Anda di halaman 1dari 46

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Abdul Said
NIM :D1A021001
Prodi/Kelas :Ilmu Hukum/A1

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah seantiasa saya panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan artkel ini
guna memenuhi ulangan akhir semester (UAS) umtuk matakuliah PAI dengan
bimbingan dosen pengampu yaitu Dr.Taufik Ramdani,S.Th.I., M.Sos

Saya menyadari bahwa dalam penulisan artikel ini tidak terlepas dari bantuan banyak
ihak yang telah tulus memberikan doa, memberikan saran, dan kritik sehingga artikel ini
dapat terselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa arikel ini masih jauh dari kata sempura dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahua yang saya miliki. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak.

Aikmel,2 Desember 2021

Husti Mardia Septianti

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I ISTIDROJ

A. Pengertian Istidroj……………………………………………………………5
B. Konsep Dalam Istidroj……………………………………………………….5
C. Dalil-Dalil Tentang Istidroj…………………………………………………6

BAB II DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG


DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA

A. Dalil-Dalil Yang Mendasarinya……………………………………………..11


B. Penjelasannya………………………………………………………………..13
C. Contoh Kasus………………………………………………………………..14

BAB III DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

A. Definisi Riba………………………………………………………………….15

B. Dosa Riba………………………………………………………………………15

C. Dalil tentang Riba………………………………………………………………17

D. Macam-macam Riba…………………………………………………………...20

BAB IV KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA

A. Definisi Sedekah……………………………………………………………….26

B. Bentuk-bentuk Sedekah………………………………………………………..27

C. Dalil Tentang Sedekah………………………………………………………....28

D. Keutamaan Sedekah……………………………………………………………30

BAB V SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA

A. Pengertian Kematian………………………………………………………….32

B. Ayat Tentang Kematian……………………………………………………….33

3
C. Dalil Tentang Kematian………………………………………………………35

D. Hadits Tentang Mengingat Kematian…………………………………………37

E. Ayat Tentang Menghadapi Musibah………………………………………….38

BAB VI KEWAJIBAN AMAR MAKRUB – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-


DALILNYA

A. Amar Makrub – Nahi Munkar Menurut Hukum Islam………………………40

B. Dalil Dalam Al-Quran………………………………………………………..42

C. Derajat Kewajiban Amar Makrub – Nahi Munkar……………………………43

4
BAB 1
ISTIDROJ
A. PENGERTIAN ISTIDROJ
Ditinjau dari segi bahasa, istidraj diambil dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa
Arab berarti naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Namun secara istilah,
istidraj memiliki makna azab berwujud kenikmatan.

Ketika seorang muslim banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun
hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, ini adalah tanda istidraj dari Allah SWT. Ia
terjebak dalam kenikmatan hidup, padahal dia semakin lalai menunaikan ibadah serta
kewajiban lainnya.

B. KONSEP DALAM ISTIDROJ


 Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila
kamu mendapati dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan
kamu terasa sangat lancar, bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan
kepadamu. Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan
merupakan ujian sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT
ingin melihat, apakah dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan
membuat kamu semakin lalai dan meninggalkan ibadah, atau dapat
membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemberi
Rezeki.
 istidraj adalah ketenangan.
kamu mengalami istidraj adalah merasakan ketenangan. Di sini,
ketenangan yang dimaksud di sini adalah kamu merasa baik-baik saja
dan tidak merasa bersalah atau gelisah saat lalai menjalankan ibadah atau
melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat. Kamu bahkan tidak
merasakan penyesalan sedikit pun dalam hati setelah melakukan hal yang
telah disebutkan di atas. Sungguh itu adalah cobaan hidup yang berat
apabila kamu merasa tenang jika benar kamu mengalami hal seperti ini
dalam hidup.
 Jarang sakit juga salah satu ciri istidraj.
Sakit merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa-
dosa berguguran dan doa dikabulkan. Namun, jika kamu merasa jarang
sakit dan sering melakukan maksiat atau kurang beribadah, bisa jadi itu
juga merupakan istidraj. Karena sesungguhnya, sakit merupakan ujian
dari Allah SWT agar hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon
kesembuhan pada-Nya.
 Perbanyak ibadah untuk menghindari istidraj
Agar kita dijauhkan dari istidraj, tobat dan rutin beribadah menjadi salah
satu caranya. Minta ampun kepada Allah SWT dan selalu mengingat-

5
Nya di kala senang maupun susah, menjadi cara terbaik untuk
menghindarkan diri dari istidraj. Jangan lupa juga untuk selalu
beribadah, salat lima waktu, dan membaca Alquran, agar kita selalu
dekat dengan Allah SWT.

C. DALIL DALIL TENTANG ISTIDROJ


Di Al Quran, Allah memberikan penjelasan tentang istidraj. Berikut ini ayat
tentang istidraj yang perlu kita pahami.
1. Peringatan untuk Orang Kafir
QS. Ali 'Imran Ayat 178
‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ َكفَر ُْٓوا اَنَّ َما نُ ْملِ ْي لَهُ ْم خَ ْي ٌر اِّل َ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ اِنَّ َما نُ ْملِ ْي لَهُ ْم لِيَ ْزدَاد ُْٓوا اِ ْث ًما ۚ َولَهُ ْم َع َذابٌ ُّم ِهيْن‬
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh
Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi
tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi
mereka azab yang menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178).
2. Siksaan Setelah Kesenangan
ْ َ‫ُوا بِ َمآ أُوتُ ٓو ۟ا أ‬
‫خَذ ٰنَهُم بَ ْغتَةً فَإ ِ َذا هُم ُّم ْبلِسُون‬ ۟ ‫ب ُك ِّل َش ْى ٍء َحتَّ ٰ ٓى إ َذا فَرح‬
ِ ِ
۟ ‫ُوا ما ُذ ِّكر‬
َ ‫ُوا بِ ِهۦ فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب ٰ َو‬ ۟
َ ‫فَلَ َّما نَس‬
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS.Al An’am: 44).
3. Harta dan Kesenangan Tidak Selalu Berarti Kebaikan

َ‫ۙ اَيَحْ َسبُوْ نَ اَنَّ َما نُ ِم ُّدهُ ْم بِ ٖه ِم ْن َّما ٍل َّوبَنِ ْين‬

ِ ۗ ‫ع لَهُ ْم فِى ْال َخي ْٰر‬


َ‫ت بَلْ اَّل يَ ْش ُعرُوْ ن‬ ِ ‫نُ َس‬
ُ ‫ار‬

“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
4. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan kepada Kaum Nabi yang Ingkar
95 َ‫ضر َّۤا ُء َوال َّسر َّۤا ُء فَاَخ َْذ ٰنهُ ْم بَ ْغتَةً َّوهُ ْم اَل يَ ْش ُعرُوْ ن‬ َّ ‫ثُ َّم بَ َّد ْلنَا َم َكانَ ال َّسيِّئَ ِة ْال َح َسنَةَ َح ٰتّى َعفَوْ ا َّوقَالُوْ ا قَ ْد َمسَّ ٰابَ ۤا َءنَا ال‬
96 َ‫ض َو ٰل ِك ْن َك َّذبُوْ ا فَاَخ َْذ ٰنهُ ْم بِ َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬ ۤ ٍ ‫َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُوْ ا َواتَّقَوْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬
ِ ْ‫ت ِّمنَ ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
“Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta
mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang

6
kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan
atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.”
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah
mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).
5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan
ٌ ِ‫) َوأُ ْملِي لَهُ ْم إِ َّن َك ْي ِدي َمت‬182( َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُمون‬
)183( ‫ين‬ ُ ‫} َوالَّ ِذينَ َك َّذبُوا بِآيَاتِنَا َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِم ْن َحي‬

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka
ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat
teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).
6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
‫ص ع َٰلى َعقِبَ ْي ِه‬ ِ ‫اس َواِنِّ ْي َجا ٌر لَّ ُك ۚ ْم فَلَ َّما ت ََر ۤا َء‬
َ ‫ت ْالفِئ َٰت ِن نَ َك‬ َ ِ‫َواِ ْذ زَ يَّنَ لَهُ ُم ال َّشي ْٰطنُ اَ ْع َمالَهُ ْم َوقَا َل اَل غَال‬
ِ َّ‫ب لَ ُك ُم ْاليَوْ َم ِمنَ الن‬
‫هّٰللا هّٰللا‬ ¯ْْۤ ‫َوقَا َل اِنِّ ْي بَ ِر‬
ࣖ‫ب‬ ِ ‫ۤي ٌء ِّم ْن ُك ْم اِنِّ ْٓي اَ ٰرى َما اَل تَ َروْ نَ اِنِّ ْٓي اَخَافُ َ َۗو ُ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan
mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada
hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka tatkala kedua pasukan
itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata:
“Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat
apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“.
Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS.Al Anfal: 48).
7. Ayat Tentang Istidraj Ditimpakan pada Orang yang Tidak Beriman

َ‫ۗ اِ َّن الَّ ِذ ْينَ اَل ي ُْؤ ِمنُوْ نَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة زَ يَّنَّا لَهُ ْم اَ ْع َمالَهُ ْم فَهُ ْم يَ ْع َمهُوْ ن‬
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan
mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang
(dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)

َ َ‫ۙ َوعَادًا َّوثَ ُموْ د َ۟ا َوقَ ْد تَّبَيَّنَ لَ ُك ْم ِّم ْن َّم ٰس ِكنِ ِه ۗ ْم َو َزيَّنَ لَهُ ُم ال َّشي ْٰطنُ اَ ْع َمالَهُ ْم ف‬
ِ ‫ص َّدهُ ْم ع َِن ال َّسبِ ْي ِل َو َكانُوْ ا ُم ْستَ ْب‬
َ‫ص ِر ْين‬
“Dan (juga) kaum ´Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran
mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka
memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan
(Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam.” (QS.Al
Ankabut: 38)
8. Azab Dunia bagi Orang yang Terbuai dengan Kejayaan

7
Ayat tentang istidraj ini berkisah tentang orang musyrik yang enggan menyisihkan hak
fakir miskin, walaupun mereka memiliki kebun yang sangat menghasilkan. Allah
kemudian menurunkan azab pada mereka.

