Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

Di susun oleh :
Suci Putri Fatindah

“Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong (Manihot Esculenta Crantz) menjadi Bioethanol


sebagai Bahan Bakar Minyak di Kabupaten Sumbawa Barat”

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan anugerah-
Nya,saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong
(Manibot Esculenta Crantz) menjadi Bioetanol sebagai Bahan Bakar Minyak di KSB”. Pada
proses penyusunan proposal ini terdapat beberapa masalah kesulitan yang dihadapi, akan
tetapi atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka proposal ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Untuk itu, saya ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dan memberikan dukungan hingga laporan ini dapat selesai.
Laporan yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Laporan ini masih
memerlukan saran dan dari berbagai pihak untuk penyempurnaanya lebih lanjut. Maka dari
itu,saya harapkan kepada para pembaca untuk tidak sungkan dalam memberikan masukan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan
referensi pembelajaran bagi para pembaca.

Taliwang, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR............................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
DAFTAR TABEL................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. 5
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................ 6
2. Identifikasi Masalah.................................................................... 6
3. Batasan Masalah……………………………………………….. 7
4. Rumusan Masalah……………………………………………… 7
5. Tujuan Penelitian………………………………………………. 7
6. Manfaat Penelitian……………………………………………... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Pustaka Terdahulu ........................................................... 8
2. Landasan Teori............................................................................. 9
3. Kerangka Teoritis......................................................................... 17
BAB III METODELOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian.................................................................. 18
2. Objek Penelitian........................................................................... 18
3. Tempat Penelitian......................................................................... 18
4. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 18
5. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 19
6. Teknis Analisis Data .................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil ............................................................................................. 20
2. Pembahasan .................................................................................. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ................................................................................... 24
2. Saran ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 25

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi Tanaman Singkong ……………………………. 13

Tabel 1.2 Kandungan Gizi Kulit Singkong .………………………….. 15

Tabel 1.3 Parameter efektifitas Bioetanol dari kulit singkong ……….. 20


Tabel 1.4 Parameter peneliti terdahulu………………………………... 21

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.a Bahan Bakar ……………………………………………. 10


Gambar 2.b Bahan Bakar Minyak……………………………………. 11

Gambar 2.d Bioethanol……………………………………………….. 12

Gambar 2.f Tanaman Singkong.……………………………………… 14

Gambar 2.g Kulit Singkong…………………………………............... 14

Gambar 4.a Tingkat pengeringan kulit singkong .……………………. 22

Gambar 4.b Hasil Bioetanol ………………………………………….. 23

Gambar 4.c Pembakaran Bioetanol ……………………………………24

5
BAB. I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperluan masyarakat pada energi yakni minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari membuat sumber energi tersebut kian lama kian dicari sebagai prioritas yang
harus didapatkan. Minyak bumi berasal dari fosil hewan serta tumbuhan yang telah mati
beribu-ribu tahun lamanya yang kemudian tertimbun oleh tanah dan air. Namun seiring
berjalannya waktu,muncullah permasalahan yang mengakibatkan sulitnya didapat sumber
daya alam minyak bumi ini berupa terbatasnya sumber cadangan energi fosil. Adapun
permasalahan lain yang timbul ialah,proses pembuatan minyak bumi ini mengalami tahap
pembakaran fosil yang mana dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan terutama
polusi udara. Untuk itu,dalam penelitian ini kami mencari solusi dari permasalahan tersebut
dengan menciptakan bahan bakar penggganti minyak bumi sebagai alternatif warga dalam
mendapatkan minyak bumi dengan mudah.
Daerah Taliwang merupakan daerah yang memiliki lahan yang luas yang didominasi oleh
perkebunan berbagai jenis tanaman. Adapun potensi pertanian ini dapat dikelola menjadi
suatu jenis kegiatan produksi yang dapat mendatangkan keuntungan. Dalam hal
ini,dibutuhkan perkebunan singkong untuk pengelolaannya sebagai etanol. Etanol yang biasa
disebut etil alcohol atau alcohol murni dan absolut merupakan sejenis cairan yang mudah
menguap,mudah terbakar dan tidak berwarna juga merupakan pelarut bahan-bahan kimia
yang ditujukan untuk konsumsi atau kegunaan manusia seperti parfum,perasa dan pewarna
makanan. Untuk itu,etanol dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak
bumi dikarenakan memiliki prosfek yang sangat bagus. Dalam penelitian ini, kami
melakukan uji pembuatan etanol dengan memanfatkan limbah kulit singkong. Singkong
adalah jenis umbi akar atau akar pohon yang Panjang fisiknya rata-rata 50-80 cm dengan
warna dagingnya putih kekuning-kuningan. Singkong merupakan pohon tahunan tropika dan
subtropika dari keluarga Eurphorbiaceae. Adapun dalam penelitian ini kami akan
memanfaatkan kulit singkong menjadi Etanol yang diberi nama Bioetanol.

