Anda di halaman 1dari 8

Nama : Dion Prayoga

Kelas : IAT V E [1171030055]


Mata Kuliah : Metodologi Tafsir
Dosen : Dr. Eni Zulaiha, M. Ag

Feedback Allah Swt terhadap hamba-Nya

Setiap manusia berbuat akan dibalas sesuai ganjarannya, dan setiap


manusia patut bersyukur dengan nikmat dari-Nya. Begitulah kata yang tepat untuk
pernyataan sikap bahwa tidak ada amal yang tidak dihitung dan tidak pula tidak
ada balasannya.

Seringkali kita terlalaikan dengan kesibukan dunia semata sehingga lupa


tujuan utama kita didunia harus apa. Bahkan sangking sibuknya sampai beralasan
tidak punya waktu untuk belajar agama, terlebih jika usia sudah tua mulai
beralasan sudah tidak mampu.

Saya adalah anak kecil yang tidak tahu apa-apa tentang bagaimana
harusnya saya didunia, kehidupan saya hanya bermain dan berinteraksi dengan
manusia lainnya. Ketika saya bersikap baik kepada yang lain, mereka bersikap
demikian, ketika saya bersikpa buruk merekapun demikian. Beranjak dewasa
tuntutan manusia dimulai dengan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
bertahan hidup. Mulai dengan mempelajari pengetahuan manusia yang mulai
berkembang sampai mencari uang untuk kebutuhan sehari-harinya.

Bagi sebagian orang kehidupan tidak hanya makan dan minum serta
mencari uang dan mendirikan rumah yang mewah mempunyai keluarga yang
banyak. Kehidupan inilah yang menjadi pacu jalur antar manusia lain saling
berlomba-lomba siapa yang paling kaya bahkan tak sedikit tertindas sehingga
lebih banyak yang miskin diantara mereka, dan yang kaya tidak peduli dan tetap
menikmati kekayaannya. Padahal sepatutnya kehidupan didunia hanya tempat
singgah sebelum menuju kehidupan abadi kelak.

Tatanan masyarakat tidak lagi menjadi sehat. Mereka tidak lagi


memikirkan bagaimana mereka di akhirat kelak. Siapa yang akan mengingatkan
mereka akan hal ini? Tentunya jika mereka berfikir untuk apa aku hidup, apa yang
harus aku lakukan selama aku hidup? Bagaimana seharunya aku menjalani
kehidupan?, mungkin jika ini terlintas dalam kepala mereka, akan membuat
mereka sadar dengan tujuannya hidup didunia.

Sebagai umat muslim, kewajiban-kewajiban dari Allah Swt sudah menjadi


kegiatan yang mengisi kehidupan mereka disamping kesibukan dunianya.
Diantara kewajiban- kewajiban-Nya, sholat 5 waktu, zakat, puasa, dsb. Semua
kewajiban-kewajiban ini pada dasarnya adalah untuk mengingatkan kita kepada
Allah Swt dan bersyukur atas nikmat yang dikarunikan-Nya. Betapa manusia
perlu tahu esensi mereka hidup didunia tak hanya kesibukan dunia semata dan
menjalakan kewajiban dari Tuhannya, melaikan untuk mengingat akan Tuhannya
dan bersyukur atas-Nya.

Pembahasan ini sebenarnya hal sepele namun tidak banyak orang


menyadarinya. Itu sebab saya menulis ini sebagai bentuk curahan saya terhadap
diri saya terlebih dibaca orang banyak. Bagaimana kita memaknai kehidupan
sedangkan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan dari kehidupan yang sedang
kita jalani.

Allah Swt tidak menginginkan kita terperdaya dengan kehidupan dunia.


Ketika kita disibukkan dengan dunia, sehingga sia-sialah waktu kita, terluput
dari berbagai amal shalih, karena dunia ini hanya sementara. Kita habiskan
dunia ini siang dan malam hanya untuk mengumpulkan harta saja atau hanya
untuk berlomba-lomba dalam teknologi. Hal ini sebagaimana kondisi orang-
orang kafir saat ini. Mereka menghabiskan waktunya didunia ini untuk sesuatu
yang tidak abadi.
Bukan berarti seorang muslim tidak boleh memanfaatkan kehidupan
dunianya dan kemajuan-kemajuan di dalamnya. Akan tetapi, hendaknya kia
manfaatkan ini semua untuk membantu ketaatan kepada Allah Swt. Karena
Allah Swt menciptakan dunia ini dan apa yang ada di dalamnya untuk hamba-
hamba-Nya yang beriman.

Orang-orang yang menyibukkan dunia dengan sesuatu yang akan


bermanfaat untuknya kelak di sisi Allah Swt, mereka adalah orang-orang yang
beruntung, baik di dunia dan di akhirat. Dia beruntung di dunia karena
menyibukkan diri dalam amal kebaikan. Demikian pula, dia beruntung di akhirat
karena telah membekali diri dengan berbagai amal shalih.

Apa padanan ayat yang pantas untuk menyadarkan manusia akan


kesibukannya? Sikap seperti apa yang mestinya dilakukan? Mengapa harus
menjadi persoalan?.