َ‫ب ْال َجنَّ ۚ ِة اِ ْذ اَ ْق َس ُموْ ا لَيَصْ ِر ُمنَّهَا ُمصْ بِ ِح ْي ۙن‬


َ ‫اِنَّا بَلَوْ ٰنهُ ْم َك َما بَلَوْ نَٓا اَصْ ٰح‬
“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami
telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah bahwa mereka
sungguh-sungguh akan memetik (hasil)-nya di pagi hari, dan mereka tidak
menyisihkan (hak fakir miskin),

َ‫َواَل يَ ْست َْثنُوْ ن‬


tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, "Insya Allah").

َ‫ك َوهُ ْم ن َۤا ِٕٕىِ¯ ُموْ ن‬ ٌ ¯ِ‫فَطَافَ َعلَ ْيهَا طَ ۤا ِٕٕى‬


َ ِّ‫ف ِّم ْن َّرب‬
lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabbmu ketika mereka sedang
tidur, maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.
ْ ‫فَاَصْ بَ َح‬
ِ ‫ت َكالص‬
‫َّري ۙ ِْم‬
lalu mereka panggil memanggil di pagi hari: “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu
jika kamu hendak memetik buahnya.”
Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik. “Pada hari ini janganlah ada seorang
miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan
niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka (menolongnya).
Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar
orang-orang yang sesat (jalan), bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya)
Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: “Bukankah aku
telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Tuhanmu). Mereka
mengucapkan: “Maha Suci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
zalim.”
Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela mencela. Mereka
berkata: “Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang
melampaui batas.” Mudah-mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan
(kebun) yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari
Rabb kita.
Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka
mengetahui. (QS.Al Qalam: 17-33).
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana
Anda cuma di Umroh.com!

8
9. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk
Kemudian Membinasakan Mereka

َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُموْ ۙن‬ ِ ۗ ‫فَ َذرْ نِ ْي َو َم ْن يُّ َك ِّذبُ بِ ٰه َذا ْال َح ِد ْي‬
ُ ‫ث َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِّم ْن َحي‬

“Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang


mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan menarik mereka dengan
berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” (QS.Al
Qalam: 44)
10. Sesungguhnya Nikmat adalah Ujian

َ َ‫ض ٌّر َدعَان َۖا ثُ َّم اِ َذا َخو َّْل ٰنهُ نِ ْع َمةً ِّمنَّ ۙا ق‬
َ‫ال اِنَّ َمٓا اُوْ تِ ْيتُهٗ ع َٰلى ِع ْل ٍم ۗبَلْ ِه َي فِ ْتنَةٌ و َّٰل ِك َّن اَ ْكثَ َرهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ُ َ‫فَا ِ َذا َمسَّ ااْل ِ ْن َسان‬
“Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami
berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu
hanyalah karena kepintaranku”. Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan
mereka itu tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)

9
BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP
HAMBANYA
A. DALIL-DALIL YANG MENDASARINYA

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.

‫الل يضر ةركب يبأ نع‬


َ ‫هنع‬، ‫ ك الق ملسو هيلع هللا ىلص يبنال نع‬: ‫موي ىإل ءاش ام اهنم هللا رخؤي بونذ ل‬

‫يغبال الإ ةمايقال‬، ‫نيدالوال َقوقعو‬، ‫محرال ةعيطق وأ‬، ‫تومال لبق ايندال يف اهبحاصل لجعي‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat,
kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim,
Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al
Mustadrak No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah
perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat
mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya.
Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

‫“ ميأل باذع مهل كئلوأ ۚق حال ريغب ضراْل يف نوغ¯¯بيو س¯¯انال ن¯¯وملظي ني¯¯ذال ىل¯¯ع ليبس¯¯ال امنإ‬Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di
muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati
serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena
merekalah penyebab keberadaan kita di dunia ini.

Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia
ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.

Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan
dalam firman Allah SWT:

‫الو فأ امهل لقت لَف امهلَك وأ امهدحأ ربكال كدنع نغلبي امإ ۚا ناسحإ نيدالوالب̄و هايإ الإ اودبعت الأ كبر ىضقو‬

10
‫رك الوق امهل لقو امهرهنت‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang
yang memutuskan tali persaudaraan.

Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar
bin Muth’im RA:

‫ ال الق ﷺ ال َل لوسر نأ هنع هللا يضر معطم نب ريبج دمحم يبأ نع‬: ‫عطاق ةنجال لخدي‬

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan
Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang
yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan
ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh
mengerikan.

B. Penjelasannya

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫موي هب ىفوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشال هدبعب ال َّل دارأ اذإو ايندال ىف ةبوقعال هل لجع ريخال هدبعب ال َّل‬
‫دارأ اذإ‬

‫ةمايقال‬

Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan
atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR

Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طخسال هلف طخس نمو اضرال هلف ىضر نمف مهالتبا اموق بحأ اذإ ال َّل نإو ءالبال مظع عم ءازجال مظع نإ‬

11
Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika
Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka
Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa
yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata

.(Syaikh Al Albani

Penjelasan dari dua hadits di atas:

1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.

2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

‫ءالبالب ربتخي نمؤمالو رانالب ناربتخي ةضفالو بهذال ينب اي‬

Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah

3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.

4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia
dalam keadaan bersih dari dosa.

7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy
berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas
hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”
(Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)

8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk


bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk
meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

C. Contoh kasus

Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang
sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kwmungkinan hidup yang

12
sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa atau apa
pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang sulit itu
dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT.

Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital
hingga ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang
Dewa ini mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang
menyerah.

Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih
menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak
sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar.

Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu
sudah bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa
uang banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran sering diundang
seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman yang nawarin saya proyek
pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa yang kala itu
berhasil mengumpulkan puluhan investor.

Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong.
Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu
pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang.

Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia
beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski
masih menjadi pengantin baru.

Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman.
Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke
dalam

buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga
Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan.

Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi.
Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan
saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus
dirawat secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan
biaya perawatan sebesar Rp700 juta.

13
Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat
bulan. Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah
menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.

Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi
motivator, tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi
kalangan tidak mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok Qur'an
Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang berkampanye
mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf dan bersedekah secara gila-gilaan,
sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan hashtag #SedekahBrutal," pungkas
Dewa.

14
BAB III
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

A. Definisi Riba

Sebelum mengenal jenis-jenis riba, kamu tentunya perlu memahami pengertian riba.
Dari berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa riba adalah suatu kegiatan
pengambilan nilai tambah yang memberatkan dari akad perekonomian, seperti jual beli
atau utang piutang, dari penjual terhadap pembeli atau dari pemilik dana kepada
peminjam dana, baik diketahui bahkan tidak diketahui, oleh pihak kedua.

Riba dapat pula dipaha Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Beberapa ahli
ulama banyak berbeda pendapat untuk mengartikan riba. Pengertian riba secara teknis
adalah, pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Hukumnya
adalah haram. Jelas, karena ini merugikan orang lain. Islam selalu mengharamkan
sesuatu yang tidak baik atau merugikan. Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi
dua, yaitu riba utang-piutang dan riba jual-beli. Riba utang-piutang terbagi lagi mejadi
riba qardh dan riba jahiliah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba
nasi’ah. Jika ada yang bertanya apakah ada zaman dimana masyarakat tanpa riba
menghuni bumi ini? Jawabannya mungkin ada jauh sebelum manusia mengenal
pertukaran uang. Mungkin masih di zaman pertukaran barang dengan barang (barter).

B. DOSA RIBA

1. Mendapat Dosa Besar

Pemakan harta riba akan mendapat dosa yang besar. Dari Abu Hurairah
Radliallahu‘anhu, dari Nabi Shalallahu’alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham uang
riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang
riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari
Abdulloh bin Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah SAW menyuruh
kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau juga mengatakan bahwa riba termasuk
perkara yang akan membinasakan.

2. Dibangkitkan Pada Hari Kiamat Dalam Keadaan Gila

15
Pada hari kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam sampai akhir
zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja dengan keadaan yang berbeda-beda
menurut amal ibadah semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan
dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT menghinakannya di hari
pembangkitan dengan keadaan seperti berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai
setan. Na’udzubillahimin dzalik.

3. Disiksa Didalam Api Neraka

Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para
Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali ketika telah
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzat
Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah SWT supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)

4. Do’a Tidak Dikabulkan

Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan
harta riba. Salah satunya adalah do’a pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh Allah
SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru do’a
tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT. Dimana lagi kita akan meminta?
Sedangkan sesungguhnya hanya Allah SWT tempat kita memohon dan berserah diri.

5. Hilangnya Keberkahan Pada Harta

Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul
mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika harta
hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu
tiada keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba
dan harus memperbanyak sedekah.

6. Allah SWT Menutup Hati Pemakan Harta Riba

Hal ini diterangkan oleh Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (QS. Al
Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga pelaku riba tidak lagi memikirkan mana
yang baik dan mana yang tidak.

7. Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima Allah SWT

16
Tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang disedekahkan yang didapatkan dari
hasil riba. Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah
itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim
II/703 nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan
bahwa kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik
dan diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara yang haram agar sedekah, infaq dan zakat
kita diterima. Hal ini akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang
bertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid, atau rumah untuk muslim
lainnya. Begitu banyaknya amal yang terbuang sia-sia karena tidak diterima oleh Allah
SWT.

