh
% of Total 5.9% 4.4% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 22 39 61
Patuh
% of Total 32.4% 57.4% 89.7%

Count 26 42 68
Total
% of Total 38.2% 61.8% 100.0%

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Hasil tabulasi silang terhadap tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar dapat dilihat pada

tabel di bawah ini. Proporsi responden yang memiliki tingkat pengetahuan

responden dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang

Raya Makassar lebih banyak yang kurang pengetahuannya sebanyak 22

responden (32.4%) dibandingkan dengan responden yang cukup pengetahuannya

sebanyak 39 responden (57.4%). Proporsi responden yang tidak menjalankan


kepatuhan berobat lebih banyak jumlahnya pada responden yang cukup motivasi

sebanyak 3 responden (4.4%) dibandingkan dengan responden yang kuramg

motivasi yaitu sebanyak 4 responden (5.9%).

Tabel 5.17 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB di
Puskesmas Sudiang Raya Makassar

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.181a 1 .277

Continuity Correctionb .457 1 .499

Likelihood Ratio 1.144 1 .285

Fisher's Exact Test .415 .246

Linear-by-Linear Association 1.164 1 .281

N of Valid Cases 68

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.68.

b. Computed only for a 2x2 table

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Berdasarkan tabel 5.17 didapatkan proporsi responden yang kurang, maupun

cukup, memiliki status kepatuhan yang sama. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa

responden yang memiliki pengetahuan tentang kepatuhan berobat. Selanjutnya untuk

mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat pada pasien TB,

digunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan penderita TB dengan status kepatuhan berobat pada

pasien TB, yaitu dengan diperolehnya nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05

(p=0.277). Hasil uji statik dapat dilihat pada tabel di atas ini.

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pengukuran Simetrik

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Errora

Interval by Interval Pearson's R .132 .125 1.080 .284c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .132 .125 1.080 .284c

N of Valid Cases 68

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Sumber: Data Primer Desember2018-Januari2019

Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar

0.132 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.284, yang berarti bahwa adanya pengaruh

kepatuhan berobat terhadap tingkat pengetahuan terhadap pasien TB mempunyai

kekuatan hubungan signifikan (bermakna) karena besarnya hubungan tergolong kuat

yaitu sebesar 0.132 (>0,05).


B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, distribusi jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, kepatuhan, sikap pasien, dukungan

keluarga, motivasi, pengetahuan, kepatuhan berobat. Hal ini didapatkan melalui

distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, perempuan

sebanyak 54.4% sedangkan laki-laki sebanyak 45.6%.

Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur adalah kurang dari

40 tahun 45,6% dan lebih dari 40 tahun 54,4%. Kemudian distribusi

karakteristik responden berdasarkan jenis pendidikan, pendidikan terakhir

responden yang berkategori dasar sebanyak 22.1%, menengah 61,8%, dan

tinggi 16,2%. Sementara itu karakteristik responden yang berdasarkan

pekerjaan adalah driver 5.9%, guru 1.5%, IRT 45.6%, mahasiswa 4.4%, pelajar

1.5%, pensiunan 4.4%, PNS 4.4%, swasta 7.4%, tidak kerja 44%, wiraswasta

13,2%, wirausaha 7.4%.

Pada variabel dukungan keluarga terdapat adanya kategori kurangnya

dukungan keluarga terhadap penyakit TB sebanyak 33.8% sedangkan kategori

cukup dalam pemberian dukungan sebanyak 66,2%. Hal ini dapat terlihat pula

adanya distribusi karakteristik responden berdasarkan motivasi adalah rendah

79.4% sedangkan yang paling tinggi memperoleh 20.6%. Kemudian pada

variabel pengetahuan ini menunjukkan adanya pengetahuan yang kurang 38.2%

serta cukup 61.8%. Sementara variabel terakhir yaitu variabel kepatuhan


berobat, karakteristik responden yang tidak patuh sebanyak 10.3 %, patuh

89.7%.

Dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria tersebut maka didapati

faktor terkait pasien TB dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, dukungan keluarga, motivasi, pengetahuan dan

kepatuhan berobat. Hal ini dapat terlihat dalam tabel faktor yang terkait pasien

TB. Ini dibuktikan dari hasil penelitian menggunakan kuesioner bahwa adanya

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat

pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar sedangkan yang tidak

ada hubungan yang signifikan motivasi dan pengetahuan terhadap penderita TB

dengan status kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya

Makassar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widyastuti (2016) menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB. Selain itu

didaptkan pula oleh Widyastuti bahwa seseorang yang mengidap penyakit akan

mengupayakan pengobatan yang terbaik atau mencari pengobatan ke tempat

yang dianggap dapat memberikan pengobatan sehingga bisa mencapai

kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Perilaku ini hampir dilakukan di setiap

personal individu pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar untuk

memperoleh kesembuhan.
Data prognosis hasil penelitian yang berjudul Tuberculosis Treatment

Adherence of Patients in Kosovo yang dilakukan oleh Krasniqi dkk. (2017)

menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara umur dan tempat tinggal terhadap

kepatuhan berobat. Selain itu, pengetahuan tentang prognosis pengobatan,

dosis harian, efek samping dan lamanya perawatan juga sangat berperan.

Ndwiga (2017) yang mengungkapkan gagasannya yang berjudul

Factors Influencing Knowledge on Complain Of Treatment among TB Patients

under Directly Observed Treatment Strategy, In Selected Health Facilities In

Embu Country, Kenya bahwa sebagian besar peserta tidak mengetahui seberapa

pentingnya kepatuhan berobat pada penyakit TB. Hal ini dalam program TB

harus menghasilkan cara yang lebih baik dalam mendidik pasien TB tentang

pentingnya pengawasan dan penyelesaian pengobatan selama pengobatan TB.

Didapatkan juga dari penelitian yang dilakukan oleh Ndwiga bahwa pentingnya

menciptakan kepatuhan berobat dalam tingkat pendidikan pasien TB.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor yang

mempengaruhi kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya

Makassar dapat disimpulkan:

1. Terdapat adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya

Makassar.

2. Terdapat tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi penderita TB

dengan status kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang

Raya Makassar.

3. Terdapat tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan penderita

TB dengan status kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang

Raya Makassar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Sebaiknya penelitian tentang faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat

pada pasien TB menggunakan studi kohort, karena studi tersebut


merupakan metode yang paling baik dalam menerangkan hubungan antara

variabel independen dan dependen.

2. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberi tahu dan menjelaskan secara

jelas tentang kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang

Raya Makassar

3. Diharapkan petugas kesehatan melakukan adanya upaya peningkatan

pengetahuan pasien dengan meningkatkan pelaksanaan program promosi

dan edukasi melalui penyuluhan, media masa ataupun media elektronik

sehingga dapat berkesinambungan dalam rangka peningkatan pengetauan

pendidikan penderita TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar.

Anda mungkin juga menyukai