Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Faro Ferdinan Hariyadi
NIM : L1B021036
Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi/A
BAB 1 ............................................................................................................................... 1
BAB 2 ............................................................................................................................. 10
BAB 3 ............................................................................................................................. 15
BAB 4 ............................................................................................................................. 21
BAB 5 ............................................................................................................................. 24
i
BAB 1
ISTIDROJ
Pengertian Istidroj, Istidroj sendiri secara bahasa bermakna naik dari satu
tingkat ke tingkat selanjutnya. Namun, secara istilah memiliki makna azab yang
berupa kenikmatan. Ketika seorang muslim gemar melakukan maksiat dan jarang
sekali beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, bisa jadi ia sedang
terjebak dalam kenikmatan hdup, padahal ia semakin lalai menunaikan ibadah
serta kewajiban lainnya. Inilah yang bisa disebut sebagai istidraj. Sedangkan
secara pengertian, istidraj ini dapat bermakna sebagai ‘hukuman’ dari Allah
kepada hambanya yang diberikan sedikit demi sedikit, tidak secara langsung.
Allah tidak menyegerakan hukumannya. Dalam pengertian lain istidroj adalah
tipuan yang diberikan oleh Allah SWT terhadap orang – orang yang
membangkang terhadap-Nya. Dalam hal ini Allah SWT mengabulkan segala
keinginan manusia dengan membukakan pintu – pintu kesenangan, yang mana hal
itu sebenarnya adalah kehancuran, kenistaan, dan kesengsaraan baginya.
Akhirnya Allah berikan hamba tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya
pintu kenikmatan lain dan hamba tersebut merasa senang dan nyaman dengan
kemaksiatannya disertai dengan hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali
perbuatannya. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan
hamba dalam istidraj ini adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber
penghidupan (kedudukan, jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan
beranggapan diri mereka di atas segala-galanya.
Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran.
Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan
(maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.
Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan,
istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah
agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu
dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.
1
Maka sungguh celakalah orang-orang yang terjebak dalam keadaan istidraj dan
tidak segera menyadarinya lalu meminta taubat kepada Allah SWT.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat
Rasulullah SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau
lihat Allah memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang
diingininya dengan serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian
adalah istidraj." (HR. Ahmad). Sebagai seorang muslim, kita harus berhati-hati
dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, kita diperintahkan
untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh kepada orang yang
membutuhkan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan secara terperinci konsep/ciri
beserta tahapannya seseorang yang sedang berada dalam keadaan istidraj.
Berikut adalah yang merupakan ciri-ciri seseorang berada dalam keadaan istidraj:
2
Ibnu Athaillah berkata: “Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia
Allah, sementara engkau tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan
sampai karunia itu semata-mata istidraj oleh Allah”.
Ali Bin Abi Thalib rhadiyallahu'anhu berkata: “Hai anak Adam ingat dan
waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat atas
dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya”. Istidraj
sangat jelas dalam perkara ini karena perbuatan maksiat pangkalnya adalah
kehancuran dan penderitaan. Namun ketika maksiat terus dilakukan sedangkan
kehidupan di dunianya semakin sukses dan sejahtera maka hal tersebut adalah
kemurahan hati yang Allah berikan dalam bentuk istidraj.
Allah subhana hua ta’ala berfirman dalam surat al-Humazah ayat 1-3 yang
berbunyi:
٣ ُسبُ أَن َمالَ ۥهُ أ َ ۡخلَدَ ۥه َ ٱلذِي َج َم َع َم ٗال َو١ َو ۡيل ِل ُك ِل هُ َمزَ ة لُّ َمزَ ة
َ ۡ يَح٢ ُعددَ ۥه
Artinya:
(1) Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela; (2) yang mengumpulkan
harta dan menghitung-hitung; (3) dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengkekalkannya. (QS. Al-Humazah: 1-3).
5. Jarang sakit
Sakit adalah hal yang lumrah terjadi pada manusia karena kesehatan dan cuaca
terkadang mengalami perubahan yang cukup fluktuatif terlebih dengan aktifitas
harian manusia yang padat. Tentu ada masanya system imun menurun dan
3
menyebabkan sakit. Namun untuk orang-orang yang sedang mendapatkan ujian
istidraj biasanya jarang jatuh sakit karena hikmah dari sakit salah satunya adalah
meringankan kita dari dosa-dosa yang kita lakukan. Imam Syafi’I pernah
mengatakan mengenai perkara ini bahwa:
“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika
engkau tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah
dengan dirimu.”
