A. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanankan di Puskesmas Sudiang Raya Makassar
pada tanggal 14 Desember-14 Januari 2019 dengan jumlah sampel yang sesuai
1. Analisis Univariat
frekuensi pada variabel dependen yang diteliti. Berdasarkan penelitian yang telah
berobat. Selanjutnya hasil analisis univariat akan dijekaskan sebagai berikut ini:
a. Data Demografi
seperti yang terlihat bahwa sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak
(45.6%).
perilaku sakit juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, hal ini perempuan lebih sering
sehingga akan lebih banyak perempuan yang datang berobat ke rumah sakit
2). Umur
Pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa umur pasien TB yang berobat di
Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang berumur antara 31-
40 tahun yang paling tinggi sebanyak 16 responden (23.5%), 41-50 tahun sebanyak 14
responden (14.7%), 51-60 sebanyak 9 responden (13.2%), dan yang paling rendah
dewasa umur seseorang maka semakin matang dalam hal pencegahan berbagai
penyakit. Tidak menutup kemungkinan pada kasus TB dapat menyerang siapa saja dari
berbagai umur. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kejadian TB
Hasil penelitian melalui data tersebut bahwa responden didominasi oleh usia
tua hal ini dapat menyebabkan turunnya sistem imunologis. Di saat usia semakin tua
juga lebih tidak teratur menjalankan pengobatan karena tidak ada motivasi yang sangat
kuat untuk hidup sehat serta kurangnya memperhatikan kesehatannya. Selain itu bisa
dorongan yang sangat kuat dalam kepatuhan berobat. Umur produktif merupakan usia
dengan masa aktivitas yang tinggi. Sebaiknya pada usia tersebut seseorang harus
mampu dalam mencegah penyakit TB, namun tidak semua menjalankannya dengan
3). Pendidikan
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa frekuensi dan distribusi pada tingkat
Apabila seseorang yang tingkat pendidikan rendah maka akan kesulitan dalam
memahami suatu informasi kesehatan yang telah diberikan oleh petugas kesehatan
4). Pekerjaan
Puskesmas Sudiang Raya Makassar sebagian besar responden yang berprofesi sebagai
driver sebanyak 4 responden (5.9%), lalu diikuti oleh profesi mahasiswa, pensiunan,
PNS, tidak kerja masing-masing sebanyak 3 responden (4.4%), dan yang paling sedikit
Hal ini berbagai jenis pekerjaan berperan penting dalam menentukan faktor
risiko apa yang dihadapi seseorang, apabila pekerja berprofesi di lingkungan yang
berdebu seperti IRT dan wiraswasta, paparan partikel debu yang disekelilingnya akan
yang tercemar dapat pula terjadi peningkatan morbiditas, berbagai macam timbulnya
gejala-gejala penyakit yang dapat mengganggu saluran pernafasan dan merujuk pada
yang akan mempunyai dampak terhadap pola kehidupan sehari-hari seperti konsumsi
langsung dapat diketahui bahwa beberapa responden yang bekerja, tetapi tidak adanya
Pada tabel 5.5 didaptkan bahwa dukungan keluarga pasien TB yang berobat di
responden (33.8%).
melakukan perilaku sehat. Membangun dukungan sosial dari keluarga serta para
kolega. Semua anggota keluarga sangat berperan penting dalam memberikan suatu
dukungan sosial kepada responden misalnya saja dalam mengingatkan minum obat
secara tepat waktu tanpa menunda-nunda agar terkontrol serta memperhatikan keluhan
pasien. Dengan adanya dukungan keluarga ini dapat membuat responden memiliki
suatu perasaan nyaman, merasa diperdulikan maupun dicintai oleh keluarga sehingga
responden dapat menghadapi berbagai suatu masalah dengan sangat baik karena
dukungan keluarga sangat berperan penting bagi kepatuhan berobat pada pasien TB.
penyembuhan dan pemulihan penderita. Dalam hal ini dapat mendorong penderita
untuk patuh meminum obatnya secara teratur. Dengan menunjukkan rasa simpati dan
kepedulian sudah menjadi salah satu dukungan keluarga serta tidak menghindari
6). Motivasi
motivasi rendah sebanyak 54 responden (79.4%) lalu yang bermotivasi tinggi sebanyak
kepatuhan berobat pada pasien akan sangat dibutuhkan dan akan sangat membantu
8). Pengetahuan
pola perilaku hidup sehat. Responden dengan pengetahuan yang rendah biasanya akan
sulit dalam menganalisa serta memahami beberapa informasi berupa kesehatan yang
telah diberikan oleh petugas kesehatan. Dikhawatirkan oleh petugas kesehatan bila
responden akan putus berobat. Hal ini dapat menjadi tugas besar bersama bagi petugas
kesehatan untuk memberikan arahan kepatuhan berobat secara teratur dan pemeriksaan
teratur.
tidak patuh sebanyak 7 responden (10.3%). Berdasarkan hal tersebut maka penulis
Data hasil penelitian yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis Chi-
Square Test dan diolah menggunakan program statistic computer SPSS version 16.0.
