Anda di halaman 1dari 42

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM KITAB-
KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)
4. NAHI MUNKAR (DALIL, KUTAMAANNNYA, CONTOH KASUSNYA)
5. FITNAH AKHIR ZAMAN (DALIL-DALILNYA, PENJELASANNYA, TANDA-
TANDANYA: BAIK YANG SUDAH NAMPAK ATAUPUN YANG BELUM
NAMPAK), KEMUNCULAN DUKHON, DAJJAL, IMAM MAHDI, NABI ISA A.S,
YAKJUJ-MAKJUJ, KIAMAT QUBRO)

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Azzharah Kautsar Sood

NIM : E1D020040

Prodi/Kelas : Pendidikan Bahasa Inggris/2B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
DAFTAR ISI
Pengertian, konsep, serta dalil-dalil tentang Istidroj...............................3-9

 Memaknai Istidraj Dalam Perspektif Islam..................................3-5

 Terjebak (Istidraj) dalam Kenikmatan...............................................6-9

Hadist Qudsi tentang hukuman yang disegerakan..............................10-15

 3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan Allah SWT di Dunia..10-12

 Musibah, Bentuk Kasih Sayang Allah......................................13-15

Berita kenabian Rasulullah SAW yang dimuat di dalam kitab-kitab suci

agama lain (kristen, hindu, yahudi, dll)...............................................16-21

 Ternyata Kehadiran Muhammad SAW Disebut Taurat dan Injil. . .16-18

 Nabi Muhammad dalam Kitab Suci Terdahulu (Bagian II-Habis)

...................................................................................................19-21

Nahi munkar (dalil, kutamaannnya, contoh kasusnya).......................22-35

 Amar Ma’ruf Nahi Munkar..........................................................22-30

 Rahasia di Balik Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar..........................31-35

Fitnah akhir zaman..............................................................................36-42

 Beragam Fitnah yang Akan Terjadi di Akhir Zaman............36-38

 10 Tanda-Tanda Kiamat Menurut Islam Sesuai Urutan...........39-42


1. ARTIKEL-ARTIKEL PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL
TENTANG ISTIDROJ

“Memaknai Istidraj Dalam Perspektif Islam”


Oleh : Nurdin, M.Pd. I

Di dunia  yang penuh fatamorgana ini, sering kita menyaksikan kehidupan manusia
bahwa mereka selalu berada dalam kecukupannnya terutama dalam memenuhi aspek
kebutuhan duniawi. Salah satu hal yang dipat dilihat bahwa, dalam aspek kesehatan, ada
sebagian manusia sangat jarang mengalami sakit bahkan tidak ada sama sekali.
Kemudian dalam bidang rezkinya juga selalu bertambah, padahal kehidupannya selalu
bergelimangan dalam lembah kemaksiatan. Ada juga sebagian orang yang tidak taat dan
kufur sering tampak hidup makin membaik, segar bugar tanpa sakit, makin jauh dari
kemiskinan, dan seterusnya. Tidak perlu heran karena di sinilah sebenarnya rahmat
Allah untuk mereka.  Sehingga keadaan yang demikian memunculkan tanda  Tanya bagi
hamba lain, “kenapa dia selalu sehat, kenapa rezki si pulan selalu melimpah, kenapa
anak dia sangat pinter, kenapa keluarganya selalu sukses, kenapa istri dia bertambah
terus, kenapa pangkatnya melonjak terus, padahal dia termasuk hamba yang jauh
dengan Allah dan mengingkari perintah-Nya.

 Pertanyaan yang demikian wajar muncul, tetapi ketahuilah bahwa bisa saja kelebihan
yang diperoleh tersebut belum tentu selalu membawa rahmat bahkan sebaliknya sebagai
dari malapetaka, kalau dalam perspektif Islam sering disebut dengan “Istidraj”.
 
Istidraj  adalah semacam perangkap bagi manusia di mana mereka yang durhaka kepada
Allah tampak semakin makmur, jaya, dan sejahtera. Tetapi sejatinya peningkatan
kemakmuran yang terus beranjak naik bahkan melimpah itu sejatinya adalah uluran atau
semacam penundaan untuk azab Allah yang pada gilirannya lebih dahsyat menimpa
yang bersangkutan.
 
[Date]

Istidraj adalah ujian tersembunyi di balik sebuah anugerah Allah. Istidraj terambil dari
kata ‘daraj’ (angsuran), seperti anak kecil yang mulai berjalan selangkah demi

3
selangkah. Terambil dari kata ini juga adalah anak tangga di mana seseorang dapat naik
ke atas. Sama halnya dengan orang yang diistidraj. Ia dicekal melalui nikmat sedikit
demi sedikit tanpa sadar. Allah berfirman, ‘Kami memperdayakan mereka dari jalan
yang mereka tak ketahui,’ maksudnya kami cekal mereka dengan kenikmatan, lalu
Kami jerumuskan mereka ke dalam siksa tanpa mereka sadar. Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al-An ayat 44 yang berbunyi :

ْ َ‫اب ُك ِّل َش ْي ٍء َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا بِ َما أُوتُوا أ‬


  َ‫خَذنَاهُ ْم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُ ْم ُم ْبلِسُون‬ َ ‫فَلَ َّما نَسُوا َما ُذ ِّكرُوا بِ ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب َو‬
 Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa.” (QS. Al An’am: 44).
 
Salanjutnya dalam Tafsir Al Jalalain (hal. 141) disebutkan, “Ketika mereka
meninggalkan peringatan yang diberikan pada mereka, tidak mau mengindahkan
peringatan tersebut, Allah buka pada mereka segala pintu nikmat sebagai bentuk istidraj
pada mereka. Sampai mereka berbangga akan hal itu dengan sombongnya. Kemudian
kami siksa mereka dengan tiba-tiba. Lantas mereka pun terdiam dari segala kebaikan.”

 Selanjutnya, berdasarkan hadis dari  ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah Saw bersabda:


 
ِ ‫إِ َذا َرأَيْتَ هللاَ تَ َعالَى يُ ْع ِطي ْال َع ْب َد ِمنَ ال ُّد ْنيَا َما يُ ِحبُّ َوهُ َو ُمقِي ٌم َعلَى َم َع‬
‫اص ْي ِه فَإِنَّ َما َذلِكَ ِمنهُ ا ْستِ ْد َرا ٌج‬

 Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan)
dari Allah.” (HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits
ini hasan dilihat dari jalur lain).
 
[Date]

Perihal ini Syekh Zarruq berkata, ‘Wahai para murid, takutlah pada karunia-Nya
untukmu berupa kesehatan, kelapangan, kucuran deras rezeki, dan aliran deras 
kekuatan baik material maupun spiritual di tengah kedurhakaanmu terhadap-Nya berupa

4
kelalaian dan keteledoran,’” (Lihat Syekh Ibnu Ajibah, Iqazhul Himam fi Syarhil
Hikam, Beirut, Darul Fikr, halaman 101).

 Orang yang terjaga mata batinnya selalu waspada dan khawatir atas penambahan
nikmat dari Allah berupa harta, jabatan, status, eksistensi, dan lain sebagainya. Mereka
khawatir nikmat itu merupakan istidraj dari Allah karena kerap lalai bersyukur atas
nikmat itu. Kekhawatiran ini merupakan sifat orang-orang beriman.
“Takut pada ujian melalui nikmat Allah adalah sifat orang beriman. Tidak takut pada
ujian kenikmatan di tengah kedurhakaan adalah sifat orang kafir. Sebagian ulama
mengatakan, tanda-tanda istidraj adalah durhaka kepada Allah, terperdaya dengan
ketenangan waktu, mengandung penundaan siksa atas kewajiban sampai pada-Nya. Ini
adalah tipudaya tersembunyi. Allah berfirman, ‘Kami memperdayakan mereka dari
jalan yang mereka tak ketahui,’ maksudnya tanpa mereka sadari. Syekh Ibnu Athaillah
berkata, ‘Setiap kali mereka bermaksiat, Kami perbarui nikmat untuk  mereka dan kami
membuat mereka lupa pada istighfar atas maksiat tersebut,’” (Lihat Syekh Ibnu
Abbad, Syarhul Hikam, Indonesia, Maktabah Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, halaman
51).

[Date]

5
“Terjebak (Istidraj) dalam Kenikmatan”
Oleh: Kharis Nugroho

‫ “إِ َذا َرأَيْتَ هَّللا َ تَ َعالى يُ ْع ِطي ْال َع ْب َد ِمنَ ال ُّد ْنيَا َم‡‡ا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ِ ‫ع َْن ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر َر‬
‫ (فَلَ َّما ن َُس‡وا َم‡‡ا ُذ ِّكرُوا‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس‡لَّ َم‬
َ ِ ‫ ثُ َّم تَاَل َرسُو ُل هَّللا‬،”ٌ‫ك ِم ْنهُ ا ْستِ ْد َراج‬ َ ِ‫صي ِه فَإِنَّ َما َذل‬
ِ ‫يُ ِحبُّ َوهُ َو ُمقِي ٌم َعلَى َم َعا‬
)‫اب ُك ِّل َش ْي ٍء َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا بِ َما أُوتُوا أَخ َْذنَاهُ ْم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُ ْم ُم ْبلِسُونَ ( (رواه أحمد‬ َ ‫بِ ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب َو‬

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca ayat
yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintupintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka,
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad (28/547) dan Al-Tabrani dalam
Al-Mu’jam Al-Kabir (17/330) dan Al-Mu’jam Al-Ausath (9/110). Hadits ini juga di-
hasan-kan oleh al-‘Iraqi dalam Takhrij Al-Ihya’ (4/162). Dua kritikus Hadits modern,
Syu’aib Al-Arnauth menilai Hadits ini hasan dilihat dari jalur lain (hasan li-ghairihi)
dan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ (nomor Hadits 561) menilainya shahih.