Adapun selain ciri-ciri seseorang berada dalam keadaan istidroj, terdapat juga
beberapa tahapan yang akan dialami oleh hamba yang tidak mengindahkan ajaran
Islam sebagai sebuah istidraj. Berikut adalah tahapan-tahapan tersebut:
4
4. Keempat, Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba tersebut di saat lalai. Qatadah
berkomentar, bahwa siksaan yang menimpa suatu kaum secara tiba-tiba
adalah urusan Allah. Dan tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum,
melainkan di saat mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta
tenggelam dalam kesenangan.
5. Kelima, Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan. Hamba tersebut
telah terperdaya dengan kesenangan duniawi dimana Hasan al-Basri
mengatakan, siapa yang diberi keluasan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari
hal itu merupakan ujian baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang
yang disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.
Keadaan tersebut adalah bentuk kesengajaan dan pembiaran oleh Allah pada
hamba yang sengaja berpaling dari perintah-Nya dan Allah menunda segala
bentuk azab-Nya. Allah membiarkan hamba tersebut semakin lalai dan
diperbudak dunia. Semoga kita dihindarkan dari jenis hamba seperti ini dan
digolongkan oleh Allah sebagai hamba yang bisa menggunakan kenikmatan
duniawi dalam ketaatan.
5
C. DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ
ُ وا ِب َما أُوتُو ۟ا أَ َخذْ َٰنَ ُهم بَ ْغتَةً فَإِذَا هُم ُّم ْب ِل
سو ۟ ش ْىء َحت َٰى ِإذَا فَ ِر ُح َ علَ ْي ِه ْم أَب َٰ َْو
َ ب ُك ِل ۟ وا َما ذُك ُِر
َ وا ِبِۦه فَتَ ْحنَا ۟ سُ َفَلَما ن
Fa lammā nasu mā żukkiru bihī fatahnā 'alaihim abwāba kulli syaī`, hattā iżā
farihu bimā utū akhażnāhum bagtatan fa iżā hum mublisun
َ سبَن ال ِذيْنَ َكف َُر ْوا اَن َما نُ ْم ِل ْي لَ ُه ْم َخي ٌْر ِلَ ْنفُ ِس ِه ْم ۗ اِن َما نُ ْم ِل ْي لَ ُه ْم ِليَ ْزدَاد ُْوا اِثْ ًما ۚ َولَ ُه ْم
عذَابٌ ُّم ِه ْي ٌن َ َو َل يَ ْح
ش ْي ۗء َحتى اِذَا فَ ِر ُح ْوا ِب َما ا ُ ْوت ُ ْوا ا َ َخذْ َٰن ُه ْم َب ْغتَةً فَ ِاذَا هُ ْم َ س ْوا َما ذُك ُِر ْوا ِبه فَت َ ْحنَا
َ علَ ْي ِه ْم اَب َْو
َ اب ُك ِل ُ َفَلَما ن
َس ْون
ُ ُّم ْب ِل
6
Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus
asa.” (QS.Al An’am: 44).
Artinya: “Apakah mereka mengira bahwa Kami memberikan harta dan anak-
anak kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami segera memberikan kebaikan-
kebaikan kepada mereka? (Tidak), tetapi mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al
Mu’minun: 55-56).
عف َْوا وقَالُ ْوا قَدْ َمس َٰابَ ۤا َءنَا الضر ۤا ُء َوالسر ۤا ُء فَا َ َخذْ َٰن ُه ْم بَ ْغتَةً وهُ ْم َل َ سنَةَ َحتى َ ثُم بَد ْلنَا َم َكانَ السيِئ َ ِة ْال َح
ض َو َٰلك ِْن كَذب ُْوا ِ ال ْر َ ْ علَ ْي ِه ْم بَ َر َٰكت ِمنَ الس َم ۤاءِ َو
َ يَ ْشعُ ُر ْونَ َولَ ْو اَن اَ ْه َل ْالقُ َٰرى َٰا َمنُ ْوا َواتقَ ْوا لَفَت َ ْحنَا
َفَا َ َخذْ َٰن ُه ْم بِ َما كَانُ ْوا يَ ْك ِسب ُْون
Artinya: “Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan
(sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak, lalu mereka berkata,
“Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan,”
maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari.
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang
telah mereka kerjakan. (QS.Al A’raf: 95-96).
5. Istidraj Mengantarkan pada Kebinasaan
7
6. Setan Membuai Manusia, Lalu Berlepas Tangan
ع ِن الس ِب ْي ِل َوكَانُ ْوا َ َعادًا وث َ ُم ْودَ ۟ا َوقَدْ تبَينَ لَ ُك ْم مِ ْن مسَٰ ِكنِ ِه ۗ ْم َوزَ ينَ لَ ُه ُم الشي َْٰط ُن اَ ْع َمالَ ُه ْم ف
َ صدهُ ْم َ َو
ِ ۙ ُم ْستَب
َْص ِريْن
Artinya: “Juga (ingatlah) kaum ’Ad dan Samud, sungguh telah nyata bagi
kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Setan telah
menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka, sehingga
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang
yang berpandangan tajam.” (QS.Al Ankabut: 38)
8
8. Allah Memberikan Kuasa pada Orang yang Mendustakan Al Quran, untuk
Kemudian Membinasakan Mereka.