ِ ‫َف ْاذ ُكرُونِي َأ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل َت ْكفُر‬


‫ُون‬

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku. (Al-Baqarah: 152).

Allah Swt memerintahkan kaum Mukmin untuk berdzikir (mengingat dan


menyebutnya), dan menjanjikan kepadanya balasan yang paling utama berupa
pujian di hadapan para malaikat yang paling tinggi kedudukannya bagi orang
yang berdzikir (mengingat dan menyebut Nya), dan khususkanlah –wahai orang-
orang yang beriman- rasa syukur kepada Ku secara lisan dan amalan, dan
janganlah kalian mengingkari nikmat-nikmat Ku atas kalian.

Ingatlah Aku dengan hati dan anggota badan kalian, maka Aku akan
mengingat kalian dengan memuji dan menjaga kalian. Karena setiap perbuatan
akan berbalas perbuatan serupa. Syukurilah nikmat-nikmat yang telah Aku
berikan kepada kalian. Jangan kufur kepada-Ku dengan mengingkari nikmat-
nikmat-Ku dan menggunakannya untuk hal-hal yang diharamkan bagi kalian.

Dzikir kepada Allah yang paling istimewa adalah zikir yang dilakukan
dengan hati dan lisan, yaitu dzikir yang menumbuhkan ma’rifat kepada Allah,
kecintaan kepadaNya, dan menghasilkan ganjaran yang banyak dariNya. Dzikir
adalah puncak rasa syukur.

Oleh karena itu, Allah memerintahkan hal itu secara khusus kemudian
memerintahkan untuk bersyukur secara umum seraya berfirman, “Dan
bersyukurlah kepadaku,” maksudnya, terhadap apa yang telah Aku nikmatkan
kepada kalian dengan nikmat-nikmat tersebut, dan Aku jauhkan dari kalian
berbagai macam kesulitan. Syukur itu dilakukan dengan hati berupa pengakuan
atas kenikmatan yang didapatkan, dengan lisan berupa zikir dan pujian dan
dengan anggota tubuh berupa ketaatan kepada Allah serta kepatuhan terhadap
perintahNya dan menjauhi laranganNya. Syukur itu menyebabkan kelanggengan
nikmat yang telah didapatkan dan menambah nikmat yang belum didapatkan,
Allah berfirman.

“Barang siapa yang menyebut mengingatku pada dirinya niscaya aku akan
mengingatnya pada diriku dan barangsiapa yang menyebut mengingatku pada
halayak ramai niscaya aku akan mengingatnya nya pula pada halayak ramai yang
lebih ramai dari mereka” HR Bukhori no. 7405.

Makna kata : ( ‫كر‬AA‫ ) الش‬asy-Syukr : Menampakkan kenikmatan yang


digunakan pada jalan-jalan yang diridhai Allah, sesuai dengan maksud
diturunkannya kepada hamba. ( ‫ ) الكفر‬al-Kufr : Mengingkari nikmat dan
menyembunyikannya, serta menggunakannya untuk hal yang tidak dicintai oleh
Allah Ta’ala.

ِ ‫ر‬AAAُ‫ ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكف‬AAA‫اش‬


( ‫ُون‬ ْ ‫ ) َو‬Merupakan sebuah keangkuhan orang yang
mengetahui bahwa semua kenikmatan yang ia miliki datangnya dari Allah,
kemudian dia tidak malu menggunakan kenikmatan itu untuk berbuat hal yang
dilarang oleh Allah!.

( ‫رُو ِن‬A ُ‫ ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكف‬A ‫اش‬


ْ ‫ ) َو‬Sejumlah ulama salaf berkata : Diantara tanda
seseorang mensyukuri nikmat adalah dengan meninggalkan kemaksiatan.
kemudian sebagian mereka kembali ditanya : apa itu syukur ? kemudian dijawab :
tidaklah seseorang menjadikan kenikmatan itu sebagian perantara baginya dalam
bermaksiat.

Wahai manusia ingatlah aku dengan penuh ketaatan, maka aku akan
mengingat kalian dengan memberi pahala dan ampunan. Dan bersyukurlah
kepadaKu atas-nikmat-nikmatKu atas kalian. Asy-Syukru adalah mengetahui
suatu kebaikan dan membicarakan kebaikan itu. Dan janganlah kalian
mengingkari nikmatKu atas kalian sehingga kalian menutup-nutupinya. Yang
dimaksud dengan Al-Kufru di sini adalah menutupi nikmat, maka Aku akan
merenggutnya dari kalian.

Mengingat Allah bukan hanya penyebab turun rahmat-Nya saja, tetapi


penyebab ketenangan dan kedamaian hati. Mendirikan shalat adalah jalan terbaik
mengingat Allah Swt. Dalam surat Thaha: 14 , Allah Swt berfirman:” teruslah
shalat untuk mengingat-Ku…”.

Ayat ini merupakan ilustrasi kemuliaan Allah Swt atas manusia sebagai
refleksi kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya.

Meskipun rasul sudah diutus , ayat sudah diberikan , Alquran sudah


diwahyukan, hikmat sudah diajarkan dan kiblat sudah terang, semuanya tidak ada
artinya kalua tidak mengingat Allah dengan berzikir dan bersyukur.