Istidraj secara bahasa bermakna naik dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya. Sedang
istidraj dari Allah kepada hamba dapat dipahami sebagai ‘hukuman’ yang diberikan
sedikit demi sedikit, tidak secara langsung. Allah membiarkan hamba ini dan tidak
disegerakan hukumannya sebagaimana firman Allah:

َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬ ِ ۗ ‫فَ َذرْ نِ ْي َو َم ْن يُّ َك ِّذبُ بِ ٰه َذا ْال َح ِد ْي‬
ُ ‫ث َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِّم ْن َحي‬
[Date]

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)

6
Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan, perkara
dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan kedudukan.
Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam berbuat maksiat.
Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu
kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan untuk bertaubat, apalagi menyesali
perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba
dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan
(kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan bahwa diri
mereka di atas segala-galanya.

 Lima tahapan istidraj


Terdapat lima tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan ajaran
Islam sebagai sebuah istidraj.

1.  Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan peringatan-


peringatan agama). AlThabari dalam tafsirnya berkomentar bahwa melupakan
perintah agama adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan
Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu timbul ada kalanya
disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan kelalaian yang disengaja.
Artinya, melupakan itu bukan berarti tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi
juga dalam bentuk kesengajaan, mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak
sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-alasan sejenisnya.

2.  Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kamipun membuka semua pintu


kesenangan untuk mereka hamba). Diantara bentuk-bentuk kesenangan duniawi
yang hamba dapatkan adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di
dunia. Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan duniawi apa
saja yang diinginkannya. Dengan kesenangan-kesenanga tersebut, si hamba
selalu berbuat maksiat, tidak memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan
[Date]

yang benar.

7
3.  Hatta idza farihu bima utu (Hingga bila mereka gembira dengan apa yang
diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak kebahagiaan menikmati
kesenangan duniawinya berupa harta benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi
di kalangan manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari rasa
empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari majelis ilmu.

4.  Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong).


Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah berkomentar,
bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah.
Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat mereka
tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta tenggelam dalam kesenangan.

5.  Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa). Maksudnya,
mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut telah
terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri mengatakan,
siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan
ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang disempitkan oleh
Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang diperhatikan oleh Allah, maka dia
juga terperdaya.

Ketika Allah membiarkan seorang hamba sengaja meninggalkan shalat, meninggalkan


puasa, tidak ada perasaan berdosa ketika bermaksiat seperti saat membuka aurat, berat
untuk bersedekah, merasa bangga dengan apa yang dimiliki dan mengabaikan semua
atau mungkin sebagian perintah Allah, benci terhadap aturan Allah, merasa umurnya
panjang dan menunda-nunda taubat, enggan menuntut dan menambah pengetahuan
(khususnya agama) serta lupa akan kematian, tapi Allah tetap memberikan hamba
tersebut rezeki melimpah, kesenangan terus menerus, dikagumi dan dipuja puji banyak
orang, tidak pernah diberikan sakit, tidak pernah diberikan musibah, prestasi
akademiknya tambah sukses, hidupnya aman-aman saja, maka hamba tersebut harus
[Date]

berhati-hati karena semuanya itu adalah istidraj.

8
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada hamba
yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala bentuk azab-Nya.
Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan diperbudak dunia. Semoga kita
dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan digolongkan oleh Allah sebagai hamba
yang bisa menggunakan kenikmatan duniawi dalam ketaatan.

[Date]

9
2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).

“3 Dosa yang Balasannya akan Disegerakan


Allah SWT di Dunia”

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah

Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya hingga hari kiamat.
Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan disegeraka Allah SWT di dunia. 

‫يؤخ ُر‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫عَن أَبِي بَ ْك َرةَ َر‬
ٍ ‫ كلُّ ذنو‬:  ‫صلى هللا عليه وسلم قال‬  ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ يُع ِج ُل‬،‫َّحم‬ َ ‫ وعقو‬،‫يوم القيام ِة إاَّل البَغ َي‬
ِ ‫ أو قطيعةَ الر‬،‫ق الوالدَي ِن‬ ِ ‫هللاُ منها ما شا َء إلى‬
ِ ‫لصاحبِها في ال ُّدنيا قب َل ال َمو‬ 
‫ت‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap 
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali
al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan
menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al
Mustadrak No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. zalim adalah


perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. 

Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta,
dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk dari dosa besar. 
[Date]

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:  

10
َ ِ‫ق ۚ أُو ٰلَئ‬
‫ك‬ ِّ ‫ض بِ َغي ِْر ْال َح‬
ِ ْ‫ون فِي اأْل َر‬ َ َّ‫ون الن‬
َ ‫اس َويَ ْب ُغ‬ ْ َ‫ين ي‬
َ ‫ظلِ ُم‬ َ ‫إِنَّ َما ال َّسبِي ُل َعلَى الَّ ِذ‬
‫لَهُ ْم َع َذابٌ أَلِي ٌم‬ 

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS
Asy-Syura: 42)

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta
tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah
penyebab keberadaan kita di dunia ini. 

Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia
ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan  anak-anak mereka.

Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT: 

ْ‫ض ٰى َربُّكَ أَاَّل تَ ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا ۚ إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَو‬َ َ‫َوق‬
‫ف َواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اًل َك ِر‬ ٍّ ُ‫ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُلْ لَهُ َما أ‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka
ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-orang
yang memutuskan tali persaudaraan. 
[Date]

11
Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda  dari Abu Muhammad Jubiar
bin Muth’im RA:  

ِ َ‫الجنَّةَ ق‬
‫اط ٌع‬ َ ‫ ال يَ ْد ُخ ُل‬:‫ال‬ ْ ‫عن أَبي محمد ُجبَي ِْر ب ِن ُم‬ 
َ َ‫ط ِع ٍم رضي هللا عنه أَ َّن رسو َل هَّللا ﷺ ق‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan
Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang
yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan
ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh
mengerikan.

[Date]

12
“Musibah, Bentuk Kasih Sayang Allah”
Rep: Insan Kamil
Editor: Insan Kamil

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa
capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati
atau sesuatu yang menyakiti, sampai pun duri yang menusuknya, melainkan akan
dihapuskan dosa-dosanya.” (Riwayat Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2573)

Selama hidup di dunia, manusia pasti akan mengalami musibah. Tak ada satupun yang
bisa lepas dari hal tersebut. Mulai dari presiden sampai pengamen, yang kaya maupun
orang papa, pasti pernah mendapatkan musibah. Sebab, hal itu bagian dari kehidupan
yang selalu melekat pada diri manusia.

Dalam menghadapi musibah, terdapat beberapa sikap yang ditunjukkan manusia. Ada
yang mengeluh, sabar, dan berlapang dada. Bahkan, sebagian justru ada yang bersyukur
ketika musibah datang menimpa.

Makna Hadits

Hadits di atas sebagai pendorong bagi umat Muslim agar mengharapkan pahala, ketika
tertimpa musibah-musibah kecil seperti tertusuk duri, terkena sakit ringan (flu, batuk),
[Date]

ataupun saat mereka lelah karena bekerja seharian.

13
Faktanya, kebanyakan manusia lalai ketika tertimpa musibah. Bukannya mengharap
pahala dari Allah, tetapi malah tak terima dengan apa yang dialaminya. Padahal, dalam
semua hal, setiap orang memiliki peluang memperoleh kebaikan. Bagi orang beriman
yang tertimpa musibah, sekecil apapun, maka Allah akan menghapuskan kesalahan-
kesalahannya.

Bahkan, apabila mereka mampu bersabar dan mengharapkan pahala dari musibah itu,
sesungguhnya akan mendapat tambahan kebaikan. Karenanya, setiap orang beriman
harus selalu menghadirkan niat serta mengharapkan pahala pada setiap musibah yang
dialami, baik kecil maupun besar.

Bentuk Kasih Sayang

Musibah dipahami oleh para ulama sebagai sesuatu yang menimpa atau mengenai
seseorang dengan bentuk bermacam-macam. Entah yang berkonotasi baik atau buruk.

Hal itu didasarkan pada firman Allah:

ۚ ‫اس َر ُسواًل‬ َ ‫ك َوأَرْ َس ْلنَا‬


ِ َّ‫ك لِلن‬ َ َ‫صابَكَ ِم ْن َح َسنَ ٍة فَ ِمنَ هَّللا ِ ۖ َو َما أ‬
َ ‫صابَكَ ِم ْن َسيِّئَ ٍة فَ ِم ْن نَ ْف ِس‬ َ َ‫َما أ‬
‫ۚ َو َكفَ ٰى بِاهَّلل ِ َش ِهيدًا‬

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka, dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” (QS: An-Nisa[4]: 79).