8. Riba Bisa Menyebabkan Krisis Ekonomi

Juga akan menjadi penyebab krisis ekonomi dikarenakan merugikan pihak-pihak korban
riba. Seperti contoh seorang rentenir yang meminjamkan uang dan memberikan bunga
yang sangat tinggi untuk dikembalikan. Ini akan merugikan peminjam. Karena ketika
uang yang dihasilkan dari jerih payah untuk keperluan sehari-hari justru harus
dibayarkan bunga pinjaman.Karena banyak sekali rentenir yang meminjamkan uang
dengan syarat mengembalikan dengan bunga tinggi. Apalagi jika melakukan pinjaman
untuk beli rumah mewah dan mahal. Berapa banyak bunga yang akan kita bayar?
Alangkah baiknya kita kondisikan dengan ekonomi yang ada. Seperti halnya beli rumah
murah dan properti sederhana sesuai kebutuhan.

9. Karena Riba Hubungan Persaudaraan Menjadi Retak

Jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar manusia menjadi retak.
Hubungan menjadi renggang dikarenakan ada pihak yang dirugikan. Bukankah baiknya
jika hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling tolong-menolong? Alangkah
mulianya jika sebuah negeri tertentu membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini
akan menjadi salah satu negeri yang damai dan tenteram. Dikarenakan hubungan antar
manusia yang erat persaudaraannya. Saling tolong-menolong dan bergotong-royong
demi membangun negeri yang harmonis.

10. Tidak Termasuk Golongan Orang yang Beriman

Allah SWT Berfirman didalam kitab suci Al-Qur’an bahwa orang-orang pelaku riba
dianggap orang-oang yang tidak beriman. Dalil tersebut menerangkan sampai-sampai
pelaku riba diperangi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tentu saja terkecuali bagi
Hamba-Nya yang bertaubat nasuha dan bersungguh-sungguh tidak akan mengulanginya
lagimi hanya sebatas pada nilai tambah dari nilai pokok dalam suatu akad
perekonomian. Setelah mengetahui definisi riba, maka penting untuk mengetahui jenis-
jenis riba dan pengertiannya.

17
C. Dalil-dalil Tentang Riba

Hukum riba adalah haram, berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’ umat
Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

ٍ ْ‫) فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا بِ َحر‬278( ‫ين‬


ِ ‫ب ِمنَ هَّللا‬ ¯َ ِ‫ء يا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ الرِّ بَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمن‬
279 ‫) فَإ ِ ْن لَ ْم‬279( َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫َظلِ ُمونَ َواَل ت‬ ْ ‫َو َرسُولِ ِه َوإِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُءوسُ أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل ت‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang benar benar beriman. Jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S. Al
Baqarah: 278-279).
Dosanya adalah mendapat ancaman peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Hanya ini
(riba, pen) yang mendapat ancaman dari dua itu (Allah dan Rasul-Nya). Hal lain yang
mendapat ancaman peperangan dari Allah, yaitu seperti yang tercantum di Hadits
Arba’in: “Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya…”
Riba itu aniaya/zalim (dzolim) secara realitasnya, meskipun yang terzalimi merasa
terbantu dan merasa terbantu ini dalah subjektif. Bagaimanapun juga, mengambil
tambahan (dalam perutangan, red) itu adalah zalim, meskipun sukarela. Riba memang
sukarela, kalau tidak sukarela, maka itu perampokan/perampasan.
Sungguh suatu kemurahan dan kasih sayang dari Allah, jika bertaubat dari riba, boleh
mengambil pokok tanpa peranakannya/bunganya. Kita tidak diwajibkan memutihkan
utang tersebut. Kita tidak perlu membuang semua dari perutangan yang mengandung
riba, masih diperbolehkan mengambil harta yang pokok/asli.
Allah subhanahu wata’ala juga berfirman:

َ ِ‫الَّ ِذينَ يَأْ ُكلُونَ ال ِّربَا ال يَقُو ُمونَ إِال َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَخَ بَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ َذل‬
‫ك بِأَنَّهُ ْم قَالُوا إِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الرِّ بَا َوأَ َح َّل‬
ُ
‫ار هُ ْم‬ ِ َّ‫هَّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ بَا فَ َم ْن َجا َءهُ َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ِه فَا ْنتَهَى فَلَهُ َما َسلَفَ َوأَ ْم ُرهُ إِلَى هَّللا ِ َو َم ْن عَا َد فَأولَئِكَ أَصْ َحابُ الن‬
275‫)(االؤسش‬275( َ‫فِيهَا َخالِ ُدون‬

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual

18
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275).

(276(‫ار أَثِ ٍيم‬


ٍ َّ‫ت ۗ َوهَّللا ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫ق هَّللا ُ ال ِّربَا َويُرْ بِي ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Q.S. Al-Baqarah: 276).
Memakan riba maksudnya adalah mengambil dan menerima riba, tidak hanya terbatas
pada menggunakannya untuk makan, tetapi juga untuk membeli pakaian dan lainnya.
Ulama mengatakan bahwa pemakan riba nanti ketika bangkit dari kubur, jalannya
sempoyongan.
Allah berkata berkebalikan dengan pikiran manusia. Allah
memusnahkan/menghancurkan keuntungan riba, padahal dianggap baik oleh manusia.
Pikiran manusia, jika meribakan uangnya, maka akan mendapat tambahan, akan tetapi
Allah mengatakan akan menghancurkannya. Pikiran manusia, jika menyedekahkan
hartanya maka akan membuat berkurang, akan tetapi Allah mengatakan akan
menyuburkan sedekah.

‫ قَالُوا يَا‬. » ‫ت‬ ِ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ – رضى هللا عنه – َع ِن النَّبِ ِّى – صلى هللا عليه وسلم – قَا َل « اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِقَا‬
ِ ‫ َوأَ ْك ُل َم‬، ‫ َوأَ ْك ُل الرِّ بَا‬، ‫ق‬
‫ال‬ ِّ ‫س الَّتِى َح َّر َم هَّللا ُ إِالَّ بِ ْال َح‬ ِ ‫ َوقَ ْت ُل النَّ ْف‬، ‫ َوالسِّحْ ُر‬، ِ ‫ك بِاهَّلل‬
ُ ْ‫ َو َما ه َُّن قَا َل « ال ِّشر‬، ِ ‫َرسُو َل هَّللا‬
ِ َ‫ت ْالغَافِال‬
‫ت‬ ِ ‫ت ْال ُم ْؤ ِمنَا‬ ِ ‫صنَا‬َ ْ‫ َوقَ ْذفُ ْال ُمح‬، ‫ف‬ ِ ْ‫ َوالتَّ َولِّى يَوْ َم ال َّزح‬، ‫ » ْاليَتِ ِيم‬.

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan!”. Para
shahabat bertanya, “Apa saja tujuh dosa itu wahai rasulullah?”Jawaban Nabi,
“Menyekutukan Allah, sihir, menghabisi nyawa yang Allah haramkan tanpa alasan yang
dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, meninggalkan medan perang
setelah perang berkecamuk dan menuduh berzina wanita baik baik(yang menjaga
dirinya)” [Muttafaq ‘alaih].
Menjauhi itu lebih dari sekadar meninggalkan, yakni juga meninggalkan setiap sarana
yang mengantarkan ke hal itu.
Memakan riba larangannya adalah mutlak. Memakan harta anak yatim terlarang jika
zalim. Misalkan orang tuanya miskin, maka hal ini boleh terutama bagi ibu, jika
suaminya meninggal, lalu pembagian warisnya tidak tepat (ibu mendapat warisan

19
berlebih, red), ibu itu berarti (berpotensi) memakan harta anak yatim. Hal ini juga
menunjukkan pentingnya pembagian waris dengan tepat.

‫ آ ِك َل ال ِّربَا َو ُمو ِكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َد ْي ِه َوقَا َل هُ ْم َس َوا ٌء‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ع َْن َجابِ ٍر ق‬

Dari Jabir, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, nasabah riba, juru tulis dan
dua saksi transaksi riba. Nabi bersabda, “Mereka itu sama[1]” [H.R. Muslim].
Laknat artinya adalah dijauhkan dari kasih sayang Allah subhanahu wata’ala (tidak
Allah sayangi). Kaidah dalam masalah ini yaitu setiap perbuatan yang ditakut-
takuti/diancam dengan laknat adalah dosa besar.

‫ الربا ثالثة و سبعون بابا أيسرها مثل أن ينكح الرجل أمه‬: ‫ عن النبي صلى هللا عليه و سلم قال‬: ‫عن عبد هللا‬

Dari Abdullah bin Mas’ud, Nabi bersabda, “Riba itu memiliki 73 pintu. Dosa riba yang
paling ringan itu semisal dosa menzinai/menyetubuhi ibu sendiri” [H.R. Hakim].

‫ « ِدرْ هَ ُم ِربا ً يَأْ ُكلُهُ ال َّر ُج ُل َوهُ َو يَ ْعلَ ُم‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫يل ْال َمالَئِ َك ِة قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َح ْنظَلَةَ غ َِس‬
¯َ ِ‫أَ َش ُّد ِم ْن ِستَّ ٍة َوثَالَث‬
ً‫ين زَ ْنيَة‬

Dari Abdullah bin Hanzholah[2], Rasulullah bersabda, “Satu dirham uang riba yang
dinikmati seseorang dalam keadaan tahu bahwa itu riba dosanya lebih jelek dari pada
berzina 36 kali” [HR Ahmad].

