Anda di halaman 1dari 28

UAS AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Fardeen Rafif Ali

NIM : L1B021100

Prodi/Kelas : Ilmu Komunikasi (C)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS FISIPOL

UNIVERSITAS MATARAM

2021
Daftar Isi
1. Istidraj........................................................................................................................ 3

A. Pengertian .......................................................................................................... 3

B. Konsep ............................................................................................................... 4

C. Dalil Dalil .......................................................................................................... 6

2. Dalil Dalil Hadits Qudsi ............................................................................................ 8

A. Penjelasan .......................................................................................................... 8

B. Contoh Kasus ................................................................................................... 12

3. Dosa Dan Kriteria Riba ........................................................................................... 12

A. Penjelasan ........................................................................................................ 12

B. Jenis Riba Menurut Islam ................................................................................ 12

C. Dosa Riba Menurut Islam ................................................................................ 14

D. Dalil Dalil ........................................................................................................ 15

4. Keutamaan Shodaqoh .............................................................................................. 16

A. Pejelasan .......................................................................................................... 16

B. Keutamaan Bersodaqoh ................................................................................... 17

C. Dalil Dalil ........................................................................................................ 19

5. Sifat Takdir Kematian ............................................................................................. 21

A. Penjelasan ........................................................................................................ 21

B. Dalil Dalil ........................................................................................................ 23

6. Kewajiban Amar Makruf ........................................................................................ 25

A. Penjelasan ........................................................................................................ 25

B. Dalil Dalil ........................................................................................................ 25

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 27

2
1. Istidraj

A. Pengertian
Istidraj diambil dari kata 'daraja' (bahasa Arab) yang berarti naik satu tingkatan
ke tingkatan berikutnya. Namun, lebih dikenal sebagai istilah azab yang berupa
kenikmatan.

Allah SWT melimpahkan rezeki, kebahagiaan, dan kenikmatan dunia lainnya


kepada setiap orang yang Dia kehendaki. Kenikmatan tersebut bisa menjadi peringatan
akan azab Allah apabila diberikan kepada orang yang sering melalaikan ibadah dan
merasa tenang dalam maksiatnya.

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj menurut ayat di atas artinya dikeluarkan dari
garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki,
dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri.

Ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang
gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga
tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu


pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat).
Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj
adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus
menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka
akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.

Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang
sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan
beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak
didapatkan.

3
Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka
adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak
menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan


Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa
jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang
tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad yang berasal dari sahabat Rasulullah
SAW, 'Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: "Apabila engkau lihat Allah
memberikan sebagian keduniaan kepada hamba-Nya, apa saja yang diingininya dengan
serba-serbi kemaksiatannya maka pemberian yang demikian adalah istidraj." (HR.
Ahmad)

Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dengan nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT. Untuk itu, kita diperintahkan untuk menafkahkan sebagian harta yang kita peroleh
kepada orang yang membutuhkan.

B. Konsep
Beberapa mungkin tidak akan sadar bahwa ini adalah ciri istidraj. Bila kamu
mendapati dirimu jarang beribadah, namun nyatanya pekerjaan kamu terasa sangat lancar,
bisa jadi itu merupakan istidraj yang diberikan kepadamu.

Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan ujian
sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat, apakah dengan rezeki
yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin lalai dan meninggalkan ibadah,
atau dapat membuatmu ingat kepada Allah SWT sebagai Sang Maha Pemberi Rezeki.

Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan Uqbah bin 'Aamir RA
menerangkan ciri-ciri istidraj. Rasulullah bersabda: “Apabila engkau melihat Allah
memberi seorang hamba kelimpahan dunia atas maksiat-maksiatnya, apa yang ia suka,
maka ingatlah, sesungguhnya hal itu adalah istidraj.”

4
Dengan demikian ketika ada orang yang tidak mengerjakan sholat, tidak
bersedekah, korupsi, dan gemar bermaksiat kepada Allah tetapi hidupnya makmur dan
sejahtera, maka itu sesungguhnya adalah tanda-tanda istidraj. Berikut ini adalah ciri-ciri
istidraj lainnya:

 Kenikmatan Dunia Berlimpah Padahal Ibadah Menurun

Ketika Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan duniawi pada seseorang


sedangkan keimanannya terus menurun, itu adalah salah satu ciri dari istidraj. Orang
tersebut tidak mengetahui bahwasanya nikmat yang diberikan Allah bukanlah karena
kasih sayang-Nya, melainkan murka Allah terhadap mereka.

Ibnu Athaillah berkata:

“Hendaklah engkau takut jika selalu mendapat karunia Allah, sementara engkau
tetap dalam perbuatan maksiat kepada-Nya, jangan sampai karunia itu semata-mata
istidraj oleh Allah”.

 Jarang Sakit

Ketika seorang Muslim jatuh sakit dan menerimanya dengan ikhlas, penyakit
tersebut bisa menjadi penggugur dosa. Selain itu, penyakit juga bentuk ujian dari Allah
agar umat Islam mengingat-Nya.

Lantas bagaimana dengan orang yang jarang menerima musibah sakit?

Imam Syafi’i berkata:

“Setiap orang pasti pernah mengalami sakit suatu ketika dalam hidupnya, jika engkau
tidak pernah sakit maka tengoklah ke belakang mungkin ada yang salah dengan dirimu.”

 Kikir dan Sombong dengan Harta yang Melimpah

Harta yang melimpah berpotensi membuat seseorang sombong dan menganggap


remeh orang lain. Terkadang ia juga menjadi kikir dan enggan bersedekah di jalan Allah.

5
Padahal orang tersebut sangat mudah mengelurkan harta jika menyangkut kesenangan
duniawi.

 Merasa Tenang Meski Kualitas Keimanan Menurun

Seseorang yang hatinya tertutup alan merasa baik-baik saja dan tidak merasa
gelisah meskipun lalai menjalankan ibadah atau telah melakukan maksiat. Ini karena
orang tersebut merasa tidak menghadapi cobaan apapun, malah ia mendapat banyak
kenikmatan.

Kenikmatan ini pun membuatnya lalai. Ali Bin Abi Thalib ra berkata, “Hai anak
Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Tuhanmu terus menerus melimpahkan nikmat
atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepada-Nya.”

C. Dalil Dalil
(QS. Al-An'am 6: 44)
Istidraj adalah ujian tersembunyi di balik sebuah anugerah Allah. Istidraj terambil
dari kata ‘daraj’ (angsuran), seperti anak kecil yang mulai berjalan selangkah demi
selangkah. Terambil dari kata ini juga adalah anak tangga di mana seseorang dapat naik
ke atas. Sama halnya dengan orang yang diistidraj. Ia dicekal melalui nikmat sedikit demi
sedikit tanpa sadar. Allah berfirman, ‘Kami memperdayakan mereka dari jalan yang
mereka tak ketahui,’ maksudnya kami cekal mereka dengan kenikmatan, lalu Kami
jerumuskan mereka ke dalam siksa tanpa mereka sadar. Sebagaimana firman Allah dalam
surat Al-An ayat 44 yang berbunyi:

َ‫ش ْيءٍ َحتَّى ِّإذَا فَ ِّر ُحوا ِّب َما أُوتُوا أ َ َخذْنَا ُه ْم َب ْغتَةً فَإِّذَا ُه ْم ُم ْب ِّلسُون‬ َ ‫سوا َما ذ ُ ِّك ُروا ِّب ِّه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِّه ْم أَب َْو‬
َ ‫اب ُك ِّل‬ ُ َ‫فَلَ َّما ن‬

Artinya: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa

6
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.
Al An’am: 44).