ِي فِتْنَةٌ و َٰلكِن اَ ْكثَ َرهُ ْم َل َٰ َ ٗعانَا ثُم اِذَا خَو ْل َٰنهُ نِ ْع َمةً مِ ن ۙا قَا َل اِن َما ا ُ ْوتِ ْيتُه
َ على ع ِْلم ۗبَ ْل ه ِ ْ فَ ِاذَا َمس
َ ال ْن
َ َسانَ ضُر د
ََي ْعلَ ُم ْون
Artinya: “Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian
apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, “Sesungguhnya aku
diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku.” Sebenarnya, itu adalah ujian,
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS.Az Zumar: 49)
9
BAB 2
Hadits qudsi adalah salah satu pedoman para muslim dalam beribadah dan
menjalani hidup. Selain hadits masih ada Al Quran dan qiyas yang menjadi sumber
jawaban umat islam perlu penjelasan.
Dikutip dari laman Al Quran Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), qudsi
( )القدسيberasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut hadits qudsi karena
perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang Maha Suci.
Dalam penjelasannya sendiri, hadits qudsi telah banyak dijelaskan oleh beberapa
sumber seperti berikut:
ويطلق عليه الحديث اإللهي نسبة لإلله، الطهارة والتنزيه: والقدس هو، الحديث القدسي نسبة إلى القدس
والحديث الرباني نسبة للرب جل وعال
Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang dinisbahkan pada kata Qudsi adalah
suci ath-thoharoh) dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi juga
disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah (Allah), dan juga disebut
hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan
Luhur”.
Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 551
menjelaskan;
لحديث القدسي أنزل عليه بغير واسطة الملك غالبا بل بالهام أو منام إما باللفظ والمعنى وإما باللفظ فقط
يعبر عنه النبي صلى هللا عليه و سلم بألفاظ من عنده و ينسبه اليه تعالى ل للتعبد بتالوته ول لإلعجاز.
10
Artinya: “Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
dengan tanpa perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya hadis
Qudsi itu turun berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan kemudian
Nabi sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya sendiri yang di
nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap ibadah dan
jga tidak mengandung mukjizat”.
الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند هللا تعالى ومن حيث اللفظ من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فهو ما
أخبر هللا تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السالم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه ألن لفظه
منزل أيضا
Artinya: “Hadits qudsi adalah hadits yang secara makna datang dari Allah, sementara
redaksinya dari Rasulullah. Hadits qudsi diartikan sebagai berita dari Allah kepada nabi-
Nya melalui ilham atau mimpi, kemudian Rasulullah SAW menyampaikan hal itu dengan
ungkapan beliau sendiri. Maka dari itu, Al Quran lebih utama dibandingkan hadits qudsi,
karena Allah juga menurunkan redaksinya.
الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى هللا عليه
وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Artinya: “Hadits qudsi adalah berita yang disampaikan Allah SWT kepada nabiNya
secara makna dalam bentuk ilham atau mimpi. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menyampaikan berita 'makna' itu dengan redaksi beliau.”
Meski hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis Robbani karena bersumber dari
Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an. Tidak boleh
menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis qudsi.
Jumlah Hadits Qudsi, Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak hadis nabawi yang
jumlahnya menurut sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis. Secara keseluruhan
jumlah hadis qudsi masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung dengan redaksi atau
riwayat yang diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal kepastian jumlah hadis
11
qudsi. Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang mensyarahi kitab hadis Araba’in
An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis. Imam Al-Munawi dalam
kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-Qudsiyah menyebutkan jumlah hadits
qudsi berjumlah sebanyak 277 hadits. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadits
qudsi sebanyak 100 hadits atau lebih.
Hadits qudsi memiliki beberapa contoh yang telah dikumpulkan dan ditulis oleh para
ulama dalam kitab – kitab hadits. Berikut adalah contoh-contoh dari hadits qudsi:
“Dari Abu Dzar al-Ghifâri Radhiyallahu anhu dari Nabi ﷺbah beliau ﷺmeriwayatkan
firman Allah ﷻ: “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas
diri-Ku dan Aku mengharamkannya di antara kalian, maka janganlah kalian saling
menzhalimi. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian merasa lapar kecuali orang yang Aku beri
makan, maka mintalah makanan kepada-Ku niscaya Aku beri kalian makan. Wahai
hamba-Ku! Setiap kalian telanjang kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah
pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan pakaian kepada kalian.
Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat salah (dosa) di waktu malam dan
siang hari, sedang Aku mengampuni seluruh dosa, maka mohon ampunlah kepada-Ku
niscaya Aku akan mengampuni dosa kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian
tidak akan dapat menimpakan bahaya kepada-Ku sehingga kalian dapat membahayakan-
12
Ku dan kalian tidak akan dapat memberi manfaat kepada-Ku sehingga kalian dapat
memberi manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir
dari kalian, manusia dan jin dari kalian, hati mereka semuanya seperti orang yang paling
bertakwa diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan menambah sedikit pun pada
kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian,
manusia dan jin dari kalian, semua seperti hati orang yang paling jahat diantara kalian,
maka semuanya itu tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku. Wahai hamba-
Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian semua
berada di satu tanah lapang kemudian setiap dari kalian meminta kepada-Ku lalu Aku
memberikan permintaannya itu, maka hal itu tidak mengurangi apa yang ada di sisi-Ku
kecuali seperti jarum yang mengurangi air laut jika dimasukkan ke dalamnya. Wahai
hamba-Ku! Sesungguhnya itu semua adalah amal-amal kalian yang Aku tulis untuk
kalian, kemudian Aku menyempurnakannya untuk kalian. Barangsiapa mendapatkan
kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ﷻ, dan barangsiapa mendapatkan selain itu, maka
janganlah ia sekali-kali mencela (menyalahkan)kecuali dirinya sendiri
(HR. Muslim: 2577).
“Allah ﷻberfirman: “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu, maka
siapa yang beramal lalu dia persekutukan Aku dengan yang lain dalam amalan tersebut,
Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.”
(HR. Muslim: 2985).
Allah ﷻberfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hambaKu terhadapKu, dan Aku selalu
bersamanya saat ia mengingatKu, jika ia mengingatKu tatkala sendiri maka Aku akan
mengingatnya dalam diriku, jika ia mengingatku dikeramaian maka Aku mengingatnya
di keramaian yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).
13
Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadaNya sehasta, jika
ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, jika
mendatangiku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya deng berlari.””
(HR. Bukhari : 7405).
14
BAB 3
A. KITAB INJIL
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku
berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada
bangsa-bangsa. (Yesaya 42: 1) Dalam ayat ini, jika kita menganggap “orang pilihan-Ku”
sebagai kata benda maka pilihan-Ku = pilihan Tuhan = Mushthafa (dalam bahasa Arab),
yakni nama nabi kita Muhammad saw. Semua nabi setelah Ya’qub as yang disebutkan
dalam Injil diutus untuk bangsa Israel bukan semua bangsa. Ini termasuk Yesus (Isa)
(lihat Matius15: 21-26, Matius 10: 5-6 dan banyak lagi). Adapun Isa as tidak cukup lama
tinggal di bumi untuk melakukan misinya. Namun Muhammad saw diutus untuk semua
bangsa dan membawa pesan dan keputusan kepada bangsa-bangsa. Selanjutnya dalam
Yesaya 42: 2 dikatakan: “Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau
memperdengarkan suaranya di jalan.” Kata “tidak menangis” diartikan sebagai “tidak
mengeluh terhadap tugas yang Aku embankan kepadanya”. Sekarang jika Anda membaca
Injil Matius 26: 39-42, kita tidak bisa mengatakan bahwa Isa as tidak pernah mengeluh.
Artinya, ayat ini tidak cocok diterapkan kepada Isa as. Namun jika Anda membaca sejarah
kehidupan Muhammad saw, kita tidak bisa mendapatkan bahkan satu kalimat keluhan
yang keluar dari lisan suci Nabi Muhammad saw tentang misi yang dipikulkan oleh Allah
Yang Mahakuasa. “Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai,
sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.”
(Yesaya 42: 4). Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Yesus (Isa as) tidak sampai
merampungkan misinya yang telah berlangsung selama tiga tahun. Pembaca bisa
menemukan hal ini di banyak tempat dalam Perjanjian Baru. Ia pun tidak bisa
menegakkan hukum di muka bumi, karena pengikutnya sedikit dan mereka punya sedikit
iman (ini pun bisa ditemukan di banyak tempat dalam Perjanjian Baru). Dan mereka
“meninggalkannya dan kabur” ketika tentara Romawi menahan Yesus. Ia sendiri berkata,
“Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-
15
Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi
Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yohanes 18: 36).
