Anda di halaman 1dari 32

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN
3. SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOH KASUS).
4. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
5. KEUTAMAAN SHODAQOH BERSERTA DALIL-DALILNYA
6. SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
7. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Elita Putri
NIM : F1B021006
Prodi/Kelas : Teknik Elektro/A

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021

1
Daftar Isi

BAB 1 ISTIDROJ .............................................................................................................................. 3


1.1 Pengertian Istodroj.............................................................................................................. 3
1.2 Konsep dari istidraj.............................................................................................................. 4
1.3 3 cara yang bisa dilakukan untuk menghindari istidraj ....................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................. 6
HUKUMAN YANG DISEGERAKAN .............................................................................................. 6
DALIL, TERJEMAHAN DAN PENJELASAN .................................................................................... 8
BAB III .......................................................................................................................................... 10
3.1 Pengertian Riba ................................................................................................................. 10
3.2 KRITERIA RIBA.................................................................................................................... 11
3.3 DOSA RIBA BESERTA DALIL ................................................................................................ 13
BAB IV KEUTAMAAN SHODAQOH .............................................................................................. 16
4.1 Pengertian Shodaqoh ........................................................................................................ 16
4.2 Keutamaan Shodaqoh ....................................................................................................... 17
BAB V KEMATIAN ........................................................................................................................ 20
5.1 Pengertian ......................................................................................................................... 20
5.2 Sifat Takdir Kematian ........................................................................................................ 21
BAB VI .......................................................................................................................................... 24
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA............................. 24
Daftar Pustaka ............................................................................................................................. 31

2
BAB 1 ISTIDROJ
1.1 Pengertian Istodroj
Istidroj adalah berasal dari kata ‘daraja’ yang dalam bahasa arab berarti naik satu
tingkatan ke tingkat berikutnya. Namun, istidraj lebih dikenal sebagai istilah azab yang
berupa kenikmatan yang sengaja diberikan pada seseorang. Jadi, Allah SWT menguji
hamba hambanya yang lalai dalam beribadah dengan melimpahkan mereka kenikmatan
dunia. Padahal, segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan.

Tidak sedikit orang yang lalai dalam ibadah justru diberikan harta yang
berlimpah dari Allah SWT. Dalam Islam, kenikmatan dunia itu disebut dengan istidraj.
Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya kepada
setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan akan
azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan merasa
tenang dalam maksiatnya. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni
kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang
yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh
merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka


adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak
menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.Cara termudah untuk membedakan
kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan.
Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah
kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa
jadi itu merupakan istidraj.

Peringatan istidraj termaktub dalam QS. Al An'am ayat 44 sebagai berikut:

َ‫ش ْىء َحت َّ َٰى إذَا فَر ُحوا ب َمآ أُوتُوا أَ َخذْ َٰنَ ُهم بَ ْغت َة فَإذَا هُم ُّمبْلسُون‬ َ ‫علَيْه ْم أَب َٰ َْو‬
َ ‫ب ُك ِّل‬ َ ‫سوا َما ذُ ِّك ُروا بهۦ فَت َ ْحنَا‬
ُ َ‫فَلَ َّما ن‬

Artinya: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga

3
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."
(QS. Al An'am: 44)

1.2 Konsep dari istidraj


Diberi kennikmatan yang berlimpah

Umumnya, Istidraj terjadi pada umat Islam yang lalai dalam beribadah. Namun,
mereka selalu dapat merasakan banyak kenikmatan di dunia. Misalnya, seorang umat
yang tidak pernah menunaikan salat dan mengerjakan amalan lain, tetapi dilimpahkan
rezeki begitu banyak. Padahal, kenikmatan yang membuat mereka terlena adalah sebuah
jebakan atau azab dari Allah SWT.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 178:

َ ‫ل ْنفُسه ْم ۗ انَّ َما نُ ْمل ْي لَ ُه ْم ليَ ْزدَاد ُْوا اثْما ۚ َولَ ُه ْم‬
‫عذَاب ُّمهيْن‬ َ ِّ ‫سبَ َّن الَّذيْنَ َكف َُر ْوا اَنَّ َما نُ ْمل ْي لَ ُه ْم َخيْر‬
َ ‫َو َل يَ ْح‬

Wa laa yahsabannallaziina kafaruuu annamaa numlii lahum khoirul li’ angfusihim,


innamaa numlii lahum liyazdaaduuu ismaa, wa lahum azaabum muhiin

Artinya: “Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu
yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu
yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa semakin bertambah, dan mereka
akan mendapat azab yang menghinakan.”

Diberi ketenangan hidup, meski sering bermaksiat

Ciri-ciri Istidraj lainnya ialah rasa tenang dan tentram dalam menjalani hidup.
Padahal, dirinya selalu melakukan maksiat. Segala dosa yang diperbuat pun terasa biasa
saja, tidak merasa bersalah atau menimbulkan kegelisahan di hati.Ibadah juga tidak
pernah ditunaikan sehingga terlalu dalam menikmati dunia. Padahal, sesungguhnya
dirinya sedang tersesat. Hal ini karena Istidraj merupakan hukuman dari Allah SWT
yang terjadi sedikit demi sedikit. Seorang hamba merasa senang dan nyaman akan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan untuk bertaubat apalagi menyesali
perbuatannya.

Diberi kesehatan dan jarang sakit

4
Banyak yang berpendapat bahwa kesehatan adalah hal tak ternilai. Hingga
beberapa orang akan mengeluh jika dirinya merasa tidak sehat. Padahal, sakit
merupakan bentuk nikmat dari Allah SWT pada hambanya. Maka, umat Islam yang
jarang sakit ini pun termasuk dalam ciri-ciri tertimpa Istidraj. Ketika tubuhnya selalu
sehat, mereka biasanya akan lalai dalam ibadah dan terus terlena pada urusan-urusan
duniawi yang fana.

Dari Ubah bin Amir radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.

َ ‫َللا تَعَالى يُ ْعطي ْالعَ ْبدَ منَ الدُّ ْنيَا َما يُحبُّ َوه َُو ُمقيم‬
‫علَى َمعَاصيه فَإنَّ َما ذَلكَ م ْنهُ اسْتد َْراج‬ َ َّ َ‫إذَا َرأَيْت‬

Artinya: “Apabila Anda melihat Allah SWT memberikan kenikmatan dunia kepada
seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya
adalah Istidraj dari Allah SWT.”

Sombong Dan Tinggi Hati Dengan Harta Yang Bergelimang

Harta yang bergelimang sangat berpotensi membuat kita menjadi tinggi hati dan
sombong, merasa lebih hebat serta lebih mampu bahkan bisa sampai menganggap orang
lain remeh karena tidak memiliki harta yang sebanding dengan apa yang kita miliki.