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َما أَ َح ٌد أَ ْكثَ َر ِم ْن ال ِّربَا إِاَّل َكانَ عَاقِبَةُ أَ ْم ِر ِه إِلَى قِلَّ ٍة‬
َ ‫ع َْن ا ْب ِن َم ْسعُو ٍد ع َْن النَّبِ ِّي‬

Dari Ibnu Mas’ud, Nabi bersabda, “Tidaklah seorang itu memperbanyak harta dari riba
kecuali kondisi akhirnya adalah kekurangan/kemiskinan” [H.R. Ibnu Majah].
D.Macam-macam Riba
Pada dasarnya, riba terbagi menjadi dua macam: riba karena penundaan dan riba karena
selisih/kelebihan.

20
Riba karena penundaan=nasi’ah (‫ )النّسيئه‬dapat diartikan dengan tambahan yang
disyaratkan yang diambil/diterima dari orang yang diutangi sebagai kompensasi dari
penundaan pelunasan (termasuk di dalamnya riba jahiliyah). Riba ini bisa terjadi karena
penundaan saja atau penundaan sekaligus dengan tambahan.
Riba jahiliyah adalah salah satu model riba, yaitu ketika jatuh tempo, tidak bisa
melunasi, lalu jatuh tempo ini diundur, dengan syarat ada penambahan pembayaran.
Namun, jika dapat dilunasi pada saat jatuh tempo yang pertama, maka tidak ada
penambahan. Ini model rentenir jahiliyah.
Riba modern lebih kejam daripada riba jahiliyahnya orang jahiliyah. Riba modern, dari
jatuh tempo pertama sudah diwajibkan membayar tambahan. Kalau riba jahiliyah, jatuh
tempo pertama gratis dari uang administrasi dan semacamnya. Riba modern, belum
terima uang sudah harus bayar. Misal, pinjam lima juta rupiah, dapatnya empat juta lima
ratus ribu. Baru menerima, sudah langsung terkena ribanya, dianggapnya utang lima
juta rupiah.

Riba jenis ini haram berdasarkan Quran, Sunnah, dan ijma’ umat Islam.
Riba karena selisih=riba fadhl ((‫)الفضل‬, ini terdapat dalam dunia perdagangan, tepatnya
pada barter, akan tetapi tidak semua barter, hanya barter pada barang-barang tertentu
saja (komoditas ribawi). Yakni barter uang dengan uang atau bahan makanan dengan
bahan makanan, dengan ada penambahan.
Riba ini haram berdasarkan hadits dan ijma’. Pada awalnya ada ikhtilaf, yakni Ibnu
Abbas membolehkannya, tetapi akhirnya beliau rujuk dan meralat pendapatnya, dan
hasilnya ulama sepakat bahwa ini tidak boleh, riba ini dinilai menjadi sarana menuju
riba nasi’ah.
Tidak terjadi riba dalam dunia barter kecuali dengan enam benda ribawi. Dalam hadits
hanya ada enam benda ribawi. Ada perselisihan apakah riba hanya pada enam benda
tersebut atau bisa dilebarkan ke benda yang lainnya. Pendapat yang lebih kuat adalah
enam benda tersebut bisa dilebarkan kepada benda yang sejenis dan semisal.
Enam jenis benda ribawi tersebut adalah emas, perak, gandum bur, gandum sa’ir,
kurma, dan garam. Hal ini sebagaimana hadits:
‫ض ِة َو ْالبُرُّ بِ ْالبُ ِّر‬
َّ ِ‫ضةُ بِ ْالف‬
َّ ِ‫ب َو ْالف‬ َّ ِ‫الذهَبُ ب‬
ِ َ‫الذه‬ َّ « -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن ُعبَا َدةَ ْب ِن الصَّا ِم‬
َ‫ت هَ ِذ ِه األَصْ نَافُ فَبِيعُوا َك ْيف‬ ْ ‫ح ِم ْثالً بِ ِم ْث ٍل َس َوا ًء بِ َس َوا ٍء يَدًا بِيَ ٍ¯د فَإ ِ َذا‬
ْ َ‫اختَلَف‬ ِ ‫ير َوالتَّ ْم ُر بِالتَّ ْم ِر َو ْال ِم ْل ُح بِ ْال ِم ْل‬ ِ ‫َوال َّش ِعي ُر بِال َّش ِع‬
‫ِش ْئتُ ْم إِ َذا َكانَ يَدًا بِيَ ٍد‬

Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah bersabda, “Jika emas dibarter dengan emas, perak
dibarter dengan perak, gandum burr dibarter dengan gandum burr, gandum sya’ir

21
dibarter dengan gandum sya’ir, kurma dibarter dengan kurma, garam dibarter dengan
garam maka takarannya harus sama dan tunai. Jika benda yang dibarterkan berbeda
maka takarannya sesuka hati kalian asalkan tunai.” [H.R. Muslim].
Maka emas jika dibarter dengan emas, tidak boleh melihat karat, tidak boleh melihat
kualitas, yang dilihat hanya takaran/timbangan, dan menurut pendapat yang paling kuat,
tidak juga melihat bentuk, entah berbentuk batangan ataupun perhiasan. Kalau ingin
dibarter, menurut aturan syariat, harus rela seperti itu. Lima gram emas dibarter dengan
lima gram emas, meskipun kualitas berbeda. Jika tidak rela, mungkin karena harganya
berbeda, maka jangan dibarter. Silakan jual emas tersebut, lalu uang yang didapat
gunakan untuk membeli seperti apa yang diinginkan.
Demikian juga perak dengan perak. Namun jika emas dengan perak, maka boleh
berbeda takaran/timbangannya, tetapi keduanya tetap harus diserahkan pada saat itu
juga. Maka jika terdapat barter, bendanya sejenis, maka ada dua yang dilarang, yaitu
haram adanya selisih dan haram adanya penundaan. Maka tidak boleh tidak, harus ada
kesamaan dalam timbangan dan waktu penyerahan dengan menutup mata terhadap
kualitas. Meskipun beda karat itu dianggap beda dalam pandangan manusia, akan tetapi
hal itu tidak dianggap dalam pandangan syariat.

‫ب إِاَّل‬ َّ ِ‫َب ب‬
ِ َ‫الذه‬ َّ ‫ال الَ تَبِيعُوا‬
َ ‫الذه‬ َ َ‫أن َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – ق‬ َّ – ‫ع َْن أَبِى َس ِعيد ال ُخدري – رضى هللا عنه‬
،‫ْض‬ ٍ ‫ضهَا َعلَى بَع‬ َ ‫ َوالَ تُ ِشفُّوا بَ ْع‬،‫ق إِاَّل ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل‬
ِ ‫ق بِال َو ِر‬ ٍ ‫ضهَا َعلَى بَع‬
َ ‫ َوالَ تَبِيعُوا‬،‫ْض‬
َ ‫الو ِر‬ َ ‫ َوالَ تُ ِشفُّوا بَ ْع‬،‫ِم ْثاًل بِ ِم ْث ٍل‬
‫َوالَ تَبِيعُوا ِم ْنهَا غَائِبًا بِنَا ِج ٍز‬

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas, kecuali beratnya sama (semisal
dengan semisal). Jangan melebihkan berat yang satu melebihi berat lainnya. Janganlah
kalian menjual perak dengan perak, kecuali beratnya sama. Jangan melebihkan berat
yang satu melebihi berat lainnya. Dan janganlah menukar emas-perak yang satu tunai
sementara yang satu terutang/tertunda.” [HR. Bukhari].

‫ب ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء ْالبُرُّ بِ ْالبُرِّ ِربًا إِاَّل هَا َء‬
ِ َ‫ ال َّذهَبُ بِال َّذه‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ع َْن ُع َم َر َر‬
‫ير ِربًا ِإاَّل هَا َء َوهَا َء َوالتَّ ْم ُر بِالتَّ ْم ِر ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء‬
ِ ‫َوهَا َء َوال َّش ِعي ُر بِال َّش ِع‬

Dari ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam


bersabda: “Emas ditukar dengan emas adalah riba kecuali dengan kontan, gandum bur
ditukar dengan gandum bur adalah riba kecuali secara kontan, gandum sya’iir/jewawut
ditukar dengan gandum sya’iir adalah riba kecuali secara kontan, dan kurma ditukar
dengan krma adalah riba kecuali secara kontan” [Muttafaq ‘alaih].

22
Dari Abu Sa’id, ia berkata, “Pada masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kami
pernah diberi kurma jama’ (yaitu) kurma campuran (antara yang bagus dengan yang
jelek), maka kami menjualnya dua sha’ dengan satu sha’. Berita tersebut sampai kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau bersabda:

‫اع َوالَ ِدرْ هَ َم بِ ِدرْ هَ َم ْي ِن‬


ٍ ‫ص‬َ ِ‫َي ِح ْنطَ ٍة ب‬ َ َ‫اع َوال‬
ْ ‫صاع‬ ٍ ‫ص‬َ ِ‫َي تَ ْم ٍر ب‬ َ َ‫ال‬.
ْ ‫صاع‬

“Janganlah menjual dua sha’ kurma dengan satu sha’ dan jangan pula menjual dua sha’
gandum dengan satu sha’ dan jangan pula satu dirham dengan dua dirham.” [Muttafaq
‘alaih]
Namun jika jenis dari enam benda ribawi ini dibarter dengan yang tidak sejenis,
misalnya emas dengan perak, gandum bur dengan gandum sya’iir, maka boleh ada
selisih takaran/timbangan dengan syarat semuanya harus diserahkan dalam
majelis/kontan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada hadits
‘Ubadah yang telah lewat: “Jika benda yang dibarterkan berbeda maka takarannya
sesuka hati kalian asalkan tunai.”