(QS. Ali 'Imran 3: 178)

Tidak hanya ayat Al-Qur'an, bahaya istidraj juga diterangkan dalam sebuah hadist
yang berbunyi :

‫نْْ ُّم ِهي َعذَاب َولَ ُه ْم ۚ اِثْ ًما ِليَ ْزدَاد ُْْٓوا لَ ُه ْم نُ ْم ِل ْي اِن َما ۗ ِلَ ْنفُسِ ِه ْم َخيْر لَ ُه ْم نُ ْم ِل ْي اَن َما َكفَ ُر ْْٓوا ال ِذيْنَ يَحْ َسبَن َو َل‬

Rasullulah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: "Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu
yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu
yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan
mereka akan mendapat azab yang menghinakan."

(HR. Ahmad 4:145)

Selanjutnya, berdasarkan hadis dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah Saw bersabda:

ِّ ‫ِّإذَا َرأَيْتَ هللاَ ت َ َعالَى يُ ْع ِّطي ْال َع ْبدَ ِّمنَ الدُّ ْن َيا َما ي ُِّحبُّ َوه َُو ُم ِّقي ٌم َعلَى َم َع‬
‫اص ْي ِّه فَإِّنَّ َما ذَلِّكَ ِّمنهُ ا ْستِّد َْرا ٌج‬

Artinya: “Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka
(ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan). dari
A

Dari penjelasan di atas, sebagai seorang muslim kita diwajibkan untuk selalu
beribadah dan mengingat Allah SWT.

Jangan lalai untuk beribadah, karena ditakutkan Allah juga akan melalaikan kita.

7
2. Dalil Dalil Hadits Qudsi

A. Penjelasan
Hadits qudsi adalah salah satu pedoman para muslim dalam beribadah dan
menjalani hidup. Selain hadits masih ada Al Quran dan qiyas yang menjadi sumber
jawaban umat Islam perlu penjelasan. Dikutip dari laman Al Quran Universitas Islam
Sultan Agung (Unissula), qudsi (‫ )القدسي‬berasal dari kata qudus yang artinya suci. Disebut
hadits qudsi karena perkataan ini dinisbatkan kepada Allah SWT, al Quddus, Dzat Yang
Maha Suci.

Seluruh umat muslim di dunia harus sepakat bahwasannya hadis menduduki


posisi penting dan strategis dalam kajian-kajian keislaman. Hal ini dikarenakan hadis
merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an di dalam Islam. Namun jika disebut
tentang istilah hadis qudsi, belum tentu semua umat muslim tahu akan pengertian dari
hadis ini, bahkan mungkin istilah ini masih asing bagi sebagian masyarakat awam.

Hadis sendiri dimaknai sebagai ucapan, perbuatan dan sesuatu yang disetujui oleh
Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wasallam. Hadis qudsi disebut hadis karena
disampaikan oleh Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam. Disebut hadis Qudsi
karena dinisbahkan pada kalimat Quddus/Qudsi–salah satu Nama Allah–yang artinya
suci karena hakikat hadis Qudsi bersumber dari Allah Yang Maha Suci (Quddus). Jika
maknanya adalah demikian, kemudian timbul pertanyaan apa bedanya hadis qudsi dan
Al-Qur’an bila keduanya sama-sama berasal dari Allah?

Keduanya hadis atau al-Quran–selain ijma’ dan qiyas– merupakan sumber hukum
Islam menurut paham Ahlussunah Waljamaah. Al-Quran disebut wahyu, ada lagi wahyu
Allah tapi tidak boleh disebut al-Quran, yaitu hadis qudsi. Meskipun sama-sama
bersumber dari Allah, namun keduanya tidak memiliki kedudukan yang sama.

Dalam kitab al-Qawaidul Asasiyah fi Ilmi Mustholah al-Hadits halaman 16-19,


Sayid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani menjelaskan;

‫ ويطلق عليه الحديث اإللهي نسبة لإلله والحديث‬، ‫ الطهارة والتنزيه‬: ‫ والقدس هو‬، ‫الحديث القدسي نسبة إلى القدس‬
‫الرباني نسبة للرب جل وعال‬

8
“Hadis Qudsi adalah hadis yang dinisbahkan pada kata Qudsi. Arti kata Qudsi
adalah suci (ath-thoharoh) dan membersihkan (at-tanzih). Selain disebut hadis Qudsi
juga disebut hadits ilahi dinisbatkan pada Ilah (Allah), dan juga disebut
hadits Robbani dinisbatkan pada Robb (Allah; Penguasa) yang Maha Agung dan Luhur”.
Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitab Tanwir al-Qulub halaman 551
menjelaskan;

‫والحديث القدسي أنزل عليه بغير واسطة الملك غالبا بل بالهام أو منام إما باللفظ والمعنى وإما باللفظ فقط يعبر عنه‬
‫النبي صلى هللا عليه و سلم بألفاظ من عنده و ينسبه اليه تعالى ل للتعبد بتالوته ول لإلعجاز‬.

“Hadis Qudsi adalah wahyu yang di turunkan kepada Nabi Muhammad dengan
tanpa perantara malaikat melainkan dengan ilham atau mimpi. Ada kalanya hadis Qudsi
itu turun berupa lafadz dan maknanya dan adakalanya lafadznya saja dan kemudian Nabi
sendiri yang mengungkapkan dengan beberapa lafadz dari dirinya sendiri yang di
nisbahkan kepada Allah dan membaca hadis Qudsi tersebut tidak di anggap ibadah dan
jga tidak mengandung mukjizat”.

Meski hadis qudsi disebut hadis Ilahi atau juga hadis Robbani karena bersumber
dari Allah Subhanahu Wata’ala, namun hadis Qudsi bukanlah Al-Qur’an. Tidak boleh
menyamakan kedudukan al-Qur’an dengan hadis qudsi.

Dalam kitab at-Tahbir fi Ilmittafsir halaman 39, Imam As-Suyuthi tidak


memasukkan hadis Qudsi kepada pengertian al-Quran.

