Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

HADIST TENTANG KEPEDULIAN SOSIAL DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK IX:
ANJALI MARWIYAH SIREGAR : 0505193118
AUDINA RIZKA ZAHRA : 0505191008
FERI PRAYOGI : 0505192029
SALIMAH IKA PUTRI MALAU : 0505191011

DOSEN PEMBIMBING
MUHAMMAD WAHYU ILHAMI, S.H.I, M.H.I

PRODI ASURANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA

TA 2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………….... 1
1.3 Tujuan Masalah ………………………………....... 2
BAB II ISI
2.1 Hadist Tentang Kepedulian Sosial ……………….. 3
2.2 Hadist Tentang Kepediulian Lingkungan ………… 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………...... 25

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….... 26

1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.,
Segala syukur kita panjatkan kehadiran Allah Swt. Karena rahmatnya, kami selaku
penulis dapat memberikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam sama
sama tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw. Yang kita harapkan
syafaatnya di yaumil akhir kelak.
Kami sebagai penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt, yang memberikan
kepada kami limpahan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan makalah
ini dari mata kuliah Pancasila di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara dengan judul “HADIST TENTANG KEPEDULIAN SOSIAL DAN
KEPEDULIAN LINGKUNGAN’’
Kami tentu masih menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, bahkan
jauh dari kata kesempurnaan serta masih banyak kesalahan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca kuntuk makalah ini supaya makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, kami sebagai
pemakalah mohon maaf sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami yang
membimbing kami dalam menyeleaikan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar,semoga makalah ini bisa
bermanfaat. Jazakumullah khairan katsira, akhirul kalam
Wassalamu’alailkum wr.wb.,
Medan, Desember 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu memerlukan orang lain
untuk berkomunikasi, berinteraksi dan memenuhi kebutuhannya setiap hari. Namun dibalik
itu semua, tidak jarang terbesit rasa sombong dan membanggakan diri sehingga ia lupa akan
kodratnya sebagai makhluk sosial.
Dalam hidup bermasyarakat perlu adanya kepedulian sosial serta bersama-sama bergotong
royong untuk membangun masyarakat yang produktif dan mencintai lingkungan hijau
sebagai bentuk kesadaran terhadap lingkungan sekitar.
Penting bagi kita untuk mampu menjaga hubungan baik dengan lingkungan hidup
maupun lingkungan sosial untuk menciptakan kepedulian yang sangat besar. Jika kita lihat
fenomena sekarang ini, banyak sekali bencana alam yang terjadi, mulai dari tanah longsor,
banjir bandang, kebakaran hutan, dll. Semua itu tidak terlepas dari pada ulah tangan manusia
itu sendiri yang lebih mementingkan ego daripada kemaslahatan bersama. Tapi tidak semua
manusia punya ego yang sama, ada juga sebagian manusia yang terus berjuang tanpa lelah
untuk memperjuangkan hak alam untuk dimanfaatkan bukan di rusak atau bahkan
ditelantarkan. Biasanya orang yang peduli akan Kepedulian lingkungan dapat dinyatakan
dengan sikap mendukung atau memihak terhadap lingkungan, yang dapat diwujudkan dalam
kesediaan diri untuk menyatakan aksi-aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas
lingkungan dalam setiap perilaku yang berhubungan dengan lingkungan. Dari pengertian ini
dapat dikatakan pula kepedulian lingkungan seseorang rendah jika seseorang tidak
mendukung atau tidak memihak terhadap lingkungan. Bagi sebagian orang, bukan hanya
perhatian fisik yang ditunjukan sebagai kepedulian terhadap lingkungan ataupun sosial,
namun juga bisa dengan karya, seperti syair-syair atau lirik lagu yang bertemakan tentang
lingkungan alam maupun sosial.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan hadist tentang kepedulian sosial?
2. Jelaskam hadist tentang kepedulian lingkungan?

1
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui penjelasan hadist tentang kepedulian sosial.
2. Untuk mengetahui penjelasan hadist tentang kepedulian lingkungan.

2
BAB II
ISI

2.1 Hadist Tentang Kepedulian Sosial

1. Memberi Lebih Baik Daripada Meminta


a. Teks dan Terjemah Hadits
‫ف‬ ‫َ فوههفففو فعلفففىَ اَنلرمننبفففرر فوفذفكفففر اَل ت‬،‫صففتلىَ اهفف فعلفنيففره فوفسففلتفم قفففاَفل‬
‫صفففدقفةف فواَلتتفعفففف ف‬ ‫َ أفتن فرهسففنوفل ارفف ف‬،َ‫ضفي اه فعننههفما‬
‫ث اَنبرن هعفمفر فر ر‬ ‫فحردني ه‬
‫ كتففاَب‬24 : َ‫َ ففاَنليفهد اَنلهعنلفيىَ رهفي اَنلهمننفرقفةه فواَلفسنففلىَ رهفففي اَلتسففاَئرلفةه )أخرجففه اَلبخففاَرى فففى‬،َ‫ اَفنليفهد اَنلهعنلفيىَ فخنيرْر ممفن اَنليفرد اَلفسنففلى‬:‫فواَنلفمنسئفلففة‬
( - َ‫ – لصدقة إلل عن ظهر غنى‬18 :‫اَلزكاَة‬
Ibnu Umar ra. Berkata, “Ketika Nabi saw. Berkhotbah di atas mimbar dan menyebut sedekah
dan minta-minta, beliau bersabda, ”Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di
bawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah menerima.”

b. Penjelasan Hadits
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan sehat,
tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain.
Misalnya, dengan cara meminta-minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat
umat Islam yang mulia dan memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:
... (8:‫ )اَلمناَفقون‬..... ‫ف رولر اَنلرعتزرة فولرفرهسنولرره فولرنلهمنؤرمنرنيفن‬
Kekuatan itu bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bgai orang-orang yang beriman (QS. Al-
Munafiqun: 8)
Dengan demikian, seorang peminta-peminta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan
tangannya, selain telah merendahkan dirinya, ia pun secara tidak langsung telah merendahkan
ajaran agamanya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan sebaga kufur
nikmat karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha mencari
rezeki sebagaimana diperintahkan syara’. Padahal Allah pasti memberikan rezeki kepada
setiap makhluk-Nya yang berusaha.
Allah swt berfirman:

‫فوفماَ رمنن فدآَبتنة رفىَ ناَلفنر ر‬


‫ض إرلت فعفلىَ ار ررنزقهفهاَ فويفنعلفهم همنستفقفترفهاَ فوهمنستفنوفدفعفهاَ هكلُل رفىَ ركفتاَ ن‬
(6:‫ب فمبرنينن )هود‬
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh) (QS. Hud:6).

3
Dalam hadits dinyatakan dengan tegas bahwa tangan orang yang di atas (pemberi sedekah)
lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang diberi). Dengan kata lain, derajat orang yang
pemberi lebih tinggi daripada derajat peminta-minta. Maka seyogyanya bagi setiap umat
Islam yang memiliki kekuatan untuk mencari rezeki, berusaha untuk bekerja apa saja yang
penting halal.

Bagi orang yang selalu membantu orang lain, di samping akan mendapatkan pahala
kelak di akherat, Allah jug akan mencukupkan rezekinya di dunia. Dengan demikian, pada
hakekatnya dia telah memberikan rezekinya untuk kebahagiaan dirinya dan keluarganya.
Karena Allah swt. Akan memberikan balasan yang berlipat dari bantuan yang ia berikan
kepada orang lain.