2. Identifikasi masalah
a. Potensi pertanian tanaman singkong dan limbah kulit singkong di kabupaten Sumbawa
Barat dapat dimanfaatkan untuk energi terbarukan sebagai alternatif pengganti bahan
bakar minyak

6
b. Bahan bakar minyak dari kulit singkong dapat mempermudahmasyarakat baik dari segi
cara perolehannya maupun pengeluaran biaya
c. Produk bahan bakar minyak dari kulit singkong diharapkan mampu meningkatkan nilai
ekonomis tanaman tersebut.

3. Batasan Masalah
a. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif berbasis eksperimental
b. Penelitian ini hanya memfokuskan pada tingkat efektifitas kulit singkong sebagai
pengganti bahan bakar minyak yakni Bioethanol
c. Subjek penelitian adalah peneliti sendiri yang melakukan uji coba pembuatan Bioethanol
dari kulit singkong sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak.

4. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mengelolah limbah kulit singkong menjadi Bioetanol ?
b. Apakah kulit singkong efektif sebagai Bioetanol ?
c. Apakah Bioetanol yang dihasilkan efektif dikatakan bahan bakar ?

5. Tujuan
a. Mengetahui cara mengelolah kulit singkong sebagai Bioetanol
b. Mengetahui tingkat efektivitas Bioetanol dari kulit singkong
c. Mengetahui tingkat efektivitas Bioetanol sebagai bahan bakar

6. Manfaat
a. Masyarakat
Memberitahukan pada masyarakat cara pengolahan limbah kulit singkong untuk dijadikan
sebagai tambahan bahan bakar minyak yang kian menipis.
b. Pemerintah
Membantu mengelolah sumber daya lokal KSB untuk menghasilkan lapangan pekerjaan
bagi para pengangguran dan meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman singkong.
c. Edukasi
Sebagai alternatif referensi pengetahuan bagi warga sekolah ataupun perguruan tinggi.

7
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Pustaka Terdahulu


Menurut Betania Kusuma D. dalam penelitian pembuatan bioetanol dari limbah sabut
kelapa di Institut Teknologi Nasional Malang menjelaskan bahwa produksi bioetanol di
berbagai negara telah dilakukandengan menggunakan bahan baku yang berasal dari hasil
pertanian danperkebunan (Sarjoko, 1991). Oleh karena itu dilakukan upaya mencari bahan
bakualternatif lain dari sektor non pangan untuk pembuatan etanol. Bahan selulosamemiliki
potensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan etanol.Salah satu contohnya adalah limbah
sabut kelapa. Ketersediaan limbahsabut kelapa cukup besar, menurut Dinas Perkebunan Jawa
Timur pada kurunwaktu 2007 – 2011 produksi kelapa rata – rata adalah 1.400 kg/Ha dengan
rata –rata area 293.274 Ha/tahun. Bobot sabut mencapai sepertiga dari berat sebutirkelapa.
Apabila rata-rata produksi kelapa mencapai 1.400 kg/Ha, maka ada sekitar466,7 kg/Ha sabut
kelapa yang dihasikan. Selama ini pemanfaatan sabut kelapahanya sebatas untuk kerajinan,
seperti tali, keset, sapu, matras, bahan isian jokmobil, dan lain-lain. Sabut kelapa mempunyai
komposisi kimia yaitu selulosa43,44%, hemiselulosa 0,25%, lignin 45,84%, air 5,25%, dan
abu 2,22%. Jika kitamampu mengkonversi selulosa menjadi glukosa berarti akan
meningkatkankonversi sabut kelapa menjadi etanol. Potensi sabut kelapa sebagai bahan baku
alternatif pembuatan bioetanoldengan menggunakan asam klorida pada proses hidrolisis dan
ragi tape padaproses fermentasi.
Menurut penelitian dari Dyah Tri Retno dan Wasir Nuri dari Jurusan Teknik Kimia
FTI UPN”Veteran” Yogyakarta menjelaskan tentang pembuatan bioetanol dari kulit pisang.
Pada penelitiannya menggunakan bahan utamakulit pisangkapok,bakteriSaccharomyces
cereviseaedan Larutan H2SO4 0,5 N dan bahan pembantuaquadest, ammonium sulfat dan
urea. Peralatan yangdigunakan adalah timbangan elektrik, kertas pH, pipettetes, gelas piala,
blender, pengaduk merkuri, gelasukur, Kertas saring dan Oven Kompor
listrik,Erlenmeyer,pendingin balik Labu leher tiga, Piknometer Tabung reaksi dan Gelas
arloji.
Menurut penelitian dari Arif Fadholi Wahid Assyafi'i dalam penelitiannya
mengguanakan jerami pada proses pembuatan bioetanol. Adapun dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa jerami padi yang baru saja dipanen dikumpulkan di suatu tempat. Jerami
ini kemudian di cacah-cacah dengan mesin cacah agar ukurannya menjadi kecil-kecil dan
siap untuk dilakukan pretreatment. Banyak cara untuk melakukan pretreatment, misalnya
dengan cara ditekan dan dipanaskan secara cepat dengan uap panas (Steam Exploaded). Bisa