‫ فخرج بالمنزل‬،‫على محمد وأما في العرف فهو الكالم المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم لإلعجاز بسورة منه‬
‫ األحاديث الربانية القدسية كحديث الصحيحين‬:‫ وباإلعجاز‬،‫ وسائر الكتب‬،‫ التوراة واإلنجيل‬:‫صلى هللا عليه وسلم‬

“Adapun pengertian Al-Qur’an secara ‘uruf (definisi umumnya ulama) adalah


wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam
yang mempunyai muatan mukjizat dalam setiap satu suratnya. Tidak termasuk pada
definisi al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah kitab Taurat, Injil dan
kitab-kitab yang lain. Tidak termasuk yang mempunyai mukjizat adalah hadis-hadis yang

9
dinisbahkan (seperti hadis qudsi) kepada Allah yang Suci, sebagaimana hadis (yang di
riwayatkan) Imam Bukhori dan Muslim”.

Jumlah hadis Qudsi tidak sebanyak hadis nabawi yang jumlahnya menurut
sebagian ulama lebih dari seratus ribu hadis. Secara keseluruhan jumlah hadis qudsi
masih kisaran ratusan hadis, itupun jika dihitung dengan redaksi atau riwayat yang
diulang-ulang. Ulama berbeda pendapat perihal kepastian jumlah hadis qudsi.

Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, ulama yang mensyarahi kitab hadis Araba’in
An-Nawaiyah, jumlah hadis qudsi lebih dari 100 hadis. Imam Al-Munawi dalam
kitabnya al-Ithafatu as-Saniyah bi al-Ahaditsi al-Qudsiyah menyebutkan jumlah hadis
qudsi sebanyak 272 hadis. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah hadis qudsi
sebanyak 100 hadis atau lebih sedikit.
Terlepas dari perbedaan ulama dalam mendefinisikan jumlah hadis qudsi dan jumlahnya,
berikut adalah contoh-contoh hadis qudsi yang sering kita dengar:

‫علَ ْي ِه و‬
َ ُ‫صلى َّللا‬ ُ ‫ أَن َر‬،ُ‫ي َّللاُ َع ْنه‬
َ ِ‫سو َل َّللا‬ ِ ‫ أ ُ ْن ِف ْق َعلَ ْيكَ َْ َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬،‫ أ َ ْن ِف ْق يَا ابْنَ آدَ َم‬:ُ‫ ” قَا َل َّللا‬:َ‫سل َم قَال‬
َ ‫ض‬ َ

“Diriwayatkan dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu sesungguhnya Rasulullah


shollallahu’alaihi wasallam bersabda, “Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, berinfaklah
wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

‫صلى َّللاُ َعلَ ْي ِه‬ ُّ ‫ قَا َل الن ِب‬:َ‫ي َّللاُ َع ْنهُ قَال‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ َوأ َع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬،‫ظ ِِن َع ْبدِي ِبي‬
َ ‫ض‬ َ َ‫ أَنَا ِع ْند‬:‫ “ َيقُو ُل َّللاُ تَ َعالَى‬: ‫سل َم‬
َ ‫نَا َْ َو‬
‫ َمعَهُ إِذَا ذَك ََرنِي‬..”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu beliau berkata, telah bersabda
Rasulullah shollallahu’alaihi wasallam, “Telah berfirman Allah Subhanahu wa ta’ala,
‘Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan Aku bersamanya ketika dia
mengingatku.” (HR. Bukhori dan Muslim).

10
َ ‫صلى َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سل‬ َ ِ‫ي‬ ِ ِ‫ َع ْن النب‬،‫ي َّللاُ َع ْن ُه َما‬
َ ‫ض‬
ِ ‫اس َر‬ ٍ ‫ “إِن َّللاَ َْ ِْ َع ْن اب ِْن َعب‬:َ‫ قَال‬،‫ فِي َما يَ ْر ِوي َع ْن َربِ ِه َعز َو َجل‬،‫َم‬
‫سنَ ٍة فَلَ ْم ي‬َ ‫ فَ َم ْن هَم بِ َح‬: َ‫ ثُم َبينَ ذَلِك‬،ِ‫ت َوالس ِيئ َات‬ َ ‫َب ْال َح‬
ِ ‫سنَا‬ َ ‫ فَإ ِ ْن ه َُو َْ َكت‬،ً‫َاملَة‬ َ ‫ َكت َ َب َها َّللاُ لَهُ ِع ْندَهُ َح‬،‫هَم بِ َها ْع َم ْل َها‬
ِ ‫سنَةً ك‬
ِ ‫س ْب ِع ِمائَ ِة‬
‫ إ‬، ٍ‫ض ْعف‬ َ ‫ َكتَبَ َها َّللاُ لَهُ ِع ْندَهُ َع ْش َر َح‬،‫ َكتَبَ َها ِْفَعَ ِملَ َها‬،‫س ِيئ َ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْل َها‬
َ ‫ إِلَى‬،ٍ‫سنَات‬ َ ِ‫ َو َم ْن هَم ب‬،ٍ‫يرة‬ ْ َ ‫لَى أ‬
َ ِ‫ضعَافٍ َكث‬
ِ ‫سيِئَةً َو‬
ً‫احدَة‬ َ ُ‫ َكتَ َب َها َّللاُ لَه‬،‫ فَإ ِ ْن ه َُو هَم بِ َها فَعَ ِملَ َها‬،ً‫َاملَة‬
ِ ‫سنَةً ك‬
َ ‫”َّللاُ لَهُ ِع ْندَهُ َح‬

“Diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Muhammad


Shollallahu’alaihi wasallam, Sesungguhnya Allah menulis semua kebaikan dan
keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya,
Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan
berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala sepuluh kebaikan sampai
700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan,
lalu dia tidak melakukannya, Allah menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna
untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Allah
menulis satu keburukan saja. (HR. Bukhari dan Muslim).

Selain tiga hadis qudsi diatas, masih banyak hadis qudsi yang lain dimana isinya memuat
tentang akidah, motivasi ibadah, akhlak dan lain sebagainya.

Perbedaan Al-Qur’an dengan Hadis Qudsi, selain prosesnya turunnya beda, kedudukan
dan fungsinyapun juga beda;

1. Al-Qur’an adalah mukjizat yang terjaga sepanjang masa dari segala pengubahan, serta
lafadznya dan seluruh isinya sampai taraf hurufnya, tersampaikan secara mutawatir.

2. Al-Qur’an tidak boleh diriwayatkan maknanya saja. Ia harus disampaikan sebagaimana


adanya. Berbeda dengan hadits Qudsi, yang bisa sampai kepada kita dalam hadis yang
diriwayatkan secara makna saja.

3. Dalam madzhab Syafi’i, mushaf Al-Qur’an tidak boleh dipegang dalam keadaan
berhadats kecil, serta tidak boleh dibaca saat berhadats besar. Sedangkan pada hadis
Qudsi, secara hukum, ia boleh dibaca dalam kondisi berhadats.

4. Hadits Qudsi tentu tidak dibaca saat shalat, berbeda dengan ayat Al-Qur’an.

5. Membaca Al-Qur’an, membacanya adalah ibadah, dan setiap huruf mendapat sepuluh
kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits.

11
6. Al-Qur’an adalah sebutan yang memang berasal dari Allah, beserta nama-nama Al-
Qur’an yang lainnya.