Orang yang tidak meminta-minta dan menggantungkan hidup kepada orang lain,
meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat dalam pandangan Allah swt. dan Allah
akan memuliakannya akan mencukupinya. Orang Islam harus berusaha memanfaatkan
karunia yang diberikan oleh Allah swt, yang berupa kekuatan dan kemampuan dirinya untuk
mencukupi hidupnya disertai doa kepada Allah swt.
Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti bahwa Allah swt. tidak berkuasa
untuk mendatangkan rezeki begitu saja kepada manusia, tetapi dimaksudkan agar manusia
menghargai dirinya sendiri dan usahanya, sekaligus agar tidak berlaku semena-mena atau
melampaui batas, sebagaimana dinyatakan oleh Syaqiq Ibrahim dalam menafsirkan ayat:

‫ق لررعفباَردره لفبففغنواَ رفىَ ناَلفنر ر‬


‫ض فولفركنن يهنفمزهل برقففدنر تماَ يففشآَهء إرنتهه بررعفباَردره فخبرنيرْر بف ر‬
(27:‫صنيرْر )اَلشورى‬ ‫ط اه اَلمرنز ف‬
‫فولفنو بففس ف‬
Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha
Melihat (QS. Asy-Syura:27).
Menurutnya, seandainya Allah swt., memberi rezeki kepada manusia yang tidak mau
berusaha, pasti manusia semakin rusak dan memiliki banyak peluang untuk berbuat
kejahatan. Akan tetapi, Dia Mahabijaksana dan memerintahkan manusia untuk berusaha agar
manusia tidak banyak berbuat kerusakan.

2. Larangan Hidup Individualistis

a. Teks dan Terjemah Hadits

4
‫ب رلفرخنيره فماَيهرح ف‬
‫ )رواَه اَلبخففاَرى‬.‫ب لرنفنفرسففره‬ ‫ لفيهنؤرمهن أففحهدهكنم فحتتىَ يهرح ت‬:‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل‬
‫ضفي اه فعننهه فعرن اَلنتبرمي ف‬ ‫فعنن أفنف ن‬
‫س فر ر‬
(َ‫ومسلم وأحمد واَلنساَئى‬
Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara
kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)

b. Penjelasan Hadits
Sikap individualistis adalah sikap mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kepekaan
terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut agama, sebagaimana di sampaikan
dalam hadits di atas adalah termasuk golongan orang-orang yang tidak (smpurna)
keimanannyanya.
Seorang mukmin yang ingin mendapat ridla Allah swt. Harus berusaha untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang diridai-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya
seiman seperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas.
Namun demikian, hadits di atas tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri berarti tidak beriman. Maksud
pernyataan ‫ لفيهنؤرمهن أففحهدهكنم‬pada hadits di atas, “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, haraf nafi ‫ لف‬pada hadits tersebut
berhubungan dengan ketidaksempurnaan.
Hadits di atas juga menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti
sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang dasarnya keimanan dan bukan
hal-hal lain, sehingga betul-betul merupakan persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang
akan abadi seabadi imannya kepada Allah swt. Dengan kata lain, persaudaraan yang
didasarkan Illah, sebagaimana diterangkan dalam banyak hadits tentang keutamaan orang
yang saling mencintai karena Allah swt., di antaranya:
‫ أفنيفففن اَنلهمتففحففاَفبنوفن‬:‫ إرتن اففف تففعففاَفلىَ يفقهففنوهل يفففنوفم اَنلقرفياَفمففرة‬:‫صتلىَ اه فعلفنيففره فوفسففلتفم‬ ‫فعنن أفبرني ههفرنيفرةف فر ر‬
‫ فقاَفل فرهسنوهل ار ف‬:‫ضفي اه فعننهه فقاَفل‬
(‫برفجلفلرني اَفنليفنوفم أهرظلفههنم رفىَ رظلمني يفنوفم لفرظتل إرلت رظلفهه )رواَه مسلم‬
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “pada hari kiamat allah swt. akan berfirman,
‘di manakah orang yang saling terkasih sayang karena kebesaran-Ku, kini aku naungi di
bawah naungan-Ku, pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku.

Sifat persaudaraan kaum mukmin yatiu mereka yang saling menyayangi, mengasihi
dan saling membantu. Demikian akrab, rukun dan serempak sehingga merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain. Dalam hal satu kesatuan ini, Nabi saw.

5
mengibaratkan dalam berbagai hal, di antaranya dengan tubuh, bangunan dan lainnya. Jika
salah satu ada yang menghadapi kesulitan, maka yang lainpun harus belasungkawa dan turut
menghadapinya. Begitupun sebaliknya.
Orang yang mencintai saudaranya karena Allah akan memandang bahwa dirinya merupakan
aslah satu anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagiaan
bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun kesengsaraan,
ia anggap sebagai kebahagiaan dan kesengsaraannya juga. Dengan demikian, terjadi
keharmonisan hubungan antarindividu yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan.
Dalam hadits lain Rasulullah saw. menyatakan:
‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم اَفنلهمنؤرمهن لرنلهمنؤرمرن فكاَنلبهننفياَرن يفهشفد بفنع ه‬
‫ضهه بفنع ض‬
‫ )أخرجففه‬.َ‫ضا‬ ‫فعنن أفبرني همنوفسىَ فر ر‬
‫ فقاَفل فرهسنوهل ار ف‬:‫ضفي اه فعننهه فقاَفل‬
(‫اَلبخاَرى‬
Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Orang
mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling
mengokohkan. (HR. Bukhari)
Masyarakat seperti itu, telah dicontohkan pada zaman Rasulullah saw. Kaum Anshar dengan
tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dialami oleh kaum Muhajirin sebagai
penderitaannya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan keterkaitan daerah atau keluarga, tetapi
didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak heran kalau mereka rela memberikan apa saja
yang dimilikinya untuk menolong saudaranya dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang
menawarkan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada saudaranya dari Muhajirin.
Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya keimanan
seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan tidak jarang
mengorbankan kepentingannya sendiri demi menolong saudaranya. Perbuatan baik seperti
itulah yang akan mendapat pahala besar di sisi Allah swt., yakni memberikan sesuatu yang
sangat dicintainya kepada saudaranya, tanpa membedakan antara saudaranya seiman dengan
dirinya sendiri.
Allah swt. berfirman:
(92:‫لفنن تففناَلهنواَ اَنلبرتر فحتتىَ تهننفرقهنواَ رمتماَ تهرحفبنوفن فوفماَ تهننفرقهنواَ رمنن فشنينء ففإ رتن اف برره فعلرنيرْم )آَل عمراَن‬
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka
Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Sebaliknya, orang-orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan kebahagiaan


dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang sesungguhnya. Hal ini karena

6
perbuatan seperti itu merupakan perbuatan orang kufur dan tidak disukai Allah swt. Tidaklah
cukup dipandang mukmin yang taat sekalipun khusyuk dalam shalat atau melaksanakan
semua rukun Islam, bila ia tidak peduli terhadap nasib saudaranya seiman.
Namun demikian, dalam mencintai seorang mukmin, sebagaimana dikatakan di atas, harus
didasari lillah. Oleh karena itu, harus tetap memperhatikan rambu-rambu syara’. Tidak benar,
dengan alasan mencintai saudaranya seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut
dalam berlaku maksiat dan dosa kepada Allah swt.
Sebaiknya, dalam mencintai sesama muslim, harus mengutamakan saudara-saudara seiman
yang betul-betul taat kepada Allah swt. Rasulullah saw. memberikan contoh siapa saja yang
harus terlebih dahulu dicintai, yakni mereka yang berilmu, orang-orang terkemuka, orang-
orang yang suka berbuat kebaikan, dan lain-lain sebagaimana diceritakan dalam hadits.
‫ لريفلميفنرني رمننهكنم أهنوهلواَ ناَلفنحلفرم فواَلفنفهىَ ثهتم يفلهففنونفههنم‬:‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم‬
‫ فقاَفل فرهسنوهل ار ف‬:‫ضفي اه فعننهه فقاَفل‬
‫فعنن فعنبرد ار اَبنن فمنسهعنوند فر ر‬
‫ت ناَلفنسفواَ ر‬
‫ رواَه مسلم‬.‫ق‬ ‫ثفلفضثاَ فوإرتياَهكنم فورهنيفشاَ ر‬
Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: hendaknya mendekat
kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai , ahli-ahli pikir. Kemudian berikutnya lagi.
Awaslah! Janganlah berdesak-desakan seperti orang-orang pasar. (HR. Muslim)

Hal itu tidak berarti diskriminatif karena Islam pun memerintahkan umatnya untuk
mendekati orang-orang yang suka berbuat maksiat dan memberikan nasihat kepada mereka
atau melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar.