Rasululah s.a.w. bersabda : “Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang
beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-
menerus melakukan perbuatan dosa”. (HR. Al Hakim)

1.3 3 cara yang bisa dilakukan untuk menghindari istidraj


1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan

Cara menghindari istidraj yang pertama adalah meningkatkan keimanan dan ketakqaan
kepada Allah. Jadikan keimanan dan ketakwaan kepada Allah sebagai landasan bagi
kita dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Karena dengan dasar iman dan taqwa
inilah keberkahan yang sesungguhnya bisa kita dapatkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya :

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pasti lah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS al-a’raf ayat 96)

5
2. Mengerjakan amal sholeh dan hubungan baik terhadap semua mahkluk

Tidak hanya hubungan dengan Allah subhanahu wa ta’ala saja. Islam juga mengajarkan
kita untuk berhubungan baik terhadap semua makhluk ciptaanNya. Karena kebaikan
yang kita berikan kepada sesama juga akan dibalas kebaikan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman. maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sungguh akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-nahl ayat 97)

3. Berdoa

Terakhir agar terhindar dari istidraj yaitu dengan melakukan berdoa. Doa merupakan
senjata yang paling ampuh bagi kaum muslimin. Berdoa dengan sungguh-sungguh
merupakan cara kita meminta kepada Allah secara langsung agar diberikan keberkahan
harta, waktu, keluarga dan juga kenikmatan kenikmatan dunia yang lainnya.

Tidak salah jika kita menikmati karunia dan rahmat yang diberikan Allah subhanahu wa
ta’ala. Sebagai bentuk syukur dengan apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan.
Namun juga jangan sampai nikmat tersebut melalaikan kita, menjadikan kita malas
untuk beribadah, berbangga diri dan menyepelekan orang lain. Bahkan membuat kita
semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya
kenikmatan ialah yang akan kita dapatkan di akhirat kelak kenikmatan yang kekal
selama-lamanya.

BAB II
HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
Bagi orang beriman setelah memahami begitu yakinnya bahwa Musibah adalah
ujian dan takdir Allah. Hal ini perlu kita tanamkan dalam keyakinan kita bahwa ujian
dan cobaan adalah tanda kasih sayang Allah pada hamba-Nya yang beriman. semakin
Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan padanya bisa semakin berat.
Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan
Allah, dan ini sekaligus menjadi takdir Allah yang diberikan kepada hambanya. Suatu

6
contoh orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah
orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Ujian mereka sangat berat
melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub AS.
Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama
berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar.

Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para shalihin dan
para ulama. Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian yang
ringan kepada orang-orang awam, termasuk kita di dalamnya. Yang pasti, ketika setelah
seseorang mengikrarkan diri beriman, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya.

Dalam Alquran tertulis janji Allah, ”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh
Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta” (QS Al
Ankabut: 2-3).

Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya
pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya
menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita-pun marah. Lantaran terkejut, lelaki
itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. Pasca
kejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang
baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ”Engkau seorang yang masih
dikehendaki oleh Allah menjadi baik”. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.

Sadarilah bahwa masing-masing kita akan ada ujiannya, ujian juga merupakan takdir
Allah yang wajib diterima minimal dengan kesabaran. Dan ini tentunya harus
mengucapkan Alhamdulillah jika mampu diterima dengan ridha bahkan rasa syukur.
Tidak ada manusia yang tidak pernah tidak mendapat ujian dengan mengalami
kesusahan dan kesedihan. Setiap ujian pasti Allah timpakan sesuai dengan kadar
kemampuan hamba-Nya, dan ini berarti justru wujud cintanya Allah Kepada kita.

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas

7
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi,
shahih). Mari renungkan hadist ini. Apakah kita tidak ingin Allah menghendaki
kebaikan kepada kita? Allah segerakan hukuman kita di dunia agar Allah tidak
menghukum kita lagi diakhirat. Tentunya hukuman di akhirat jauh lebih dahsyat dan
berlipat-lipat ganda. Maka tentu orang yang berakal dan beriman kepada hari akhirat,
akan lebih memilih hukuman disegerakan di dunia daripada ditunda di hari kiamat
kelak.

Apakah kita ridha atau murka dengan takdir Allah, Kemudian apabila kita murka dan
tidak terima, apakah bisa merubah takdir dan keadaan kita saat ini. Untuk itu mari kita
ridha dan bahagia dengan takdir Allah. Kita harus berprasangka baik kepada Allah
karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Apabila kita murka dan tidak ridha, berarti
itulah kenyataannya bahwa musibah ini turun sebagai adzab bagi kita.

Apabila kita ridha dan berusaha memperbaiki diri, semoga ini adalah ujian yang
mengangkat derajat kita. Sebagaimana kata Allah, “Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila aditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa Lillahi wa
innaa ilaihi raji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs.
Al-Baqarah: 155-157).

DALIL, TERJEMAHAN DAN PENJELASAN


Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ع ْنهُ بذَ ْنبه َحتَّى ي َُوفَّى به يَ ْو َم ْالقيَا َمة‬ َ ‫ش َّر أ َ ْم‬


َ َ‫سك‬ َّ َ‫ع َّج َل لَهُ ْالعُقُوبَةَ فى الدُّ ْنيَا َوإذَا أ َ َراد‬
َّ ‫َللاُ ب َعبْده ال‬ َ ‫َللاُ ب َعبْده ْال َخي َْر‬
َّ َ‫إذَا أ َ َراد‬

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no.
2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ‫س َخ‬
‫ط‬ َّ ‫ط فَلَهُ ال‬
َ ‫سخ‬
َ ‫ضا َو َم ْن‬ ِّ ُ‫ى فَلَه‬
َ ‫الر‬ َ َّ ‫ظم ْالبَالَء َوإ َّن‬
َ ‫َللا إذَا أ َ َحبَّ قَ ْوما ا ْبتَالَهُ ْم فَ َم ْن َرض‬ َ ‫ظ َم ْال َجزَ اء َم َع ع‬
َ ‫إ َّن ع‬

8
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa
yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka,
maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).

Faedah dari dua hadits di atas:

1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala
yang besar.

2.Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui
keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

‫يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبالء‬

“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”

3.Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.

4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.

5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam
keadaan bersih dari dosa.

7.Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa
yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata,
“Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia
datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.” (Lihat Faidhul
Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)

8.Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap
sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta
musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

Contoh kasus dari hukuman yang disegerakan

9
Allah SWT. menyelamatkan dua orang hamba yang sedang terjebak dalam
perzinahan. Dua orang hamba ini sangat senang berbuat maksiat dan kemudian Allah
SWT. Menyelamatkan kedua hambanya dengan cara memberikan hukuman yang
disegarakan berupa rasa sakit hati yang begitu dalam. Entah salah satu atau kedua nya
diberikan hukuman yang disegerakan. Dan setelah rasa sakit yang dirasakan kemudian
seorang hamba lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan belajar sabar dari ujian
yang di timpanya.sesungguhnya Allah SWT. Maha penerima taubat.

Bertaubatlah dengan sepenuhnya menyesal sebelum ajal.

Al Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata :

Puncak dari harapan orang - orang yang telah mati di kubur - kubur mereka adalah
berharap bisa hidup kembali barang sesaat untuk mengejar apa - apa yang terluputkan
dari mereka (ketika di dunia) berupa taubat dan amal shaleh. Sementara orang-orang
(yang masih hidup) di dunia ini masih saja menyia-nyiakan hidupnya sehingga
hilanglah umur-umur mereka secara sia-sia dalam kelalaian, bahkan di antara mereka
ada yang menghabiskan umurnya dengan kemaksiatan. (Kitab Latha iful Ma'arif 339).