7. Al-Qur’an tersusun dalam susunan ayat dan surat yang telah ditentukan.

8. Lafadz dan makna Al-Qur’an sudah diwahyukan secara utuh kepada Nabi Muhammad,
sedangkan lafaz hadits qudsi bisa hanya diriwayatkan oleh para periwayat secara makna.

B. Contoh Kasus
Contoh kasus dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang sangat
berat, terlilit hutang sana sini, sakit yang sangat parah dan lumpuh total dengan
kemungkinan hidup yang sangat tipis, namun Allah begitu mencintainya. Entah dia
pernah berbuat dosa atau apa pun sebelumnya, hanya Allah yang tahu namun setelah
semua kejadian yang sulit itu dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT.

3. Dosa Dan Kriteria Riba

A. Penjelasan
Dalam konteks syariah (hukum Islam), riba termasuk salah satu dosa besar. Secara
bahasa, riba bermakna ziyadah (tambahan). Beberapa ahli ulama banyak berbeda
pendapat untuk mengartikan riba. Secara teknis, pengertian riba adalah pengambilan
tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Hukumnya adalah haram. Jelas,
karena ini merugikan orang lain. Pasalnya, agama Islam selalu mengharamkan sesuatu
yang tidak baik atau merugikan.

B. Jenis Riba Menurut Islam


Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang dan
riba jual-beli. Riba utang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliah.
Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah.

12
1) Riba Dalam Transaksi Utang Piutang
a) Riba Qardh

Riba ini merupakan sejumlah kelebihan tertentu yang diminta oleh pihak yang
memberi utang terhadap yang berutang saat mengembalikannya.

Contoh Kasus: Misalnya kamu bersedia meminjamkan temanmu uang sebesar


Rp1 juta, asalkan dia bersedia mengembalikannya ke kamu sebesar Rp 1,2 juta.

b) Riba jahiliyah:

Riba ini merupakan utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak
mampu membayar hutangnya tepat waktu.

Contoh Kasus: kamu meminjam Rp 500 ribu kepada temanmu dengan janji waktu
setahun pengembalian utangnya. Setelah jatuh temponya, kamu belum bisa
mengembalikan utangnya kepada temanmu. Maka temanmu mau menambah jangka
waktu pengembalian utang, asalkan kamu bersedia memberi tambahan dalam
pembayaran utangnya. Sehingga tanggungan utang kamu menjadi berlipat ganda.

2) Riba Dalam Jual Beli


a) Riba Fadhl

Riba ini merupakan jual beli dengan cara tukar barang sejenis namun dengan
kadar atau takaran yang berbeda untuk tujuan mencari keuntungan.

Contoh Kasus: Misalnya cincin emas 24 karat seberat 10 gram ditukar dengan
emas 24 karat namun seberat 8 gram. Kelebihannya itulah yang termasuk riba.

b) Riba Nasi’ah

Ini merupakan riba yang terjadi karena adanya pembayaran yang tertunda pada
transaksi jual beli dengan tukar menukar barang baik untuk satu jenis atau berlainan jenis
dengan menunda penyerahan salah satu barang yang dipertukarkan atau kedua-duanya.

Contoh Kasus: Misalnya membeli buah-buahan yang masih kecil-kecil di


pohonnya, kemudian diserahkan setelah buah-buahan tersebut besar atau layak dipetik.

13
C. Dosa Riba Menurut Islam

Perlu diketahui, pemakan harta riba akan mendapatkan adzab Allah SWT di dunia
maupun di akhirat. Karena ini termasuk dosa besar yang dilakukan manusia. Ada banyak
dalil di dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi yang menerangkan tentang bahaya dosa riba.

Berikut ini adalah beberapa dosa riba menurut Islam:

1) Doa Tidak Akan Dikabulkan

Selain adzab di akhirat, Allah SWT juga memberikan adzab di dunia bagi
pemakan harta riba. Salah satunya adalah doa pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh
Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat menjalankan Perintah-Nya justru doa
tidak akan diterima dan dikabulkan Allah SWT.

2) Disiksa Di Dalam Api Neraka

Neraka adalah tempat peristirahatan terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa
oleh para Malaikat Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya. Terkecuali
ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia
adalah Dzat Yang Maha Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah SWT supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran: 130)

3) Hilangnya Keberkahan Dalam Harta

Tidak akan berkah harta yang diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul
mengingatkan kita untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika harta hasil
riba dibelikan makanan, pakaian, beli rumah dan keperluan lainnya dan semua itu tiada
keberkahan. Allah SWT Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (QS. Al Baqarah: 276). Ini jelas larangan Allah SWT untuk melakukan riba
dan harus memperbanyak sedekah.

14
4) Sedekah, Infaq dan Zakat dari Harta Riba Tidak Diterima

Nabi kita Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu
Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali yang baik.” (HR. Muslim II/703
nomor 1015, dari Abu Hurairah Radliallahu’anhu). Hadist tersebut menjelaskan bahwa
kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari jalan yang baik dan
diridhoi Allah SWT. For your info, salah satu platform penyedia jasa P2P Lending
Produktif terbesar saat ini yaitu Amartha juga sudah menjalankan pembiayaan berbasis
syariah. Pembiayaan berbasis syariah dari Amartha ini tidak hanya menguntungkan,
namun juga memberikan berkah serta social impact kepada pendana maupun peminjam.

D. Dalil Dalil
1) Allah SWT mengharamkan secara tegar praktik riba. Allah SWT berfirman:

ٰ ‫" ال ِر ٰبوا َو َحر َم ۡالبَ ۡي َع‬Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al
‫َّللاُ َواَ َحل‬
Baqarah: 275).

2) Kemudian Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk menghentikan


praktik riba. Allah berfirman:

‫َّللاَ اتقُوا ٰا َمنُوا الذ ِۡينَ ٰٰۤيـاَيُّ َها‬ َ ‫الر ٰ ْٓبوا ِمنَ َب ِق‬
ٰ ‫ى َما َوذَ ُر ۡوا‬ ِ ‫" ُّم ۡؤ ِمنِ ۡينَ ۡنت ُ ۡم ُْك ا ِۡن‬Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang beIum dipungut) jika kamu
orang-orang yang beriman" (Al Baqarah 278).

3) Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti


perintah-Nya untuk meninggalkan riba. Allah berfirman:

‫ب فَ ۡاذَنُ ۡوا ت َۡف َعلُ ۡوا ل ۡم فَا ِۡن‬


ٍ ‫َّللاِ ِمنَ ِب َح ۡر‬
ٰ ‫س ۡو ِله‬ َ ۚ "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
ُ ‫ْو َر‬
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." (QS Al
Baqarah 279).