8
juga dengan cara direndam dengan kapur selama waktu tertentu. Ada juga yang
merendamnya dengan bahan-bahan kimia yang bisa membuka perlindungan lignin. Setelah
pelindung lignin ini menjadi ‘lunak’, maka jerami siap untuk dihidrolisis. Ada dua cara
umum untuk hidrolisis, yaitu: hidrolisis dengan asam dan hidrolisis dengan enzyme.
Hidrolisis asam biasanya menggunakan asam sulfat encer. Jerami dimasak dengan asam
dalam kondisi suhu dan tekanan tinggi. Dalam kondisi ini waktu hidrolisisnya singkat.
Hidrolisis bisa juga dilakukan dalam suhu dan tekanan rendah, tetapi waktunya menjadi lebih
lama. Hidrolisis dilakukan dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian besar hemiselulosa
dan sedikit selulosa akan terpecah-pecah menjadi gula penyusunnya. Hidrolisis tahap kedua
bertujuan untuk memecah sisa selulosa yang belum terhidrolisis. Dengan dua tahap hidrolisis
ini diharapkan akan diperoleh gula dalam jumlah yang banyak.
Menurut pendapat dari Emma Khairani Harahap dalam penelitiannya menggunakan
kulit nanas sebagai pembuatan bioetanol menjelaskan bahwa Kulit nanas yang digunakan
sebagai bahan baku substrat diperoleh dari limbah yang dihasilkan industri rumahan keripik
nanas kemudian mikroorganisme dan penyiapan inokulum Mikroorganisme yang digunakan
adalah Zymomonas mobilis FHCC-0056 yang diperoleh dari Laboratorium PAU Universitas
Gadjah Mada, dan ditumbuh kembangkan pada media tumbuh yang diperkaya dengan
komposisi media glukosa 10%, yeast exstract 1%, KH2PO4 0.1%, MgSO4.7H2O 0.05%, dan
(NH4)2SO4 0.1% [Tanaka,1999 dalam Ageng,2009], 1 jarum ose Zymomonas mobilis
diinokulasi ke dalam 1 ml media tumbuh diperkaya yang telah disterilisasi pada temperatur
121°C selama 20 menit dan dishaker selama 24 jam pada kecepatan 120 rpm [Aditya, 2011],
lalu Solid state fermentation (SSF), Proses fermentasi dilakukan pada erlenmeyer 1 liter,
dngan variasi ukuran partikel substrat berupa slurry, 1x1 cm, dam 2x2 cm. Sebelum inokulum
zymomonas mobilis diinokulasikan ke dalam media fermentasi, dilakukan sterilisasi media
fermentasi pada temperatur 121°C selama 20 menit. Kondisi lingkungan fermentasi diatur
pada pH 5 menggunakan buffer sitrat dan temperatur 30°C. Waktu pengambilan sampel
fermentasi pada 6; 12; 18; 24; 30; dan 36 jam.