3. Membuang Duri di Jalan


a. Teks dan Terjemah Hadits
‫ض رْهع تورسفففتنوفن فشففنعبفةض ففأ فنف ف‬
َ‫ضففلهفها‬ ‫ضرْع توفسنبهعنوفن أفنو بر ن‬
‫ اَرلنيفماَهن بر ن‬:‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل‬ ‫َ فعرن اَلنتبرمي ف‬،‫ضفي اه فعننهه‬ ‫فعنن أفبرني ههفرنيفرةف فر ر‬
َ‫ )متفق عليه( )محي اَلدين أبففي زكريلففاَ يحيففى‬.‫َ فواَنلفحفياَهء هشنعبفةرْ ممفن ناَرلنيفماَرن‬،‫ق‬ ‫قفنوهل لرإلفهف إرلت اه فوأفندفناَفهاَ إرفماَطفةه ناَلففذى فعرن اَلطتررني ر‬
(78-77 َ،‫َ ص‬،‫بن شرف اَلنواَوي " رياَض اَلصاَلحين" فىَ باَب "كثرة طروق اَلخير‬
Dari Abi Hurairah ra., dari Nabi saw. Beliau bersabda, ”Iman itu tujuh puluh cabang lebih
atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “lâ ilâha illallâhu” dan yang
paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa
malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.”

b. Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang
wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah kecuali

7
sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah
menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan
menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka.
Hadits di atas menunjukkan bahwa dalam Islam, sekecil apapun perbuatan baik akan
mendapat balasan dan memiliki kedudukan sebagai salah satu pendukung akan kesempurnaan
keimanan seseorang.

Duri dalam konotasi secara sekilas menunjukkan pada sebuah benda yang hina. Akan
tetapi, jika dipahami lebih luas, yang dimaksud dengan duri di sini adalah segala sesuatu yang
dapat membahayakan pejalan kaki, baik besar maupun kecil. Hal ini semacam ini mendapat
perhatian serius dari Nabi saw. sehingga dikategorikan sebagai salah satu cabang daripada
iman, karena sikap semacam ini mengandung nilai kepedulian sosial, sedang dalam Islam
ibadah itu tidak hanya terbatas kepada ibadah ritual saja, bahkan setiap ibadah ritual, pasti di
dalamnya mengandung nilai-nilai sosial.
Di samping hal tersebut di atas, menghilangkan duri dari jalan mengandung pengertian
bahwa setiap muslim hendangkan jangan mencari kemudlaratan, membuat atau membiarkan
kemudlaratan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul saw. yang dijadikan sebuah kaidah dalam
Ushul Fiqh:
‫ضفراَفر فولف ر‬
‫ضفراَفر‬ ‫لف ف‬
Janganlah mencari kemudlaratan dan jangan pula membuat kemudlaratan.
Membiarkan duri di jalan atau sejenisnya berarti membiarkan kemudlaratan atau membuat
kemudlaratan baru, jika adanya duri tersebut awalnya sengaja disimpan oleh orang lain.

4. Melapangkan Orang Lain

a. Teks dan Terjemah Hadits


‫س اهفف‬ ‫ب اَلفففدننفي نففتفف ف‬ ‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فمنن نففف ف‬
‫س فعنن همنسلرنم هكنربفةض رمففنن هكفففر ر‬ ‫ فقاَفل فرهسنوهل ار ف‬:‫ضفي اه فعننهه فقاَفل‬ ‫فعنن أفبرني ههفرنيفرةف فر ر‬
َ‫ب يفنورم اَنلقرفياَفمرة فوفمنن يفتسفر فعفلىَ همنعرسنر يفتسفر اه فعلفنيره رفىَ اَلفدننفياَ فوناَلرخفررة فوفمنن فستففر همنسففلرضماَ فسففتففرهه اهفف فرففىَ اَلفففدننفيا‬
‫فعنن هكنربفةض رمنن هكفر ر‬
(‫ )أخرجه مسلم‬.‫فوناَلرخفررة فواه رفىَ فعنورن اَنلفعنبرد فماَفكاَفن اَنلفعنبهد رفىَ فعنورن أفرخنيره‬
“Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa melepasakan dari seorang
muslim satu kesusahan dari sebagian kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepasakan
kesusahannya dari sebagian kesusahan hari kiamat; dan barangsiapa memberi kelonggaran
dari orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan
akhirat; dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aib dia

8
dunia dan akhirat; Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selam hamba tersebut
menolong saudaranya.” (Dikeluarkan oleh Imam Muslim).

b. Penjelasan Hadits
Hadits di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim
dan memberikan pertolongan jika seseorang mendapatkan kesulitan.
1) Melepaskan kesusahan bagi orang seorang muslim
Melepaskan kesusahan orang lain mengandung makna yang sangat luas, bergantung kepada
kesusahan yang sedang diderita oleh orang tersebut. Jika saudara-saudaranya termasuk orang
miskin sedangkan ia berkecukupan (kaya), ia harus menolongnya dengan cara memberikan
bantuan atau memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya; jika saudaranya sakit ia
berusaha menolongnya dengan cara membantu membawa ke dokter atau meringankan
biayanya; jika suadaranya dililit utang, maka ia membantu memberikan jalan keluar, baik
dengan cara memberi bantuan untuk melunasinya atau memberi arahan yang akan membantu
dalam mengatasi utang saudaranya.
Orang muslim membantu meringankan kesusahan saudaranya yang seiman, beriman telah
menolong hamba Allah yang disukai oleh-Nya, dan Allah swt., pun akan memberi
pertolongan-Nya serta menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik dunia maupun
akhirat sebagaimana firman Allah swt.
‫صهرنواَ اف يفنن ه‬
(7 : ‫ )مفحمد‬.... ‫صنرهكنم‬ ‫إرنن تفنن ه‬
“Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah pun akan menolong kamu semua…”
(Q.S. Muhammad : 7)

2) Menutupi Aib Orang Mukmin serta Menjaga Orang Lain dari Berbuat Dosa
Orang mukmin pun harus menutupi aib saudaranya, apalagi ia tahu bahwa orang yang
bersangkutan tidak akan senang apabila rahasianya diketahui oleh orang lain. Namun,
demikian juga aib tersebut berhubungan dengan kejahatan yang telah dilakukannya, ia tidak
boleh menutupinya. Jika itu dilakukan berarti telah menolong orang lain dalam hal kejahatan,
sehingga orang tersebut terhindar dari hukuman. Menolong orang lain dalam kejahatan
berarti sama saja, ia telah melakukan kejahatan. Perbuatan itu sangat dicelka dan tidak
dibenarkan dalam Islam. Sebagaimana firman-Nya:
... (2 : ‫ )اَلفماَئدة‬...‫فولف تففعاَفونهنواَ فعفاَى ناَرلنثرم فواَنلهعندفواَرن‬
“… Janganlah kamu saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan…” (Q.S. Al-
Maidah : 2)

9
Dengan demikian, jika melihat seseorang akan melakukan kejahatan atau dosa, maka setiap
mukmin harus berusaha untuk mencegahnya dan menasihatinya. Jika orang tersebut terlanjur
melakukannya, maka suruhlah untuk bertaubat, karena Allah swt. Maha Pengampun lagi
Maha Penerima Taubat. Tindakan tersebut merupakan pertolongan juga, karena berusaha
menyelamatkan seseorang dari adzab Allah swt.
Yang paling penting dalam melakukan perbuatan yang dianjurkan syara’, seperti menolong
atau melonggarkan kesusahan orang lain, adalah tidak mengharapkan pamrih dari orang yang
ditolong, melainkan ikhlas semata-mata didasari iman dan ingin mendapat ridla-Nya.
Beberapa syari’at Islam seperti sahalat, puasa, zakat, dan yang lainnya, di antaranya
dimaksudkan untuk memupuk jiwa kepedulia sosial terhadap sesama mukmin yang berada
dalam kesusahan dan kemiskinan.