BAB III
3.1 Pengertian Riba
Riba merupakan penetapan bunga atau melebihkan jumlah nominal pinjaman
saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang
dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok
atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara
umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan
tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam.

Pengertia riba menurut Q.S Al-Baqarah ayat 275

Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika
riba terus dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap

10
harta. Riba juga akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.

‫الر َٰبوا‬ ِّ ۗ ‫شي َْٰط ُن منَ ْال َم‬


ِّ ‫س َٰذلكَ باَنَّ ُه ْم قَالُ ْوا انَّ َما ْالبَ ْي ُع مثْ ُل‬ َّ ‫طهُ ال‬ ِّ َ‫اَلَّذيْنَ يَأْ ُكلُ ْون‬
ْ ‫الر َٰبوا َل يَقُ ْو ُم ْونَ ا َّل َك َما يَقُ ْو ُم الَّذ‬
ُ َّ‫ي يَت َ َخب‬
َٰۤ ُ َ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َءه َم ْوع‬ ۗ ‫الر َٰب‬
ُ‫صحَٰ ب‬ ْ َ‫ولىِٕكَ ا‬ ‫عادَ فَا‬ ٰ ‫ف َواَ ْم ُره الَى‬
َ ‫َللا ۗ َو َم ْن‬ َ ۗ َ‫سل‬
َ ‫ظة ِّم ْن َّربِّه فَا ْنتَهَٰ ى فَلَه َما‬ ِّ ‫َللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
ٰ ‫َوا َ َح َّل‬
َ‫النَّار ۚ هُ ْم ف ْي َها َٰخلد ُْون‬
Artinya: "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba."

"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."

3.2 KRITERIA RIBA


Secara umum riba dapat dibedakan menjadi dua, yaitu riba hutang-piutang dan riba jual-
beli.

1. Riba Hutang-Piutang

Pengertian riba hutang-piutang adalah tindakan mengambil manfaat tambahan dari


suatu hutang. Riba hutang-piutang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1). Riba Qardh, yaitu mengambil manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
diisyaratkan kepada penerima hutang (muqtaridh).

2). Riba Jahiliah, yaitu penambahan hutang lebih dari nilai pokok karena penerima
hutang tidak mampu membayar hutangnya tepat waktu.

2. Riba Jual-Beli

11
Sementara riba jual-beli seringkali terjadi ketika konsumen membeli suatu barang
dengan cara mencicil. Penjual menetapkan penambahan nilai barang karena konsumen
membelinya dengan mencicil.

Ada dua jenis riba jual-beli yakni:

1).Riba Fadhl, praktik pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan tersebut masih termasuk dalam jenis
barang ribawi.

2).Riba Nasi’ah, penangguhan penyerahan/ penerimaan jenis barang ribawi yang


dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah ini terjadi karena adanya
perbedaan, perubahan, atau penambahan antara barang yang diserahkan saat ini dengan
yang diserahkan kemudian.

Contoh Praktik Riba

Banyak sekali kegiatan keuangan yang dianggap menguntungkan ternyata tidak halal.
Tak terkecuali riba, menabung di bank juga bisa tergolong riba. Berikut contoh-
contohnya.

1. Bunga Bank Konvensional

Bunga yang diterapkan oleh Bank konvensional ternyata termasuk dalam praktik riba.
Ketika kita meminjam dana dari Bank, maka kita akan dikenakan bunga setiap kali
membayar angsuran pinjaman tersebut.

Hal ini (riba) juga terjadi pada lembaga keuangan lainnya, misalnya lembaga
pembiayaan. Ketika kita membeli kendaraan bermotor atau properti secara mencicil
maka kita akan dikenakan bunga, dan ini termasuk praktik riba.

2. Pinjaman dengan Syarat

12
Ketika kita ingin meminjam uang dari pihak lain, seringkali pinjaman tersebut disertai
dengan syarat. Misalnya bunga atau hal lainnya sebagai syarat agar pemilik uang mau
meminjamkannya pada orang lain.

3.3 DOSA RIBA BESERTA DALIL


Hukum riba adalah haram, artinya seseorang muslim dilarang untuk melakukannya.
Larangan ini disebutkan oleh Allah SWT dalam beberapa ayat al-qur’an, salah satunya
surat ali Imran ayat 130 yang berbunyi

ْ ‫ار الَّتي أُعد‬


َ‫َّت ل ْلكَافرين‬ َ َّ‫ َواتَّقُواْ الن‬. َ‫َللا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْفل ُحون‬
َ ِّ ْ‫عفَة َواتَّقُوا‬
َ ‫ضا‬ ِّ ْ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذينَ آ َمنُواْ لَ ت َأ ْ ُكلُوا‬
ْ َ ‫الر َبا أ‬
َ ‫ض َعافا ُّم‬

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang
yang kafir." (Qs. Ali Imron [3]: 130).

Tafsiran surah al qur’an ayat 130

Ayat ini adalah yang pertama diturunkan tentang haramnya riba. Ayat-ayat
mengenai haramnya riba dalam Surah al-Baqarah ayat 275, 276 dan 278 diturunkan
sesudah ayat ini. Riba dalam ayat ini, ialah riba nas³’ah yang juga disebut riba jahiliah
yang biasa dilakukan orang pada masa itu. Ibnu Jarir berkata, “bahwa yang dimaksud
Allah dalam ayat ini ialah: Hai, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
janganlah kamu memakan riba berlipat ganda, sebagaimana kamu lakukan pada masa
jahiliah sesudah kamu masuk Islam, padahal kamu telah diberi petunjuk oleh-Nya.”
Pada masa itu bila seseorang meminjam uang sebagaimana disepakati waktu
meminjam, maka orang yang punya uang menuntut agar utang itu dilunasi menurut
waktu yang dijanjikan.

Orang yang berutang (karena belum ada uang untuk membayar) meminta
penangguhan dan menjanjikan akan membayar dengan tambahan yang ditentukan.
Setiap kali pembayaran tertunda ditambah lagi bunganya. Inilah yang dinamakan riba
berlipat ganda, dan Allah melarang, kaum Muslimin melakukan hal yang seperti itu. Ar-
Razi memberikan penjelasan sebagai berikut, “Bila seseorang berutang kepada orang
lain sebesar seratus dirham dan telah tiba waktu membayar utang itu sedang orang yang

13
berutang belum sanggup membayarnya, maka orang yang berpiutang membolehkan
penangguhan pembayaran utang itu asal saja yang berutang mau menjadikan utangnya
menjadi dua ratus dirham atau dua kali lipat.

Kemudian apabila tiba waktu pembayaran tersebut dan yang berutang belum
juga sanggup membayarnya, maka pembayaran itu dapat ditangguhkan dengan
ketentuan utangnya dilipatgandakan lagi, demikianlah seterusnya sehingga utang itu
menjadi bertumpuk-tumpuk. Inilah yang dimaksud dengan kata “berlipat ganda” dalam
firman Allah. Riba semacam ini dinamakan juga riba nasi’ah karena adanya
penangguhan dalam pembayaran bukan tunai.