Hal ini juga karena sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ‘Ubadah
yang terdapat dalam riwayat Abu Dawud dan yang lainnya:

َ ْ‫ َوالَ بَأ‬,َ‫ أَ َّما نَ ِس ْيئَةُ فَال‬,‫ يَدًا بِيَ ٍد‬,‫ضةُ أَ ْكثَ ُرهُ َما‬
‫ َوال َّش ِع ْي ُر أَ ْكثَ ُرهُ َما‬،‫س بِبَي ِْع ْالبُ ِّر بِال َّش ِعي ِْر‬ َّ ِ‫ َو ْالف‬،‫ض ِة‬
َّ ِ‫ب بِ ْالف‬
ِ َ‫س بِبَي ِْع ال َّذه‬َ ْ‫َوالَ بَأ‬
َ‫ َوأَ َّما نَ ِس ْيئَةُ فَال‬،‫يَدًا بِيَ ٍد‬.

“Tidak mengapa menjual emas dengan perak dengan jumlah perak lebih banyak
(apabila) langsung serah terima/kontan, adapun dengan cara nasi’ah (ditangguhkan
serah terimanya), maka tidak boleh. Dan tidak mengapa menjual gandum bur dengan
sya’ir dengan jumlah sya’ir lebih banyak (apabila) langsung serah terima, adapun
dengan cara nasi’ah maka tidak boleh.” [H.R. Abu Dawud]
Dari enam benda ribawi tadi dapat dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama
terdiri dari emas dan perak. Kelompok kedua terdiri dari bahan makanan. Beda
kelompok dalam istilah fiqih dikenal dengan beda illat.
D. Macam-macam riba

Macam-Macam Riba dalam Islam untuk Jual Beli

Riba Fadhl

23
Riba Fadhl adalah salah satu macam-macam riba dalam Islam yang dilakukan dengan
pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda.
Begitu pun barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis “barang ribawi.”

Contoh dari macam-macam riba dalam Islam ini adalah 3 kg gandum dengan kualitas
baik ditukar dengan 4 kg gandum berkualitas buruk atau yang sudah berkutu.

Riba Nasi'ah

Riba Nasi'ah adalah salah satu macam-macam riba dalam Islam dengan penangguhan,
penyerahan, atau penerimaan barang ribawi dengan jenis barang ribawi lainnya.

Contoh macam-macam riba dalam Islam ini adalah Fahri meminjam dana kepada Juki
sebesar Rp 300.000 dengan jangka waktu atau tenor selama 1 bulan, apabila
pengembalian dilakukan lebih dari satu bulan, maka cicilan pembayaran ditambah
sebesar Rp 3.000.

Riba Al Yad

Riba Al Yad adalah salah satu dari macam-macam riba dalam Islam dengan jual beli
atau yang terjadi dalam penukaran. Penukaran tersebut terjadi tanpa adanya kelebihan,
salah satu pihak yang terlibat meninggalkan akad, sebelum terjadi penyerahan barang
atau harga.

Dalam suatu hadis, Rasulullah bersabda:

"Jangan kamu bertransaksi satu dinar dengan dua dinar, satu dirham dengan dua dirham;
satu sha dengan dua sha karena aku khawatir akan terjadinya riba (al-rama). Seorang
bertanya: wahai Rasul, bagaimana jika seseorang menjual seekor kuda dengan beberapa
ekor kuda dan seekor unta dengan beberapa ekor unta? Jawab Nabi SAW “Tidak
mengapa, asal dilakukan dengan tangan ke tangan (langsung)." (HR Ahmad dan
Thabrani)

Macam-Macam Riba dalam Islam untuk Hutang Piutang

Riba Qard

Riba Qard adalah salah satu dari macam-macam riba dalam Islam dengan suatu manfaat
atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang.

Contoh macam-macam riba dalam Islam ini adalah Putra memberikan pinjaman dana
tunai pada Faozan sebasar Rp 1.000.000 dan wajib mengembalikan pokok pinjaman
dengan bunga sebesar Rp 1.500.000 pada saat jatuh tempo dan kelebihan dana
pengembalian ini tidak dijelaskan tujuannya untuk apa.

Riba Jahiliyah

24
Riba Jahiliyah adalah salah satu dari macam-macam riba dalam Islam dengan hutang
yang dibayar lebih dari pokoknya. Kondisi ini terjadi karena si peminjam tidak mampu
bayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.

Contoh macam-macam riba dalam Islam ini adalah Fulan meminjam Rp 700.000 pada
Fulana dengan tempo dua bulan. Pada waktu yang ditentukan, Fulan belum bisa
membayar dan meminta keringanan. Fulana menyetujuinya, tapi dengan syarat Fulan
harus membayar Rp 770.000.

25
BAB IV
KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
A. Definisi Sedekah
Bersedekah adalah suatu ibadah yang dapat kita lakukan kapan saja. Bersedekah sangat
dianjurkan dalam Islam.
Dengan bersedekah, hubungan bersosial bisa menjadi lebih baik. Bersedekah juga
menjauhkan diri dari sikap sombong dan angkuh. Memberikan sesuatu dengan ikhlas
kepada oang lain dapat meringankan beban mereka.
Sedekah berasal dari bahasa Arab "shadaqoh" yang artinya adalah suatu pemberian dari
seorang muslim kepada orang lain secara sukarela tanpa adanya batasan waktu dan
jumlah tertentu.
Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat 114 yang menyuruh umat muslim untuk
senantiasa berbuat kebaikan salah satunya dengan bersedekah.
an salah satunya dengan bersedekah.

Laa khaira fii kasiirim min najwaahum illaa man amara bisadaqatin au ma'rufin au
islaahim bainan-naas, wa may yaf'al zaalikabtigaa'a mardaatillaahi fa saufa nu'tiihi ajran
'aziimaa
Artinya:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar."

26
B. Bentuk-bentuk sedekah
1. Sedekah Tenaga
Urun tenaga ketika ada tetangga yang sedang membangun rumah, ikut
melakukan kerja bakti dengan warga, atau membantu mempersiapkan
acara yang diselenggarakan RT/RW setempat juga bisa dihitung sebagai
sedekah, lho. Sedekah tenaga juga tak kalah bermanfaat dan berpahala dari
sedekah berupa uang. Yang penting kamu ikhlas melakukannya.

2. Sedekah Pikiran
Buah pikiran adalah aset mahal yang mungkin tak bisa digantikan dengan
harta benda. Buat kamu yang ingin menebar manfaat untuk sekitar tapi tak
punya cukup dana, sumbangsih berupa pikiran dan ide juga bentuk sedekah
yang luar biasa.
Kamu bisa ikut sumbang saran mengenai program desa atau kampus,
memberi saran dan kritik membangun tentang suatu topik, atau menulis
artikel dan opini bermanfaat yang bisa dibaca orang lain—syukur jika bisa
menginspirasi.

3. Menyingkirkan Gangguan di Jalan


Siapa sangka menyingkirkan gangguan di jalan seperti batu, paku, kulit
pisang, atau pecahan kaca, ternyata juga bisa dianggap sedekah, lho. Hal
ini tertuang dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim yang artinya:

… dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.”


Menyingkirkan gangguan di jalan kelihatannya memang sepele, tapi bisa
menyelamatkan nyawa orang lain. Bayangkan jika paku berkarat, beling,
atau batu tetap dibiarkan di jalan. Kemungkinan besar akan ada orang yang
celaka karenanya.

4. Sedekah Ilmu
Ilmu adalah jenis sedekah jariyah yang pahalanya takkan putus mengalir
meski kamu sudah meninggal. Untuk bersedekah ilmu, kamu tak harus jadi
guru atau pendidik dulu, kok. Ilmu sekecil apa pun yang kamu ajarkan
kepada orang lain (meski itu pengetahuan seremeh “cara membuat kue”),
akan mendatangkan kebaikan dan pahala yang tiada putusnya.
Jadi jangan pelit berbagi informasi atau pengetahuan apa pun yang kamu
miliki kepada orang lain, ya. Selama itu sifatnya positif, yakinlah bahwa
sedekah ilmu takkan mengurangi kepintaranmu.

27
5. Sedekah Makanan
Kadang orang hanya punya makanan, bukan uang. Tak masalah. Makanan
juga bisa kamu jadikan media bersedekah, kok. Saat kamu masak, jangan
lupa sisihkan barang satu piring untuk tetangga terdekat atau siapa saja
yang sekiranya belum makan. Pemberian sederhana ini bisa jadi
merupakan kebaikan besar bagi mereka, lho.

6. Sedekah Senyum dan Salam


Benarlah jika ada hadis yang menyatakan bahwa “senyummu kepada
saudaramu adalah sedekah.” Terkadang hal sekecil ini dianggap remeh,
tapi ternyata punya efek yang dahsyat.
Ucapan salam berisi doa-doa keselamatan untuk orang lain. Sedangkan
senyum akan menebar aura positif dan memberi kebahagiaan kepada siapa
saja yang kamu temui. Barangkali sunggingan kecil di bibirmu bisa
menepis kesedihan di hati mereka.

C. Dalil-dalil tentang bersedekah


Allah telah menjelaskan dalam beberapa ayat mengenai sedekah. Di antaranya sebagai
berikut:
1. Surat Al Baqarah ayat 177.

Laisal-birra an tuwallu wujuhakum qibalal-masyriqi wal magribi wa laakinnal birra man


aamana billaahi wal yaumil aakhiri wal malaa'ikati wal kitaabi wan nabiyyiin, wa aatal
maala 'alaa hubbihii zawil qurbaa wal yataamaa wal masaakiina wabnas sabiili was
saa'iliina wa fir riqaab, wa aqaamas-salaata wa aatazczakaah, wal-mufuna bi'ahdihim
izaa 'aahadu, was-saabiriina fil ba'saa'i wad-darraa'i wa hiinal-ba's, ulaa'ikallaziina
sadaqu, wa ulaa'ika humul muttaqun
Artinya:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-

28
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa."
2. Surat Al Baqarah ayat 254.

