Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AKIDAH AKHLAK

HUBBUD-DUNYA

Disusun Oleh :
MUHAMMAD ZIDANE
X IPS
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin.Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa


‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.
Puji syukur marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberi
rahmat kepada kita semua.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW.
Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah AKHLAQ-
TASAWUF yang diampu oleh bapak Prof.Dr. Alwan Khoiri. Dalam menulis
makalah ini, penyusun merasa banyak kekurangan dan kekhilafan dikarenakan
penyusun masih dalam tahap belajar.
Akan tetapi, harapan penyusun semoga makalah ini benar-benar bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya dan semoga kita memperoleh rida Allah SWT.
Amin ya rabbal ‘alamin.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………...…….i
Daftar Isi………………………………………………………………................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..…….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….…….…..2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. pengertian dari akhlak tercela.......................1
B. Apa pengertian Hub. Al-Dunya ……...……………………………2
C. Penjelasan mengenai Hub. Al-Dunya.................................3
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………..1
B. Saran……………………………………………………………………2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Dewasa ini tindakan kejahatan semakin meningkat. Berita-berita
tentang kriminal seperti pencurian kendaran (curanmor),
perampokan, penipuan bahkan pemerkosaan hampir setiap hari kita
lihat baik melalui televisi, media cetak maupun media masa lain. Hal
ini menunjukan bahwa moralitas atau akhlak manusia semakin
menurun.
Akhlak sangat berhubungan dengan sifat-sifat yang dimiliki manusia.
Sifat yang dimiliki manusia adalah sifat baik dan sifat tercela (buruk).
Sifat-sifat tersebut tergantung bagaimana manusia menyikapinya.
Seseorang yang mempunyai sifat baik dan selalu mengisi hati dan
perilakunya dengan hal-hal yang baik, maka ia akan terhindar dari
tindakan-tindakan yang tercela dan yang merugikan orang lain.
Bagitupula sebaliknya, apabila seseorang memiliki sifat-sifat tercela
namun tidak berusaha membuang sifat-sifat tercela itu maka sifat
tercela tersebut akan mempengaruhi tindakan atau perilaku
seseorang yang bisa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Sebagai tolak ukur perilaku manusia maka sifat baik dan dan sifat
tercela perlu dipahami oleh setiap orang, sehingga ia dapat
membedakan bagaimana sifat baik dan sifat tercela.

B. Rumusan Masalah.
Permasalahan yang kami angkat pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari akhlak tercela?
2. Apa pengertian Hub. Al-Dunya?
3. Penjelasan mengenai Hub. Al-Dunya.?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak Tercela
hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah harus terlebih
dahulu mengosongkan dirinya dari akhlak yang tercela kemudian
mengisinya dengan akhlak yang terpuji karena Allah adalah Dzat
Yang Maha Suci hanya dapat didekati oleh hamba-Nya yang suci
jiwanya
B. Pengertian Hub. Al-Dunya.
1) Hub al-Dunya
Hub al- Dunya menurut bahasa adalah mencintai dunia, adapun
menurut istilah adalah mencintai dunia yang disangka mulia dan di
akhirat menjadi sia-sia.
Definisi di atas dapat dipahami bahwa hubb al-dunya berarti
mencintai kehidupan dunia dengan melalaikan kehidupan akhirat. Di
sini timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan dunia? Segala
sesuatu yang tidak membawa manfaat di akhirat, menurut K.H
Ahmad Rifa’I, itulah yang dinamakan dunia, dan disebut juga dengan
dunia haram. Dengan perkataan lain bahwa dunia haram adalah hal-
hal yang bersifat duniawi yang tidak digunakan untuk mendukung
taat beribadah kepada Allah, sehingga keduniawian tersebut tidak
bermanfaat untuk kehidupan di akhirat. Begitu juga harta banyak
yang halal tetapi tidak dibelanjakan di jalan Allah, seperti tidak
dikeluarkan zakatnya, tidak digunakan untuk infaq fi sabilillah, dan
tidak digunakan untuk shodaqoh, maka harta tersebut menjadi
fitnah dan termasuk dunia haram.
C. Penjelasan mengenai Hub. Al-Dunya