2. Landasan Teori
a. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya
bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan
bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) di mana bahan
bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses

9
lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi
nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidrokarbon (termasuk di
dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering
digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif.

Gambar 2.a Bahan Bakar

b. Bahan Bakar Minyak


BBM atau Bahan Bakar minyak adalah bahan bakar yang berbentuk cairan yang di
gunakan sebagai sumber energi untuk kendaraan bermotor. BBM di peroleh dari
hasil penyulingan minyak bumi. Minyak bumi sendiri terbentuk dari pelapukan tumbuhan dan
hewan yang telah mati ribuan hingga jutaan tahun yang lampau dan mengendap di dalam
tanah. Agar bisa menjadi Bahan bakar Minyak, Minyak bumi harus di suling dahulu. Minyak
bumi yang akan melalui proses penyulingan ini di sebut dengan istilah minyak mentah. Untuk
mendapatkan Minyak mentah harus di lakukan pengeboran. Tidak sembarang tempat bisa di
bor. Karena tidak semua tempat di bumi memiliki kandungan minyak bumi. Karena itu
sebelum melakukan pengeboran, para ahli akan melakukan pencarian atau eksplorasi.
Eksplorasi ini biasanya di lakukan oleh para Ahli Geologis.
Setelah Ahli Geologis menemukan lokasi minyak bumi, kerja selanjutnya diserahkan
pada ahli geofisika. Kemudian para Ahli geofisika akan melihat, mengamati dan mempelajari
sifat-sifat fisik dari lapisan tanah untuk menentukan metode dan alat yang akan di gunakan
untuk mengeluarkan minya bumi. Proses pengambilan minya bumi dari dalam tanah hingga
berubah menjadi bahan bakar minya butuh rentetan proses yang sangat panjang. Proses ini

10
bukan hanya membutuhkan bantuan alat berat dan tenaga ahli, tapi juga memakan waktu
yang lama. Indonesia kaya akan minyak bumi, tapi kekuarangan tenaga ahli dan peralatan
berat. Karena itu banyak perusahaan asing yang masuk ke Indonesia khusus untuk
menambang minyak bumi nya. Satu-satunya perusahan milik Negara yang bertugas untuk
mengelola pemanbangan minyak bumi dan gas alam di Indonesia adalah pertamina. Dan
pertaminalah yang bertanggung jawab menyediakan bahan bakar minyak untuk kebutuhan
seluruh rakyat Indonesia.

Gambar 2.b Bahan Bakar Minyak

c. Bahan Bakar Etanol

Etanol yang biasa disebut etil alcohol atau alcohol murni dan absolut merupakan sejenis
cairan yang mudah menguap,mudah terbakar dan tidak berwarna juga merupakan pelarut
bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi atau kegunaan manusia seperti
parfum,perasa dan pewarna makanan. (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang
ditemukan pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol
seringkali dijadikan bahan tambahan bensin sehingga menjadi biofuel.
Etanol digunakan secara luas di Brasil dan Amerika Serikat. Kedua negara ini
memproduksi 88% dari seluruh jumlah bahan bakar etanol yang diproduksi di dunia.
Kebanyakan mobil-mobil yang beredar di Amerika Serikat saat ini dapat menggunakan bahan
bakar dengan kandungan etanol sampai 10%.

11
d. Bioethanol

Bioethanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi dari
tumbuhan. Bioetanol dapat dibuat dari tanaman-tanaman yang umum,
misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul perdebatan, apakah bioetanol ini
nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran mengenai produksi dan
adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang disebabkan karena dibutuhkan lahan yang
sangat besar, ditambah lagi energi dan polusi yang dihasilkan dari keseluruhan produksi
etanol, terutama tanaman jagung. Pengembangan terbaru dengan munculnya komersialisasi
dan produksi etanol selulosa mungkin dapat memecahkan sedikit masalah.