Selain riba nasi’ah ada pula riba yang dinamakan riba fadal yaitu menukar
barang dengan barang yang sejenis sedang mutunya berlainan, umpamanya menukar 1
liter beras yang mutunya tinggi dengan 1½ liter beras yang bermutu rendah. Haramnya
riba fadal ini, didasarkan pada hadis-hadis Rasul, dan hanya berlaku pada emas, perak
dan makanan-makanan pokok, atau yang diistilahkan dengan “barang-barang ribawi.”
Karena beratnya hukum riba ini dan amat besar bahayanya maka Allah memerintahkan
kepada kaum Muslimin agar menjauhi riba dan selalu memelihara diri dan bertakwa
kepada Allah agar jangan terperosok ke dalamnya dan agar mereka dapat hidup
berbahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat.

Allah berfirman juga dalam surah Al Baqarah Ayat 278-280:


‫سوله ۖ َوإن‬ ُ ‫َللا َو َر‬ َّ َ‫الر َباإن ُكنتُم ُّمؤْ منينَفَإن لَّ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْذَنُوا ب َح ْرب ِّمن‬
ِّ َ‫ي من‬ َ َّ ‫َيا أ َ ُّي َها الَّذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ‫َللا َوذَ ُروا َما َبق‬
‫صدَّقُوا َخيْر لَّ ُك ْم ۖ إن ُكنت ُ ْم‬
َ َ ‫س َرة ۚ َوأَن ت‬
َ ‫عس َْرة فَنَظ َرة إلَ َٰى َم ْي‬ ْ ُ ‫وس أَ ْم َوال ُك ْم َل ت َْظل ُمونَ َو َل ت‬
ُ ‫ظلَ ُمون ََوإن َكانَ ذُو‬ ُ ‫ت ُ ْبت ُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُء‬
َ‫تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, tinggalkanlah apa yang tersisa dari riba,
jika kalian adalah orang-orang yang beriman. Maka jika kalian tidak meninggalkan,
maka umumkanlah perang kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka jika kalian bertaubat,
maka bagi kalian adalah pokok harta kalian. Tidak berbuat dhalim lagi terdhalimi. Dan
jika terdapat orang yang kesulitan, maka tundalah sampai datang kemudahan. Dan bila
kalian bersedekah, maka itu baik bagi kalian, bila kalian mengetahui." (QS Al-Baqarah:
278-280).

14
Ada banyak hadist Rasulullah SAW yang memberi peringatan keras tentang bahasa
serta dosa riba, yaitu

1.Mendatangkan Laknat Rasulullah SAW

Rasulullah melaknat semua orang yang terlibat dalam transaksi riba. Dari Jabir bin
Abdillah ra, beliau mengatakan,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, yang memberi makan
riba, yang menulis transaksi, dan dua transaksi riba. Beliau mengatakan, "Mereka
semua sama." (HR. Muslim 4177, Abu Daud 3335 dan yang lainnya).

2.Disebut dalam Deretan Dosa Besar

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: Jauhilah 7 dosa besar yang
membinasakan. Mereka bertanya, 'Ya Rasulullah, apa saja itu? "Beliau bersabda,
Berbuat syirik kepada Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan,
kecuali dengan alasan yang benar, makan riba, makan harta anak yatim (HR. Bukhari
2766 dan Muslim 272)

3.Dosanya Disetarakan Seperti Berzina dengan Ibunya

Dalam hadist dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:

Riba itu ada 73 pintu. Pintu riba yang paling ringan, seperti seorang lelaki yang
berzina dengan ibunya. (HR Hakim 2259 dan dishahihkan ad-Dzahabi).

Ali Al-Qori mengatakan riba lebih parah dari zina, dari sisi bahwa riba ada kaitannya
dengan hak-hak para hamba.

4.Riba Mengundang Murka Allah

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

15
Ketika zina dan riba dilakukan terang-terangan di masyarakat, berarti mereka telah
menghalalkan adzab Allah untuk ditimpakan ke diri mereka. (HR. Thabrani dalam
Mu'jam al-Kabir 460, dan dishahihkan al-Albani)

BAB IV KEUTAMAAN SHODAQOH


4.1 Pengertian Shodaqoh

Pengertian secara umum shadaqah atau sedekah adalah mengamalkan harta di


jalan Allah dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan, dan semata-mata
mengharapkan ridha-Nya sebagai bukti kebenaran iman seseorang. Istilah lain sedekah
adalah derma dan donasi.

Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq,
maka seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan
infaq. Dan shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang
pada agama / keimanan seseorang. Ketika seseorang ber- shadaqah maka ia akan
mendapatkan balasan dari apa yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini,
maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar zakat hanya saja ia kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan pahala. Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan
yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi
juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan,
menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada
saudaranya dsb. Dan shadaqah adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

Sebagimana dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 245 yang artinya:


"Barang siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik
(menafkahkan hartanya dijalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan."

Ayat tersebut menggambarkan bahwa sedekah memiliki makna mendermakan


atau menyisihkan uang di jalan Allah swt. Memberi sedekah kepada fakir miskin,

16
kerabat, atau orang lain yang dilakukan hanya untuk mengaharap ridha Allah maka akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat.

4.2 Keutamaan Shodaqoh

Selain sebagai bentuk amalan dan kebenaran iman seseorang terhadap perintah Allah
swt, shadaqah memiliki banyak keutamaan dalam pelaksanaannya antara lain:

1. Menyucikan Diri

Dengan menyedekahkan harta yang dimiliki, dosa-dosa orang yang bersedekah


akan dihapuskan. Hal ini tentu saja dapat dituai jika dilakukan bersamaan dengan taubat
atas dosa yang pernah diperbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan lainnya. Lakukan
kewajiban yang harus diikuti dan hindari larangan-Nya, maka kamu akan terhindar dari
dosa dan mendapatkan pahala.

2. Pahala Berlipat Ganda

Bersedekah merupakan tindakan yang mulia dan sangat dihargai oleh Allah
SWT. Imbalan bersedekah yang paling utama adalah mendapatkan pahala. Setelah
melakukan sedekah, pahala yang sudah kamu miliki akan dilipatgandakan.

Pahala yang didapat akan lebih besar lagi jika sedekah yang dilakukan benar-
benar murni dari hati, tanpa ingin diketahui oleh orang lain sama sekali. Jadi, tidak ada
unsur ria atau ingin menyombongkan harta yang disedekahkan.

3. Mendapat Imbalan Berlipat-lipat

Selain mendapat pahala dan membersihkan diri dari dosa, bersedekah juga akan
mendatangkan rezeki yang berlimpah. Tidak perlu takut kehabisan harta atau jatuh
miskin setelah bersedekah, karena Allah SWT sudah menjanjikan balasan rezeki yang
berlipatganda—baik dalam bentuk uang atau rezeki lainnya yang tidak bisa dinilai
dengan materi.