Yaa ayyuhallaziina aamanuu anfiqu mimmaa razaqnaakum ming qabli ay ya'tiya


yaumul laa bai'un fiihi wa laa khullatuw wa laa syafaa'ah, wal-kaafiruna humuz-
zaalimun
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada
lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang
zalim."
3. Surat Al Baqarah ayat 274.

Allaziina yunfiquna amwaalahum bil-laili wan-nahaari sirraw wa 'alaaniyatan fa lahum


ajruhum 'inda rabbihim, wa laa khaufun 'alaihim wa laa hum yahzanun

29
Artinya:
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

D. Keutamaan sedekah.
1. Bersedekah tidak akan mengurangi rezeki.
Jika kita melakukan sedekah, hal tersebut tidak akan mengurangi harta atau rezeki kita.
Justru Allah akan menggantinya dengan rezeki yang sebaik-baiknya.
Seperti dalam firman Allah pada Alquran surat Saba ayat 39 yang berbunyi:

Qul inna rabbii yabsutur-rizqa limay yasyaa'u min 'ibaadihii wa yaqdiru lah, wa maa
anfaqtum min syai'in fa huwa yukhlifuh, wa huwa khairur raaziqiin
Artinya:
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya."
2. Membuka pintu rezeki.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanny Rosulullah Shallallahu’ alaihi
wasallam bersabda:
"Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun
dua malaikat. Lalu salah satunya berkata, "Ya Allah berikanlah pengganti bagi siapa
yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang satunya lagi berkata, "Ya Allah
berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil)."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dai hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah justru akan membuka pintu rezeki
yang baru.

30
3. Dapat menghapus dosa-dosa.
Rasulullah bersabda, "Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan
api." (HR. Tirmidzi)
Allah hanya akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang telah bersedekah dengan
syarat orang tersebut mengikutinya dengan taubat. Dan jika seseorang melakukan
sedekah dengan niat agar dosa-dosanya dianggap impas, maka sesungguhnya hal ini
tidaklah dibenarkan.
4. Dijauhkan dari api neraka.
Rasulullah Sholallahu Alaihi Wassalam bersabda, "Jauhilah neraka walupun hanya
dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka dengan
omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
5. Merupakan amal jariyah.
Sedekah merupakan salah satu amal jariyah yang pahalanya tidak akan pernah putus,
bahkan saat kita sudah meninggal. Rasulullah bersabda, "Jauhilah neraka walupun
hanya dengan (sedekah) sebiji kurma, kalau kamu tidak menemukan sesuatu, maka
dengan omongan yang baik." (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim.)

31
BAB V
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
A. Pengertian Kematian

Sebelum kita mengetahui ayat tentang kematian, alangkah baiknya teman-teman baca
dulu ayat tentang sabar, agar bisa menjadi tambahan ilmu.

Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini, karna kematian merupakan sebuah hakikat
yang akan menghampri semua manusia.
Sering kita mendengar dongeng ketika kecil bahwa orang yang hidup kekal di dunia
akan bahagia selamanya. Betul, mana ada. Sesungguhnya itu adalah sesuatu yang batil
dan mustahil.

Apa Itu Kematian?

Banyak sebagain para ulama yang menjelaskan tentang kematian dalam Islam yang
akan dijelaskan di bawah ini. Seringkali manusia melalaikan dari mengingat mati, karna
tergoda oleh gemerlap dan kenikmatan dunia. Sehingga hidupnya hanya untuk menuruti
hawa nafsunya.

Setiap manusia yang hidup di dunia pada hakikatnya sedang mengantri giliran,
menunggu kapan datangnya ajal. Tapi manusia banyak yang lupa terhadap itu.

Allah telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa apa itu kematian? Kematian adalah
hak yang terjadi dan bukan sebuah akhir, namun awal dari fase kehidupan yang baru.

B. Ayat Tentang Kematian


sumber: waffat.com

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang kematian yang sudah
tersebar di beberapa surat. Berikut ini beberapa potongan ayat tentang kematian yan g
bisa membuat renungan kepada kita agar selalu mengingat kematian.

Surat Al-A’raf ayat 34

َ‫َولِ ُك ِّل اُ َّم ٍة اَ َج ٌل ۚ فَا ِ َذا َجٓا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْست َۡئ ِخرُوْ نَ َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬

Artinya:

Dan setiap umat mempunyai ajal. Maka apabila ajalnya telah tiba mereka tidak bisa
meminta penundaan atau di percepat sesaat pun.

32
Surat Al-Qaf Ayat 19:

َ ِ‫ق  ٰۗ ذل‬
‫ك َما ُك ْنتَ ِم ْنهُ تَ ِح ْي ُد‬ ِّ ‫ت بِا ْل َحـ‬
ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
ْ ‫َو َجٓا َء‬

Artinya:

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu pernah
kamu hindari.

Surat Al-An’am Ayat 61:

Bagaimana Malaikta tersebut mencabut nyawa kalau bukan berdasarkan dari segala
amal perbuatan yang dilakukan manusia di dunia.

Melaikat pencabut nyawa selalu menjalankan perintah Allah untuk mencabut nyawa
siapa saja yang dikehendakinya. Sebagaimana dalam Al-Qur’an.
ۤ
ُ ْ‫ق ِعبَا ِد ٖه َويُرْ ِس ُل َعلَ ْي ُك ْم َحفَظَةً ۗ  َح ٰتّى اِ َذا َجٓا َء اَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
َ‫ت ت ََوفَّ ْتهُ ُر ُسلُـنَا َوهُ ْم اَل يُفَرِّ طُوْ ن‬ َ ْ‫َوهُ َو ْالقَا ِه ُر فَو‬

Artinya:

Dialah penguasa mutlak atas semua hambanya, kemudian diutus kepadamu malaikat-
malaikat penjaga. Sehingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara
kamu, malaikat akan mencabut nyawanya, dan mereka tidak melalaikan  tugasnya.

Surat Al-Jum’at Ayat:

Semua yang hidup pasti akan kembali kepadanya. Jadi semua perbuatan yang dilakukan
di dunia akan ditunjukan kepada manusia.

‫قُلْ اِ َّن ْال َموْ تَ الَّ ِذيْ تَفِرُّوْ نَ ِم ْنهُ فَا ِ نَّهٗ ُم ٰلقِ ْي ُك ْم‬

Artinya:

Katakanlah wahai Muhammad, sesungguhnya kematian yang kamu hidari itu pasti
akan menemui kamu
Surat Az-Zumar Ayat 30:

Telah jelas bahwa semua yang ada di dunia tidak ada yang kekal abadi kecuali hanyalah
Allah.

َ‫ِّت َّواِنَّهُ ْم َّميِّتُوْ ن‬


ٌ ‫اِنَّكَ َمي‬

33
Artinya:

Sesungguhnya kamu Muhammad pasti akan mati dan mereka pula akan mati.

Surat An-Nisa’ Ayat 78:

Malaikat akan tetap menghampirinya dan menggapai dimana saja kamu berada.
Malaikat pencabut nyawa selalu siap menjemput hamba Allah yang sudah
dikehendakinya, sebagaimana dalam ayat ini.

ُ ْ‫اَ ْينَ َما تَ ُكوْ نُوْ ا يُ ْد ِر ْك ُّك ُم ْال َمو‬


ٍ ْ‫ت َولَوْ ُك ْنتُ ْم فِ ْي بُرُو‬
‫ج ُّم َشيَّ َد ٍة‬

Artinya:

Dimana pun kamu berada kematian pasti akan mendapatkan kamu, walaupun kamu
berada dalam benteng yang tinggi dan kokoh.

Surat An-Nahl Ayat 61:

Waktu kematian yang telah ditetapkan tersebut akan terjadi dengan tepat, apabila Allah
sudah menentukan waktu kematian hambanya.
ۤ ‫هّٰللا‬
َ‫ك َعلَ ْيهَا ِم ْن دَٓا بَّ ٍة و َّٰلـ ِك ْن يُّ َؤ ِّخ ُرهُ ْم اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى ۚ فَا ِ َذا َجٓا َء اَ َجلُهُ ْم اَل يَ ْستَـأْ ِخرُوْ ن‬
َ ‫س بِظُ ْل ِم ِه ْم َّما ت ََر‬َ ‫َولَوْ يُ َؤا ِخ ُذ ُ النَّا‬
َ‫َسا َعةً َّواَل يَ ْستَ ْق ِد ُموْ ن‬

Artinya:

kalau Allah menghukum hambanya karna kezaliman, niscaya tidak akan ada yang
ditinggalkannya di bumi dari makhluknya. Tapi Allah menangguhkan mereka sampai
waktu yang sudah ditentukan. Maka apabila ajalnya telah tiba, mereka tidak dapat
meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.

Surat Al-Waqiah Ayat 60:

Allah yang menentukan kapan dan dimana hambanya akan dikembalikannya, tidak ada
yang mampu mengalahkan kuasanya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Sebagaimana dalam ayat ini.

َ‫نَحْ نُ قَدَّرْ نَا بَ ْينَ ُك ُم ْال َموْ تَ َو َما نَحْ نُ بِ َم ْسبُوْ قِ ْين‬

Artinya:

kami telah menentukan kematian masing-masing kamu, dan kami tidak lemah.