Gambar 2.d Bioethanol

e. Pewarnaan

Kunyit (Curcuma domestica) dapat digunakan sebagai pewarna tekstil yang berasal
dari serat selulosa, salah satunya adalah serat kapas. Agar zat warna alam kunyit dapat
terserap dengan baik maka diperlukan zat pembangkit seperti tawas, tunjung, dan kapur.
Fungsi zat pembangkit selain untuk memperkuat daya serap zat warna ke dalam kain adalah
untuk mengetahui arah warna yang dihasilkan dari zat warna alam kunyit. Untuk mengetahui
arah warna yang dihasilkan perlu dilakukan pengamatan terhadap kain hasil pencelupan.
Pengamatan dapat dilakukan secara visual (organoleptik), yaitu dengan membandingkan kain
hasil pencelupan dengan nama-nama warna untuk kain dalam fabric colour chart.

12
f. Singkong

Singkong merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat dan bagian dari tanaman
singkong yang dapat dikonsumsi selain umbinya yaitu bagian daunnya.Selain itu, singkong
juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar olahan makanan misalnya getuk, tiwul dan lain
sebagainya. Selain dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam olahan makanan, singkong dapat
digunakan sebagai bahan baku industri rumah tangga misalnyabahan dasar tepung tapioka.
Berikut adalah tabel klasifikasi tanaman singkong dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

No Klasifikasi Keterangan

1 Kingdom Plantae (tumbuhan)

2 Divisi Magnoliophyta (tumbuhan yang memiliki


bunga)

3 Kelas Magnoliopsida (tumbuhan dengan biji


berkeping dua)

4 Ordo Euphorbiales

5 Familia Euphorbiaceae

6 Genus Manihot

7 Species Manihot esculenta Crantz

Tabel 1.1 Klasifikasi Tanaman Singkong

Singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam
amino. Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian
dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari
spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun
spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas M. esculenta dapat dibudidayakan.

13
Gambar 2.f Tanaman Singkong

g. Kulit Singkong

Selain diambil isinya,kulit singkong juga dapat diguna yakni dapat diolah menjadi
jenis bahan bakar yaitu Bioethanol.

Gambar 2.g Kulit Singkong

Teknologi yang diterapkan untuk menghasilkan bioethanol yakni melalui proses bernama
hidrolisa asam dan juga enzimatis. Salah satu pemanfaatan limbah kulit singkong ini
sekaligus menjadi salah satu program yang mendukung program yang dicanangkan oleh
pemerintah berkaitan dengan penyediaan bahan bakar nabati sebagai alternatif pngganti
bahan bakar minyak seperti bensin. Adapun kandungan gizi dalam kulit singkong dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini :

14
No Kandungan Jumlah gizi

1 Kalori 146 kalori

2 Air 62,50 gram

3 Fosfor 40,00 gram

4 Karbohidrat 34,00 gram

5 Kalsium 33,00 milligram

6 Vitamin C 0,00 milligram

7 Protein 1,20 gram

8 Besi 0,70 milligram

9 Lemak 0,30 gram

10 Vitamin B1 0,01 milligram

Tabel 1.2 Kandungan Gizi Kulit Singkong

h. Fermentasi Etanol

Fermentasi etanol, juga disebut sebagai fermentasi alkohol, adalah proses biologi di mana
gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa diubah menjadi energi seluler dan juga
menghasilkan etanol dan karbon dioksida sebagai produk sampingan. Karena proses ini tidak
membutuhkan oksigen, melainkan khamir yang melakukannya, maka fermentasi etanol
digolongkan sebagai respirasi anaerob.Fermentasi etanol digunakan pada
pembuatan minuman beralkohol dan bahan bakar etanol, juga dalam
mengembangkan adonanroti. Sebelum dilakukan fermentasi, satu molekul glukosa dipecah
menjadi 2 molekul piruvat. Proses ini dikenal dengan nama glikolisis. Berikut ini
adalah persamaan reaksi untuk glikolisis:

C6H12O6 + 2 ADP + 2 Pi + 2 NAD+ → 2 CH3COCOO− + 2 ATP + 2 NADH + 2 H2O + 2H+

15
i. Ragi

Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya
mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan
nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan
minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir. Mikroorganisme yang
digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas
berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang),
yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula
anomala,, Lactobacillus, Acetobacter, dan sebagainya.