Atas ayat ini, Imam Al Qurthubi menjelaskan, ketika Imam Malik ditanya
seseorang yang mengatakan, "Istri saya tertalak jika ada yang masuk ke dalam rongga
anak Adam lebih buruk daripada khamr." Dia berkata," Pulanglah, aku cari dulu jawaban
pertanyaanmu! Keesokan harinya orang tersebut datang dan Imam Malik mengatakan hal
serupa. Setelah beberapa hari orang itu datang kembali dan imam Malik berkata, "Istrimu

15
tertalak. Aku telah mencari dalam seluruh ayat Alquran dan hadits Nabi tidak aku
temukan yang paling buruk yang masuk ke rongga anak Adam selain riba, karena Allah
memberikan sanksi pelakunya dengan berperang melawanNya." (Lihat Tafsir Al
Qurthubi).

4) Dan Allah berjanji akan memasukkan pelaku riba ke dalam neraka kekal
selamanya. Allah berfirman:

ٰ ‫الر ٰبوا َو َحر َم ۡال َب ۡي َع‬ ْٓ ٰ ُ ‫فَا‬


‫َّللاُ َواَ َحل‬ َ ‫ف َما فَلَه فَ ۡانتَهٰ ى ربِه ِم ۡن َم ۡو ِع‬
ِ ؕ ‫ظة َجا ْٓ َءه فَ َم ۡن‬ َ ‫َّْللاِ اِلَى َواَمۡ ُر ٰۤه‬
َؕ َ‫سل‬ ٰ ؕ ‫ولٮكَ َْ َعاد َو َم ۡن‬
ُ‫ار اَصۡ ٰحب‬ ِ ‫" ٰخ ِلد ُۡونَ فِ ۡي َها ه ُۡم ْۚالن‬Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
Iarangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekaI di dalamnya (QS Al
Baqarah 275).

4. Keutamaan Shodaqoh

A. Pejelasan
Ada banyak sekali manfaat yang bisa dihasilkan dari sedekah, baik itu bagi
penerima maupun pemberi. Terlebih jika aktivitas berbagi dilakukan di bulan Ramadhan.
Sedekah menjadi amal yang mampu menambah dari kekurangan yang dimiliki seseorang.
Kekurangan itu bisa terisi dan menjadi tercukupi. Dengan sedekah, kita bisameringankan
beban yang dimiliki seseorang hingga membuatnya tersenyum.

Sedekah tidak hanya berpatok pada harta benda saja, sehingga membuat sebagian
dari kita berpikir ulang melakukan amal baik ini. Hal-hal non materi pun bisa saja
dikatakan sebagai sedekah. Seperti, menolong orang lain baik dengan tenaga maupun
pikiran, memberi nafkah keluarga atau istri, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari
tengah jalan pun masuk ke dalam sedekah.

16
Sampai dengan hal yang paling sederhana sepertimurah senyum kepada orang
lainpun, adalah sedekah. Seperti yang Rasulullah sampaikan, “Senyummu kepada
saudaramu adalah sedekah”. (HR. At-Tirmidzi).

Melihat ada banyaknya cara untuk berbuat baik dengan sedekah ini. Rasanya,
tidak ada lagi alasan untuk berkata tidak melakukannya. Apalagi, jika mengetahui
banyaknya manfaat dan keutamaan dari bersedekah. Bagiyang belum mengetahui,
sekiranya ada 5 keutamaan bersedekah sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam Al-
Qur’an maupun hadits.

B. Keutamaan Bersodaqoh
1) Ganjaran Harta Maupun Pahala Yang Berlipat Ganda

Salah satu hal istimewa dari bersedekah adalah limpahanpahala yang bisa diraih.
Hal ini sesuai dengan janji Allah perihal keutamaan bersedekah itu sendiri yang tercantum
dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan


dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipatgandakan (pahala) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS. Al-
Hadid: 18).

Bahkan, dengan sedekah jariyah, seseorang bisa saja terus mendapatkan pahala
walau ia telah mati. Amalan iniyang biasa kita kenal dengan shodaqoh jariyah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga
perkara: Shodaqoh jariyah, anak sholeh yang memohon ampunan untuknya (ibu dan
bapaknya) dan ilmu yang bermanfaat setelahnya.”

Patut digaris bawahi adalah denagn sedekah tidaklah membuat harta benda
berkurang atau membuat seseorang jatuh miskin. Justru Allah Swt telah berjanji akan
melipatgandakannya, “Perumpaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah
seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada tiap tangkai ada seratu biji.

17
Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha
Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261).

2) Sedekah Dapat Memanjangkan Usia Dan Mencegah Kematian Buruk

Salah satu keutamaan dari bersedekah ini adalah mampu memperpanjang usia.
Tapi, yang dimaksud dalam usiaini adalah amalan kebaikan dari orang yang bersedekah
ini akan terus dikenang melebihi umur hidup di dunia ini. Denghan sedekah, seseorang
dijauhkan dari kematian yang buruk.

Hal ini seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat


mencegah kematian yang buruk, Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong,
kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.” (HR. Thabrani).

3) Sedekah Sebagai Penghapus Dosa

Orang yang banyak bersedekah maka ia seperti air yang memadamkan api. Dosa-
dosa kita dihapuskan dengan pahala kebaikan yang berlimpah dari amalan sedekah.
Dengan sedekah, Allah SWTakan menghapus dosa-dosa hamba-Nya. Oleh sebab itu,
jangan pernah ragu dan menolak untuk bersedekah. Kita juga tidak pernah tahu, berapa
besar dosa-dosa yang kita miliki. Untuk itulah, sedekah bisa menjadi salah satu amalan
yang harus konsisten kita lakukan.

Rasulullah Saw bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air
itu memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi).

4) Sedekah Dapat Menjauhkan Diri Dari Api Neraka

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dengan sedekah mampu menghapus dosa-


dosa kita. Maka, dengan sedekah pulalah kita bisa terhindar dari api neraka. Mengingat
pahala berlipat ganda yang didapat serta dihapusnya dosa-dosa, maka kita pun bisa
menjauhkan diri kita agar tidak masuk ke dalam neraka jahanam. Hal ini sebagai sabda
Rasulullah SAW,

“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma.” (Muttafaqun ‘alaih).

18
5) Mendapatkan Naungan Di Hari Kiamat Karena Sedekah

Dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat Al-Quran, pada hari kiamat nanti manusia
akan dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Disebutkanjuga, pada saat itu
jarak matahari akan sangat dekat dengan kepala setiap orang sehingga akan terasa sangat
panas.

Untuk melindungi diri dari panasnya sinar matahari inilah, Rasulullah SAWtelah
memberitahukan kabar baik kepada umatnya mengenaiamalan apa yang dapat
menjadikan naungan dari panasnya matahari kelak.

Nantinya, saat di Padang Mahsyar setiap manusia akan menunggu giliran untuk
diadili dari timbangan amal baik dan buruknya. Bisa dibayangkan berapa lama manusia
akan menunggu dan merasakan panasnya terik matahari yang sangat dekat dengan kepala.

Maka, dijelaskanlah oleh dari hadits Rasulullah SAW bahwasannya yang


menjadikan naungan umat manusia di hari kiamat nanti adalah amalan sedekahnya.