Dari ayat ini diketahui, wujud musibah itu ada yang baik dan buruk. Hanya saja,
pengertian secara umum selalu dikonotasikan sesuatu yang tidak baik.

Para ulama menjelaskan, musibah merupakan ujian untuk meninggikan derajat seorang
hamba. Hal ini biasa terjadi pada para nabi maupun rasul. Mereka mendapat musibah,
dimaksudkan selain untuk meninggikan derajat, juga memperbesar pahala. Selain itu,
juga sebagai qudwah (teladan) bagi yang lainnya untuk bersabar.

Dari Mush’ab bin Sa’id—seorang tabi’in—dari ayahnya, ia berkata;


[Date]

‫اس أَ َش ُّد بَالَ ًء األَ ْنبِيَا ُء ثُ َّم األَ ْمثَ ُل فَاألَ ْمثَ ُل فَيُ ْبتَلَى‬
ِ َّ‫ُول هَّللا ِ أَىُّ الن‬
َ ‫يَا َرس‬

14
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab,
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi.” (Riwayat  Tirmidzi, Ibnu
Majah dan Ad Darimi).

Orang beriman harus yakin, musibah bisa menjadi sebab dihapuskannya dosa.

ٍ ِ‫ت أَ ْي ِدي ُك ْم َويَ ْعفُو َع ْن َكث‬


‫ير‬ ْ َ‫صيبَ ٍة فَبِ َما َك َسب‬ َ َ‫َو َما أ‬
ِ ‫صابَ ُك ْم ِم ْن ُم‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu  disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS: Asy
Syura [42]: 30).

Selain itu, musibah merupakan hukuman yang disegerakan dalam rangka membersihkan
dosa seorang hamba. Dari Anas bin Malik, Nabi Muhammad SAW bersabda;

‫إذا أراد هللا بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا و إذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه‬
‫حتى يوافي به يوم القيامة‬

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat.” (Riwayat Tirmidzi).

Sebagian salaf berkata, “Andaikata bukan karena musibah-musibah dunia, niscaya kita
akan datang pada hari kiamat dalam keadaan bangkrut”.

Dengan mengetahui hikmah musibah, seharusnya umat Islam lebih giat dan berusaha
keras untuk bersabar dan meraih pahala lewat musibah tersebut. Sebab, musibah bukan
karena Allah benci dan tidak suka kepada hamba-Nya. Akan tetapi, semua itu
hakikatnya adalah kasih sayang Allah kepada kaum Mukminin.
[Date]

15
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM
KITAB-KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi, dll)

“Ternyata Kehadiran Muhammad SAW


Disebut Taurat dan Injil”

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah

Kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi telah disebutkan jauh
sebelum beliau lahir. Kitab-kitab agama terdahulu dikatakan telah menyebut akan
lahirnya Muhammad yang membawa ajaran kenabian dari Allah.  

Kitab-kitab yang dimaksud ialah kitab yang pengikutnya dinyatakan Allah di dalam
Alquran sebagai Ahli Kitab atau disebut kitab kaum Yahudi dan Nasrani. Nabi
Muhammad juga telah disebut dalam kitab agama Persia dan Hindu. 

Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1"
oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad SAW kepada
umat manusia telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal
demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang
berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil."

Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam bahasa


Belanda disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat oleh kaum
Yahudi dan Nasrani.

Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab disebut  al-‘Ahdu al-Jadid dan dalam
bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan itulah yang dianggap kitab Injil oleh kaum
[Date]

Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan kitab suci dari nabi-nabi sebelum Nabi Isa
AS, dan Perjanjian Baru adalah yang berisi himpunan kitab suci yang dibawa Nabi Isa
AS. 

16
Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama terdahulu, yang
menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku tersebut mengutip
bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari Bibel yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Nederlandsch Bibel
Genootschap di Amsterdam pada 1916.

Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang
Nabi dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."

Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi Muhammad
SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama Tuhan dan
bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh orang.
Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru terjadi
pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa hidupnya.

"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tak
jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu
berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia." (Ulangan, 18:22).

Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah pada akan
kedatangan Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi, "Tetapi
penghibur, yaitu Ruhul Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku, yaitu akan
mengajarkan segala perkara itu kepadamu dan mengingatkan kamu segala perkara yang
telah kukatakan kepadamu itu." "Maka sekarang sudah kukatakan kepadamu sebelum
jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu percaya" (Yahya, 14:29).

Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan diperintah oleh
Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal demikian juga telah
dinyatakan dalam Alquran.

Kemudian dalam ayat lainnya di Kitab Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan
[Date]

sebagai penghibur (Rahul Kudus) dan yang akan memuliakan Nabi Isa karena ia akan

17
mengambil beberapa keterangan dari apa yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada
kaumnya.

Di dalam Kitab Injil Barnabas, kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas
dinyatakan. Barnabas sendiri adalah nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa.
Karenanya, Injil Barnabas ditulisnya sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi Isa
AS. Di dalam kitab itu memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan pula
tentang peristiwa disalibnya Nabi Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan
Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno, yang tertulis pada abad pertama
Masehi.  

Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa AS
memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan alam.
Saat itu, Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab, Isa
bukanlah yang menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara
mereka.

"Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan
bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini."
(Barnabas, 72:10).

[Date]

18
“Nabi Muhammad dalam Kitab Suci Terdahulu
(Bagian II-Habis)”
Oleh: A Muchlishon Rochmat
===

“Di banyak bagian dari kitab-kitab penganut ajaran Brahmaisme, Majusi, di samping
Yahudi dan Nasrani, terdapat teks-teks yang menunjukkan bahwa nama Muhammad
telah diperkenalkan di sana,” kata Abbas al-Aqqad dalam bukunya Mathla’ an-Nur.

Menariknya, pemberitaan tentang nama dan kedatangan Rasulullah tidak hanya terdapat
di kitab suci ‘agama samawi’. Informasi tentang nama Nabi Muhammad saw. juga ada
dalam kitab-kitab penganut ajaran Majusi, Budha, dan Hindu, dan Brahma.  Dalam
kitab suci umat Hindu, Adharwhidma, misalnya. Nama Muhammad sudah
diperkenalkan. Dalam salah satu ayatnya disebutkan, “Wahai manusia, dengarlah dan
sadarlah, Muhammad akan diutus diantara manusia, keagungannya dipuji sampai di
surga dan dia menjadikan surga itu tunduk kepadanya, dan dia adalah Muhamid. Begitu
pun dalam Bhawisyapurana, kitab Hindu lainnya. Dalam salah satu ayatnya disebutkan
tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.:

“Pada saat itu, diutus lah seorang asing bersama para sahabatnya dengan nama
Muhamid yang diberi gelar ‘tuan dunia’ dan raja, ia membersihkan dunia dengan lima
pembersih. “

Muhamid dalam kitab umat Hindu tersebut diyakini sebagai Nabi Muhammad saw.
Sedangkan yang dimaksud ‘lima pembersih dunia’ dalam ayat tersebut di atas adalah
shalat lima waktu. Teks tersebut juga menyebutkan sahabat Nabi Muhammad saw.
Mereka digambarkan sebagai orang yang berkhitan, tidak memotong rambut sebelah,
memakan hewan kecuali babi, tidak menggunakan tumbuhan darba untuk
membersihkan dosa, dan mereka dinamakan musalli (muslimin).  Sosok Nabi
Muhammad saw. juga terdapat dalam kitab suci Weda dan sejumlah kitab suci umat
[Date]

Hindu yang berbeda-beda lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan sekelompok
peneliti India, terdapat pribadi ‘Narasyans’ dalam kitab-kitab Hindu tersebut. Narasyans

19
sendiri berasal dari kata nar (manusia) dan asyans (dipuji). Dengan demikian, Narasyans
merupakan orang yang dipuji atau orang yang terpuji, sepadan dengan kata
Muhammad.    

Begitu pun mantra-mantra dalam kitab dalam kitab Weda dan kitab suci umat Hindu
lainnya. Diantara bunyi mantranya:

“Dengarlah manusia dengan penuh hormat, sesungguhnya Narasyans dipuji dan


disanjung, sedangkan kita menjaga orang yang berhijrah –orang yang membawa
bendera keamanan itu- antara enam puluh ribu sembilan puluh musuh.”

Raghib as-Sirjani dalam bukunya Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (2011)
mengemukakan bahwa mantra dalam kitab suci umat Hindu itu menunjuk kepada Nabi
Muhammad saw. Teks itu menyebut tentang Narasyans yang dipuji dan disanjung.
Menurut Raghib, tidak ada manusia di dunia yang dipuji dan disanjung sebanyak Nabi
Muhammad saw.  Teks mantra itu juga menyebut tentang orang yang behijrah. Dan
Nabi Muhammad saw. juga adalah orang yang berhijrah, dari Makkah ke Madinah.
Bahkan, hijrah Nabi Muhammad saw. menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam.
Terakhir, teks itu juga menyebutkan tentang jumlah musuh, yaitu enam puluh ribu
sembilan puluh. Jumlah ini diyakini mendekati dengan jumlah musuh Rasulullah selama
hidupnya. Mantra lainnya berbunyi:

“Kendaraannya adalah unta, istri-istrinya adalah 12 orang. Ia mendapatkan kedudukan


yang tinggi dan dengan kecepatan kendaraannya ia dapat menyentuh langit lalu turun.”