4. Terhindar dari Marabahaya

17
Berhubungan dengan poin sebelumnya, terhindarkan dari marabahaya
merupakan salah satu jenis rezeki yang tidak dapat dihitung dengan materi. Terdapat
dua sabda dari Rasulullah SAW, yaitu sedekah dapat menutup 70 pintu kejahatan dan
bencana atau musibah tidak dapat mendahului sedekah.

5. Memberi Ketenangan Hati

Sedekah dapat menciptakan ketenangan hati. Ketika bersedekah, pasti akan


muncul rasa senang karena telah memberi kepada mereka yang membutuhkan. Setelah
itu, hati akan terasa lebih tenang dan lapang karena beban-beban terangkat dan
digantikan dengan rasa senang karena telah membantu sesama.

6. Sebagai Jaminan Hari Akhir

Orang-orang yang bersedekah merupakan orang yang masuk ke dalam golongan


yang akan mendapatkan naungan di hari akhir. Maksud dari pernyataan ini adalah
ketika hari akhir datang dan tidak ada yang bisa melindungi dari panasnya matahari,
orang yang melakukan sedekah dengan ikhlas sepanjang hidupnya akan berada di
bawah naungan yang menyejukkan. Hal ini bisa didapatkan jika kamu bersedekah tanpa
pamrih atau ria, benar-benar tulus karena ingin membantu sesama dan juga karena Allah
SWT.

7. Terbebaskan dari Siksa Kubur

Ketika sudah berada dalam kubur dan menunggu hari kiamat datang, terdapat
pertanyaan perihal duniawi yang harus kamu pertanggungjawabkan. Jika banyak
melakukan hal yang dilanggar oleh Allah SWT dan tidak pernah berbuat baik, terdapat
siksa kubur untuk membersihkan dosa-dosa di dunia. Pada saat ini sedang berlangsung,
sedekah yang pernah dan sering kamu lakukan bisa menyelamatkanmu dari siksa kubur.
Seperti apa yang Rasulullah SAW katakan dalam HR Thabrani: “Sedekah akan
memadamkan api siksaan di dalam kubur”.

8. Menyembuhkan Orang Sakit

18
Terdapat banyak orang yang sakit, namun hidup dalam ketidakcukupan atau
bahkan kemiskinan. Dengan bersedekah ke orang yang membutuhkan, kamu bisa
mengangkat beban mereka yang ingin berobat namun tidak memiliki uang.

9. Menambah Umur

Sedekah dipercaya dapat memperpanjang umur seseorang, lho. Hal ini


dikarenakan kualitas hidup akan meningkat jika sering melakukan sedekah, dengan
membuat hati terasa tenang dan juga terhindar dari marabahaya dan segala bentuk
kejahatan.

10. Meninggal dengan Tenang

Manusia tidak luput dari dosa dan kesalahan-kesalahan yang disengaja maupun
tidak. Ketika bersedekah, kamu bisa memadamkan kemurkaan Allah SWT atas
perbuatan dan kesalahan di dunia. Dengan begitu, kamu pun dapat meninggal secara
tenang tanpa beban atau dipersulit cara meninggalnya

4.3 Dalil Tentang Shadaqohh

Dalam Al Qur’an, ada beberapa ayat yang mengisahkan tentang bersedekah, di


antaranya adalah:

1. Surah Al Baqarah Ayat 245

َ‫ط َوإلَيْه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ ‫ض َويَب‬


ُ ‫ْص‬ ُ ‫ٱَّللُ يَ ْقب‬
َّ ‫يرة ۚ َو‬ ْ َ‫ضعفَ ۥهُ لَ ۥهُ أ‬
َ ‫ضعَافا كَث‬ َ َٰ ُ‫سنا فَي‬
َ ‫ٱَّلل قَ ْرضا َح‬
َ َّ ‫ض‬ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذى يُ ْقر‬

Arab-Latin: Man żallażī yuqriḍullāha qarḍan ḥasanan fa yuḍā'ifahụ lahū aḍ'āfang


kaṡīrah, wallāhu yaqbiḍu wa yabṣuṭu wa ilaihi turja'ụn

Terjemah Arti: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan
melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

2. Surah Al Baqarah Ayat 261

19
ۗ ‫ف ل َمن يَشَا ُء‬
ُ ‫ضع‬ َّ ‫س ۢنبُلَة ِّمائَةُ َحبَّة ۗ َو‬
َ َٰ ُ‫ٱٱَّللُ ي‬ ُ ‫سنَاب َل فى ُك ِّل‬
َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ٱَّلل َك َمثَل َحبَّة أ َ ۢنبَت‬
َ ‫َت‬ َ ‫َّمث َ ُل ٱلَّذينَ يُنفقُونَ أ َ ْم َٰ َولَ ُه ْم فى‬
َّ ‫سبيل‬
َ ‫ٱَّللُ َٰ َوسع‬
‫عليم‬ َّ ‫َو‬

Arab-Latin: Maṡalullażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi kamaṡali ḥabbatin


ambatat sab'a sanābila fī kulli sumbulatim mi`atu ḥabbah, wallāhu yuḍā'ifu limay
yasyā`, wallāhu wāsi'un 'alīm

Terjemah Arti: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.

3. Surah Al Hadid Ayat 7

‫سولهۦ َوأَنفقُوا م َّما َج َعلَ ُكم ُّم ْستَ ْخلَفينَ فيه ۖ فَٱلَّذينَ َءا َمنُوا من ُك ْم َوأَنفَقُوا لَ ُه ْم أَجْ ر كَبير‬ َّ ‫َءامنُوا ب‬
ُ ‫ٱَّلل َو َر‬

Arab-Latin: āminụ billāhi wa rasụlihī wa anfiqụ mimmā ja'alakum mustakhlafīna fīh,


fallażīna āmanụ mingkum wa anfaqụ lahum ajrung kabīr

Terjemah Arti: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.

BAB V KEMATIAN
5.1 Pengertian

Menurut persfektif Islam kematian dianggap sebagai peralihan kehidupan, dari


dunia menuju kehidupan di alam lain. Kematian didefinisikan sebagai kehilangan
permanen dari fungsi integratif manusia secara keseluruhan (Hasan, 2006). Al- qur’an
merupakan media terbaik yang paling representatif dalam mengungkapkan perspektif
Islam mengenai kematian dan pasca kematian. Al- qur’an memberikan perhatian yang
cukup berpengaruh pada masalah ini dalam kehidupan individu dan masyarakat

20
(bangsa). Bahkan al- qur’an sering menyandingkan antara keimanan pada Allah dalam
keimanan pada hari akhir, sehingga sekali lagi, mengesankan bahwa keimanan pada
Allah saja belum cukup bagi individu dalam mewujudkan kesempurnaan mental,
ketenangan jiwa, dan kesalehan moral serta perilaku tanpa disertai keimanan pada hari
akhir (Rasyid,2008). Menurut para ulama kematian bukan sekedar ketiadaan atau
kebinasaan belaka, tetapi sebenarnya mati adalah terputusnya hubungan roh dengan
tubuh, terhalangnya hubungan antara keduanya, dan bergantinya keadaan dari suatu
alam ke alam lainnya (Al- Qurtubi, 2005).