Orang yang memiliki kedudukan harta yang melebih orang lain hendaknya tidak
menjadikannya sombong atau tinggi hati, sehingga tidak memperhatikan orang lain yang
sedang membutuhkan pertolongan. Pada hakikatnya Allah swt. menjadikan adanya perbedaan
seseorang dengan yang lainnya adalah untuk saling melengkapi. Sebagaimana ditegaskan
dalam firman-Nya:
‫ت لتيفتترخفذ بفنع ه‬
‫ضههنم بفنع ض‬
َ‫ضفا‬ ‫ق بفنع ن‬
‫ض فدفرفجاَ ن‬ ‫َ نفنحهن قففسنمفناَ بفنينفههنم تمرعنيفشتفههنم رفىَ اَنلفحفياَرة اَلفدننفياَ فوفرففنعفناَ بفنع ف‬،‫ك‬
‫ضههنم ففنو ف‬ ‫أفههنم يفنقرسهمنوفن فرنحفمةف فربم ف‬
(32 : ‫ )اَلزخرف‬... َ‫هسنخررضليا‬
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain…” (Q.S. az-Zukhruf : 3)
Di dunia ini dengan adanya orang yang senang dengan kekayaan atau kedukannya,
dan ada pula orang-orang yang susah karena kemiskinannya, hal ini merupakan kehendak
Allah swt. untuk keseimbangan kehidupan di dunia. Dapat dibayangkan jika semua orang
kaya, siapa yang akan menjadi petani atau mengerjakan pekerjaan kasar yang biasa
dikerjakan oleh orang-orang kecil. Begitu pun sebaliknya, jika semuanya miskin, kehidupan
di dunia akan kacau.

Dengan demikian, pada hakikatnya hidup di dunia adalah saling membantu dan
mengisis, ketentraman pun hanya akan dapat diciptakan jika masing-masing golongan saling
memperhatikan dan menolong satu sama lain, sehingga kesejahteraan tidak hanya berada
pada satu golongan saja.

10
5. Larangan Menganiaya Kucing

a. Teks dan Terjemah Hadits


‫ت اَلتناَفر‬ ‫ت اَنمفرأفةرْ رفىَ رهترنة فحبففسنتفهاَ فحتتىَ فماَتف ن‬
‫ت هجوضعاَ فففدفخلف ر‬ ‫فعرن اَنبرن هعفمفر أفتن فرهسنوفل ار ف‬
‫ هعمذبف ر‬: ‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل‬
Dari Ibnu Umar ra bahwa rasulullah saw bersabda,”Seorang wanita dimasukkan ke dalam
neraka karena seekor kucing yang dia ikat dan tidak diberikan makan bahkan tidak
diperkenankan makan binatang-binatang kecil yang ada dilantai.” (HR. Bukhari)

b. Penjelasan Hadits
Riwayat tersebut tidak menunjukkan bahwa Rasulullah menynyayangi binatang
kucing, tetapi akibat menyia-nyiakan binatang piaraan seperti kucing pun akan mendapatkan
adzab di akhirat. Sebenarnya bukan hanya kucing, menyia-nyiakan semua binatang
peliharaan seperti burung, ikan dan lain-lain juga bisa menyebabkan datangnya adzab Allah.
Demikian juga hadis lain yang menunjukkan bahwa jilatan kucing tidak najis;
‫س إرنتفهاَ رمفن اَلطتتواَرفيفن فعلفنيهكنم فواَلطتتواَففاَ ر‬
‫ت‬ ‫فعنن أفربي قففتاَفدةف ففقاَفل إرتن فرهسوفل ار ف‬
‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل إرنتفهاَ لفنيفس ن‬
‫ت برنففج ن‬
Dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang kucing,”Sesungguhnya (kucing
itu) tidaklah najis karena dia termasuk yang berkeliling di antara kamu. (HR. An-Nasa’i, Abu
Daud)

Bahkan diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berwudhu dari air yang telah
diminum oleh kucing.
‫ارفف‬‫ت فرهسففول ت‬ ‫س إرنتفماَ رهفي رمنن اَلطتتواَرفيفن فعلفنيهكنم فوقفند فرأفني ه‬ ‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل إرنتفهاَ لفنيفس ن‬
‫ت برنففج ن‬ ‫فعنن فعاَئرفشةف ففقاَلف ن‬
‫ت إرتن فرهسنوفل ار ف‬
‫ضأ ه برفف ن‬
َ‫ضلرفها‬ ‫اه فعلفنيره فوفسلتفم يفتففو ت‬ ‫صتلىَ ت‬
‫ف‬
Dari Aisyah ra sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,’(Kucing) itu tidaklah najis, dia
termasuk binatang yang berkeliling di antara kalian”. Dan aku (Aisyah) melihat Rasulullah
SAW berwudhu dengan air bekas jilatan kucing’. (HR. Abu Daud).

Hadis-hadis di atas juga tidak mengindikasikan Rasulullah menyayangi kucing.


Rasulullah hanya menyebutkan bahwa kucing adalah binatang jinak yang banyak bergaul
(berkeliling) di antara manusia.

Lebih jauh lagi Rasulullah memberikan teguran keras pada penyiksa binatang. Said
bin Jubair mengatakan bahwa ia pernah melihat bersama Ibnu Umar sekelompok pemuda

11
yang memasang ayam betina untuk dijadikan sasaran latihan memanah. Demi melihat Ibnu
Umar mereka bubar dan Ibnu Umar berkata, “Siapakah yang berbuat ini? Sesungguhnya Nabi
Saw. mengutuk orang yang berbuat begini”. Sementara itu Abu Hurairah (bapaknya kucing
kecil), julukan Rasulullah bagi seorang sahabat perawi hadits yang menyayangi dan
senantiasa membawa kucing kecil kemanapun ia pergi, berkata bahwa Nabi Saw. bersabda,
”Ada seorang perempuan masuk neraka lantaran kucing yang ia ikat di dalam rumah, dimana
ia tidak memberinya makan dan minum dan tidak melepaskannya agar kucing itu bisa makan
dari sampah (yang ada diatas) bumi, sehingga kucing itu mati”.