Teks mantra ini membuat informasi tentang Nabi Muhammad saw. menjadi detil.
Disebutkan juga tentang jenis kendaraannya, jumlah istrinya, dan kemuliannya. Bahkan,
di dalam teks itu juga secara tersirat menginformasikan tentang perjalanan Isra’ Mi’raj
Nabi Muhammad saw. dari Makkah hingga ke Sidratil Muntaha.  Bukan kah di dalam
Al-Qur’an Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa Dia telah mengutus seorang
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan bagi setiap umat. Sebagaimana dalam
QS Fathir ayat 24:
[Date]

20
”Sesungguhnya kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tiada suatu umatpun melainkan
telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (A Muchlishon Rochmat)

[Date]

21
4. NAHI MUNKAR (DALIL, KUTAMAANNNYA, CONTOH KASUSNYA)

“Amar Ma’ruf Nahi Munkar”


Oleh: Agung Danarta

Terjemah: Nabi saw. bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,


hendaknya kalian benar-benar mengajak kepada yang ma’ruf dan benar-benar
mencegah dari yang munkar atau jika tidak, niscaya Allah akan mengirimkan
hukuman/siksa kepada kalian sebab keengganan kalian tersebut, kemudian kalian
berdo’a kepada-Nya namun do’a kalian tidak lagi dikabulkan.”
(HR. Tirmidzi dari Hudzaifah ibn al-Yaman, hadits no.  2095).

Takhrij Hadits:
Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan jalur sanad berturut-turut dari tingkat
sahabat: Hudzaifah ibn al-Yaman, Abdullah al-Anshori, ‘Amr ibn Abi ‘Amr, Abdul
Aziz ibn Muhammad, Qutaibah, Tirmidzi. Hadits ini menurut penilaian Tirmidzi
berkualitas hasan. (lihat Sunan al-Tirmidzi, 8: 75). Muhammad Nashiruddin Albani juga
menilai hadits ini berkualitas hasan (Shahih wa Dha’if Sunan al-Tirmidzi, 5: 169).
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 47: 281, hadis
no. 22212, dan 47:307, hadits no. 22238) dan Baihaqi (al-Sunan al-Kubra, 10: 302).

Mufradat:
Ma’ruf: Semua jenis perbuatan yang diketahui oleh akal atau oleh syariat akan
kebaikannya; perbuatan baik.
Munkar: Semua jenis perbuatan yang tidak diketahui atau diingkari oleh akal atau oleh
syariat akan kebaikannya; perbuatan buruk.

Syarah Hadits:
1. Beramar ma’ruf nahi munkar atau akan disiksa dan doanya tidak dikabulkan
Hadis Nabi saw ini kembali menegaskan akan kewajiban setiap muslim untuk mengajak
[Date]

orang lain, dirinya sendiri serta keluarganya kepada kebaikan dan mencegah perbuatan
yang buruk. Hukum wajib tersebut tercermin pada ancaman yang dikemukakan oleh

22
Nabi Muhammad SAW. bagi orang-orang yang tidak melakukan amar ma’ruf nahi
munkar tersebut, yaitu akan diberi hukuman/siksa atas keengganannya tersebut, dan
juga pada saat itu do’a yang ia panjatkan tidak akan dikabulkan lagi oleh Allah.

Hadits ini seiring dengan firman Allah dalam Qs. Ali Imran/3 ayat 110, terjemah: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung.

Ayat ini memerintahkan agar ada sebagian dari golongan kaum muslimin untuk
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar. Dengan hadits riwayat Hudzaifah tersebut, kata waltakun minkum yang artinya,
“hendaknya sebagian dari kamu sekalian menjadi” dipahami dengan waltakun kullun
minkum yang artinya “hendaknya setiap kamu sekalian menjadi” (lihat Tafsir ibn Katsir,
2: 91).

Terjemah Qs. Ali Imran/3 ayat 110:  Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik. Menurut ayat ini, sifat umat terbaik, salah satunya adalah menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Terjemah Qs. at-Taubah/9 ayat 71: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.
[Date]

Ayat ini menegaskan bahwa salah satu ciri orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan adalah menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar.

23
Perbuatan ma’ruf adalah perbuatan baik yang kebaikannya diketahui dengan salah satu
dari dua jalan. Pertama, diketahui oleh akal pikiran yang sehat. Kedua, diketahui
melalui dalil-dalil syar’i yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad
saw. Oleh karenanya, ma’ruf meliputi semua jenis kebaikan yang ada, baik ada dalilnya
dari al-Qur’an dan al-hadits, atau hanya berdasar pikiran manusia semata.

Hadits Nabi riwayat Hudzaifah tersebut memberi ancaman bagi orang mukmin yang
enggan melakukan amar ma’ruf nahi munkar akan mendapatkan hukuman dari Allah.
Ketika ia sedang dihukum, maka doa yang ia panjatkan tidak akan dijawab dan tidak
dikabulkan.

2. Mampu mengubah kemunkaran, tapi tidak mengubahnya, akan disiksa sebelum


meninggal.

‫قوم يعم ُل فيهم بالمعاصي يق ِدرون على أن يُغيِّروا عليه فال‬ ُ


ٍ ‫يكون في‬ ‫رجل‬
ٍ ‫ما من‬
ٍ ‫يُغيِّروا إاَّل أصابهم هللاُ بعذا‬
‫ب من قب ِل أن يموتوا‬

Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki berada pada sebuah kaum yang
di dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan, mereka mampu mengubah kemaksiatan
tersebut lalu tidak melakukannya, maka Allah akan menimpakan siksa kepada mereka
sebelum mereka meninggal.” (HR. Abu Dawud dari Jarir, hadits no. 3776).
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan jalur periwayatan berturut-turut, dari
sahabat Jarir, Ubaidillah Ibn Jarir, Abu Ishaq, Abu al-Ahwash, Musaddad dan Abu
Dawud.(Sunan Abi Da-wud, 11: 414).  Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Hibban
(Shahih ibn Hibban, 2:93). Menurut Nashiruddin Albani hadits ini berkualitas hasan
(Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawud, 9: 337). Sedangkan menurut Ibn Hibban, hadits
ini berkualitas shahih.

Mufradat:
Al-Ma’ashi  jamak dari al-Ma’shiyat: durhaka; lawan katanya: taat.
[Date]

24
Syarah:
Ma’shiyat adalah perkataan, perbuatan dan perilaku durhaka yang mencerminkan
ketidaktaatan hamba kepada Tuhannya. Termasuk dalam ma’shiyat adalah perilaku
kekafiran, kemusyrikan, keengganan melakukan perintah-Nya, dan perbuatan yang
melanggar larangan-Nya.
Bila dalam suatu masyarakat ada perilaku ke-ma’shiyat-an tersebut, padahal ada orang
yang sanggup dan mampu mengubahnya, tetapi ia tidak melakukannya, maka Allah
akan menimpakan siksa kepada orang tersebut sebelum ia meninggal dunia.

3. Bila tidak ada yang berusaha mengubah kemunkaran, Allah akan meratakan
adzab-Nya kepada yang melakukan kemunkaran dan yang tidak melakukannya.

‫اس إِ َذا َرأَوْ ا ْال ُم ْن َك َر اَل يُ َغيِّرُونَهُ أَوْ َشكَ أَ ْن يَ ُع َّمهُ ْم هَّللا ُ بِ ِعقَابِ ِه‬
َ َّ‫إِ َّن الن‬

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya manusia apabila melihat kemunkaran,


kemudian mereka tidak merubahnya di khawatirkan Allah akan meratakan adzab-Nya
kepada mereka.”  (HR. Ibn Majah dari Abu Bakar, hadits no. 3995).

Takhrij hadits:
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah dengan jalur sanad melalui: Abu Bakar, Qais
ibn Abu Hazim, Ismail ibn Abi Khalid, Abdullah ibn Numair dan Abu Usamah, Abu
Bakar ibn Abi Syaibah, Ibn Majah. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal
(Musnad Ahmad, 1:4, 33, 53), Thabrani (al-Mu’jam al-Ausath, 6:67) dan Abu Ya’la
(Musnad Abu Ya’la, 1: 124).
Hadis ini berkualitas hasan shahih menurut al-Baghawi (Syarh al-Sunnah, 1:991), dan
berkualitas shahih menurut penilaian al-Tibrizi (Misykat al-Ma-shabih, 3: 115) dan
menurut penilaian Nashiruddin Albani (Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah, 9:5).

Syarah:
[Date]

Suatu kemunkaran yang terjadi di muka bumi, apabila tidak ada yang merubahnya,
maka kemunkaran tersebut akan meluas dan mempengaruhi semua elemen masyarakat.