Sebaliknya, misi Muham-mad saw berhasil dengan tegaknya sebuah negara dan
mengatur dengan hukum yang diberikan oleh Allah. Karena itu, ia menegakkan hukum
di muka bumi, di bumi Madinah al-Munawarrah. Dalam frase tersebut disebutkan bahwa
Tuhan menyebutkan “hukum-nya” dan ayat 9 menyebutkan “Nubuat-nubuat yang dahulu
sekarang sudah menjadi kenyataan”. Ini artinya ia (nabi baru) akan membawa hukum
baru. Tapi jika kita baca Injil, kita lihat bahwa Yesus berkata dalam Matius 5:17:
“Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau
kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.” Jika kita baca lebih jauh, kita paham bahwa Yesus tidak datang dengan
hukum baru. Sementara Muhammad saw datang dengan hukum baru.
Kejelasan akan datangnya Muhammad saw lebih terbaca lagi dalam Yesaya 42: 8
yang berbunyi: Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan
kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung. Melihat konteks
sejarahnya, kita lihat bahwa perkataan Tuhan ditujukan kepada Muhammad saw dan
bukan Isa as. Alasannya, Isa as datang untuk bangsa Israel dan mereka tidak menyembah
berhala. Adapun Muhammad saw datang kepada kaum Arab yang menyembah berhala
pada masa Jahiliah. Seterusnya, Nabi Muhammad saw menghancurkan berhala. Jika kita
membaca Yesaya 42: 17, hal itu akan dipahami lebih jelas. “Baiklah mereka memberi
penghormatan kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-
pulau.” (Yesaya 42: 12). Ayat ini mengacu kepada lafaz azan sebagai panggilan shalat.
Makna azan mengandung puji-pujian kepada TUHAN. Ayat ini secara implisit merujuk
kepada kandungan azan Islam yang memuat nama Allah dan Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana terlihat, azan bergaung di mana-mana menyerukan nama Allah dan Rasul-
Nya yang tiada keturunan Ibrahim as dari jalur Ismail as. Nabi Isa as sendiri keturunan
Ishak (Rujuk Kejadian 25: 13-16) Jelaslah, ayat ini (ayat 11) tidak sedang
membincangkan Isa as melainkan Muhammad saw.
Jika Anda melihat ritual Muslim (khususnya haji), Anda akan melihat kota-kota
tersebut (Makkah dan Madinah) menyaringkan suara mereka (azan) dan orang-orang
menyeru dan memuji Allah dari puncak gunung, khususnya Bukit Arafah. Tentang azan
16
sendiri, Anda bisa melihat bahwa di setiap negeri Muslim, orang-orang diseru untuk
shalat melalui panggilan azan yang mirip nyanyian. Bahkan jauh dari kota, Anda bisa
mendengar azan ini. Makna azan itu sendiri adalah: Allah Mahabesar, Aku bersaksi tiada
Tuhan selain Allah, Aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah, Dan seterusnya.
B. KITAB TAURAT
Berita tentang kedatangan nabi dan rasul terakhir, yaitu Muhammad SAW tidak
hanya disebutkan dalam Injil, tetapi juga kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
AS. Allah SWT berfirman, dalam Surat Al Araf ayat 157. "(Yaitu) orang-orang yang
mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat
dan Injil yang ada di sisi mereka." Menurut Ibnu Al Jauzy dalam kitab Al Wafa, dalam
Taurat, Nabi Muhammad memiliki ciri-ciri yang sama dengan yang ada dalam Alquran.
Dalam Taurat Nabi Muhammad diutus sebagai saksi, dan pembawa kabar gembira serta
pemberi peringatan, untuk menjaga agama.
Allah membuka melalui beliau mata orang-orang yang buta, telinga-telinga yang tuli
dan hati-hati yang lalai." Lafal hadis ini hanya diriwayatkan Al Bukhari. Dalam Taurat
juga dijelaskan mengenai riwayat hidup Muhammad SAW. Dia lahir di Makkah. Tempat
hijrah beliau adalah Thabah (Madinah). Kekuasaan beliau berada di Syam. Beliau bukan
orang yang keji, tidak pula suka berteriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan
kejahatan, akan tetapi beliau suka memberi maaf."
Umat beliau adalah orang orang yang suka memuji Allah SWT, bertakbir pada setiap
tempat, bertahmid pada setiap rumah. Mereka mengenakan sarung pada setengah badan
mereka. Mereka berwudhu dengan membasuh anggota badan mereka. Mereka diserukan
di langit. Barisan mereka dalam peperangan seperti barisan mereka pada waktu shalat.
Pada malam hari, suara mereka mendengung seperti dengungan lebah.
17
C. KITAB ZABUR
Ternyata berita kedatangan nabi Muhammad SAW tidak saja diberitakan dalam kitab
Taurat & Injil, bahkan ramalan (berita) kenabian Muhammad SAW juga terdapat
dalam kitab suci umat Hindu, Kitab Weda. Berikut adalah penjelasannya bahwa Nabi
Muhammad SAW pernah diceritakan dalam Kitab Weda.