1. Hub. Al-Dunya
Sejalan dengan pendapat KH. Ahmad Rifa’i, al-Ghazali mengatakan
bahwa segala sesuatu yang memberikan keuntungan, bagian, tujuan,
nafsu syahwat, dan kelezatan kepada manusia yang diperoleh
langsung sebelum mati disebut dunia.
Selanjutnya al-Ghazali menjelaskan lebih rinci tentang pengertian
dunia sebagai berikut:
a. Sesuatu yang menemani manusia di akhirat dan pahalanya
kekal bersamanya sesudah mati, yakni ilmu dan amal, ini tidak
tergolong dunia melainkan akhirat. Adapun ilmu yang dimaksud di
sini adalah ilmu tentang Allah, sifat-sifatNya, af’alNya, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, alam malakut bumi dan
langitNya, serta ilmu yang disyari’atkan oleh nabiNya. Sedangkan
amal yang dimaksud di sini adalah amal ibadah yang ikhlas karena
Allah semata
b. Segala sesuatu yang memberikan keuntungan dan kelezatan
kepada manusia yang langsung diperoleh di dunia akan tetapi tidak
memberikan pahala baginya di akhirat, seperti kelezatan yang
diperolehnya dengan melakukan segala macam perbuatan maksiat
dan bersenang-senang dengan hal-hal yang mubah akan tetapi
melewati kadar kebutuhan, maka hal ini tergolong dunia yang
tercela.
c. Segala sesuatu yang memberikan keuntungan kepada manusia
dan langsung diperoleh di dunia untuk menolong kepada amal
perbuatan akhirat, seperti sekedar makanan, pakaian sederhana, dan
lain sebagainya yang merupakan sarana pokok demi kelangsungan
hidup manusia dan kesehatannya agar dapat menghantarkan kepada
ilmu dan amal, maka hal ini tergolong akhirat karena makanan,
pakaian, dan kebutuhan pokok tersebut digunakan sebagai sarana
untuk menolong amal perbuatan akhirat. Namun demikian, jika
faktor yang mendorongnya hanya sekedar memperoleh keuntungan
langsung di dunia, tidak dijadikan sebagai sarana untuk taqwa
kepada Allah, maka hal ini bukan tergolong akhirat melainkan
tergolong dunia.
Memperhatikan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan dunia ialah segala sesuatu yang tidak dijadikan
sarana untuk takwa kepada Allah dan tidak membawa manfaat di
akhirat.
Seseorang yang mencintai dunia akan mengakibatkan dirinya
banyak melakukan kesalahan dan berbuat dosa seperti berbuat
maksiat, keji, dan munkar, karena ia melupakan Allah SWT.
Sebagaimana Rasulullah SAW menjelaskan: “Cinta terhadap dunia
merupakan pangkal setiap kesalahan”. Dijelaskan juga dalam al-
Qur’an: “Dan celakalah bagi orang-orang kafir karena mendapat
siksaan yang sangat pedih, yaitu orang-orang yang lebih menyukai
kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat”.
Dengan demikian setiap orang mukmin harus senantiasa beramal
demi memperoleh kebahagiaan hidup di akhirat jangan tergiur dan
terpukau oleh kemewahan dunia, seperti kekayaan, pangkat,
kesenangan, dan kenikmatan, kecuali sekedar hajat yang diperlukan
untuk menolong beribadah kepada Allah. Disamping itu, hati seorang
mukmin tidak boleh bergantung kepada kemewahan dunia karena
hal tersebut dapat melupakan Allah dan melalaikan kebahagiaan
hidup di akhirat. Berkaitan hal ini K.H Ahmad Rifa’i mengatakan :
Wajib berpaling dari dunia maksiat sunat berpaling dari dunia halal
juga sunat meninggalkan (dunia) makruh sunat mengambil dunia
halal yang dijadikan pertolongan untuk melakukan kebijakan yang
bermanfaat di akhirat wajib mengambil dunia yang diperlukan yang
halal jika tentu menolong taat terhadap kewajiban kemudian
hasilnya mengangkat derajad.
Bait nazam di atas menjelaskan tentang ketentuan hukum
mengambil atau meninggalkan dunia sebagai berikut :
a) Berpaling dari dunia maksiat, hukumnya wajib.
b) Berpaling dari dunia halal, hukumnya sunat.
c) Meninggalkan dunia makruh, hukumnya juga sunat.
d) Mengambil dunia halal yang digunakan untuk menolong
berbuat kebajikan yang bermanfaat di akhirat, hukumnya juga sunat.
e) Mengambil dunia halal sekedar hajat jika benar-benar
digunakan untuk menolong berbuat taat melaksanakan kewajiban
demi mengangkat derajad keimanan, hukumnya wajib.
Pendapat K.H. Ahmad Rifa’i di atas sesuai dengan pandangan
sebagian ulama shufi bahwa dunia itu tak perlu dibenci secara
berlebihan karena dunia merupakan anugrah Allah yang perlu
diterima, dinikmati, dan disyukuri, bukan harus diingkari. Berkaitan
dengan hal ini Rasulullah SAW. Bersabda :
‫الدنيا مزرعة لألخرة‬
Artinya : Dunia adalah kebun bagi akhirat.
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Hubbud Al-Dunya ialah mencintai dunia yang disangka mulia dan di
akhirat menjadi sia-sia.
B.SARAN
Kita sebagai umat muslim seharusnya bisa mengambil hikmah dari
pembahasan mengenai Hubbud Al-Dunya.

Anda mungkin juga menyukai