25
Dan efek merusak yang ditimbulkan akibat adanya kemungkaran itu tidak hanya
dirasakan oleh pelaku kemunkaran itu saja, tetapi juga dirasakan oleh orang lain yang
tidak melakukannya tetapi membiarkan kemungkaran tersebut tetap berlangsung. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. al-Anfal/8 ayat 25, terjemah: Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di
antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

4.Perumpamaan orang yang melanggar hukum seperti orang yang ada di kapal

‫ث َح َّدثَنَا أَبِي َح َّدثَنَا اأْل َ ْع َمشُ قَا َل َح َّدثَنِي ال َّش ْعبِ ُّي أَنَّهُ َس ِم َع‬ٍ ‫ص ب ِْن ِغيَا‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُع َم ُر ب ُْن َح ْف‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َمثَ ُل ْال ُم ْد ِه ِن فِي‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما يَقُو ُل ق‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ ِ ‫ير َر‬ٍ ‫النُّ ْع َمانَ ْبنَ بَ ِش‬
‫ضهُ ْم‬ َ ‫ضهُ ْم فِي أَ ْسفَلِهَا َو‬
ُ ‫صا َر بَ ْع‬ ُ ‫ار بَ ْع‬
َ ‫ص‬َ َ‫ُح ُدو ِد هَّللا ِ َو ْال َواقِ ِع فِيهَا َمثَ ُل قَوْ ٍم ا ْستَهَ ُموا َسفِينَةً ف‬
‫فِي أَعْاَل هَا فَ َكانَ الَّ ِذي فِي أَ ْسفَلِهَا يَ ُمرُّ ونَ بِ ْال َما ِء َعلَى الَّ ِذينَ فِي أَعْاَل هَا فَتَأ َ َّذوْ ا بِ ِه فَأ َ َخ َذ‬
‫فَأْسًا فَ َج َع َل يَ ْنقُ ُر أَ ْسفَ َل ال َّسفِينَ ِة فَأَتَوْ هُ فَقَالُوا َما لَكَ قَا َل تَأ َ َّذ ْيتُ ْم بِي َواَل بُ َّد لِي ِم ْن ْال َما ِء فَإ ِ ْن‬
‫أَخَ ُذوا َعلَى يَ َد ْي ِه أَ ْن َجوْ هُ َونَ َّجوْ ا أَ ْنفُ َسهُ ْم َوإِ ْن ت ََر ُكوهُ أَ ْهلَ ُكوهُ َوأَ ْهلَ ُكوا أَ ْنفُ َسهُ ْم‬

(BUKHARI – 2489) : Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:


“Perumpamaan orang yang bertahan pada batas-batas hukum Allah dan orang yang
jatuh di dalamnya (melanggar) adalah seperti sekelompok orang yang berlayar dengan
sebuah kapal. Sebagian dari mereka mendapat tempat di bagian bawah dan sebagian
lagi di bagian atas perahu. Orang yang berada di bawah perahu bila mencari air untuk
minum, mereka harus melewati orang-orang yang berada di atas sehingga
mengganggu orang yang berada di atas. Lalu salah seorang yang berada di bawah
mengambil kapak untuk membuat lubang di bawah kapal. Orang-orang yang berada di
atas mendatanginya dan berkata: “Apa yang kamu lakukan?” Orang yang di bawah itu
berkata: “Kalian telah terganggu olehku sedangkan aku sangat memerlukan air”. Bila
orang yang berada di atas itu mencegahnya dengan tangan mereka , maka mereka
telah menyelamatkan orang tadi dan menyelamatkan diri mereka sendiri, namun
[Date]

apabila mereka membiarkan saja berarti dia telah membinasakan orang itu dan diri
mereka sendiri”.

26
Takhrij Hadis
Hadis ini secara lafdziyah diriwayatkan oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari,
3:237) dengan mata rantai sanad: ‘Umar ibn Hafs ibn Ghayyats dari ayahnya (Hafs ibn
Ghayyats) dari A’masy dari Sya’bi dari Nu’man ibn Basyir. Hadis semakna dengan
lafal sedikit berbeda diriwayatkan juga oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3:
182) dengan mata rantai sanad: Abu Nu’aim – Zakaria – A’masy – Sya’bi – Nu’man
ibn Basyir. Juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan mata rantai sanad: Ahmad ibn
Muni’ – Abu Mu’awiyah – A’masy – Sya’bi – Nukman ibn Basyir. Selain itu hadis ini
juga diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 4: 268, 269), dan oleh al-
Humaidi (Musnad al-Humaidi, 3:919).
Hadis ini berkualitas shahih sebagaimana yang dikemukakan oleh imam Bukhari.

Syarah
Rasulullah saw telah membuat suatu perumpamaan yang sangat baik. Masyarakat beliau
umpamakan seperti sebuah kapal besar yang menyeberangi samudra.Gelombang besar
maupun kecil datang silih berganti menyebabkan kapal bergoyang. Kemahiran nakoda
sangat diperlkan untuk menjaga kestabilan kapal agar selamat dan tidak tenggelam,
begitu juga bantuan semua penumpang. Setiap orang yang ada di atas kapal harus
merasa bertanggung jawab atas keselamatan kapal.

Ustadz Ahmad Azhar Basyir ketika menjelaskan hadis ini mengatakan, “Banyak orang
lupa bahwa kehidupan bermasyarakat kita itu benar-benar ibarat kapal besar yang
mengarungi samudera luas. Dikira bahwa mereka yang hidup di darat, tenang tidak
pernah oleng dan kadang-kadang goncang. Sebab itu, banyak di antara mereka yang
tidak merasa berat untuk hidup menyeleweng, hidup semau gue, dengan alasan asal
tidak mengganggu orang lain. Mereka lupa bahwa apa yang mereka lakukan itu
berpengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat”.

Atas adanya kenyataan bahwa banyak orang yang tidak menyadari kedudukannya dalam
hidup inilah Nabi memperingatkan agar orang jangan berdiam diri dan acuh tak acuh
[Date]

terhadap tindakan-tindakan yang akan membahayakan diri, orang lain dan hidup
bermasyarakat itu. Kalau kita berdiam diri terhadap hal hal yang membahayakan

27
tersebut, bukan saja yang berbuat yang akan mengalami kerugian tetapi masyarakat
seluruhnya, termasuk kita.

5.Barang siapa melihat kemunkaran hendaknya mengubah dengan tangannya

َ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذلِك‬
‫ان‬
ِ ‫اإلي َم‬ ِ ‫ف‬ ُ ‫أَضْ َع‬

(MUSLIM – 70) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Barangsiapa di


antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan
tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu
juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.”

Takhrij al-Hadits:
Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya (1: 167) dengan mata
rantai sanadnya dari:
1. Muslim – Abu Bakar ibn Abi Syaibah – Waki’ – Sufyan – Qays ibn Muslim –
Thariq ibn Syihab – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah;

2. Muslim – Muhammad ibn Mutsanna – Muhammad ibn Ja’far – Syu’bah – Qays


ibn Muslim – Thariq ibn Syihab – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah.

3. Muslim- Abu Kuraib Muhammad ibn ‘Allai – Abu Mu’awiyah – A’masy –


Ismail ibn Roja’ – Ayahnya (Roja’) – Abu Sa’id al-Khudriy – Rasulullah.

Selain Muslim, periwayat hadis ini adalah Ibn Majah (Sunan ibn Majah, 12:
17), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 22: 96, 23:79), Baihaqi Ial-Sunan al-Kubra,
5: 1366) dan Ibn Hibban (Shahih ibn Hibban, 2: 103).
Hadis ini berkualitas shahih.

Syarah
Amar ma’ruf nahi munkar hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya bila sudah ada
[Date]

sebagian orang yang melaksanakan maka gugurlah kewajiban tersebut atas orang
lainnya, tetapi bila tidak ada yang mengerjakan dan semua orang meninggalkan, maka
dosalah semua orang yang tidak udzur. Amar ma’ruf terkadang menjadi fardhu ‘ain,

28
misalnya ketika ia melihat kemunkaran sedangkan tidak ada yang melihatnya kecuali
dia, atau tidak mungkin hilang kecuali dia yang mencegahnya, atau tatkala melihat
istrinya atau anaknya berada dalam kemunkaran.

Menurut para ulama, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tidaklah gugur dengan
persangkaan tidak adanya perubahan. Sebab yang wajib baginya adalah amar ma’ruf
nahi munkar, bukan hilangnya kemunkaran. Allah swt berfirman:

‫سو َۖ‌ل فَإِن تَ َولَّ ۡو ْا فَإِنَّ َما َعلَ ۡي ِه َما ُح ِّم َل َو َعلَ ۡيڪُم َّما ُح ِّم ۡلت ُۖمۡ‌ َوإِن تُ ِطي ُعوهُ ت َۡهتَدُو ْۚ‌ا َو َما َعلَى‬
ُ ‫قُلۡ أَ ِطي ُعو ْا ٱهَّلل َ َوأَ ِطي ُعو ْا ٱل َّر‬
٥٤( ُ‫سو ِل إِاَّل ۡٱلبَلَ ٰـ ُغ ۡٱل ُمبِين‬ ُ ‫ٱل َّر‬

Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang. (Qs. an-Nur/24: 54)
Bukan merupakan persyaratan bahwa pelaku amar ma’ruf nahi munkar adalah
seseorang yang telah sempurna keadaannya dalam melaksanakan apa yang dia serukan
atau menjauhi apa yang dia larang. Bahkan, hendaknya ia beramar ma’ruf sekalipun ia
masih bertentangan dengan apa yang ia serukan, karena ada dua kewajiban
atasnya, pertama memerintahkan dirinya sendiri, kedua menyuruh orang lain. Barang
siapa mengerjakan salah satu dari keduanya tidaklah menggugurkan yang lain.
Keadaan belum sempurnanya orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidaklah
bertentangan dengan al-Qur’an surat ash-Shaff ayat 2-3:

٣( َ‫ڪبُ َر َم ۡقتًا ِعن َد ٱهَّلل ِ أَن تَقُولُو ْا َما اَل ت َۡف َعلُون‬
َ ٢( َ‫يَ ٰـٓأ َ ُّيہَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُو ْا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل ت َۡف َعلُون‬

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? (2)  Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan (3). [Qs. ash-Shaf/61: 2-3]
Ash-Shaff ayat 2-3 ini melaknat orang beriman yang mengatakan sesuatu yang dia
sendiri tidak melakukan padahal ia mampu. Tidaklah termasuk dalam ancaman Allah
orang yang mengajak orang lain agar bersama-sama dengan dirinya bisa melakukan
suatu kebaikan atau menghindarkan diri dari keburukan, sebagai suatu ikhtiar bersama
dalam melaksanakan ajaran Allah.
[Date]

Kewajiban amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya dikhususkan bagi pemerintah saja,
melainkan juga merupakan kewajiban bagi masing-masing pribadi kaum muslimin.