34
Surat Al-Anfal ayat 50:

ٓ ْ  ‫و لَوْ ت َٰۤرى ا ْذ يتَوفَّى الَّذ ْينَ َكفَرُوا‬


ِ ‫ب ْال َح ِري‬
‫ْق‬ َ  ‫ۙ ال َم ٰلئِ َكةُ يَضْ ِربُوْ نَ ُوجُوْ هَهُ ْم َواَ ْدبَا َرهُ ْم‬
َ ‫ۚ و ُذوْ قُوْ ا َع َذا‬ ِ َ َ ِ َ

Artinya:

Seandainya kamu melihat para malaikat ketika mencabut nyawa orang kafir sambil
memukul wajah dan punggungnya. Maka rasakanlah siksa neraka yang akan
membakarnya
C. Dalil Tentang Kematian

Surat Al-Imran Ayat 185:

Kematian bukan akhir dari sebuah kehidupan, melainkan sebuah jalan untuk mencapai
kehidupan baru yang kekal abadi yaitu akhirat.

Tidak ada satu pun ciptaan Allah yang tidak merasakan mati, bahkan malaikat pencabut
nyawa akan merasakan hal tersebut.

ُ‫ۗ و َما ْال َح ٰيوة‬


َ   ‫ت ۗ  َواِ نَّ َما تُ َوفَّوْ نَ اُجُوْ َر ُك ْم يَوْ َم ْالقِ ٰي َم ِة ۗ فَ َم ْن ُزحْ ِز َح َع ِن النَّا ِر َواُ ْد ِخ َل ْال َجـنَّةَ فَقَ ْد فَا َز‬
ِ ْ‫س َذٓائِقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ
‫ع ال ُغرُوْ ِر‬ُ ‫ال ُّد ْنيَ ۤا اِاَّل َمتَا‬

Artinya:

Setiap uang berjiwa akan merasakan mati, dan hanyalah di hari kiamat akan diberikan
semua pahalanya. Barang siap yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam
surga, sungguh mendapatkan kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang
menipu.

Surat Al-Imran Ayat 145:

Tidak ada yang mampu menentukan kapan kematian akan datang, ini merupakan sebuah
ketetapan yang hanya diketahui oleh Allah.

Setiap hamba akan mati dengan sepengetahuan atas izin Allah ayat di bawah ini salah
satu dalil tentang kematian pasti terjadi.

‫س اَ ْن تَ ُموْ تَ اِاَّل بِا ِ ْذ ِن هّٰللا ِ ِك ٰتبًا ُّم َؤ َّجاًل‬


ٍ ‫َو َما َكانَ لِنَ ْف‬

Artinya:

Setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya.

35
Surat Al-Imran Ayat 102:

Merupakan sebuah kerugian yang besar ketika seorang hamba meninggal dalam
keadaan syuu’il khatimah. Ayat dibawah ini insyaallah peringatan untuk selalu
beribadah kepadanya.

َّ ‫ٰۤيـاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اتَّقُوا هّٰللا َ َح‬


َ‫ق تُ ٰقتِ ٖه َواَل تَ ُموْ تُ َّن ِااَّل َواَ ْنـتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ ن‬

Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya


taqwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaaan muslim.

D. Hadist Tentang Mengingat Kematian

Kita hanya diperintahkan untuk terus mempersiapkan dan mengingatnya, adapun hadist
tentang mengingat kematian diantaranya sebagai berikut.

 Hadist Dari Abu Hurairah

Artinya:

Apabila manusia meninggal maka terputus semua amal ibadahnya kecuali tiga.
Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendoakannya.

 Hadist Kedua

Artinya:

Kematan itu jembatan yang akan menghubungkan antara kekasih kepada kekasih.

Hadist ini dijelaskan oleh Imam An-Nawawi, tapi dalam mensyarah hadist ini tidak
menyebutkan perowi hadist.

 Hadist Ketiga

Artinya:

Sebaik-baiknya kematian adalah istirahatnya orang Muslim

36
E. Ayat Tentang Menghadapi Musibah

Surat At-Taghabun Ayat 11:

‫ص ْيبَ ٍة اِاَّل بِا ِ ْذ ِن هّٰللا ِ ۗ  َو َم ْن ي ُّْؤ ِم ْن ِۢۢبِ¯ا هّٰلل ِ يَ ْه ِ¯د قَ ْلبَهٗ  ۗ  َوا هّٰلل ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
ِ ‫ب ِم ْن ُّم‬ َ َ‫َم ۤا ا‬
َ ‫صا‬

Artinya:

Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali atas izin Allah. Dan barang
siapa yang berimana kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada
hatinya, dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.

Surat At-Taubah Ayat 50:

َ‫خَذن َۤا اَ ْم َرنَا ِم ْن قَ ْب ُل َويَتَ َولَّوْ ا َّوهُ ْم فَ ِرحُوْ ن‬


ْ َ‫ص ْيبَةٌ يَّقُوْ لُوْ ا قَ ْد ا‬ ِ ُ‫ك َح َسنَةٌ تَس ُْؤهُ ْم ۚ  َواِ ْن ت‬
َ ‫ص ْب‬
ِ ‫ك ُم‬ ِ ُ‫اِ ْن ت‬
َ ‫ص ْب‬

Artinya:

Apabila kamu Muhammad mendapat kebaikan, mereka tidak senang, tapi apabila kamu
ditimpa musibah mereka berkata. Sungguh sejak semula kami telah berhati-hati tidak
beperang, mereka beraling dengan perasaan gembira.

Surat Asy-Syura Ayat 30:

‫ت اَ ْي ِد ْي ُك ْم َويَ ْعفُوْ ا ع َْن َكثِي ٍْر‬


ْ َ‫ص ْيبَ ٍة فَبِ َما َك َسب‬ َ َ‫َو َم ۤا ا‬
ِ ‫صا بَ ُك ْم ِّم ْن ُّم‬

Artinya:

Semua musibah yang menimpa kamu adakag karna perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah akan memaafkan banyak dari kesalahn-kesalahanmu.

Surat An-Nisa’ Ayat 62:

َ ْ‫ت اَ ْي ِد ْي ِه ْم ثُ َّم َجٓاءُو‬


‫ك يَحْ لِفُوْ نَ  ا‬ ْ ‫ص ْيبَةٌ ِۢۢبِ¯ َما قَ َّد َم‬ َ َ‫فَ َك ْيفَ اِ َذ ۤا ا‬
ِ ‫صا بَ ْتهُ ْم ُّم‬

Artinya:

Maka bagaimana halnya apabila kelak musibah menimpa orang munafiq disebabkan
perbuatan tangannya sendiri. Kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah.

37
Surat Al-Baqarah Ayat 156:

َ‫ص ْيبَةٌ ۙ قَا لُ ۤوْ ا اِنَّا هّٰلِل ِ َواِ نَّ ۤـا اِلَ ْي ِه ٰر ِجعُوْ ن‬ َ َ‫الَّ ِذ ْينَ اِ َذ ۤا ا‬
ِ ‫صا بَ ْتهُ ْم ُّم‬

Artinya:

Orang-orang yang apabila ditimpah musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi
ra’ji’un. Sesungguhnya kami milik Allaj dan kepadanyalah kami kembali.

BAB VI
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
A. AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR MENURUT HUKUM ISLAM
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang
akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya
dari iman dalam firman-Nya,

38
ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َ‫لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin dengan hal
ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
َ‫صالَةَ َوي ُْؤتُونَ ال َّز َكاة‬ ِ ‫ْض يَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َّ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َويُقِي ُمونَ ال‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَآ ُء بَع‬ ُ ‫َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬
ُ ‫َات بَ ْع‬
‫َزي ٌز َح ِكي ُُم‬ ُ
ِ ‫َوي ُِطيعُونَ هللاَ َو َرسُولَهُ أوْ الَئِكَ َسيَرْ َح ُمهُ ُم هللاُ ِإ َّن هللاَ ع‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, etikan mereka (adalah)
menjadi penolong etikan yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-Taubah:71]
Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,”Dalam
ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah umat terbaik bagi
segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik kepada manusia.
Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan kemanfaatan
dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad di jalan Allah
dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi manusia. Umat lain
tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang ma’ruf (kebaikan) dan
melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk itu. Bahkan Ketika
mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti Bani Israil-
kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya. Sebagaimana orang
yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada petunjuk dan kebaikan,
tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini digambarkan dalam ucapan Nabi
Musa Alaihissallam.

ِ َ‫َب هللاُ لَ ُك ْم َوالَ تَرْ تَ ُّدوا َعلَى أَ ْدب‬


‫ار ُك ْم فَتَنقَلِبُوا خَ ا ِس ِرينَ قَالُوا يَا ُمو َسى إِ َّن فِيهَا قَوْ ًما‬ َ ‫ض ْال ُمقَ َّد َسةَ الَّتِي َكت‬
َ ْ‫يَاقَوْ ِم ا ْد ُخلُوا ْاألَر‬
ُ‫ال َر ُجالَ ِن ِمنَ الَّ ِذينَ يَ َخافُونَ أَ ْن َع َم هللا‬
َ َ‫َّارينَ َوإِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَا َحتَّى يَ ْخ ُرجُوا ِم ْنهَا فَإِن يَ ْخ ُرجُوا ِم ْنهَا فَإِنَّا دَا ِخلُونَ ق‬ ِ ‫َجب‬
‫اب فَإِذاَ َدخَ ْلتُ ُموهُ فَإِنَّ ُك ْم غَالِبُونَ َو َعلَى هللاِ فَتَ َو َّكلُوا إِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِينَ قَالُوا يَا ُمو َسى إِنَّا لَن نَّ ْد ُخلَهَآ‬
َ َ‫َعلَ ْي ِه َما ا ْد ُخلُوا َعلَ ْي ِه ُم ْالب‬
َ‫أَبَدًا َما دَا ُموا فِيهَا فَ ْاذهَبْ أَنتَ َو َربُّكَ فَقَاتِآلَ إِنَّا هَاهُنَا قَا ِع ُدون‬
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu
menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya kami sekali-kali tidak
akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar
daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang diantara orang-