Agama hindu termasuk agama tua di dunia. Meski tidak ada kejelasan kapan lahirnya
namun dalam sejarah dikenal ada 3 periodesasi, yaitu:
1. Pertama: Perkembangan agama hindu di India pada zaman Veda tahun (6000-
2000 SM)
2. Kedua: Perkembangan zaman Brahmana tahun (2000-1500 SM)
3. Ketiga: Zaman Upanisad tahun (1500-500 SM)
Jadi diperkirakan hinduisme sudah ada kira2 6500 tahun sebelum kedatang Islam.
18
Seseorang Bernama Pundit Vaid Parkash professor bahasa dari Allahabad
University di India yang juga menjadi pandita besar kaum Brahmana, dalam salah satu
bukunya berjudul "Kalky Autar" atau Avatar (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru
diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual
Hindu.
Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para
penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah
yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad
Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.
Prof. Pundit Vaid Parkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum
Brahmana dan ahli bahasa Sansekerta itu mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil
kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui
kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang
disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri "Kalky Autar" sama
persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang lahir di Makkah.
Prof. Parkash menguatkan pernyatannya itu dengan mengutip beberapa hal dari kitab
Veda (Weda), kitab suci agama Hindu. Menurutnya, dalam kitab Weda, sosok 'Kalki
autar' akan menjadi Pembawa Risalah Terakhir atau Prophet of Bhagwan (Allah) untuk
menuntun seluruh dunia. Itu hanya terjadi dalam kasus Nabi Muhammad Saw. Menurut
ramalan Hindu, 'Kalki autar' akan lahir di sebuah Jazeerah (Island) dan itu di wilayah
Arab yang dikenal sebagai 'jazeeratul Arab'.
Dalam kitab 'suci' Hindu, menurut Prof. Parkash, bapaknya bernama "Vishnu Bhagat"
dan ibunya bernama "Somanib". Dalam bahasa Sansekerta, 'Vishnu' berarti Allah (swt)
dan arti harfiah dari kata 'Bhagat' adalah hamba atau budak, dalam bahasa Arab berarti
"Abdun". Oleh karena itu, 'Wisnu Bhagat' dalam bahasa Arab berarti Abdullah (hamba
Allah). Sedangkan,'Somanib' dalam bahasa Sansekerta berarti damai (aman) dan tentram
yang dalam bahasa Arab berarti kata 'Aminah'. Dan sebagaimana diketahui bahwa ayah
Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibundanya bernama Aminah.
Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa 'Kalky autar' akan lahir di kaum yang
dihormati dan mulia ditanahnya. Dan ini juga berlaku dalam kasus Nabi Muhammad
19
(saw) karena ia lahir di suku Quraisy yang dihormati di Makkah. Disebutkan pula bahwa
'Kalki Autar' akan diajarkan dalam sebuah gua oleh Bhagwan melalui utusan-Nya sendiri.
Hal itu mengingatkan kisah Nabi Muhammad Saw dalam gua Hira' saat didatangi oleh
malaikat Jibril dan mengajarkannya tentang wahyu Islam pertama kali.
Tertulis dalam buku-buku Hindu bahwa Bhagwan akan memberikan 'Kalky autar'
dengan kuda tercepat dan dengan bantuan kuda itu, ia akan naik di seluruh dunia dan
tujuh langit. Ini isyarat tentang 'Buraq' dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
Saw. Selain itu, ditulis pula bahwa 'Kalky autar' akan diperkuat dan dibantu oleh
Bhagwan. Dalam kasus Nabi Muhammad (saw), beliau dibantu dan diperkuat oleh Allah
(SWT) melalui malaikat-Nya dalam perang Badar.
20
BAB 4
Anugerah terbesar yg sangat berharga bagi umat Islam adl Al Qur’an. Keluarbiasaan
Al Qur’an itu terletak pada aspek-aspek di dalamnya antara lain bahasa & gaya
bahasanya, substansinya, jangkauannya yang tiada terbatas, & multifunsinya bagi umat
manusia. Sementara itu, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), Ilmu, yang lahir dari
pengetahuan yang terilmiahkan, kemudian direalisasikan dalam bentuk teknologi, lantas
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kitab Suci Al-Quran juga menjadi
perbincangan dikalangan para ilmuwan, selalu ada pengetahuan baru yang diambil
darinya seiring perkembangan waktu dan teknologi, kini semakin banyaknya fakta
SAINS di dalam Alquran yg telah terbukti kebenarannya.