29
Orang yang diperintahkan melakukannya adalah orang yang mengetahui apa yang ia
serukan dan apa yang ia larang. Jika berkaitan dengan hal-hal yang sudah jelas dan
tegas, seperti shalat, puasa larangan zina, larangan minum khamr, tentulah semua kaum
muslimin telah mengetahuinya, sehingga kewajibannya berlaku untuk seluruh kaum
muslimin. Akan tetapi jika persoalannya adalah berkaitan dengan perkara yang detil dan
rumit, maka bukanlah kewenangan orang awam. Untuk perkara terakhir ini, amar
ma’ruf dan nahi munkar adalah tugas para ulama.

6. Orang yang mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran, tapi dia sendiri
tidak melakukannya, di neraka perutnya terburai

‫ار فَيَ ُدو ُر َك َما يَ ُدو ُر ْال ِح َما ُر‬ ِ َّ‫ق أَ ْقتَابُهُ فِي الن‬ ِ َّ‫يُ َجا ُء بِال َّرج ُِل يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَي ُْلقَى فِي الن‬
ُ ِ‫ار فَتَ ْن َدل‬
ِ ‫ْس ُك ْنتَ تَأْ ُم ُرنَا بِ ْال َم ْعر‬
‫ُوف‬ َ ‫ك أَلَي‬ َ ُ‫ار َعلَ ْي ِه فَيَقُولُونَ أَيْ فُاَل ُن َما َشأْن‬ ِ َّ‫بِ َر َحاهُ فَيَجْ تَ ِم ُع أَ ْه ُل الن‬
‫ُوف َواَل آتِي ِه َوأَ ْنهَا ُك ْم ع َْن ْال ُم ْن َك ِر َوآتِي ِه‬
ِ ‫ت آ ُم ُر ُك ْم بِ ْال َم ْعر‬
ُ ‫َوتَ ْنهَانَا ع َْن ْال ُم ْن َك ِر قَا َل ُك ْن‬

BUKHARI – 3027) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pada hari


qiyamat akan dihadirkan seseorang yang kemudian dia dilempar ke dalam neraka, isi
perutnya keluar dan terburai hingga dia berputar-putar bagaikan seekor keledai yang
berputar-putar menarik mesin gilingnya. Maka penduduk neraka berkumpul
mengelilinginya seraya berkata; “Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu?. Bukankah
kamu dahulu orang yang memerintahkan kami berbuat ma’ruf dan melarang kami
berbuat munkar?”. Orang itu berkata; “Aku memang memerintahkan kalian agar
berbuat ma’ruf tapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan melarang kalian berbuat
munkar, namun malah aku mengerjakannya”.
Takhrij al-Hadits:

Hadis ini diriwayatkan oleh imam Bukhari (Shahih al-Bukhari, 11: 46) dengan mata
rantai sanad: Bukhari – ‘Ali – Sufyan – A’masy – Abu Wail – Rasulullah. Mereka
[Date]

adalah para periwayat yang siqqah sehingga karenanya al-Bukhari menilai hadis ini
shahih.

30
“Rahasia Di Balik Amar Ma’ruf Dan
Nahi Munkar”
Oleh: : A m i r H a m z a h

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…..”(QS.
Ali’Imran [03]: 110 )

Muhammad Abdul Qadir dalam bukunya Amar Ma’ruf Nahi Munkar mengatakan
bahwa makna ma’ruf menurut timbangan syari’at Islam adalah setiap i’tikad
(keyakinan), perbuatan (‘amal), perkataan (qawl), atau isyarat yang telah diakui oleh al-
Syâri’ Yang Maha Bijaksana dan diperintahkan sebagai bentuk kewajiban (wujȗb)
maupun dorongan (nadb). Jadi, ma’ruf disini berarti al-khayr (kebaikan). Oleh karena
itu, amar ma’ruf berarti perintah atau dorongan untuk menjalankan perkara-perkara
yangma’rȗf (kebaikan), yang dituntut atau didorong oleh aqidah dan syariat Islam.
Sebaliknya, yang dinamakan dengan munkar menurut timbangan syariat Islam adalah
setiap i’tikad (keyakinan/keimanan), perbuatan (‘amal), ucapan (qawl) yang diingkari
oleh al-Syâri’ Yang Mahabijaksana dan harus dijauhi.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia,” Al-Kalabi telah
mengatakan bahwa makna ayat ini mengandung keterangan yang menyebutkan tentang
keadaan umat dalam hal keutamaannya, diatas umat-umat yang lain. Di dalamnya
terkandung dalil yang menunjukan bahwa Islam secara mutlak adalah umat yang paling
baik. Kebaikan ini dimiliki secara merata diantara generasi pertama dari umat ini hingga
generasi terakhirnya, bila dibandingkan dengan umat-umat yang lain, meskipun diantara
sesamanya terdapat perbedaan, dalam hal keutamaan, sebagaimana dalam dalil yang
menunjukan keutamaan para sahabat di atas golongan yang lain. Pengertianukhrijat
yang berarti dilahirkan untuk manusia guna memberi manfaat dan maslahat kepada
mereka dan semua generasinya, sehingga umat ini berbeda dan dikenal oleh umat
[Date]

lainnya.

31
Firman Allah SWT yang selanjutnya yang menyebutkan “Menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Merupakan
kalimat baru yang mengandung penjelasan tentang ciri khas yang membuat mereka
menjadi umat yang terbaik, selama mereka berpegang teguh dan memelihara ciri
khasnya tersebut. Namun, apabila mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar-
nya, maka akan lenyaplah predikat itu dari mereka. Dan Allah menjadikan mereka
sebaik-baik umat bagi manusia karena mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan
dan mencegah kemunkaran, dan mereka memerangi orang-orang kafir agar masuk
Islam, sehingga keberadaan mereka dirasakan manfaatnya oleh selain
mereka. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw: “ Sebaik-baiknya manusia adalah
yang bermanfaat bagi orang lain.”Adapun menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. dan
sejumlah Tabi’in adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya.
Oleh karena itu, Allah berfirman “ kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar dan beriman kepada Allah.”

Sedangkan Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah binti Abu Lahab, Dia berkata
“seseorang bangkit dan menuju Nabi ketika di mimbar, lalu bertanya ‘ ya Rasulullah
siapakah manusia yang paling baik? beliau bersabda: ‘manusia yang paling baik adalah
yang paling tenang, paling bertaqwa, paling giat menyuruh kepada yang ma’ruf, paling
gencar melarang kemunkaran dan paling rajin bersilaturahmi. Taghyîr al-munkar
(mengubah kemungkaran) adalah kewajiban atas setiap Muslim. Hanya saja, caranya
telah ditentukan oleh Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Siapa saja di antara kalian yang
melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya: jika tidak mampu,
hendaklah dengan lisannya; jika tidak mampu, hendaklah dengan hatinya. Akan tetapi,
yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” [HR. Muslim].

Hadis itu terkait dengan sifat-sifat seseorang tatkala mengubah kemungkaran. Orang
yang hendak mengubah kemungkaran berhak mengubahnya dengan berbagai cara yang
dapat melenyapkan kemungkaran tersebut, baik melalui perkataan maupun perbuatan
(tangan). Jika seseorang memiliki dugaan kuat (yakni jika diubah dengan tangan akan
muncul kemungkaran yang lebih besar lagi, seperti menyebabkan resiko akan dibunuh
[Date]

atau orang lain bakal terbunuh karena perbuatannya), cukuplah mengubah kemungkaran
itu dilakukan dengan lisan, diberi nasihat dan peringatan. Jika ia merasa khawatir bahwa

32
ucapannya itu bisa berakibat pada resiko yang sama. Cukuplah diingkari dengan hati.
Itulah yang dimaksud hadits tersebut (Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim).

Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa mengubah kemungkaran dengan tangan
atau kekuatan adalah tugas mereka yang memiliki kekuasaan, Sedangkan mengubah
kemunkaran dengan lisan adalah tugasnya para ulama, adapun dengan hati adalah reaksi
dari kalangan awam atau orang yang hanya bisa mendoakan agar kemunkaran itu enyah
dari hadapannya. Ulama yang lain ada yang mengatakan setiap yang mampu
melakukannya atau memiliki kekuasaan untuk mencegahnya maka sudah menjadi
keharusan baginya untuk mengubah kemunkaran itu sesuai dengan kemampuan dirinya.

Hudzaifah r.a. telah mengatakan bahwa kelak di akhir zaman akan datang kepada
manusia suatu zaman yang di dalamnya mereka lebih suka bila bersama dengan bangkai
keledai daripada seorang mukmin yang memerintahkan kepada kebajikan dan mencegah
kemunkaran. Musa a.s. berkata “Wahai Rabbku, apakah balasan yang mengajak
saudaranya untuk mengerjakan kebajikan dan mencegahnya melakukan kemunkaran?”
Allah berfirman, “Aku akan mencatatkan baginya untuk setiap kalimat yang
diucapkannya sama dengan pahala ibadah satu tahun dan aku malu bila mengazabnya
dengan neraka-Ku.”

Dalam sebuah hadits Qudsi di sebutkan bahwa Allah SWT telah berfirman “Hai anak
Adam, janganlah kamu termasuk orang yang menangguh-nangguhkan taubatnya dan
berangan-angan panjang, sehingga pulang ke akhirat tanpa membawa suatu amal
apapun.” Ucapan yang dikeluarkannya bagaikan ahli ibadah namun sepakterjangnya
sama dengan orang munafik, jika diberi merasa kurang puas, jika tidak diberi tidak
sabar untuk segera menerima. Berpura-pura menyukai orang-orang saleh, padahal ia
bukan termasuk golongan mereka dan berpura-pura membenci orang-orang munafik,
padahal ia termasuk salah seorang dari mereka. Suka memerintahkan kepada kebaikan
namun ia sendiri tidak pernah melakukannya, dan melarang perbuatan yang buruk
padahal ia sendiri tidak pernah berhenti melakukannya. Naudzubillahi min dzalik!

Diriwayatkan melalui sahabat Rasul ‘Ali karramallahu wajhah yang menceritakan


[Date]

bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, “ kelak di akhir zaman akan datang
suatu kaum yang usia mereka masih muda-muda, wawasan pengetahuan mereka tentang

33
agama dangkal, mereka suka mengeluarkan kalam sebaik-baik makhluk, namun hanya
di mulut saja tidak sampai masuk kedalam hatinya, mereka keluar dari agama secepat
anak panah menembus sasarannya. Rasulullah sewaktu di isra’kan oleh Allah SWT ke
langit, beliau melihat sejumlah kaum laki-laki yang lidah mereka dipotong dengan
gunting api, lalu beliau bertanya kepada Jibril. “Hai Jibril, siapakah mereka?” ‘Jibril
menjawab, “Mereka adalah tukang ceramah dari kaummu yang suka memerintahkan
kebaikan kepada orang lain, sedangkan mereka sendiri melalaikannya.”

Allah menegur keras sikap mereka yang demikian itu, sebagaimana firmannya:Mengapa
kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan
(kewajiban) dirimu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat) maka tidakkah
kamu berpikir? (QS. al-Baqarah [2]: 44), di ayat yang lain Allah juga telah menegaskan
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan.” (QS al- Shaff [61]: 2-4). Ayat ini menjukkan konsistensi
antara ucapan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang paham
tentang agama tapi sifat dan tingkah lakunya tidak berbeda jauh dengan binatang,
tidakkah kita berpikir?

Sahabat Rasulullah yang bernama Anas r.a. telah bertanya kepada Rasul, “Wahai
Rasulullah, bolehkah kami memerintahkan kepada kebaikan agar kami dapat
mengerjakan semuanya, dan bolehkah kami mencegah kemungkaran agar kami agar
menghindari semuanya?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan perintahkanlah kepada
kebaikan, meskipun kamu masih belum mengamalkan keseluruhannya dan cegahlah
kemungkaran meskipun kamu masih belum dapat menghindari seluruhnya.” Hal ini lain
halnya dengan para penceramah yang memotong lidah mereka sendiri lantaran mereka
menyuruh tapi mereka sendiri tidak pernah mengerjakannya (ta’mur wala ta’mal).

Jadi, sudah seharusnya tugas amar ma’ruf nahi mungkar ini adalah tugas bagi kita
semua selaku muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, Rasulullah saw telah
bersabda: “Tidaklah suatu kaum itu melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan di
[Date]

kalangan mereka terdapat orang yang mampu mencegahnya dari mereka namun ia tidak
melaksanakannya, melainkan Allah meratakan siksa dari-Nya kepada mereka. (HR.
Tirmidzi)

34
Oleh karena itu pantaslah bila kita sering mendapatkan teguran-teguran dari Allah,
mulai dari tsunami, lumpur Lapindo, gunung meletus dan sebagainya, mungkin entah
musibah apalagi yang akan menimpa negeri kita. Ini tak lain adalah sebuah peringatan
bahwa sesungguhnya kemunkaran itu telah tejadi di mana-mana, tetapi tak pernah ada
yang menyuruh kepada yang ma’ruf. Allah telah mengingatkan bagi kita melalui
bencana alam oleh karena itu sudah semestinya kit bersama-sama bertafakkur dan
bertaubat atas kelalaian yang pernah kita lakukan agar semua siksa yang Allah ratakan
tidak terjadi lagi. Marilah kita sama-sama kembali ke jalan Allah SWT dengan
mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dengan menanamkan
kesabaran dalam diri serta percaya dengan adanya pahala dari Allah SWT, karena
sesungguhnya barang siapa yang percaya dengan adanya pahala dari Allah niscaya tidak
akan merasakan gangguan menyakitkan yang menimpa diri kita. Semoga kita termasuk
orang-orang yang bertaqwa dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Wallahu’alam bi al-shawwab.

[Date]

35
5. FITNAH AKHIR ZAMAN (DALIL-DALILNYA, PENJELASANNYA,
TANDA-TANDANYA: BAIK YANG SUDAH NAMPAK ATAUPUN
YANG BELUM NAMPAK), KEMUNCULAN DUKHON, DAJJAL, IMAM
MAHDI, NABI ISA A.S, YAKJUJ-MAKJUJ, KIAMAT QUBRO)

“Beragam Fitnah yang Akan Terjadi di


Akhir Zaman”
Oleh: Dian Ayu Anggraini

Beragam fitnah akan terjadi di akhir zaman. Sebagai Muslim yang beriman maka


sepatutnya mempercayai bahwa hari kiamat itu datang suatu saat nanti.
Namun, sebelum hari itu, akan muncul berbagai fitnah yang akan menimpa seluruh
manusia di dunia.

Nabi Muhammad SAW telah menceritakan bahwa sesungguhnya salah satu di antara
tanda-tanda kiamat adalah terjadinya fitnah-fitnah besar yang menyebabkan bercampur
aduknya antara yang hak atau kebenaran dengan yang batil atau kesalahan.

Maka iman menjadi mudah bergoncang. Sehingga seorang yang di waktu pagi beriman,
bisa menjadi kafir di waktu sore hari. Dan yang pada sore harinya beriman, pada pagi
harinya menjadi kafir. Fitnah itu terus-menerus terjadi di tengah-tengah manusia sampai
datangnya hari kiamat.

Ibnu Katsir dalam bukunya "Dahsyatnya Hari Kiamat: Rujukan Lengkap Hari Kiamat
dan Tanda-Tandanya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah" dikutip pada Jumat
(12/2/2021) menjelaskan sebagai berikut bawah ada beberapa fitnah yang akan terjadi di
akhir zaman.

1.Kerusakan Merajalela sehingga Orang Hidup Iri kepada Orang Mati


Al-Bukhari meriwayatkan dari al-A'raj, dari Abu Hurairah bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah bersabda, "'Kiamat tidak akan teriadi sampai seorang lelaki melewati
kuburan seseorang lalu berkata: 'Aduhai, andaikan aku berada di tempatnya. (HR.
[Date]

Bukhari)102

36
2. Kembalinya Paganism (Penyembahan Berhala) kepada Sebagian Kabilah Arab
sebelum Kiamat
Al-Bukhari berkata, "Abu al-Yaman mengabarkan kepada kami, Syu'aib menuturkan
kepada kami dari az-Zuhri, Said bin Musayyab menceritakan kepadaku bahwa Abu
Hurairah berkata: 'Aku pernah mendengar Rasulullah & bersabda: 'Kiamat tidak akan
terjadi sampai pingsul oanita kabilah Daus berlengsak-lengsak di atas Dzi al-Khalashar.
Dzi al-Khalashal adalah thighiyah (berhala) Daus yang mereka sembah pada masa
jahiliyah." (HR. Bukhari).

3. Kekayaan Melimpah yang Memancar dari Tanah Arab Menimbulkan


Perpecahan, Perselisihan, dan Pembunuhan Antarsesama
Muslim meriwayatkan dari hadis Abdullah bin Harits bin Naufal bahwa Ubay bin Ka'ab
berkata, "'Orang-orang senantiasa berselisih dalam mencari harta. Sesungguhnya, aku
pernah mendengar Rasulullah bersabda: ‘Hampir saja Sungai Eufrat memperlihatkan
gunung emas. Ketika manusia mendengarnya, mereka berlarian ke arahnya.’