“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari kiamat) hingga
diputuskan di antara manusia atau ia berkata: “Ditetapkan hukuman di antara manusia.”
Yazid berkata: “Abul Khair tidak pernah melewati satu haripun melainkan ia bersedekah
padanya dengan sesuatu, walaupun hanya sepotong kue atau bawang merah atau seperti
ini.” (HR. Al-Baihqi, Al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah).

Dan dijelaskan pula dalam riwayat lainnya, bahwasannya Rasulullah Saw


bersabda: “Naungan orang beriman di hari Kiamat adalah sedekahnya.” (HR Ahmad).

C. Dalil Dalil
1) Al Baqarah ayat 177

َ ‫ق قِبَ َل ُو ُج ْو َه ُك ْم ت ُ َولُّ ْوا ْالبِراَ ْن لَي‬


‫ْس‬ ِ ‫اّللِ ٰا َمنَ َم ْن ْالبِر َو ٰل ِكن َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ب ْال َم ْش ِر‬ ٰ ِ‫ال ِخ ِر َو ْاليَ ْو ِم ب‬ ٰ ْ ‫ب َْو َو ْال َم ٰٰۤلٮ َك ِة‬
ِ ‫ۚ َوالن ِبيِنَ ْال ِك ٰت‬
‫فى َوالس ٰۤاٮ ِليْنَ السبِ ْي ِل َوابْنَ َو ْال َمسٰ ِكيْنَ َو ْاليَ ٰتمٰ ى ْالقُ ْر ٰبى ذَ ِوى ُحبِه َع ٰلى ْال َما َل َو ٰاتَى‬ ِ ‫ب َو‬ ِ ۚ ‫الرقَا‬ ِ ‫ام‬ َ َ‫ۚ الز ٰكوة َ ٰاتَى َْو الص ٰلوة َ َواَق‬
ٰٰۤ ُ ٰٰۤ ُ
ٰ ‫س ٰۤا ِء فِى َوال‬
َ‫صبِ ِريْنَ ۚ َعا َهد ُْوا اِذَا بِعَ ْه ِد ِه ْم َو ْال ُم ْوفُ ْون‬ َ ْ ‫س َو ِحيْنَ َوالضر ٰۤا ِء ْالبَأ‬ ۗ ِ ْ ‫ولٮكَ ْالبَأ‬ ‫صدَقُ ْوا ال ِذيْنَ ا‬ َ ۗ‫ولى‬ َ ِْ َ‫ُه ُم ك‬
‫ْوا‬
َ‫ْال ُمتقُ ْون‬
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-

19
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-
orang yang bertakwa."

2) Al Baqarah ayat 254

‫شفَا َعة و َل ُخلة َو َل فِ ْي ِه َبيْع ل يَ ْوم َْيأْتِي ا َ ْن قَ ْب ِل ِم ْن َرزَ ْق ٰن ُك ْم ِمما اَ ْن ِفقُ ْوا ٰا َمنُ ْْٓوا ال ِذيْنَ ٰ ْٓياَيُّ َها‬
َ ۗ َ‫ظ ِل ُم ْونَ ُه ُم َو ْال ٰك ِف ُر ْون‬
ٰ ‫ال‬

"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang
telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual
beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."

3) Al Baqarah ayat 274

ِ ‫نَ ْْيَحْ زَ نُو ُه ْم َو َل َعلَ ْي ِه ْم خ َْوف َو َل َربِ ِه ۚ ْم ِع ْندَ جْ ُر ُه ْم َْا فَلَ ُه ْم و َع َالنِيَةً ِس ًّرا َوالن َه‬
َ‫ار بِال ْي ِل اَ ْم َوالَ ُه ْم يُ ْن ِفقُ ْونَ ل ِذيْن‬

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi
dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

4) Saba’ ayat 39

ُ ‫س‬
‫ط َربِ ْي اِن قُ ْل‬ ِ ‫ْو َماۗ لَه َويَ ْقد ُِر ِعبَادِه ِم ْن يش َٰۤا ُء ِل َم ْن‬
ُ ‫الر ْزقَ يَ ْب‬ َ ْٓ ‫ش ْيءٍ ِم ْن ا َ ْن َف ْقت ُ ْم‬
َ ‫ْالر ِزق َخي ُْر َوه َ ُۚو ي ُْخ ِلفُه فَ ُه َو‬
ٰ ِ َ‫يْن‬

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-


Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan
Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya."

20
5. Sifat Takdir Kematian

A. Penjelasan
Peristiwa yang paling niscaya untuk diingkari adalah kematian. Meski demikian,
kenyataannya kematian menjadi salah satu bentuk kiamat kecil yang nantinya akan
dialami oleh setiap makhluk hidup. Topik ini diangkat oleh Takmir Masjid Ulil Albab
dalam kajian rutin aqidah bersama Ustadz Amir As-Soronji, Senin (13/10). Kematian
bukanlah soal siapa yang lebih dahulu, melainkan bagaimana kita lapang akan takdir yang
telah ditetapkan-Nya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 28 yang artinya, “Mengapa kamu
kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan?” Dari ayat tersebut menjadi bukti bahwa setiap orang berasal dari
Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ustadz Amir menyatakan bahwa merenungkan
kematian merupakan sebaik-baik nasehat. Ia menyebut bahwa kematian menjadi makhluk
ciptaan Allah. “Kematian dapat diserupakan seperti domba yang disembelih yang nanti
setelah kiamat tidak akan ada kematian,” jelasnya.

Menurut Ustadz Amir, merenungkan kematian akan menambah pengetahuan


terutama mengenai pemahaman misteri kehidupan. Merenungkan makhluk-Nya berarti
juga memikirkan kekuasaan Allah yang telah menghidupkan lalu mematikan
makhluknya.

Ustadz Amir menyebut dalam sebuah riwayat menceritakan ada seorang Arab
Badui yang melakukan perjalanan dengan untanya. Namun di perjalanan, unta tersebut
terjatuh lalu tersungkur dan mati. Orang Arab ini lalu turun dari unta dan mengelilingnya
sambil berkata, ‘Kenapa kau tidak berdiri? Kenapa kau tidak bangkit? Anggota tubuhmu
masih lengkap, kau dari rumah juga terlihat sehat. Ada apa denganmu? Apa yang bisa
membuatmu agar bangkit lagi?’ Karena tidak ada reaksi dari unta, orang Arab Badui ini
lalu pergi meninggalkannya sambil terheran dan berpikir apa yang dialami untanya.

Hal tersebut juga sering dialami oleh manusia ketika ada saudara atau temannya
yang baru saja atau tidak lama berjumpa dengannya dengan keadaan badan yang sehat,

21
untuh, ceria namun tiba-tiba ada kabar bahwa ia meninggal. “Ini menunjukan kekuasaan
Allah, mati itu sudah ditetapkan. Jika sudah waktunya ya akan terjadi tanpa memandang
usia atau keadaan orang itu,” ujar Ustadz Amir.