Analisis ini bertujuan untuk menguji variabel independen yaitu dukungan keluarga,
motivasi dan pengetahuan dan variabel dependen yaitu kepatuhan berobat pada pasien
Kurang Cukup
Count 3 4 7
Tidak Patuh
% of Total 4.4% 5.9% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 20 41 61
Patuh
% of Total 29.4% 60.3% 89.7%
Count 23 45 68
Total
% of Total 33.8% 66.2% 100.0%
(60.3%). Proporsi responden yang tidak menjalankan kepatuhan berobat lebih banyak
Tabel 5.11 Hubungan Tingkat Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien
TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.37.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari tabel uji Chi-Square dengan menggunakan SPSS di atas, dapat dijelaskan dengan
keterangan sebagai berikut: dilihat dari angka signifikansi (Approx Sig.), terlihat bahwa pada
kolom VALUE (Pearson Chi-Square) sebesar 0.284 dengan nilai Asymp. Sig (P.) sebesar
0.594 yang jauh lebih besar dari alpha 0.05, dengan demikian H0 diterima, hasil perhitungan
tersebut sesuai dengan hasil perhitungan secara manual. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB di Puskesmas
N of Valid Cases 68
Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar
0.065 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.600, yang berarti bahwa adanya pengaruh
Motivasi Total
Rendah Tinggi
Count 5 2 7
Tidak Patuh
% of Total 7.4% 2.9% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 49 12 61
Patuh
% of Total 72.1% 17.6% 89.7%
Count 54 14 68
Total
% of Total 79.4% 20.6% 100.0%
kepatuhan berobat lebih banyak jumlahnya pada responden yang tinggi motivasi
sebanyak 2 responden (2.9%) dibandingkan dengan responden yang rendah
Tabel 5.14 Hubungan Tingkat Motivasi dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB di
Puskesmas Sudiang Raya Makassar
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
N of Valid Cases 68
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.44.
b. Computed only for a 2x2 table
Proporsi responden yang memiliki motivasi yang rendah, maupun tinggi, memiliki
status kepatuhan yang sama. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa responden yang memiliki
motivasi tentang penyakit. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan berobat pada pasien TB, digunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara motivasi penderita TB dengan status
kepatuhan berobat pada pasien TB, yaitu dengan diperolehnya nilai probabilitas yang lebih
besar dari 0,05 (p=0,581). Hasil uji statik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
N of Valid Cases 68
Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar
0.067 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.588, yang berarti bahwa adanya pengaruh
Pengetahuan Total
Kurang Cukup
Count 4 3 7
Tidak Patuh
% of Total 5.9% 4.4% 10.3%
Kepatuhan Berobat
Count 22 39 61
Patuh
% of Total 32.4% 57.4% 89.7%
Count 26 42 68
Total
% of Total 38.2% 61.8% 100.0%
berobat pada pasien TB di Puskesmas Sudiang Raya Makassar dapat dilihat pada
Tabel 5.17 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB di
Puskesmas Sudiang Raya Makassar
Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
N of Valid Cases 68
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.68.
cukup, memiliki status kepatuhan yang sama. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa
mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat pada pasien TB,
digunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan penderita TB dengan status kepatuhan berobat pada
pasien TB, yaitu dengan diperolehnya nilai probabilitas yang lebih besar dari 0,05
(p=0.277). Hasil uji statik dapat dilihat pada tabel di atas ini.
N of Valid Cases 68
Dari hasil output SPSS menunjukkan nilai Pearson’s (untuk tabel 2x2) sebesar
0.132 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.284, yang berarti bahwa adanya pengaruh
pekerjaan adalah driver 5.9%, guru 1.5%, IRT 45.6%, mahasiswa 4.4%, pelajar
1.5%, pensiunan 4.4%, PNS 4.4%, swasta 7.4%, tidak kerja 44%, wiraswasta
cukup dalam pemberian dukungan sebanyak 66,2%. Hal ini dapat terlihat pula
89.7%.
kepatuhan berobat. Hal ini dapat terlihat dalam tabel faktor yang terkait pasien
TB. Ini dibuktikan dari hasil penelitian menggunakan kuesioner bahwa adanya
Makassar.
dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB. Selain itu
didaptkan pula oleh Widyastuti bahwa seseorang yang mengidap penyakit akan
kesembuhan atas sakit yang dideritanya. Perilaku ini hampir dilakukan di setiap
memperoleh kesembuhan.
Data prognosis hasil penelitian yang berjudul Tuberculosis Treatment
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh antara umur dan tempat tinggal terhadap
dosis harian, efek samping dan lamanya perawatan juga sangat berperan.
Embu Country, Kenya bahwa sebagian besar peserta tidak mengetahui seberapa
pentingnya kepatuhan berobat pada penyakit TB. Hal ini dalam program TB
harus menghasilkan cara yang lebih baik dalam mendidik pasien TB tentang
Didapatkan juga dari penelitian yang dilakukan oleh Ndwiga bahwa pentingnya
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor yang
Makassar.
Raya Makassar.
Raya Makassar.
B. Saran
Raya Makassar