َ ض كَا نَـت َا َرتْقًا فَفَت َ ْق َٰن ُه َما ۗ َو َج َع ْلنَا مِ نَ ْال َماءِ ُكل
َش ْيء َحي ۗ اَفَ َال يُؤْ مِ نُ ْون َ ت َوا ْلَ ْر
ِ ا َ َولَ ْم يَ َر ال ِذيْنَ َكف َُر ۤ ْوا اَن السمَٰ َٰو
a wa lam yarollaziina kafaruuu annas-samaawaati wal-ardho kaanataa rotqong fa
fataqnaahumaa, wa ja’alnaa minal-maaa`i kulla syai`in hayy, a fa laa yu`minuun
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu
yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”
(QS. Al-Anbiya 21: Ayat 30)
21
Menurut ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan 720.000 km/jam ke
arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex. Ini berarti
matahari bergerak sejauh 17.280.000 KM dalam sehari. Selain matahari, semua planet
dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan dalam jarak ini. Semua bintang
yang ada di alam semesta pun sama. Fenomena tatasurya dan garis edar ini sudah tertulis
di dalam Al-Quran, antara lain di dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 33.
Ayat-ayat dalam Al-Qur’an selalu merangsang akal manusia untuk berpikir lebih
lanjut tentang isi ayat-ayatnya yang banyak menyangkut tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dimulai dari ilmu, al-Qur’an secara bijak menghimbau agar manusia berilmu,
sebab ilmu disejajarkan dengan keimanan, yang tercermin dalam QS. al-Mujadalah ayat
11.
Sedangkan perihal teknologi, Al-Qur’an tidak menyebut secara detail. Namun satu
surat yang diprediksi oleh para ulama’ sebagai satu bukti inspirasi lahirnya teknologi,
yakni QS. al-Alaq: 1-5, Tuhan telah mengisyaratkan agar manusia mau belajar mengusai
ilmu pengetahuan.
22
Selain itu, Tuhan juga memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sejak awal
penciptaan manusia sebagai pembeda dengan makhluk lainnya. Hal ini dapat dilihat pada
surat Al Baqarah ayat 31-33.
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. Al Israa’, 17:85)
23
BAB 5
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian manusia yang
hidup pada masa berikutnya, kemudian manusia yang hidup pada masa
berikutnya.” (HR. Bukhari (2652), Muslim (2533))
Sebagai seorang Muslim, kita hendaknya mengikuti jejak salafus shalih. Sebab
mereka adalah golongan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka banyak membantu Rasulullah dengan harta benda dan jiwa raganya dalam
menyebarkan Agama Allah SWT.
1. Sahabat Nabi
Sahabat Nabi (bahasa Arab: النبي أصحاب,translit. aṣḥāb al-nabī) adalah
orang-orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad, membantu
perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim. Secara terminologi, kata
ṣahabat (( صحابةmerupakan bentuk jama'/plural dari kata ṣahabi (( صحابيyang
bermakna membersamai, mendampingi, dan berinteraksi langsung. Para Sahabat
yang utama mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Nabi Muhammad,
sebab mereka merupakan penolongnya dan juga merupakan murid dan
24
penerusnya. Bagi dunia Islam saat ini, sahabat Nabi berperan amat penting, yaitu
sebagai jembatan penyampaian hadis dan sunnah Nabi Muhammad yang mereka
riwayatkan.
Mengenai jumlah sahabat Nabi, Syeikh Muhammad bin Shalih Al-
Munajjid (ulama Saudi Arabia) mengatakan bahwa sahabat tersebar di seluruh
penjuru negara, desa-desa dan pelosok (gurun-gurun). Sebagaimana perkataan
Ka'ab bin Malik RA yang disampaikan saat kejadian pembangkangannya dalam
perang Tabuk: "Dan kaum Muslimin yang saat itu beserta Rasulullah amatlah
banyak, yang tidak mungkin menghimpun mereka buku besar atau dokumen".
Hadits Riwayat Al-Bukhari (4418) dan Imam Muslim (2769), dan Al-Hafidh Abu
Zar’ah (beliau adalah Guru dari Imam Muslim) menyatakan bahwa jumlah
sahabat Nabi adalah 114.000 orang. Diriwayatkan oleh Al Khuthaib Al Baghdadi
dalam Kitabnya Al-Jami (2/293).
As-Safaarini rahimahullah dalam Kitabnya Ghidzaul Albab berkata: Abu
Zar’ah Ar Raazi menyebutkan bahwa Sahabat Nabi berjumlah lebih dari 100.000.
Diriwayatkan pula bahwa jumlah mereka mencapai seratus dua puluh empat ribu
(124.000) dan yang menyatakan jumlah ini adalah Jalaluddin As-
Suyuthi rahimahullah dalam Kitab Al Khoshois Al Kubra.
Syeikh Muhammad bin Shalih, jumlah ini (114.000 atau 124.000 sahabat)
tidaklah jauh dari akurasi, karena sesungguhnya fenomena sunnah menunjukkan
bahwa para sahabat radliyallahu 'anhum jumlah mereka mendekati angka ini.