16
3. Kerangka Teoritis

Banyaknya limbah kulit singkong yang terbuang


sia-sia berpotensi pada pencemaran lingkungan

Sulitnya didapatkan bahan bakar minyak yang


kian lama harganya semakin meningkat

Rendahnya nilai ekonomis dari kulit singkong


yang membuatnya terbuang sembarang

Masalah Empiris Solusi Bioethanol dari kulit


singkong

Bahan Bakar Singkong


Pewarnaan

Etanol
Kunyit Kulit Singkong

17
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini,kami menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang berbasis
ekperimental dalam percobaan pengujian secara langsung oleh peneliti sendiri.

2. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam karya ilmiah ini adalah Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong
(Manihot Esculenta Crantz) menjadi Bioethanol sebagai Bahan Bakar Minyak di Kabupaten
Subawa Barat.

3. Tempat Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Taliwang

4. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi yang kami gunakan ialah warga SMAN 1 Taliwang dengan sampel acak yaitu 15
siswa kelas XI MIPA 1, 17 siswa kelas XI ,IPA 2 dan 12 siswa kelas XI MIPA 3.

5. Instrumen Penelitian
a) Alat dan Bahan
 Gelas ukur
 Pipa Erlenmeyer
 Kompor
 Panci
 Wadah
 Alat destilasi sederhana
b) Bahan
 Kulit singkong
 Air mineral
 Ragi
 Gula pasir
c) Langkah kerja
 Mengupas kulit singkong hingga menjadi warna putih

18
 Rendam kulit singkong selama 2 jam 3 menit
 Kemudian tiriskan dan lakukan pengeringan selama 3 hari
 Selanjutnya setelah waktu yang telah ditentukan, angkat kulit singkong dan lakukan
pengukusan selama 42 menit
 Tahap terakhir yaitu letakkan kulit singkong yang telah dikukus kedalam wadah, lalu
tambahkan air dan gula pasir
 Proses terakhir yaitu fermentasikan selama 4 hari
 Setelah sudah mencapai batas waktu, lakukan proses destilasi yakni penyulingan atau
pemisahan kadar etanol dan air dan didapatkanlah Bioetanol yang diinginkan.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang kami gunakan ialah metode kuisioner yaitu kuisioner
tertutup dimana dalam daftar pertanyaan yang sudah disajikan sudah menyediakan pilihan
jawaban.

7. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam karya ilmiah ini ialah menggunakan perhitungan
statistik sederhana.

19
BAB. IV HASIL dan PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
a) Pengelolahan limbah kulit singkong sebagai Bioetanol
Kulit singkong dapat diolah menjadi pengganti bahan bakar minyak dengan melakukan
beberapa tahap yang terbagi menjadi tiga tahap yakni tahap pengeringan,fermentasi dan
penyulingan (destilasi) dengan menggunakan beberapa alat dan juga bahan-bahan.
1. Alat :
 Gelas ukur
 Pipa Erlenmeyer
 Kompor
 Panci
 Wadah
 Alat destilasi sederhana
2. Bahan :
 Kulit singkong
 Air mineral
 Ragi
 Gula pasir

b) Tingkat efektifitas kulit singkong sebagai Bioethanol


Menurut standar nasional Indonesia, Bioetanol yang efektif ialah sebagai berikut :
No Parameter Unit, Spesifikasi Hasil penelitian
min/max
1 pH - 6,5-9,0 7,32
2 Kelarutan dalam air - YA YA
3 Kadar etanol %-V,min 94,0 95,02
4 Tampakan - Jernih& tdk ada Jernih& ada
endapan sedikit endapan
5 Kadar metanol mg/L, Max 300 Tdk diketahui
6 Kadar Cu keasaman mg/Kg, 0,1 Tdk diketahui
Max
7 Kandungan sulfur Mg/L, Max 50 Tdk diketahui

20
8 Kadar denaturan %-V, Min. 2 Tdk diketahui
%-V, Max 5 Tdk diketahui
9 Ion klorida Mg/L 40 Tdk diketahui
Tabel 1.3 Parameter efektifitas Bioetanol dari kulit singkong

c) Tingkat efektifitas Bioetanol sebagai bahan bakar


Dalam penelitian ini, kami ingin membuktikan tingkat efektifitas Bioetanol yang kami
hasilkan dengan mencocokkan kesuaiannya sebagai bahan bakar. Untuk mengetahuinya dapat
dilihat dalam tabel berikut :