5.2 Sifat Takdir Kematian

Peristiwa yang paling niscaya untuk diingkari adalah kematian. Meski demikian,
kenyataannya kematian menjadi salah satu bentuk kiamat kecil yang nantinya akan
dialami oleh setiap makhluk hidup. Dengan banyak mengingat kematian manusia bisa
lebih bersemangat dalam beribadah, dan melaksanakan amal-amal shalih. Dengan
demikian agar lebih waspada menghadapi kematian mari kita bahas tentang sifat-sifat
kematian beserta dalilnya.

1.Pasti, Kematian adalah akhir dari kehidupan dunia seorang makhluk hidup. Dan setiap
yang bernyawa maka akan merasakan mati. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 35

‫ُك ُّل نَ ْفس ذَآئقَةُ ْال َم ْوت‬

Artinya, “ Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Al-Anbiya: 35)

2.Tiba Tiba, tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana dia akan mati.
Kematian datang secara tiba-tiba dan tidak ada yang dapat menduganya. Kematian itu
pasti tetapi tidak banyak diantara kita yang benar-benar siap dalam meghadapinya.

3.Memaksa, Kematian itu bersifat memaksa sehingga apabila telah datang kepada
seseorang maka tidak akan ada yang mampu menolaknya. Dalam Al-Qur’an disebutkan

َ ‫صدُور ُك ْم َوليُ َمح‬


‫ِّص َما في‬ َّ ‫ي‬
ُ ‫َللاُ َما في‬ َ ‫علَيْه ُم ْالقَتْ ُل إلَى َم‬
َ ‫ضاجعه ْم َوليَ ْبت َل‬ َ ‫قُ ْل َل ْو ُك ْنت ُ ْم في بُيُوت ُك ْم لَبَ َرزَ الَّذينَ ُكت‬
َ ‫ب‬
ُّ ‫عليم بذَات ال‬
‫صدُور‬ َّ ‫قُلُوب ُك ْم َو‬
َ ُ‫َللا‬

21
Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-orang yang
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan
Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada pada hati kalian dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS.
Ali Imran:154)

4. Mengejar, Kematian akan mengejar siapapun meskipun berlindung di balik benteng


yang kokoh atau teknologi kedokteran yang canggih. Allah Ta’ala berfirman,

َّ ‫عالم ْالغَيْب َوال‬


َ‫ش َهادَة فَيُنَبِّئ ُ ُكم ب َما ُكنت ُ ْم تَ ْع َملُون‬ َ ‫قُ ْل إ َّن ْال َم ْوتَ الَّذي ت َف ُّرونَ م ْنهُ فَإنَّهُ ُمالَقي ُك ْم ث ُ َّم ت ُ َردُّونَ إلَى‬

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka


sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan kembali kepada
(Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian
apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

5. Ghoib, Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Waktu terjadinya
adalah perkara yang ghaib, namun kejadiaannya adalah kenyataan yang bisa dilihat.
Allah ta’ala berfirman,

ِّ َ ‫األر َحام َو َما تَدْري نَ ْفس َماذَا تَ ْكسبُ غَدا َو َما تَدْري نَ ْفس بأ‬
‫ي‬ َ ‫عة َويُنز ُل ْالغَي‬
ْ ‫ْث َويَ ْعلَ ُم َما في‬ َ ‫َللا ع ْندَهُ ع ْل ُم السَّا‬
َ َّ ‫إ َّن‬
‫عليم خَبير‬ َ َّ ‫أ َ ْرض ت َ ُموتُ إ َّن‬
َ ‫َللا‬

Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari
kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.
Luqman: 34)

6. Tidak dapat ditunda atau dipercepat, Kematian telah ditentukan waktunya. Ia tidak
dapat ditunda atau dipercepat. Allah Ta’ala berfirman

َ‫َولَن يُ َؤ ِّخ َر هللاُ نَ ْفسا إذَا َجآ َء أ َ َجلُ َها َوهللاُ خَبير ب َما تَ ْع َملُون‬

22
Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)

Dalam ayat yang lain,

َ‫عة َولَ َي ْستَ ْقد ُمون‬ َ َ‫َول ُك ِّل أ ُ َّمة أ َ َجل فَإذَا َجاء أ َ َجلُ ُه ْم لَ َي ْستَأْخ ُرون‬
َ ‫سا‬

Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda atau
mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

7.Kematian bukanlah kebinasaan, Jasad manusia bisa saja hancur setelah nyawa dicabut
darinya. Tetapi jiwa dan ruh akan tetap ada dan kembali kepada pencipta-Nya.
Kematian sama saja dengan kembali kepada Allah. Ia bukanlah kebinasaan , melainkan
hanya perpindahan dari satu fase kehidupan di dunia ke fase kehidupan sesudah mati.

Mengingat kematian akan menimbulkan rasa khawatir di dunia yang fana karena
kita akan menuju negeri akhirat yang abadi. Kematian tidak mengenal usia, waktu
ataupun penyakit tertentu agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
Manusia tidak pernah lepas dari kondisi lapang dan sempit, sehingga dengan mengingat
kematian, maka manusia tidak akan terlena ataupun berputus asa dari takdir. Manusia
yang mengingat kematian akan dimuliakan dalam 3 (tiga) hal, yaitu :

• Segera bertaubat

Berapapun besar dosa yang kita lakukan, Allah akan tetap membukakan pintu t0bat
selama nyawa masih di kandung badan dan matahari belum terbiat dari barat. Allah
berfirman dalam (QS. Az Zumar: 53)

"Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,


janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."

• Senantiasa Beristiqomah

23
Sebagai seorang muslim, kita diharapkan tetap istikamah. Namun, istikamah
bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Sebab, banyak sekali godaan yang hadir
di saat manusia hendak teguh pada pendiriannya. Untuk itu, perbanyaklah
melakukan perbuatan amal dan memperkuat ibadah aku kamu tetap istikamah di
jalan-Nya.

• Giat Beribadah

Sebagai seorang muslim yang beriman kita senantiasa untuk selalu mengerjakan
kewajiban seperti sholat dan berbuat baik sesame muslim. Dan senantiasa
mengerjakan sunah sunah dari rasulullah SAW.