39
orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas
keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu etika Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24]
Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
. ‫ال هَلْ َع َس ْيتُ ْم‬ َ َ‫ث لَنَا َملِ ًكا ُّنقَاتِلْ فِي َسبِي ِل هللاِ ق‬ ْ ‫إل ِمن بَنِى إِ ْس َرا ِءي َل ِمن بَ ْع ِد ُمو َسى إِ ْذ قَالُوا لِنَبِ ٍّي لَّهُ ُم ا ْب َع‬ ِ ‫أَلَ ْم تَ َر ِإلَى ْال َم‬
َ ِ‫ارنَا َوأَ ْبنَآئِنَا فَلَ َّما ُكت‬ ُ
‫ب َعلَ ْي ِه ُم‬ ِ َ‫ب َعلَ ْي ُك ُم ْالقِتَا ُل أَالَّ تُقَاتِلُوا قَالُوا َو َمالَنَآ أَالَّ نُقَاتِ َل فِي َسبِي ِل هللاِ َوقَ ْد أ ْخ ِرجْ نَا ِمن ِدي‬ َ ِ‫إِن ُكت‬
َ‫ْالقِتَا ُل تَ َولَّوْ ا إِالَّ قَلِيالً ِّم ْنهُ ْم َوهللاُ َعلِي ُُم بِالظَّالِ ِمين‬
“Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil (sesudah Nabi Musa
wafat) etika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka, “Angkatlah untuk kami
seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah”. Nabi
mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak
akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau berperang di jalan
Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, merekapun
berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui
orang-orang yang dzalim“. [Al-Baqarah:246]
Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka. Sudah
demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan begi
mereka harta rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak
tawanan perang. [1] Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat
Islam. Dia menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
‫ف َويَ ْنهَاهُ ْم َع ِن‬ ِ ْ‫ي األُ ِّمي ال ِذيْ يَ ِج ُدوْ نَهُ َم ْكتُوْ بًا ِع ْن َدهُ ْم فِ ْي التَّوْ َرا ِة َو ْا ِإل ْن ِج ْي ِل يَأْ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْعرُو‬ َّ ِ‫ال ِذ ْينَ يَتَّبِعُوْ نَ ال َّرسُوْ َل النَّب‬
ْ ‫ض ُع َع ْنهُ ْم إِصْ َرهُ ْم َو ْاألَ ْغالَ َل الَّتِي َكان‬
‫َت َعلَ ْي ِه ْم فَالَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا‬ َ َ‫ث َوي‬ َ ِ‫ت َويُ َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم ْال َخبَائ‬ ِ ‫ْال ُم ْن َك ِر َويُ ِحلُّ لَهُ ُم الطَّيِّبَا‬
َ‫َصرُوْ هُ َواتَّبَعُوْ ا النُّوْ َر الَّ ِذيْ أَ ْن َز َل َم َعهُ أُوْ لَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫َو َع َزرُوْ هُ َون‬
“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (etika) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-
Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157).

40
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu mewarisi
tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan memerintahkan umat
ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]

B. Dalil Al Qur’an
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].
Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini, hendaklah ada
etikan umat ini yang menegakkan perkata ini”.[3] Dan firman-Nya.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهلل‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“. [Al-
Imran :110].
Umar bin Khathab berkata etika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia, barang
siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah darinya”.
[4] Dalil Sunnah Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ِ ‫ك أَضْ َعفُ ا ِإلي َم‬


‫ان‬ َ ِ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذل‬
“Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika
tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan itu
selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].
Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya:
1. Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat mengenai
kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka
sedikitpun”.
2. Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menegaskan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al

41
Qur’an, lalu dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta
ahli fiqih Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”
3. An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma yang
menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar”
4. Asy-Syaukaniy berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok
serta rukun syari’at terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak
kejayaannya”.

C. DERAJAT KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR


Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam, bagaimanakah
derajat kewajibannya? Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah? Para ulama
berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut adalah
fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir, Az
Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’I, diantaranya:
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم أُ َّمةُُ يَ ْد ُعونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوأُوْ الَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-
orang yang beruntung“. [Ali Imran:104]
Mereka mengatakan bahwa kata ‫ ِم ْن‬dalam ayat ‫ ِم ْن ُك ْم‬untuk penjelas dan bukan untuk
menunjukkan etikan. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
َ ِ‫ َوأُوْ الَئ‬Menegaskan bahwa keberuntungan
Demikian juga akhir ayat yaitu: َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬
khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan mencapai
keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain. Oleh karena itu memiliki sifat-sifat
tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah disebutkan: ‫َما الَ يَتِ ُّّم ْال َوا ِجبُ إِالَّ بِ ِه‬
ٌ‫ فَهُ َو َوا ِجب‬Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu
hukumnya wajib.
2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ِ ‫اس تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َولَوْ َءا َمنَ أَ ْه ُل ْال ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫ُكنتُ ْم خَ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َ‫لَّهُ ْم ِّم ْنهُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َوأَ ْكثَ َرهُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imran :110]

42
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan syarat bergabung dengan umat
Islam yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan iman. Padahal
bergabung kepada umat ini, hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya:

َ‫ال إِنَّنِى ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬ َ ‫َو َم ْن أَحْ َسنُ قَوْ الً ِّم َّمن َدعَآ إِلَى هللاِ َو َع ِم َل‬
َ َ‫صالِحًا َوق‬
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “
Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [Fushilat :33] Sehingga
memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana Umar bin Al Khathab
menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang yang bergabung ke dalam barisan umat
Islam. Beliau berkata setelah membaca surat Ali Imran:110,
”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah
menunaikan syarat Allah darinya”
Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf nahi mungkar fardhu kifayah. Ini
merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka yang menyatakan secara tegas
adalah Abu Bakr Al-Jashash [12] , Al-Mawardiy, Abu Ya’la Al-Hambaliy, Al Ghozaliy,
Ibnul Arabi, Al Qurthubiy [13], Ibnu Qudamah [14], An-Nawawiy [15] , Ibnu Taimiyah
[16] , Asy-Syathibiy [17] dan Asy-Syaukaniy [18]. Mereka berhujjah dengan dalil-dalil
berikut ini:
3. Tidak semua orang dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar. Karena orang
yang menegakkannya harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti mengetahui hukum-
hukum syari’at, tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara menegakkannya,
kemampuan melaksanakannya. Demikian juga dikhawatirkan bagi orang yang beramar
ma’ruf nahi mungkar bila tanpa ilmu akan berbuat salah. Mereka memerintahkan
kemungkaran dan mencegah kema’rufan atau berbuat keras pada saat harus lembut dan
sebaliknya.
4. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
‫ف َونَهَوْ ا َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوهلِل ِ عَاقِبَةُ ْاألُ ُموْ ِر‬
ِ ْ‫صالَةَ َو َءاتَ ُوا ال َّز َكاةَ َوأَ َمرُوْ ا بِ ْال َم ْعرُو‬
َّ ‫ض أَقَا ُموْ ا ال‬
ِ ْ‫ال ِّذ ْينَ إِ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِ ْي ْاألَر‬
“(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf
dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah etika segala urusan“.
[QS. 22:41]
Imam Al Qurthubiy berkata,”Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya dimuka
bumi, sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang diberi
kemampuan untuknya

43
” Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah menyatakan,”Demikian kewajiban amar
ma’ruf nahi mungkar. Hal ini tidak diwajibkan kepada setiap orang, akan tetapi
merupakan fardhu kifayah”
Akan tetapi hukum ini bukan berarti menunjukkan bolehnya seseorang untuk tidak
berdakwah, atau beramar makruf nahi mungkar. Karena terlaksananya fardhu kifayah
ini dengan terwujudnya pelaksanaan kewajiban tersebut. Sehingga apabila kewajiban
tersebut belum terwujud pelaksanaannya oleh etikan orang, maka seluruh kaum
muslimin terbebani kewajiban tersebut. Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang
yang menunaikan dan melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan
lebih dari orang yang melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya
menghilangkan dosa dari dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah
menghilangkan dosa dari dirinya dan kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu
‘ain jika ditinggalkan, maka hanya dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika
ditinggalkan akan berdosa seluruhnya. Pendapat ini Insya Allah pendapat yang rajih.
Wallahu a’lam.
Amar makruf nahi mungkar dapat menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas,
apabila :
Pertama : Ditugaskan oleh pemerintah. Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya
hukum amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa”.
Kedua : Hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi. An
Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak mengetahuinya
kecuali dia”.
Ketiga : Kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu. Jika
kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang
tertentu saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka. An
Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika
berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang
yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat
kema’rufan”.
Keempat : Perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz memandang
amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan kondisi dan
keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya kemungkaran
dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka dakwah menjadi
fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.

44
DAFTAR PUSTAKA
https://issuu.com/dannilroikhan/docs/artikel_agama_islam/s/12452859
https://sef.feb.ugm.ac.id/mengenal-riba-dan-bahayanya/
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba/
https://duniapondok.com/ayat-tentang-kematian/
https://m-brilio-net.cdn.ampproject.org/v/s/m.brilio.net/amp/wow/keutamaan-
bersedekah-beserta-jenis-dan-dalilnya-sesuai-ajaran-islam-200604i.html?

45
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16382712227058&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.brilio.net%2Fwow%2Fkeutamaan-bersedekah-beserta-jenis-dan-dalilnya-
sesuai-ajaran-islam-200604i.html
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
Tak Harus Uang, Ini Bentuk Sedekah Lainnya - Kitabisa.com

5 Macam-Macam Riba dalam Islam, Lengkap Penjelasan, Hukum, dan Contohnya (yahoo.com)

46

Anda mungkin juga menyukai