6. Menyantuni Anjing

a. Teks dan Terjemah Hadits


‫ش‬‫طف ه‬ ‫ق اَنشفتفتد فعلفنيفره اَنلفع ن‬
‫ بفنينففمفاَ فرهجفرْل يفنمرشفني رففىَ اَلطتررنيفف ر‬:‫صتلىَ اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل‬ ‫ضفي اه فعننهه أفتن فرهسنوفل ار ف‬ ‫فعنن أفبرني ههفرنيفرةف فر ر‬
‫ش رمنثففل‬‫طف ر‬ ‫ب رمففن اَنلفع ن‬ ‫ لففقفند بففلففغ هففذاَ اَنلفكنل ه‬:‫ش فففقاَفل اَلترهجهل‬ ‫ث اَلثتفرى رمفن اَنلفع ن‬
‫ط ر‬ ‫ب يفنلهف ه‬
ْ‫ب ثهتم فخفرفج ففإ رفذاَ فكنل ر‬
‫َ ففنففزفل فرنيفهاَ فففشرر ف‬،َ‫فففوفجفد برنئضرا‬
‫َ ففنففزفل اَنلبرنئفر فففملف هخفتهه فماَضء ثهتم أفنمفسفكهه برفرنيره فحتتىَ فرقرفي فففسفقىَ اَنلفكنل ف‬، ‫ي فكاَفن قفند بفلففغ رمنمني‬
‫ قفففاَلهنواَ فياَفرهسففنوفل‬.‫ب فففشفكفر اه لفهه فففغفففففر لفففهه‬ ‫اَلترذ ن‬
" ‫ متفق عليه )محي اَلدين أب ي زكرليفاَ يحيفىَ بفن ش رف اَلنفواَوي‬.َ‫طبفنة أفنجضرا‬ ‫ رفىَ هكمل فكبرند فر ن‬:‫ار فوإرتن لففناَ رفىَ اَنلبففهاَئررم أفنجضراَ؟ فففقاَفل‬
(78 َ،‫َ ص‬،‫رياَض اَلصاَلحين" فىَ باَب "كثرة طروق اَلخير‬
Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasullah saw. Telah bersada, ”pada suatu saat seorang
pejalan kaki yang lagi kehausan menemukan sebuah sumur, yang kemudian ia turun ke
dalamnya untuk mengambil air dan meminumnya, kemudian ia naik lagi. Ketika itu, dia
menemukan seekor anjing yang kehausan sedang menjilati rerumputan kering saking
hausnya. Orang tersebut berkata, ”anjing ini kehausan sebagaimana yang dirasakan olehku”.
Kemudian orang tersebut turun lagi ke dalam sumur dan memenuhi sepatunya (dengan air),
kemudian dibawanya dengan gigit, lalu ia memberi minum kepada anjing tersebut. Maka
Allah menerima perbuatan orang tersebut dan memberikan ampunan kepadanya. Para sahabat
berkata, ”Apakah bagi kami dalam (mengasihi) binatang ada pahala?” Beliau menjawab,
”Dalam setiap hewan yang memiliki jantung basah (hidup) terdapat pahala.” (Sepakat ulama
hadits).

b. Penjelasan Hadits
Dalam QS. Al-Anbiya, Allah swt. berfirman:
(107:‫ك إرلت فرنحفمةض لمنلفعاَلفرمنيفن )اَلنبياَء‬
‫فوفمآَ أفنرفسنلفناَ ف‬
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam“
(Q.S. al-Anbiyaa’ 21:107)

12
Ayat ini menjadi salah satu dasar ajaran bagaimana seharusnya seorang muslim berperilaku
dalam kehidupan sosialnya di masyarakat. Tak hanya memberikan manfaat yang baik bagi
sesama manusia (hablumminannaas), tetapi juga flora dan fauna di alam semesta ini. Salah
satu media untuk melatih sifat rahmatan lil’alamin bagi muslim adalah dengan menyayangi
hewan.

Hal ini bisa terlihat dari beberapa cuplikan hadits Nabi yang berisi seruan untuk
menyayangi hewan dan larangan berbuat dzalim terhadap mahluk-mahluk Tuhan khususnya
hewan, seperti halnya pada hadits di atas.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitabnya “Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah
wa Syaiun min Fiqhiha wa Fawaa’idiha (Silsilah Hadits Shahih)” secara istimewa telah
memberikan ruang tersendiri berkenaan bab khusus hadits-hadits Nabi saw. tentang seruan
untuk menyayangi hewan. Dalam pengantar bab tersebut, Syaikh Nashiruddin al-Albani
mengatakan,
“…Hadits-hadits itu menunjukkan betapa besar perhatian orang-orang terdahulu saran-saran
Nabi s.a.w. tentang kasih sayang terhadap hewan. Walaupun hakekatnya semua itu (kumpulan
hadits-hadits tersebut) masih sedikit sekali porsinya, ibarat setetes air di lautan. Namun hal
itu telah memberikan alasan yang cukup kuat bahwa Islam mengajarkan untuk menyayangi
hewan, tidak seperti apa yang diduga oleh orang-orang yang sedikit pengetahuannya tentang
Islam…”

Dalam kelanjutan pengantarnya, Syaikh Nashiruddin al-Albani pun menyindir tentang


kesalahpahaman non muslim yang beranggapan Islam tidak pernah mengajarkan kasih
sayang kepada hewan, hal ini diakibatkan pula karena realitas sosial dari kalangan muslim
yang tidak atau belum mengamalkan seutuhnya seruan Nabi Muhammad saw. dalam
memberikan perhatian khusus terhadap dunia hewan.

Dalam pandangan Islam, anjing memang dinyatakan najis bahkan ada di jajaran najis
mughallazhah, akan tetapi sebagai manusia yang menganut agama rahmat, memandang
anjing jangan dilihat dari sisi najisnya, tapi dari sisi manfaat yang dimiliki oleh hewan
tersebut. Dan perlu diketahui pula bahwa menyayangi binatang termasuk salah satu aspek
akhlak Islam, yaitu akhlak terhadap lingkungan dan hewan.

13
2.2 Hadist Tentang Kepedulian Lingkungan

1. Kepedulian sosial
a. Memperhatikan kesulitan orang lain
‫فحتدثففناَ يفنحفيىَ نبهن يفنحفيىَ اَلتترميرمفي فوأفهبو بفنكرر نبهن أفربي فشفنيبفةف فوهمفحتمففهد نبفهن اَنلفعفلرء اَنلهفنمفففداَنرفي فواَللتنففظه لريفنحفيفىَ فقفاَفل يفنحفيفىَ أفنخبففرفنفاَ و فقفاَفل‬
‫س‬‫اف فعلفنيفره فوفسفلتفم فمفنن نفتفف ف‬
‫ص تلىَ ت ه‬ ‫ار ف‬ ‫فقاَفل فرهسوهل ت‬: ‫ح فعنن أفربي ههفرنيفرةف فقاَفل‬ ‫ش فعنن أفربي ف‬
‫صاَلر ن‬ ‫اَنلفخفراَرن فحتدثففناَ أفهبو همفعاَرويفةف فعنن اَنلفنعفم ر‬
‫ب يفنورم اَنلقرفياَفمفرة فوفمففنن يفتسففر فعفلفىَ همنعرسففنر يفتسففر ت ه‬
َ‫اف فعلفنيففره رففي اَلففدننفيا‬ ‫اه فعننهه هكنربفةض رمنن هكفر ر‬ ‫س ت‬‫ب اَلفدننفياَ نففت ف‬
‫فعنن همنؤرمنن هكنربفةض رمنن هكفر ر‬
‫اه رفي فعنورن اَنلفعنبرد فماَ فكاَفن اَنلفعنبهد رفي فعنورن أفرخيره‬‫اه رفي اَلفدننفياَ فواَنلرخفررة فو ت‬ ‫فواَنلرخفررة فوفمنن فستففر همنسلرضماَ فستففرهه ت‬. . . . . .
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a katanya : Bersabda Rasulullah SAW : Barang siapa yang menolong
orang mu’min dari kesusahan dunia, niscaya Tuhan akan menolongnya dari kesusahan-
kesusahan hari kiamat, dan barang siapa yang menyokong orang mu’min, Tuhan akan
menyokongnya pula di dunia dan akhirat, dan barang siapa yang menutupi cela orang Islam,
Tuhan akan menutupi pula celanya di dunia dan akhirat, dan Allah senantiasa menolong
hambanya selama hamba itu suka menolong saudaranya. . . . . (H.R. Shahih Muslim)[1][1]
Makna Mufradat
‫هكنربفةض‬ : menolong (dari kesusahan) orang mu’min
‫يفتسر‬ : menyokong maksudnya di sini adalah memberi kemudahan kepada orang yang
mendapat kesulitan, dalam konteks ini misalnya terlilit hutang.
‫فسفتر‬ :menutupi cela atau keburukan (aib) orang lain
‫فعنون‬ : menolong
Syarah Hadits
Ini adalah hadits yang agung, karena merupakan kumpulan dari bermacam-macam ilmu,
kaidah dan adab-adab yang berkaitan dengan keutamaan mencukupi kebutuhan kaum
muslimin dan memberikan kemanfaatan bagi mereka dengan memudahkan untuk
mendapatkan ilmu, harta, pertolongan atau menunjukkan sesuatu yang mengandung
kemaslahatan, nasehat dan lain-lain.

a. Barang siapa yang menolong orang mu’min dari kesusahan dunia, niscaya Tuhan akan
menolongnya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat
Makna dari melepaskan kesusahan adalah menghilangkan kesusahan. Ibnu Rajab
berkata bahwa meringankan kesusahan seseorang dapat diwujudkan dengan menghilangkan
segala hal yang membuatnya sedih. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, karena ia
mencakup segala sesuatu yang melepaskan seseorang dari kesulitan hidup.