Ustadz Amir juga menuturkan bahwa orang sakit atau sehat akan mati, orang kuat
mati, mahasiswa dan dosen mati, tentara dan polisi mati, semua makhluk akan mati. “Mati
itu tiba-tiba, tidak ada yang tahu jadwal kapan seseorang akan mati,” jelasnya. Lalu
pertanyaannya adalah apakah orang yang meninggal dalam keadaan tiba-tiba padahah
dirinya sehat-sehat saja akan husnul khotimah?

Menjawab itu, Ustadz Amir menyampaikan para ulama bersepakat bahwa jika
yang meninggal orang mukmin yang taat kepada Allah maka dapat dikatakan dirinya
Husnul khotimah. Namun, jika ia kafir atau orang muslim namun mengingkari Allah
maka ia su’ul khotimah atau kembali tanpa keimanan. “Kematian adalah keputusan atau
ketetapan Allah. Tiap jiwa pasti akan merasakan kematian,” tegas Ustadz Amir.

Menurutnya yang harus menjadi pengingat kematian bagi seorang muslim


bukanlah saat keadaan sakit, melainkan saat tubuh sehat. Bahkan ketika dalam keadaan
sakit, seharusnya ia bersyukur karena diberi rasa sakit berarti Allah masih cinta
kepadanya dengan menegur dirinya agar taat kepada Allah.

Jika seseorang merasa imannya turun, maka tips dari Ustadz Amir adalah agar ia
segera menutup matanya lalu membayangkan siksa sakararul maut, alam kubur, alam
barzah, dan hal lainnya mengenai kematian dan kekuasaan Allah.

Selain manusia biasa, Allah juga telah mengingatkan Rasulullah dalam Q.S. Az-
Zumar ayat 30 yang artinya, “Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka
akan mati (pula).” Selain itu dalam sabda Rasulullah mengatakan, “Cintailah siapa yang
kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya!”

Setiap mukmin dibebaskan untuk mencintai siapa saja di antara semua makhluk,
namun sesungguhnya mereka akan berpisah dengannya. Maka, jangan sampai seorang
mukmin menyibukkan hatinya dengan kesenangan dunia yang fana berupa istri, anak,
harta dan lainnya. “Ini pembahasan yang penting, agar kita tidak terlena. Karena
sesungguhnya kemuliaan orang mukmin adalah amalnya. Dan kehormatan baginya
adalah tidak meminta-minta,” kata Ustadz Amir.

22
Di akhir sesi, Ustadz Amir mengingatkan bahwa waktu kedatangan kematian
adalah perkata gaib yang tidak diketahui orang kecuali Allah. Untuk itu, sangat
dibutuhkan oleh setiap orang mengingat kematian agar dapat merubah mindset dengan
menyusun ulang priotitas dan nilai agar tidak hanya duniawi saja yang dipikirkan.
“Merenung kematian dapat memberikan pemahaman baru dan membangun sifat rendah
hati, lembut hati, dan keberanian di dalam diri kita,” tutupnya. (SF/RS)

B. Dalil Dalil
1) Ayat Alquran tentang Kematian yang Pasti

‫ٱ ْل ٰ َخ ِلد ُونَ فَ ُه ُم ِمت أَفَإ ِ ۟ين ۖ ٱ ْل ُخ ْلدَ قَ ْبلِكَ ِمن ِلبَش ٍَر َجعَ ْلنَا َو َما‬

Artinya: “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu
(Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? (QS Al-Anbiya: 34).

2) Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Takdir Manusia

ِ ‫َْوإِلَيْن ۖ فِتْنَةً َوٱ ْل َخي ِْر بِٱلش ِر َونَ ْبلُو ُكم ۗ ٱ ْل َم ْو‬
‫ت ذَآْئِقَةُ نَ ْف ٍس ُك ُّل‬ َ ‫ت ُ ْر َجعُونَ ا‬

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada
Kamilah kamu dikembalikan,” (QS Al-Anbiya: 35)

3) Ayat Alquran tentang Kematian dan Amal

‫سنُ أ َ ُّي ُك ْم ِل َي ْبلُ َو ُك ْم َوٱ ْل َح َي ٰوة َ ٱ ْل َم ْوتَ َخلَقَ ٱلذِى‬


َ ْ‫يزْْٱل َوه َُو ۚ َع َم ًال أَح‬ ُ ُ‫ٱ ْلغَف‬
ُ ‫ور َع ِز‬

Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,” (QS Al-
Mulk: 2)

4) Ayat Alquran tentang Kematian yang Tidak Bisa Ditunda

‫سا َعةً َي ْست َأ ْ ِخ ُرونَ َل أَ َجلُ ُه ْم َجا ْٓ َء فَإِذَا ۖ أَ َجل أُم ٍة َو ِل ُك ِل‬
َ ۖ ‫تَ ْق ِد ُمونَ ْْ َيس َو َل‬

Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya
mereka tidak dapat mengundurkan-nya barang sesaat-pun dan tidak dapat (pula)
memajukan-nya,” (QS Al A’raf: 34)

23
5) Ayat Alquran tentang Kematian Sebagai Musibah

‫ش ْىءٍ َولَنَ ْبلُ َون ُكم‬ ِ ‫ص َوٱ ْل ُجوعِ ٱ ْلخ َْو‬


َ ِ‫ف ِمنَ ب‬ ٍ ‫ت ِس ُْ َوٱ ْألَنف ٱ ْأل َ ْم ٰ َو ِل ِمنَ َو َن ْق‬
ِ ‫ش ِِر ۗ َوٱلث َم ٰ َر‬ ٰ ‫ٱ‬
ِ ‫لصبِ ِرينَ َو َب‬

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa (kematian) dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar,” (QS Al-Baqarah: 155).

6) Ayat Alquran tentang Kematian Syuhada

َ ِ‫ي ُْرزَ قُونَ َربِ ِه ْم َْ ِعند أَحْ يَآْء بَ ْل ۚ أَ ْم ٰ َو ًۢتًا ٱّلل‬


۟ ُ‫سبِي ِل فِى قُتِل‬
‫وا ٱلذِينَ تَحْ َسبَن َو َل‬

Artinya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki,” (Q.S Ali Imran: 169).