BAB VI
KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA

Amar ma’rūf nahi munkar merupakan frasa dari bahasa Arab yang berarti
perintah Allah swt untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah
hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan
kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat
Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

َ َ‫ت للنَّاس ت َأ ْ ُم ُرونَ ب ْال َم ْع ُروف َوتَ ْن َه ْون‬


‫عن ْال ُمنكَر َوتُؤْ منُونَ باهلل َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل ْالكت َاب لَ َكانَ َخيْرا‬ ْ ‫ُكنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّمة أ ُ ْخر َج‬
َ‫لَّ ُه ْم ِّم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ منُونَ َوأ َ ْكثَ َرهُ ُم ْالفَاسقُون‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali Imron :110]

Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam yang harus
dilakukan oleh setiap muslim.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur'an:
َ‫عن ْٱل ُمنكَر ۚ َوأُو َٰلَئكَ هُ ُم ْٱل ُم ْفل ُحون‬
َ َ‫َو ْلت َ ُكن ِّمن ُك ْم أ ُ َّمة َيدْعُونَ إلَى ْٱل َخيْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ب ْٱل َم ْع ُروف َو َي ْن َه ْون‬
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

24
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
Dalam ayat lain, Allah SWT juga memerintahkan amar makruf nahi mungkar, karena
perilaku ini merupakan perbuatan yang dapat memberikan keuntungan bagi pelakunya.
Allah SWT berfirman:

‫عن‬َ ‫ى ٱلَّذى يَجدُونَ ۥهُ َم ْكتُوبا عندَهُ ْم فى ٱلت َّ ْو َر َٰىة َو ْٱْلنجيل يَأْ ُم ُرهُم ب ْٱل َم ْع ُروف َويَ ْن َه َٰى ُه ْم‬ َّ ‫ى ْٱأل ُ ِّم‬
َّ ‫سو َل ٱلنَّب‬ َّ َ‫ٱلَّذينَ يَتَّبعُون‬
ُ ‫ٱلر‬
‫علَيْه ْم ۚ فَٱلَّذينَ َءا َمنُوا بۦه‬ َ ‫ت‬ ْ َ‫ص َرهُ ْم َو ْٱأل َ ْغ َٰلَ َل ٱلَّتى كَان‬
ْ ‫ع ْن ُه ْم إ‬
َ ‫ض ُع‬
َ ‫ث َو َي‬ َ ‫علَيْه ُم ْٱل َخ َٰ َبئ‬ َّ ‫ْٱل ُمنكَر َويُح ُّل لَ ُه ُم ٱل‬
َ ‫طيِّ َٰ َبت َويُ َح ِّر ُم‬
َ‫ور ٱ َّلذى أُنز َل َم َع ۥهُ ۙ أُو َٰ َلئكَ هُ ُم ْٱل ُم ْفل ُحون‬
َ ‫ص ُروهُ َوٱتَّ َبعُوا ٱل ُّن‬ َ َ‫ع َّز ُروهُ َون‬ َ ‫َو‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya.
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS al-A'raaf:
157).

Perintah amar makruf nahi mungkar juga banyak dijelaskan dalam hadits. Salah satunya
adalah hadits dari Abi Said al-Khudri:
"Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu
maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan
hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).

Dalam hadits lain, dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Mas'ud Ra, Rasulullah
SAW bersabda:
"Tidaklah seorang Nabi pun yang Allah Ta'ala utus di suatu umat sebelumku, kecuali
memiliki pengikut-pengikut setia dan sahabat-sahabat. Mereka mengambil sunnahnya
dan mengikuti perintahnya. Kemudian, datang generasi-generasi setelahnya yang
mengatakan hal yang tidak mereka ketahui dan tidak diperintahkan. Maka, barang siapa

25
memerangi mereka dengan tangannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa
memerangi mereka dengan lisannya maka ia adalah mukmin. Dan, barang siapa
memerangi mereka dengan hatinya maka ia adalah mukmin. Dan, tidak pernah ada di
belakang itu semua keimanan sebesar biji atom."

Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menjadi Fardhu ‘Ain

Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi sebuah aktivitas yang hukumnya fardhu ‘ain dalam
beberapa kondisi tertentu. Misalnya,

Pertama, Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka yang ditunjuk
oleh negara Islam untuk melaksanakannya. (Al-Ahkam as-Sulthaniyah, Al-Mawardi,
1/270; Raudhah at-Thalibin, 10/217)

Kedua, apabila dalam suatu tempat ada hal ma’ruf yang ditinggalkan dan tindak
kemunkaran dibiarkan merajalela sedangkan hanya ada satu orang yang mengetahui,
maka melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi satu orang
tersebut (Syarah Shahih Muslim, 2/23). Baik mengubah sesuai kemampuannya atau
menyampaikan kepada Ahli Ilmu dan orang yang diberi tanggung jawab akan hal itu
sampai mereka melakukan hisbah, atau dengan cara lainnya.

Ketiga, apabila tidak mungkin untuk melakukan hisbah kecuali seseorang atau beberapa
orang tertentu, seperti kemunkaran yang dilakukan oleh pejabat pemerintah dan
semisalnya, maka bagi orang atau beberapa orang tersebut hukumnya fardhu ‘ain. (At-
Turuq al-Hukmiyah fi as-Siyasah asy-Syar’iyyah, 345)

Keempat, apabila Amar Ma’ruf Nahi Munkar membutuhkan suatu perdebatan dan adu
argumen, maka menjadi fardhu ‘ain bagi siapa yang mampu melakukannya. (Ahkamul
Qur’an, Ibnul ‘Arabi, 1/383)

Kelima, ketika maraknya kemunkaran di tengah kondisi sedikitnya para da’i dan
menyebarnya kebodohan, maka Amar Ma’ruf Nahi Munkar menjadi fardhu ‘ain bagi
setiap individu sesuai kemampuannya. (Majmu’ Fatawa Syaikh ibn Baz, 1/332)

26
Keenam, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi penguasa yang diberi
amanah oleh Allah untuk memegang tampuk kepemimpinan seperti para Amir, para
hakim, dan sebagainya.

Karena Allah Ta’ala mensyari’atkan al-Imamah al’Uzhma dan seluruh kekuasaan


selainnya untuk menegakkan agama Allah, melaksanakan tugas Amar Ma’ruf Nahi
Munkar, dan mencegah orang- orang zalim dan fasiq dengan melaksanakan hukuman
had dan ta’zir.

Seandainya para penguasa atau pemimpin meninggalkan kewajiban Amar Makruf Nahi
Munkar dan jihad karena mengharap dunia atau takut atas jabatan dan kedudukan, atau
ada unsur kecintaan kepada orang-orang kafir, fasiq, dan munafiq, maka keadaannya
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyah,

“Seorang pemimpin yang tidak melakukan tugas nahi munkar dan menegakkan hukum
had padahal dia mendapat harta darinya, maka kedudukannya sebagaimana orang yang
mengambil harta haram yang seharusnya dibagi kepada para pasukan perang, dan
bagaikan seorang komandan yang mengambil upah dari mendamaikan dua kubu dengan
cara yang keji, dan keadaannya serupa dengan kondisi seorang wanita tua jahat; istri
Nabi Luth yang berlaku sebagaimana dalam al-Quran surat al-A’raf: 83…” (As-Siyasah
asy-Syar’iyyah fi Islah ar-Raa’iy wa ar-Ra’iyyah, 63)

Ketujuh, apabila seseorang melihat kemunkaran sementara dia mampu untuk


menghilangkannya dan mengetahui bahwa selainnya tidak mampu untuk hal itu, maka
menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya fardhu ‘ain bagi dirinya sesuai
kemampuan.

Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar Menjadi Haram

Selain fardhu‘ain. Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya dapat berubah menjadi haram
dalam beberapa kondisi, seperti,

Pertama, orang yang tidak berilmu atau bodoh terhadap urusan ma’ruf dan munkar,
tidak bisa membedakan hakikat keduanya, maka dia haram melakukan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar.

27
Kedua, pelaksanaakn Amar Ma’ruf Nahi Munkar justru menimbulkan kemunkaran
yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, Amar Ma’ruf Nahi Munkar hukumnya
haram.