14
Dalam hadits ini tidak disebutkan balasan dari suatu kebaikan di dunia adalah sebuah
kebaikan pula di akhirat. Tetapi kesusahan akhirat mencakup berbagai keadaan-keadaaan sulit
dan ketakutan yang amat dahsyat. Menurut Imam An-Nawawi, hadits ini juga menjanjikan
orang yang meringankan kesusahan saudaranya, bahwa ia akan diwafatkan dalam keadaan
islam. Ini merupakan janji pahala di akhirat, dan kaum mukminin harus percaya sepenuh hati
dengan janji tersebut.

b. Barang siapa yang menyokong orang mu’min, Tuhan akan menyokongnya pula di dunia
dan akhirat.
Menyokong yang dimaksud di sini yakni memberikan kemudahan kepada orang lain.
Menurut Ibnu Rajab, kemudahan yang diberikan kepada orang yang berhutang, dapat
diwujudkan dengan salah satu (dari 2) cara, yakni :
1. Mungkin memberinya tenggang waktu dan hal ini adalah sesuatu yang wajib
2. Atau mungkin pula memutihkan utang tersebut atau dengan memberikan sesuatu yang
meringankan ia dari beban utangnya.
Dalam al-Qur’an telah disebutkan firman Allah Ta’ala : “Dan jika orang yang berhutang itu
dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
sebagian atau semua utang itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
Jadi, pemberian tenggang waktu terhadap seorang yang berhutang (atau membebaskan ia dari
utangnya) merupakan sebab utama tercapainya janji Allah Ta’ala, yaitu kemudahan urusan di
dunia dan di akhirat.

c. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat.
Sabda Nabi Muhammad SAW “Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim”
maksudnya menutupi aib orang yang baik, bukan orang-orang yang telah dikenal suka
berbuat kerusakan. Hal ini berlaku dalam kaitannya dengan dosa yang telah terjadi dan telah
berlalu.

Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan seseorang sedang mengerjakannya
maka wajib bersegera untuk mencegahnya dan menahannya. Jika dia tidak mampu, boleh
baginya melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan muncul mafsadah (yang
lebih besar).

15
Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat tidaklah perlu ditutup-
tutupi karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan bebas
menganggu serta melanggar hal-hal yang ham dan akhirnya dapat menarik orang lain untuk
melakukan sebagaimana yang ia lakukan. Bahkan hendaknya ia melaporkannya kepada
penguasa jika tidak dikhawatirkan timbulnya mafsadah.

d. Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba itu suka menolong saudaranya
Sabda Nabi “Dan Allah selalu menolong hamba-Nya selagi hamba-Nya mau
menolong saudaranya” kalimat ini sangat global untuk ditafsirkan hanya saja di antara
pengertiannya adalah apabila seorang hamba bertekad untuk menolong saudaranya maka
sudah selayaknya untuk tidak bakhil dalam memberikan bantuan berupa perkataan ataupun
membela dalam kebenaran disertai keimanan bahwa Allah akan menolongnya.

Hadits pada point ini menunjukkan bahwa Allah ta’ala membantu siapa saja yang
menolong saudaranya; baik dalam menyelesaikan hajat-hajat mereka ataupun hajatnya
sendiri. Mereka mendapatkan pertolongan Allah yang tidak mereka dapatkan kecuali dengan
menolong saudaranya tersebut. Meskipun Allah merupakan penolong hakiki bagi seorang
hamba pada setiap urusannya; tetapi jika dia (sesama muslim) menolong saudaranya, maka
niscaya perbuatannya itu menjadi sebab bertambahnya pertolongan Allah kepadanya.

2. Kepedulian Lingkungan

A. Larangan Menelantarkan Lahan


,‫ف‬ ‫ث فواَلفربهففرع فواَلنم ن‬
‫صفف ر‬ ‫ فففقاَلهنواَ نهفؤاَرجهرفهاَ رباَلثفله ر‬,‫ضنيفن‬ ‫ضنوهل اَففر ر‬ ‫ت لرررفجاَنل رمتناَ فه ه‬ ‫فحردني ه‬
‫ فكاَنف ن‬: ‫ فقاَفل‬,َ‫ث فجاَبررر اَنبرن فعنبرد ار رضىَ ا عنهما‬
‫ضهه‬‫ض ففنليفنزفرنعفهاَ اَفنولريفنمنفنحفهاَ اَففخاَهه ففإ رنن أففبىَ ففنليهنمرسنك أفنر ف‬ ‫ فمنن فكاَنف ن‬: .‫م‬.‫فففقاَفل اَلنتبرفىَ ص‬.
ْ‫ت لفهه اَفنر ر‬
Artinya : “ Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami
mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu (untuk
mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rasulullah Saw.
bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia tanami atau serahkan kepada
saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri
memelihara tanah itu. “ (HR. Imam Bukhori dalam kitab Al-Hibbah).
Selain dari hadits diatas, ada juga hadits yang bersumber dari Abu Hurairah r.a. dengan lafazd
sebagai berikut :

16
َ‫ض ففنليفنزفرنعهفففاَ اَفنولريفنمنفنحهفففاَ اَففخففاَهه ففففإ رنن أفبفففى‬ ‫ فمنن فكففاَنف ن‬: ‫ قاَل رسول ا عليه وسلم‬:‫ث أفربىَ ههفرنيفرةف رضىَ ا عنه قاَل‬
ْ‫ت لفففهه اَفنر ر‬ ‫فحردني ه‬
(‫)اَخرجه اَلبخاَرى فىَ كتاَب اَلمزاَعة‬.‫ضهه‬ ‫ففنليهنمرسنك أفنر ف‬
Antara kedua tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh
Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits tersebut dari Jabir yang
diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan
dalam kitab Al-Muzara’ah.

Dari ungkapan Nabi Saw. dalam hadits diatas yang menganjurkan bagi pemilik tanah
hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya.
Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan (lahan
yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum.

Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-


tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun
bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan
hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah Swt telah mengisyaratkan dalam Al-
Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di muka bumi ini. Isyarat tersebut
seperti diungkapkan dalam firman-Nya Q.S. Al-Baqarah:29
‫ض فجرميضعاَ ثهتم اَنستففوى إرفلىَ اَلتسفماَرء فففستواَههتن فسنبفع فسفماَفواَ ن‬
‫ت فوههفو برهكمل فشنينء فعرليرْم‬ ‫ههفو اَلترذي فخلف ف‬.”
‫ق لفهكنم فماَ رفي اَلنر ر‬
“Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi ini untukmu, krmudian ia
menuju ke langit, lalu dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia maha
mengetahui atas segala sesuatu”

Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat Nabi Saw.
memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani.
Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil
yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang dilakukan oleh para sahabat,
maka Nabi meresponnya dengan mengeluarkan hadits diatas, yang intinya mengajak sahabat
menanami sendiri lahannya atau menyuruh orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup
mengolahnya.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Rasulullah berpesan kepada


ummatnya agar tidak menelantarkan lahan atau tanah kosong. Sebisa mungkin kita harus
memanfaatkan lahan tersebut dengan menanaminya agar dapat bermanfaat untuk dirinya dan

17
juga orang lain. Jika tidak kita bisa menyerahkan lahan tersebut kepada orang lain untuk
diolah dengan baik.