Orang yang tidak bersyukur atas nikmat Tuhan kepadanya, tidaklah akan
merasakan nikmat islam itu, maka zikir dan syukur adalah dua pegangan teguh
yang banyak diterangkan dalam Alquran dan sunnah Nabi Saw. Allah Swt
berfirman:
A‫فَاَل تَ ُغ َّرن َّ ُك ُم ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا‬

Artinya: “Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya


kamu.” (QS. Luqman: 33).

Sesungguhnya janji Allah adalah haq, tidak ada keraguan padanya. Maka
Janganlah kalian tertipu oleh kehidupan dunia dan keindahannya, sehingga dia
membuat kalian lupa terhadap kehidupan akhirat.

‫َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْكبَ ُر‬

Artinya: sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar


(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan. Al-Ankabut: 45.

Yakni mengingat Allah (berzikir) adalah ibadah yang paling utama karena
inilah yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan buruk dan mungkar, sebab
berhenti dari perbuatan buruk dan mungkar tidak mungkin dilakukan kecuali oleh
orang yang mengingat Allah (berzikir) dan merasa diawasi Allah. Dan zikir yang
terkandung di dalam shalat adalah sebab utama yang menjadikan shalat lebih
mulia dari ketaatan yang lain.

Jika diuraikan persoalan mengingat akan Allah dan bersyukur atas


karunia-Nya akan semakin Panjang. Persoalan lain apa yang membuat manusia
lupa dan terlena dengan dunia. Syaitan memainkan perannya sebagai musuh
utama manusia di dunia. Berusaha membuat kita terlena akan dunia sehinga kita
lupa tujuan utama kita adalah akhirat. Dan yang terlena pun menjadi teman
syaitan di akhirat kelak. Allah Swt berfiman:
ِ ‫ان هُ ُم ْالخ‬
َ‫َاسرُون‬ َ ‫ا ْستَحْ َو َذ َعلَ ْي ِه ُم ال َّش ْيطَانُ فََأ ْن َساهُ ْم ِذ ْك َر هَّللا ِ ۚ ُأو ٰلَِئ‬
َ ‫ك ِح ْزبُ ال َّش ْيطَا ِن ۚ َأاَل ِإ َّن ِح ْز‬
ِ َ‫ب ال َّش ْيط‬

Artinya: Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa


mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.

Syaitan telah menguasai mereka dan menjadikan mereka lupa untuk


mengingat Allah dengan gangguannya dan tidak mengerjakan amal yang diridai
oleh Allah, justru melakukan perbuatan yang menjadikan Allah murka. Orang-
orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut adalah tentara-tentara iblis dan
pengikut-pengikutnya. Ketahuilah bahwa tentara-tentara iblis dan pengikut-
pengikutnya adalah orang-orang yang merugi di dunia dan di Akhirat, mereka
telah menukar petunjuk dengan kesesatan, menukar Surga dengan Neraka.

syaitan berhasil membuat kita beralasan dengan alasan-alasan diatas sebab


ia ingin mengajak kita menjadi golongan mereka di neraka. Allah Swt berfirman:

ِ ‫ِإ َّن ال َّش ْيطَانَ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو فَاتَّ ِخ ُذوهُ َع ُد ًّوا ۚ ِإنَّ َما يَ ْدعُو ِح ْزبَهُ لِيَ ُكونُوا ِم ْن َأصْ َحا‬
ِ ‫ب ال َّس ِع‬
‫ير‬

Artinya: sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah


ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala

Setelah beberapa penjelasan dari ayat-ayat diatas, kita dapat merenungi


betapa kita harus selalu berzikir untuk mengingat Allah Swt dan betapa besar
karunia yang diberi-Nya yang sepatutnya kita syukuri.ketika kita terlena, sungguh
syaitan akan menjadi teman kita di akhirat kelak.

Sungguh Allah Memperhatikan hamba-hamba-Nya yang beriman.


Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Saw: Beritahukan aku tentang ihsan. Lalu
beliau bersabda, Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau. (Shahih
Muslim No: 8).

Tidak ada lagi kita beralasan untuk tidak mengingat-Nya karena sibuk
akan dunia dan tidak ada lagi kita beralasan untuk tidak bersyukur atas karunia-
Nya karena hingga sampai saat ini kita masih diberi kesempatan untuk hidup dan
memohon ampun dan memperbaiki diri menjadi lebih baik terhadap antara Sang
Kholik dengan hamba-Nya dan sesama hamba.

Hidup dengan selalu mengingat Allah Swt dan selalu bersyukur atas
nikmat-Nya, maka hati akan menjadi tenang. Didalam hati yang tenang terdapat
jiwa yang tegar dan badan sehat lagi kuat. Sekalipun kesibukan dunia membuat
waktu beribadah menjadi kurang, tetaplah berzikir dan bersyukur agar semua
urusan dipermudah oleh Allah Swt. katakan dengan tegas kepada diri kita “hanya
kepada Engkahlah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
memohon pertolongan” (Al-Fatihah: 5).

Anda mungkin juga menyukai