Ketiga, aktivitas Amar Ma’ruf Nahi Munkar berkonsekuensi pada timbulnya bahaya
terhadap jiwa dan kehormatan kepada selain pelakunya—baik keluarga, tetangga dan
selainnya. (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 17/230)

Praktek Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Setelah mengetahui seputar hukum dan fleksibilitasnya, pertanyaan berikutnya adalah


bagaimana praktek penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ini?

Secara garis besar, syariat Islam telah memberikan konsep dasar tentang praktek
penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang disarikan dari sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,

‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اْلي َم‬ ْ َ ‫سانِ ِه فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َوذَلِكَ أ‬
ُ ‫ض َع‬ َ ‫َم ْن َرأَى مِ ْن ُك ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغ َِي ْرهُ ِبيَ ِد ِه فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَ ِب ِل‬

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan


tangannya, jika tidak mampu ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka ubahlah
dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim No. 70)

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Hati

Pertama, mengubah kemunkaran dengan hati, karena ini merupakan bentuk Amar
Ma’ruf Nahi Munkar yang harus bisa dilakukan oleh seorang muslim. Jika seorang
muslim melihat kemunkaran sedang hatinya tidak mengingkarinya, maka ini
menunjukkan betapa lemah imannya atau bahkan sudah hilang imannya kepada Allah.

Termasuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar juga adalah dengan meng-hajr-nya (mendiamkan
dan menjahuinya); tidak bermuamalah dengan pelaku kemunkaran tersebut, supaya
sadar bahwa teman-temannya menjauhi dirinya karena perbuatan munkar yang
dilakukan. Tentu dalam melakukan hajr ini, ada batasan-batasannya dan dalam kondisi

28
memang tidak bisa melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar kecuali harus dengan
mendiamkan dan menjauhinya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Lisan

Kemudian setelah hati mengingkari perbuatan munkar, maka hal berikutnya yang harus
dilakukan oleh seorang muslim adalah mengubahnya dengan lisannya atau dengan
tangannya, melihat mana yang mendatangkan maslahat dan mampu menghilangkan
mudarat.

Adapun rambu-rambu tingkatan Amar Makruf Nahi Munkar dengan lisan adalah
sebagai berikut;

Pertama, memberitahu dengan baik, memberi pengertian bahwa yang dilakukannya ini
salah.

Kedua, melarangnya dengan nasehat yang baik, menakut-nakutinya akan ancaman dari
Allah ‘azza wajalla.

Ketiga, melarang dengan mengeraskan suaranya, dengan nada yang lantang dan tegas,
keempat, memberikan ancaman dan hal-hal yang membuatnya takut untuk mengulangi
perbuatannya.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan Tangan

Adapun rambu-rambu tingkatan Amar Makruf Nahi Munkar dengan tangan, adalah
sebagai berikut;

Pertama, mengambil atau menghancurkan alat-alat yang digunakan untuk berbuat


munkar.

Kedua, mengingatkan dengan memberinya hukuman fisik, tanpa harus menimbulkan


rasa sakit yang signifikan.

Ketiga, mengubahnya dengan tangan dengan menggunakan alat hukuman; bisa tongkat,
cemeti, dan lainya,

29
Keempat, membawa bala bantuan untuk mengubahnya—pada kasus kemunkaran yang
cukup besar.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tetap Mempertimbangkan Maslahat-Mudarat

Semua bentuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar di atas harus didasari dengan asas
mendatangkan kemaslahatan dan menghilangkan kemudaratan. Aktivitas Amar Makruf
Nahi Munkar tidak boleh berdampak pada munculnya kemunkaran atau kemudaratan
yang lebih besar, karena ini bertentangan dengan perintah syar’i dalam melakukan
Amar Makruf Nahi Munkar.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah memberikan rambu—rambu syar’i secara singkat tentang


pelaksanaan Amar Ma’ruf Nahi Munkar,

“Apabila dalam melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang dihasilkan adalah
hilangnya kemunkaran atau kemudaran dan mendatangkan kema’rufan atau maslahat
maka ini disyariatkan. Apabila yang dihasilkan adalah meminimalisir kemunkaran atau
kemudaratan, maka ini juga disyariatkan. Apabila yang dihasilkan adalah sama saja
dengan tidak melakukannya, maka ini menjadi ruang ijtihad (mana yang lebih utama,
dengan kejelian melihat kondisi). Apabila yang dihasilkan adalah datangnya
kemudaratan yang lebih besar atau lebih membahayakan, maka ini dilarang oleh
syariat.”

30
Daftar Pustaka

Azmi,Hafizi.(2018).Pengertian Istidraj dan Cara Menghindarinya.Diakses pada 30


November 2021, dari https://hafiziazmi.com/pengertian-istidraj/

Nursalikah,Ani.(2020).Terjebak Istidroj Kenikmatan.Diakses pada 30 November 2021,


dari https://m.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan

Abduh Tuasikal,Muhammad.(2013).Ujian dan Musibah tanda Allah Cinta. Diakses


pada 30 November 2021, dari https://rumaysho.com/3131-ujian-dan-musibah-tanda-
allah-cinta.html

Aditya,Ivan.(2021).Musibah Adalah Ujian dan Takdir Allah. Diakses pada 30


November 2021, dari https://www.krjogja.com/angkringan/opini/musibah-adalah-ujian-
dan-takdir-allah/

“Riba”.Wikipedia.Ensiklopedia bebas.3 Desember 2021.


https://id.wikipedia.org/wiki/Riba

Widya Yunita,Niken.(2019). Ayat tentang Riba dalam Alquran. Diakses pada 3


Desember 2021, dari https://news.detik.com/berita/d-4793327/ayat-tentang-riba-dalam-
alquran-ini-penjelasannya

Mukri,Mukmin. Diakses pada tanggal 3 Desember 2021, dari


https://bdkpalembang.kemenag.go.id/upload/files/untuk%20Website%20%28Mukmin%
29.pdf

Admin.(2020). Pengertian Sedekah, Keutamaan dan Macam-macam Sedekah. Diakses


pada tanggal 3 desember 2021, dari https://www.wujudaksinyata.org/news/pengertian-
sedekah-keutamaan-dan-macam-macam-sedekah

31
Kita Bisa.(2019). Pengertian Shadaqah, Keutamaan, dan Macam-macam
Shadaqah.Diakses pada tanggal 3 November 2021, dari
https://blog.kitabisa.com/pengertian-shadaqah-keutamaan-dan-macam-macam-
shadaqah/

Utami,Romadhoni.(2021).Sifat Sifat Kematian. Diakses pada tanggal 3 desember 2021,


dari https://muslimah.or.id/8548-sifat-sifat-kematian.html

Kumpulan Artikel BKD D.I.Y Jogja.(2014).Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat.


Diakses pada tanggal 3 Desember 2021, dari http://bkd.jogjaprov.go.id/informasi-
publik/artikel/cukuplah-kematian-sebagai-nasihat

https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-nahi-mungkar-perilaku-yang-
diperintahkan-allah-swt.

https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3595/

32

Anda mungkin juga menyukai