Lantas seseorang yang berada di sisi beliau berkata: “Andaikan kita membiarkan
manusia mengambilnya, niscaya semuanya akan mengambilnya. Beliau bersabda:
Mereka saling bunuh deni emas itu sehingga setiap seratus orang, terbunuh 99’.” (HR.
Muslim).

4. Munculnya Banyak Pendusta (Dajjal)


Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, "Kiamat tidak
akan terjadi sampai dua kelompok besar manusia saling membunuh dan terjadi
pertempuran besar. Klaim keduanya adalah satu hingga diutus Daijal (para pendusta)
yang mencapai kira-kira tiga puluh. Semuanya mengaku bawhea dirinya utusan Allah
sehingga ilmu dicabut, gempa merebak, waktu saling berdekatan, fithah merajalela,
banyak pembunuhan sampai harta benda melimpah sehingga pemilik harta kebingungan
mencari orang yang berhak menerima sedekah sampai-sampai ia menazar-
narazarkannya.
[Date]

Ternyata orang yang dinazari tidak membutuhkannya hingga orang-orang berlomba-


lomba dalam meninggikan bangunan. Sampai ketika seorang lelaki melewati makam

37
seseorang lalu berkata: 'Aduhai, andaikan aku berada di tempatnya,' hingga matahari
terbit dari barat. Jika matahari sudah terbit dan orang-orang melihatnya, mereka semua
beriman. Hal ini terjadi ketika keimanan seseorang tidak berguna karena tidak beriman
sebelumnya atau tidak mendapatkan keebaikan dari keimanannya.

Kiamat akan terjadi saat dua orang menggelar kedua kainnya, tetapi keduanya tidak
saling jual beli dan tidak menggulungnya. Kiamat akan terjadi ketika orang pergi
membawa susu perahannya, tetapi ia tidak menikmatinya. Kiamat akan teriadi ketika
seseorang menghiasi kolamnya, tetapi ia tidak mengisinya dengan air. Kiamat pasti
akan terjadi ketika seseorang memasukkan makanan ke mulutnya, tetapi ia tidak
memakammya." (HR. Bukhari). 

[Date]

38
“10 Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam
Sesuai Urutan”
Oleh: Puti Yasmin

Dalam Al Quran surat Al A'raf ayat 187, Allah SWT berfirman bahwa kiamat pasti akan
terjadi di muka bumi. Waktu terjadinya pun hanya Allah yang mengetahui.

ِ ۗ ْ‫ت َوااْل َر‬


‫ض اَل‬ ِ ‫ت فِى السَّمٰ ٰو‬ ْ َ‫يَسْٔـََٔ‡لُوْ نَكَ َع ِن السَّا َع ِة اَيَّانَ ُمرْ ٰسىهَ ۗا قُلْ ِانَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد َرب ۚ ِّْي اَل ي َُجلِّ ْيهَا لِ َو ْقتِهَٓا اِاَّل ه ۘ َُو ثَقُل‬
‫هّٰللا‬ ۗ َ َ‫تَأْتِ ْي ُك ْم ِااَّل بَ ْغتَةً ۗيَسْٔـََٔ‡لُوْ ن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ِ َّ‫ك َكاَنَّكَ َحفِ ٌّي َع ْنهَا قُلْ ِانَّ َما ِع ْل ُمهَا ِع ْن َد ِ َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر الن‬

Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, "Kapan


terjadi?" Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada
Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia.
(Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak
akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba." Mereka bertanya kepadamu seakan-
akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya pengetahuan
tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Berikut 10 tanda-tanda kiamat menurut Islam dikutip dari buku 'Tanda-tanda


Kiamat' karya Mahmud Rajab Hamady:
1. Munculnya Imam Mahdi

Kemunculan Imam Mahdi menjadi salah satu tanda datangnya akhir zaman. Hal ini
seusia dengan hadits riwayat Al Hakim, Rasulullah SAW bersabda,
"Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. Allah akan menurunkan hujan, akan
menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak
akan semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup
selama 7 atau 8 tahun."
[Date]

39
2. Dajjal

Selain Imam Mahdi, ada juga kemunculan Dajjal yang diriwayatkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Dajjal diketahui akan menyebarkan fitnah di muka bumi.

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda "Tidak ada satu pun mahluk sejak
Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang fitnahnya lebih besar dari Dajjal."

3. Nabi Isa AS Memimpin Dunia

Dalam Al Quran surat An Nisa ayat 159, Allah SWT berfirman bahwasanya Nabi Isa
akan muncul di dunia dan menjadi saksi bagi atas umat manusia

Arab: ‫ب اِاَّل لَي ُْؤ ِمن ََّن بِ ٖه قَ ْب َل َموْ تِ ٖه ۚ َويَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة يَ ُكوْ نُ َعلَ ْي ِه ْم َش ِه ْيد ًۚا‬
ِ ‫َواِ ْن ِّم ْن اَ ْه ِل ْال ِك ٰت‬

Latin: wa im min ahlil-kitābi illā layu`minanna bihī qabla mautih, wa yaumal-qiyāmati


yakụnu 'alaihim syahīdā

Artinya: Tidak ada seorang pun di antara Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya
(Isa) menjelang kematiannya. Dan pada hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi
mereka.

4. Ya'juj dan Ma'juj

Dalam Quran surat Al Kahfi ayat 94, Allah SWT berfirman mengenai Ya'juj dan Ma'juj,
yakni kaum yang menjadi perusak di bumi.

Arab: ‫ك خَرْ جًا ع َٰلٓى اَ ْن تَجْ َع َل بَ ْينَنَا َوبَ ْينَهُ ْم‬ ْ ْ


ِ ْ‫قَالُوْ ا ٰي َذا ْالقَرْ نَ ْي ِن اِ َّن يَأجُوْ َج َو َمأجُوْ َج ُم ْف ِس ُدوْ نَ فِى ااْل َر‬
َ َ‫ض فَهَلْ نَجْ َع ُل ل‬
‫َس ًّدا‬

Latin: qālụ yā żal-qarnaini inna ya`jụja wa ma`jụja mufsidụna fil-arḍi fa hal naj'alu laka
kharjan 'alā an taj'ala bainanā wa bainahum saddā

Artinya: Mereka berkata, "Wahai Zulkarnain! Sungguh, Ya'juj dan Ma'juj itu (makhluk
yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar
[Date]

engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?"

40
5. Matahari Terbit dari Arah Barat

Matahari terbit dari arah Barat menjadi salah satu tanda-tanda kiamat kubra atau besar.
Dalam hadist Abu Dawud serta Ibnu Majah, dari Abdullah bin Amr, dia berkata, aku
hafal dari Rasulullah sabda beliau,

"Sesungguhnya pertanda yang pertama-tama muncul (menjelang Kiamat) ialah terbitnya


matahari dari Barat dan munculnya binatang melata menemui manusia pada waktu
Dhuha. Mana saja dari keduanya yang lebih dulu terjadi, maka tidak lama sesudah itu
yang lainnya pun segera terjadi."

6. Daabbah (Binatang Melata)

Kemunculan binatang melata disebutkan dalam hadist yang sama dengan terbitnya
matahari dari arah Barat. Namun, tidak diketahui mana yang duluan akan terjadi,
apakah kemunculan binatang melata atau matahari dari Barat.

7. Kabut dan Angin Berhembus

Dalam Quran surat Ad Dukhan, Allah SWT bersabda mengenai kemunculan kabut yang
menjadi peringatan akan datangnya hari kiamat.

Arab: ‫فَارْ تَقِبْ يَوْ َم تَأْتِى ال َّس َم ۤا ُء بِدُخَ ا ٍن ُّمبِي ٍْن‬

Latin: fartaqib yauma ta`tis-samā`u bidukhānim mubīn

Artinya: Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas,

8. Munculnya Api

Berdasarkan hadits riwayat Muslim, kemunculan api menjadi tanda tanda kiamat.
Bahkan, api tersebut membawa manusia menuju tempat berkumpul.

"Dan yang terakhirnya adalah api yang keluar dari Yaman, menggiring manusia ke
tempat mereka berkumpul."
[Date]

41
9. Terjadinya Gempa

Gempa di muka bumi saat hari kiamat dijelaskan dalam Al Quran surat Al Hajj ayat 1
yang berbunyi

ِ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْ ا َربَّ ُك ۚ ْم اِ َّن ز َْلزَ لَةَ السَّا َع ِة َش ْي ٌء ع‬


Arab: ‫َظ ْي ٌم‬

Latin: yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakum, inna zalzalatas-sā'ati syai`un 'aẓīm

Artinya: Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari)


Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.

10. Kehancuran Kakbah

Tanda-tanda kiamat yang terakhir adalah hancurnya Kakbah. Hal itu sesuai dalam hadits
riwayat Hakim dan Abu Ya'la, oleh Abu Sa'id Al Khudri RA,

"Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum Kakbah ini tidak lagi didatangi orang untuk
menunaikan ibadah haji."

Dalam hadits riwayat Muslim dan Bukhari, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW
bersabda, "Kakbah diruntuhkan oleh Dzu Suwaiqatain dari Habasyah."

[Date]

42

Anda mungkin juga menyukai