No Konsep/teori Variabel Sub variabel Indikator No


item
1 Bahan bakar Jenis bahan bakar -Bahan bakar cair Apakah jenis 1
(Aprilia Putri) -Bahan bakar padat bahan bakar yang
-Bahan bakar gas dihasilkan dalam
penelitian ini ?
Pemanfaatan bahan -Kerja mekanik secara Apa saja manfaat 2
bakar (Ai terkendali dari hasil
Sukmawati) -Pembangkit listrik penelitian ini
-Sumber gas cair mengenai bahan
bakar alternatif ?
2 Bahan bakar Macam-macam -Minyak residu Apakah jenis 3
minyak bahan bakar cair -Bioetanol bahan bakar cair
(Ahmad Zunaidi) -Biodiesel yang dihasilkan
-Bensin dalam penelitian
ini ?
3 Bioetanol Sifat-sifat Bioetanol -Mudah menguap Apa saja sifat yang 4
(Risnalia) -Mudah terbakar terlihat dalam hasil
-Larut dalam air penelitian ini yang
telah melalui uji
coba ?
Tabel 1.4 Parameter Peneliti Terdahulu

21
2. Pembahasan
a) Pengelolahan limbah kulit singkong sebagai Bioetanol
Penelitian ini telah memproduksi bioetanol dari kulit singkong dengan menggunakan sistem
produksi sederhana dengan skala kecil atau sederhana. Sistem produksi terdiri dari beberapa
proses yaitu penyiapan bahan baku untuk percobaan dan proses fermentasi. Penyiapan bahan
baku yaitu mempersiapkan bahan utama yakni kulit singkong yang telah dikupas bersih
sebanyak 100 gram. Singkong yang digunakan yaitu singkong dari species Manihot Esculenta
Crantz yang selanjutnya mengalami tahap perendaman selama 2 jam diair mineral biasa
kemudian mengalami perendaman oleh perasan jeruk nipis selama 3 menit.
Tahap selanjutnya ialah proses pengeringan selama 3 hari yang mengalami beberapa
perubahan pada kulit singkong. Kulit singkong yang telah dikeringkan dan mengalami
beberapa tahap sehingga dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :

Persentase tingkat kekeringan kulit


singkong
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Gambar 4.a Tingkat pengeringan kulit singkong


Proses selanjutnya yaitu proses fermentasi dengan menggunakan bantuan bakteri
Saccharomyces cerevisiae atau yang disebut dengan ragi. Sebelumnya kulit singkong yang
telah dikeringkan dikukus selama 30 menit untuk mempermudah proses fermentasi.
Kemudian setelah itu kulit singkong diletakkan dalam wadah tertutup dengan memberikan air
sekiranya 350 ml. Selanjutnya untuk menguraikan bakteri didalamnya diberikan ragi
sebanyak 3 gram lalu pemberian gula pasir sebagai glukosanya. Banyaknya penggunaan ragi
mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rikana dan Adam (2008) dari Pendidikan
Kimia/FKIP - University of Tadulako yaitu semakin banyak ragi yang ditambahkan maka
etanol yang dihasilkan juga semakin banyak, sehingga bakteri yang mengurai glukosa
menjadi etanol pun semakin banyak. Proses fermentasi dilakukan selama 3 hari ditempat
lembab dengan wadah tertutup. Setelah itu, hasil fermentasi tersebut disaring dengan
menggunakan saringan teh biasa, penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan larutan
campuran air. Proses selanjutnya yaitu proses destilasi yaitu untuk memisahkan etanol dari

22
larutan hasil fermentasi. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan alat destilasi
sederhana menggunakan rice cooker yang mana hasil fermentasi diletakkan didalamnya
kemudian uap yang keluar melalui lubang uap dialirkan melalui pipa pvc yang telah dibentuk
sedemikian rupa kemudian dialirkan dalam wadah berupa botol kaca yang diletakkan dalam
wadah berisi air es.