7) Ayat Alquran tentang Kematian Atas Izin Allah

‫اب ي ُِردْ َو َمن ۗ ُّم َؤج ًال ِك ٰتَبًا ٱّللِ ِبإِذْ ِن ِإل تَ ُموتَ أَن ِلنَ ْف ٍس َكانَ َو َما‬
َ ‫اب ي ُِردْ َو َمن ِم ْن َها نُؤْ تِ ِهۦ ٱلدُّ ْن َيا ث َ َو‬
َ ‫اخ َرةِ ث َ َو‬
ِ ‫ۚ ِم ْن َها نُؤْ تِ ِهۦ ٱ ْل َء‬
‫سنَجْ ِزى‬َ ‫لش ِك ِرينَ َو‬ٰ ‫ٱ‬

Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia,
niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur,” (QS Ali Imran: 145)

8) Ayat Alquran tentang Kematian Orang Zalim

ْ َ‫ى قَا َل أَ ْو َك ِذبًا ٱّللِ َعلَى ٱ ْفت ََر ٰى ِمم ِن أ‬


‫ظلَ ُم َو َم ْن‬ ِ ُ ‫ش ْىء إِلَ ْي ِه يُو َح َولَ ْم إِلَى أ‬
َ ‫وح‬ َ ‫نز ُل قَا َل َو َمن‬ ِ ُ ‫سأ‬
َ ‫ت ََر ٰ ْٓى َولَ ْو ۗ ٱّللُ أَنزَ َل َما ْٓ ِمثْ َل‬
ٰ ‫ت فى ٱ‬ ْٓ
‫لظ ِل ُمونَ إِ ِذ‬ ِ ِ ‫ت َغ َم ٰ َر‬ِ ‫ط ْٓو ۟ا َوٱ ْل َم ٰلَئِ َكةُ ٱ ْل َم ْو‬
ُ ‫س ُك ُم ْٓو ۟ا ُْأَ ْخ ِرج أ َ ْيدِي ِه ْم بَا ِس‬
َ ُ‫اب تُجْ زَ ْونَ ٱ ْليَ ْو َم ۖ أَنف‬ َ َ‫ون َعذ‬ ِ ‫تَقُولُونَ ُكنت ُ ْم بِ َما ٱ ْل ُه‬
ِ ِ ‫تَ ْست َ ْكبِ ُرونَ َءا ٰيَتِ ِهۦ َع ْن َو ُكنت ُ ْم ٱ ْل َح‬
‫ق َغي َْر ٱّللِ َعلَى‬

Artinya: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah
atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan
sesuatu-pun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa
yang diturunkan Allah”.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada
dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): “Keluarkanlah nyawamu”

24
Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya,” (QS. Al-An’am: 93)

6. Kewajiban Amar Makruf

A. Penjelasan
Amar makruf nahi mungkar dalam istilah fiqh disebut dengan al Hisbah. Perintah
yang ditujukan kepada semua masyarakat untuk mengajak atau menganjurkan perilaku
kebaikan dan mencegah perilaku buruk.

Bagi umat Islam, amar makruf nahi mungkar adalah wajib, sebab syariat Islam
memang menempatkannya pada hukum dengan level wajib. Dan siapa pun dari kita yang
meninggalkannya, maka kita akan berdosa dan mendapatkan hukuman berupa siksa yang
sangat pedih dan menyakitkan.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits berikut:

"Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar
(melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-
orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara
kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)." (HR. Abu Dzar).

Selain itu, amar makruf nahi mungkar merupakan prinsip dasar agama Islam yang
harus dilakukan oleh setiap muslim.

B. Dalil Dalil
1) (QS. Ali Imran: 104)
ْٓ
ِ ‫ٱ ْل ُم ْف ِلحُونَ ُه ُم َوأ ُ ۟و ٰلَئِكَ ۚ ٱ ْل ُمنك َِر َع ِن َو َي ْن َه ْونَ بِٱ ْل َم ْع ُر‬
‫وف َويَأ ْ ُم ُرونَ ٱ ْل َخي ِْر إِلَى يَدْعُونَ أُمة ِمن ُك ْم َو ْلت َ ُكن‬

Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung."

25
2) (QS al-A'raaf: 157)

َ‫سو َل يَتبِعُونَ ٱلذِين‬ ُ ‫نجي ِل ٱلت ْو َر ٰٮ ِة ِفى ِعندَ ُه ْم َم ْكتُوبًا يَ ِجدُونَهۥُ ٱلذِى ٱ ْأل ُ ِمى ٱلنبِى ٱلر‬ ِ ‫وف يَأ ْ ُم ُرهُم َوٱ ْ ِإل‬
ِ ‫َع ِن َو َي ْن َه ٰٮ ُه ْم بِٱ ْل َم ْع ُر‬
‫ت لَ ُه ُم َوي ُِح ُّل ٱ ْل ُمنك َِر‬
ِ َ‫ث َعلَ ْي ِه ُم َويُ َح ِر ُم ٱلطيِ ٰب‬َ ِ‫ض ُع ٱ ْل َخ ٰ ْٓبَئ‬ ْ ِ‫َت ٱلتِى َوٱ ْأل َ ْغ ٰلَ َل إ‬
َ َ‫ص َر ُه ْم َع ْن ُه ْم َوي‬ ْ ‫وا فَٱل ِذينَ ۚ َعلَ ْي ِه ْم كَان‬ ۟ ُ‫بِ ِهۦ َءا َمن‬
ْٓ ٰ
ُ‫ص ُروهُ َو َعز ُروه‬ َ َ‫وا َون‬ ۟ ُ‫ور َوٱت َبع‬َ ‫ِى ٱل ُّن‬ْٓ ‫نز َل ٱلذ‬ ِ ُ ‫ٱ ْل ُم ْف ِلحُونَ ُْهُم أ ُ ۟و َلئِكَ َمعَ ْٓهۥ ُ أ‬

Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran),
mereka itulah orang-orang yang beruntung."

26
Daftar Pustaka

https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/pengertian-istidraj/5

https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-dengan-
nikmat-dunia

https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengetahui-ciri-ciri-istidraj-azab-berbungkus-
kenikmatan-1uzioOmT6wD/full

https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-232529598/dalil-dan-ciri-ciri-
istidraj-azab-terbesar-dari-allah-berwujud-kenikmatan?page=3

https://bdkaceh.kemenag.go.id/berita/memaknai-istidraj-dalam-perspektif-islam

https://news.detik.com/berita/d-5577592/apa-itu-hadits-qudsi-berikut-penjelasan-ulama

https://mui.or.id/opini/30451/mengenal-hadis-qudsi-pengertian-dan-perbedaannya-
dengan-al-quran/

https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/kenabian-muhammad-saw-telah-diramalkan-
dalam-kitab-weda

https://ahmadiyah.id/pustaka/artikel/nubuatan-tentang-nabi-muhammad-dalam-bible

https://www.republika.co.id/berita/qlfnhv366/pendeta-yahudi-dan-nasrani-pun-tahu-
kedatangan-nabi-muhammad

https://core.ac.uk/download/pdf/297921818.pdf

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-sahabat-tabiin-dan-
tabiit-tabiin.html

//blog.amartha.com/dosa-riba-menurut-islam/

https://www.republika.co.id/berita/qr47jl320/dalil-alquran-dan-hadits-yang-
mengharamkan-praktik-riba

https://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/keutamaan-sedekah

27
https://www.brilio.net/wow/keutamaan-bersedekah-beserta-jenis-dan-dalilnya-sesuai-
ajaran-islam-200604i.html

https://www.uii.ac.id/menerima-akan-takdir-yang-ditetapkan/

https://www.orami.co.id/magazine/hadits-dan-ayat-alquran-tentang-kematian/

https://news.detik.com/berita/d-5201638/amar-makruf-nahi-mungkar-perilaku-yang-
diperintahkan-allah-swt

28

Anda mungkin juga menyukai