Dan pada peristiwa perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun 9 Hijriyah
atau dua tahun sebelum wafatnya Nabi bahwa beliau keluar dalam perang itu
bersama rombongan para Sahabat yang jumlahnya 30.000 pasukan tempur dan
10.000 pasukan berkuda. Tidak ada seorang pun yang membangkang dan
menyalahi perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam perang Tabuk ini
melainkan Ka'ab bin Malik dan dua orang sahabatnya.
Apabila digabung jumlah mereka yang ikut perang Tabuk dengan jumlah
para wanita, anak-anak, orang-orang tua, penduduk badui dan mereka yang
tinggal jauh dari Madinah seperti Makkah dan Thoif, maka jumlah sahabat tidak
selisih jauh dari 100.000. Jabir bin Abdillah RA mendiskripsikan banyaknya
25
jumlah sahabat dari Madinah yang menunaikan ibadah Haji bersama Rasulullah
pada Haji Wada'.
Dan As-Sahowi menukil dari ungkapan Abu Zar'ah bahwa para sahabat
Nabi berjumlah 114.000 orang dan dipilihlah pendapat ini setelah ulama
menyebutkan pendapat lain dari jumlah sahabat. Semoga Allah memberikan
keridhoan-Nya kepada semua sahabat dan menjadikan kita termasuk dari
pengikut-pengikut mereka yang baik.
2. Tabi’in
Tabi’in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa hidupnya
setelah para Sahabat Nabi dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad.
Usianya tentu saja lebih muda dari Sahabat Nabi bahkan ada yang masih anak-
anak atau remaja pada masa Sahabat masih hidup. Tabi’in disebut juga sebagai
murid Sahabat Nabi. Masa tabiin dimulai sejak wafatnya sahabat nabi
terakhir, Abu Thufail al-Laitsi, pada tahun 100 H (735 M) di kota Makkah; dan
berakhir dengan wafatnya Tabiin terakhir, Khalaf bin Khulaifat, pada tahun 181
H (812 M). Setelah masa tabiin berakhir, maka diteruskan dengan masa tabiut
tabiin atau generasi ketiga umat Islam setelah Nabi Muhammad wafat.
3. Tabi’utۙtabi’in
Tabi’ut tabi’in atau Atbaut Tabi’in artinya pengikut Tabi’in, adalah orang
Islam teman sepergaulan dengan para Tabi’in dan tidak mengalami masa hidup
Sahabat Nabi. Tabi’ut tabi’in disebut juga murid Tabi’in. Menurut banyak
literatur Hadis: Tab’ut Tabi’in adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu
atau berguru pada Tabi’in dan sampai wafatnya beragama Islam. Dan ada juga
yang menulis bahwa Tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat
ingatannya. Karena Tabi’in yang terahir wafat sekitar 110-120 Hijriah. Dalam
kalangan 4 imam mazhab ahli sunnah waljamaah imam Hanafi tidak termasuk
dalam tabi’ tabiin karena beliau pernah berguru dengan sahabat Nabi. Manakala
baik 3 imam yaitu imam Malik dan imam Syafi’i adalah tabi’ tabiin karena mereka
berguru dengan tabiin. Tabi’in seperti definisi di atas tapi bertemu dengan
Sahabat. Sahabat yang terahir wafat sekitar 80-90 Hijriah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kristina, 2021. “Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!”,
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-
dengan-nikmat-dunia, diakses pada 09 Oktober 2021 pukul 21:18
Fajar, Samson, 2021. “Bahagia dengan Al-Qur'an: Istihza' Sinisme dan Istidraj
Pembiaran”, https://ummetro.ac.id/bahagia-dengan-al-quran-istihza-sinisme-dan-
istidraj-pembiaran/, diakses pada 09 Oktober 2021 pukul 21:25
Putri, Amelia, 2021. “Mengajarkan Anak Apa Itu Arti Istidraj dalam Agama Islam”,
https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/amelia-putri/apa-itu-arti-
istidraj-dalam-agama-islam/4, diakses pada 09 Oktober 2021 pukul 21:35
Maulana, Tomi, 2021. “Perhatikan Ayat Tentang Istidraj, Jangan Sampai Terbuai”,
https://umroh.com/blog/perhatikan-ayat-tentang-istidraj-jangan-sampai-terbuai/,
diakses pada 09 Oktober 2021 pukul 21:37
27
Tejomukti, Ratna Ajeng, 2020. “Kitab Taurat Sebut Kedatangan Nabi Muhammad
dan Ciri-Cirinya”, https://www.republika.co.id/berita/q5zzq6320/kitab-taurat-sebut-
kedatangan-nabi-muhammad-dan-ciricirinya, diakses pada 10 Oktober Pukul 08:10
28