Gambar 4.b Hasil Bioetanol

b) Tingkat efektifitas kulit singkong sebagai Bioethanol


Dalam melakukan pengukuran tingkat efektifitas Bioetanol dari kulit singkong, kami
menggunakan referensi acuan sebagai parameter dengan Standar Nasional Indonesia yang
mana melakukan uji pH atau kelembaban yang memiliki spesifikasi nilai dari 6 hingga 9.
Dalam penelitian kami,tingkat pH yang kami dapatkan ialah sebesar 7,32. Kemudian
penelitian yang kami ciptakan bersifat larut dalam air sesuai dengan SNI yang telah
ditetapkan. Adapun kadar etanol yang sesuai dengan SNI ialah sejumlah 94, namun kadar
yang kami dapatkan dalam hasil percobaan ialah 95,02. Penampakan fisik dari bioethanol
yang kami buat ialah berwarna jernih namun mengandung sedikit endapan. Hal ini terjadi
dikarenakan kami menambahkan ekstrak kunyit pada Bioetanol tersebut untuk pemberian
warna. Dikarenakan ph etanol lebih dari 7 membuat zat ini bersifat basa. Untuk itu,kami
mencampurkan kunyit dikarenakan kunyit bersifat asam untuk menyeimbangkan indikator
asam basanya. Untuk parameter selanjutnya seperti kadar methanol,kadar Cu
keasaman,kandungan sulfur dan kadar denaturan tidak diketahui karena keterbatasan alat
yang tidak memadai. Sehubungan juga dengan manfaat penelitian ini tidak terfokus pada
parameter pengujiannya namun hanya pada kegunaannya dan percobaan pembakarannya saja.

23
Gambar 4.c Pembakaran Bioetanol

c) Tingkat efektifitas Bioetanol sebagai bahan bakar


Sebagaimana yang telah diperlihatkan dalam tabel instrument penelitian di hasil tadi dapat
dijabarkan bahwa bahan bakar yang kami buat ialah berjenis cairan yang disebut Bioetanol
dimana Bioetanol ini memiliki beberapa sifat dan kegunaan. Sebagaimana penjelasan diatas,
kami melakukan uji tingkat efektifitas Bioetanol dengan mencocokkannya dengan berbagai
teori. Adapun Bioetanol yang telah kami hasilkan memiliki sifat seperti dapat terbakar,mudah
menguap juga dapat ikut terlarut dalam air. Setelah melakukan test beberapa kali, kami
mendapatkan hasil bahwa Bioetanol yang kami hasilkan dapat terbakar dan memiliki nyala
api selama 21 menit 10 detik dan juga dapat melakukan kerja mekanik secara terkendali
dimana apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya.

24
BAB. V KESIMPULAN dan SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
Bioetanol yang ber-ph 7,32 yang kami hasilkan dengan kadar etanol 95,2 ini memiliki
kualitas api yang cukup stabil berwarna merah kebiruan dengan lama pembakaran 21 menit
10 detik. Etanol yang telah kami hasilkan ini dapat digunakan dalam proses pembakaran
sederhana saja dan tidak digunakan dalam proses skala besar seperti memasak.

2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan proses uji coba di tempat yang
memiliki perlengkapan alat sempurna untuk mengetahui tingkat efektifitas Bioetanol secara
akurat dan pasti agar dalam penggunaanya tidak menimbulkan bahaya yang dapat merugikan.
Agar mendapatkan Bioetanol yang sempurna, disarankan untuk menggunakan alat destilasi
laboratorium untuk dapat menghasilkan etanol murni yang lebih banyak.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arif,F.2014.Jerami Pada Proses Pembuatan Bioethanol.Kendari:Fakultas


MIPA,Univ.Haluoleo.
Dian, K

.2015.Pembuatan bioetanol Dari Limbah Sabut Kelapa.Malang:Teknologi Nasional


Emma,K.2007.Kulit Nanas Sebagai Pembuatan Bioethanol.Surakarta:Fakultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hardjono, A.2016.Teknologi Minyak Bumi.Purworejo:Penerbit Erlangga.

Indriati, E.2002.Menulis Karya Ilmiah.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Misri, G.2014.Teknologi Bioetanol Generasi-Kedua.Jakarta:Penerbit Erlangga.

Retno,dkk.2012.Pembuatan Bioetanol Dari Kulit Pisang.Yogyakarta: FTI UPN Veteran.


Sri Susilo, Y.2013.Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) & Perekonomian Indonesia.Bogor:Bentang
Pustaka.

Sulfahri,dkk .2016.Bioetanol Alga Spirogyra, Bahan Bakar Masa Depan.Jakarta Pusat:Penerbit


Erlangga.

26

Anda mungkin juga menyukai