B. Penanaman Pohon langkah terpuji


.‫صففدقفرْة‬ ‫ع فزنرضعاَ ففيفأنهكهل رمننهه ف‬
‫طنيرْر اَفنواَرننفس اَرْن اَفنوبفرهنيفمفةرْ اَرلتفكفاَفن فلفهه ربفره ف‬ ‫س اَفنويفنزفر ه‬
‫ فماَرمنن همنسلرنم يفنغرر ه‬:‫س رضىَ ا عنه فقاَفل‬ ‫فحردني ه‬
‫ث اَفنف ن‬
(‫)اَخرجه اَلبخاَرى فىَ كتاَب اَلمزاَعة‬
“ Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rasulullah Saw. bersabda : Seseorang muslim tidaklah
menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung atau manusia atau
binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang dimakan itu merupakan
sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)
Pada dasarnya Allah Swt. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini
sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah ayat 11 :

‫…فواَرفذاَ قرنيفل لفههنم لفتهنفرسهدنواَ رفىَ اَلفنر ر‬


‫ض‬
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka
bumi”.
Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205, yang terjemahannya :
“ Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang
yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.”

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di
muka bumi ini. Informasi yang disampaikan Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia, kata-
kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang
terpedaya. Ia pintar dan pandai menyusun kata-kata dengan gaya yang menawan[6] Orang
munafiq seperti inilah yang selalu merusak bumi. Tanam-tanaman dan hutan-hutan menjadi
rusak, lingkungan dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau
mereka sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatiny surat Ar-Rum ayat 41:
‫ت برفماَ فواَنلبفنحرر اَنلبفمر رفي اَنلفففساَهد ف‬
‫ظهففر‬ ‫س أفنيردي فكفسبف ن‬ ‫يفنررجهعوفن اَ لففعلتههنم فعرملهواَلترذي بفنع ف‬
‫ض لريهرذيقفههنم اَلتناَ ر‬
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan

18
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”(Ar-Ruum:21)

Pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang
terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan
manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan, hilangnya mata air,
tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap air hujan dan
sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan pantai, menghilangkan tempat-tempat
sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah
memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri.

Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia
Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan memanfaatkannya, hal ini
sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am ayat 141-142 yang artinya :
“ Dan dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,
pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya
(dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. Dan di antara hewan
ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang untuk disembelih. makanlah
dari rezki yang Telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program penghijauan. Oleh
karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui
media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak terpajang di sudut-sudut jalan, dan
tertempel di mobil-mobil dan lainnya yang mengajak kita menyukseskan program tersebut.
Khusus Provinsi Sulawesi Selatan, pemerintahnya telah mencanangkan program penghijauan
dengan tema “South Sulawesi Go Green” (Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan). Sebagian
orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan
pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung
program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi
Saw. beliau bersabda:

19
“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari
tiga perkara: sedekah jariyah (yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak
shaleh yang mendo’akan kebaikan baginya”. (HR. Muslim dalam Kitab Al-Washiyyah
(4199))

Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang
manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah Sedekah Jariyah, sedekah yang terus
mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan bahwa sedekah jariyah
memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid,
membuat jalan atau jembatan, menanam tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau
tanaman pangan, dan lainnya[7]. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita
tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita (walau telah meninggal) selama
tanaman itu tumbuh atau berketurunan.

Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi Allah Azza wa
Jalla, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan
bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik
dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan
pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita. Penghijauan
merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan
untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman dan pohon yang ditanam oleh
seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi
manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa
dibuat menjadi berbagai macam peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir,
daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi
pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi
polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita
sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari Reboisasi, maka tak
heran jika agama kita memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan tanah dan
menanaminya.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa menanam pohon sangatlah banyak
manfaatnya. Salah satunya adalah untuk kebutuhan makhluk hidup.

20
C. Larangan BAK di Air Tergenang
‫َ ثهففتم‬،‫ ” ل فيبولفتن أفحهدهكنم في اَنلفماَرء اَلتداَئررم اَلذي ل يفنجففررى‬:‫ا فعلفنيره فوسلتفم فقاَفل‬
‫صتلىَ ل‬
‫فعنن أبىَ هريرة فرضي ا فعننهه أتن فرهسوفل ا ف‬
‫“ يفنغتفرسهل رمننهه‬.
‫“ ولمسلم ” ل يفنغتفرسنل أفحهدهكنم في اَنلفماَرء اَلتداَئررم فوههفو هجهنب‬.
Yang artinya: Dari Abu Hurairoh RA bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah
sekali-kali seseorang di antara kamu kencing dalam air tergenang yang tidak mengalir
kemudian dia mandi di dalamnya.” Dan dalam riwayat Imam Muslim : “Janganlah seseorang
di antara kamu mandi dalam air yang tergenang (tidak mengalir) ketika dalam keadaan
junub.”

Nabi telah memberikan larangan agar tidak kencing di dalam air yang menggenang
yang tidak mengalir, seperti waduk, kolam air, dan anak sungai-anak sungai yang terdapat di
tanah terbuka. Juga di sumber air yang mana orang-orang mengambil air darinya. Agar tidak
mengotorinya dan membuat mereka membenci hal tersebut. Karena hal-hal yang kotor ini
menjadi sebab tersebarnya penyakit yang mematikan. Jika keadaan air itu mengalir, maka
tidak apa-apa untuk mandi atau kencing di dalamnya. Adapun yang lebih baik adalah
menghindari hal tersebut (kencing) karena ketiadaan manfaat padanya karena ditakutkan akan
mencemarinya juga membahayakan bagi orang lain.

Para ulama’ berbeda pendapat, apakah larangan ini sebagai bentuk keharaman ataukah
hanya sebagai suatu hal ayang dibenci?
Kalangan Malikiyah berpendapat bahwa hal ini sebagai suatu yang dibenci (makruh).
Sedangkan kalangan Hanabilah dan penganut madzhab Dhahiri berpendapat bahwa hal ini
sebagai pengharaman. Dan sebagian ulama’ berpendapat bahwa hal ini, haram jika (jumlah
airnya) sedikit akan tetapi makruh jika banyak (airnya).

Adapun secara dhahir, pengharaman berlaku jika keadaan air sedikit maupun banyak,
akan tetapi dikhususkan dari hal itu air-air yang melimpah menurut kesepakatan para ulama’.
Dan mereka juga berselisih pendapat pada air yang telah dikencingi, apakah air itu tetap suci
atau telah bernajis?. Jika keadaan air telah berubah karena najis, maka ijma’ para ulama
sepakat bahwa itu najis, sedikit maupun banyak.

Adapun jika tidak berubah karena najis sedangkan airnya itu banyak, maka ijma’
menetapkan bahwa air itu masih suci. Dan jika sedikit dan tidak berubah karena najis, para

21
Ulama’ seperti Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Al Hasan Al Bashri, Sa’id Ibnu Musayyib, Imam
Ats Tsauri, Abu Dawud, Imam Malik dan Imam Bukhari berpendapat bahwasannya tidak
adanya najis dalam keadaan seperti itu.

Dan Imam Al Bukhari telah menyebutkan beberapa hadits sebagai bantahan pada
siapa yang mengatakan bahwasanya air itu telah bernajis. Sedangkan Ibnu Umar, Mujahid, Al
Hanafiyah, Asy Syafi’iyyah, dan Hanabilah berpendapat bahwasannya air itu bernajis karena
air itu telah bersatu/bertemu dengn najis walaupun tidak berubah, meskipun sedikit.
Yang bisa diambil dari Hadits di atas antara lain :
1) Larangan dari kencing di air yang tidak mengalir beserta keharamannya, dan yang lebih
diharamkan yaitu buang air besar didalamnya baik itu airnya sedikit maupun banyak. Kecuali
air yang sangat melimpah, karena airnya tidak ternajisi hanya dikarenakan bertemu dengan
barang yang bernajis. Akan tetapi air itu tetap bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
orang banyak selain untuk bersuci dari hadats.
2) Larangan untuk mandi pada air yang menggenang dengan cara menceburkan diri di
dalamnya, tidak terkecuali orang yang sedang junub walaupun tidak kencing di dalamnya
sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim. Dan yang utama adalah benar-benar
memperhatikannya dengan seksama.
3) Hal diatas dibolehkan di air yang mengalir, adapun yang lebih utama adalah
menghindarinya.
4) Larangan terhadap segala sesuatu (yang merugikan), dikarenakan suatu yang dilarang
itu menimbulkan bahaya dan kerugian.
Jika kita lihat realita sekarang ini, masyarakat dihadapkan pada kerusakan lingkungan yang
sangat parah, ini semua disebabkan karena ekploitasi berlebihan terhadap alam yang
bermuara pada satu hal, yaitu kebutuhan manusia.

3. Penelitian Rasulullah tentang Syair

A. Syair yang diperbolehkan


Syair telah menjadi sebagian dari tradisi orang-orang arab jahiliyah, sejarah
menunjukkan bahwa Syair dikenali di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersama para sahabatnya adalah berbeza dengan al-ghina’ (nyanyian). Syair arab yang
dimaksudkan adalah merujuk kepada lantunan suara dengan nada biasa seperti puisi, syair,
atau sajak .

22
Al-Ghina’ (nyanyian) pula merujuk kepada lantunan suara seperti syair tetapi dengan
bentuk alunan suara yang dinyaringkan dan diperindahkan dengan susunan seni suara tertentu
yang khusus. Dan telah terbentuk sebuah pasar syair yang dikenal dengan nama Pasar ‘Uqadz
tempat para ahli syair dari segala penjuru qabilah melantunkan syair-syair karya mereka, dan
bagi syair-syair terbaik diberikan hadiah dan karyanya ditempelkan pada dinding ka’bah.
Dalam Islam terdapat dua bentuk penjelasan tentang kedudukan syair ada teks yang
menjelaskan tentang kebolehannya dan adapula yang mencelanya, berikut beberpa teks hadis
yang menjelaskan kebolehan syair dan bersyair:
‫َ عن أبي هريرة رضففي افف عنففه قففاَل‬،‫ حدثناَ أبو سلمة‬:‫َ عن عبد اَلملك‬،‫ حدثناَ سفياَن‬:‫ حدثناَ اَبن مهدي‬:‫حدثناَ محمد بن بشاَر‬
‫ )أصدق كلمة قاَلهاَ اَلشاَعر كلمة لبيد‬:‫اَلنبي صلىَ ا عليه وسلم‬:
‫َ وكاَد أمية بن أبي اَلصلت أن يسلم‬،‫)أل كل شيء ماَ خل ا باَطل‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda:”kalimat yang paling benar adalah
yang dikatakan seorang penyair adalah kalimat yang diucapkan oleh Labid: “Ingatlah. Segala
sesuatu selain Allah adalah bathil”. Dan Umayyah bin Abi As-Salt (karena syair-syairnya
yang berisi tentang iman) nyaris masuk Islam.
Selain riwayat di atas terdapat pula riwayat lain sebagaimana yang dikeluarkan oleh al-
Tirmidzi:
Dari Anas Bahwasanya Rasulullah Saw masuk ke Makkah pada masa umrah dan Abdullah
bin Rawah sedang berjalan di depan beliau sambil berkata :“Berikan jalan kepada anak
orang-orang kafir,Hari ini kami akan memukul kalian dirumah kalian,Dengan pukulan yang
menghilangkan kesedihan dari peraduannya,Dan menjauhkan seorang kekasih dari
kekasihnya.

Umar kemudian berkata kepadanya : ‘wahai Ibnu Rawah dihadapan Rasulullah Saw
dan didalam masjid al-haram kamu melantunkan syair?’ kemudian Nabi Saw berkata kepada
Umar : “Biarkan dia wahai Umar sebab hal itu lebih mempercepat dari siraman yang baik”
Dalam Riwayat lain Rasulullah Saw mengemukakan bahwasanya terdapat kandungan hikmah
dibalik bait-bait syair sebagaimana sabda Beliau Saw:
‫اه فعلفنيره فوفسلتفم فقاَفل إرتن رحنكفمةض رمنن اَلمشنعرر‬
‫صتلىَ ت‬
‫ي ف‬ ‫فعنن أهبفمي نبرن فكنع ن‬
‫ب أفتن اَلنتبر ت‬
Artinya : “Dari Ubai bin Ka’ab Bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya
terdapat hikmah diantara (bait-bait) syair”.

B. Syair yang di Larang

23
Adapun hadis yang menerangkan akan ketidak bolehan syair dan bersyair adalah :
‫عن أبي هريرة رضي ا عنه قاَل‬:
(َ‫ )لن يمتليء جوف رجل قيحاَ ض يريه خير من أن يمتليء شعرضا‬:‫قاَل رسول ا صلىَ ا عليه وسلم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: rasulullah SAW bersabda: “niscaya rongga perut
seseorang yang penuh terisi nanah busukmasih lebih baik daripada penuh terisi bait-bait
syair.”
.
Ketika melihat hadis tentang pelarangan bersyair secara zahir, maka akan ditemukan
pelarangan untuk bersyair secara mutlak, sebab Rasulullah Saw menyebutkan bahwa “perut
seseorang dipenuhi oleh nanah (yang dapat merusaknya) lebih baik dari pada dipenuhi oleh
syair”, oleh karena itu terdapat beberapa ulama yang melarang syair secara mutlak
berdasarkan hadis tersebut.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepedulian sosial merupakan minat atau ketertarikan kita untuk membantu orang
lain, karena manusia merupakan makhluk sosial yang tak mungkin hidup sendiri, maka
dibutuhkan interaksi sosial sebagai upaya mempertahankan hidupnya.
Jika kita lihat dari fitrahnya manusia yang merupakan makhluk sosial yang tak mampu hidup
sendiri, maka bukan hanya interaksi sosial yang dibutuhkan tetapi juga interaksi dengan
lingkungan hidup sebagai usaha untuk menjaga lingkungan agar kualitas hidupa manusia
menjadi lebih baik.

Syair merupakan adat dan kebiasaan orang Arab Jahiliyah, syair adalah Suatu kalimat
yang sengaja disusun dengan menggunakan irama dan sajak yang mengungkapkan tentang
khayalan dan imajinasi yang indah. Dalam hal ini Rasulullah membagi syair kedalam dua:
yaitu syair yang diperbolehkan dan syair yang dilarang. seperti halnya Imam Syafi’i dan Al-
Ghazali berpendapat bahwa untaian sya’ir sama saja dengan ucapan biasa. Yang baik darinya
adalah baik, sedangkan yang buruk adalah buruk pula. Demikian pula mendengarkan sya’ir,
ada yang mubah, yang dianjurkan, yang wajib, yang makruh dan yang haram.
Peranan kepedulian sosial dalam dunia pendidikan merupakan hal yang paling penting,
karena untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam prose belajar mengajar haruslah
menciptakan hubungan sosial yang harmonis, baik antar guru dengan guru, guru dengan
murid, ataupun murid dengan murid. Bukan hanya itu, proses belajar mengajar yang kondusif
pun membutuhkan interaksi dengan lingkungan hidup, sehingga semestinya ada pembelajaran
tentang pendidikan lingkungan hidup, pendidikan lingkungan hidup akan masuk dalam aspek
afektif dan psikomotorik yaitu, tingkah laku, nilai dan komitmen untuk melakukan
pengetahuannya. Adapun tentang syair dalam konsep pendidikan merupakan sebuah metode
untuk memasukan nilai nilai edukasi dalam bait-baitnya. Sehingga dengan menggunakan
syair nilai-nilai edukasi nya relatif lebih mudah ditangkap, apalagi untuk anak usia dini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Solahuddin, Agus dan Suyadi Agus. Ulumul Hadist,CV. Pustaka Setia, 2009
http://aminah2511.blogspot.com/2016/06/hadist-tentang-kepedulian-sosial-dan.html?=1

26

Anda mungkin juga menyukai