Long Case Pak I
Long Case Pak I
Penguji :
dr. I. P. E. S, Sp.KJ
Disusun oleh:
R. S. E. P
2017.04.2.00326
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2018
UJIAN
SURABAYA
Nama: R. S. E. P
NIM: 2017.04.2.00326
1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. I
Umur : 32 Tahun
Tempat, Tanggal, Lahir : Ngawi, 17 Juli 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Suku : Ayah : Jawa
Ibu : Jawa
Bangsa : Indonesia
Bahasa : Jawa dan Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMK
Pekerjaan Terakhir : TNI
Alamat Rumah : Krajan 5/1 Kedungputri Ngawi Jawa Timur
MRS : 23 Juni 2018
Tanggal Periksa : Autoanamnesis I : 26 Juni 2018
Heteroanamnesis I : 27 Juni 2018
Heteroanamnesis II : 28 Juni 2018
Heteroanamnesis III : 29 Juni 2018
2 RIWAYAT PSIKIATRI
2.1 Keluhan Utama:
Penderita bingung
Penderita bicara tidak nyambung, susah diajak bicara, kesulitan bila melihat
orang banyak, susah tidur, mual.
- Autoanamnesis I :
Autoanamnesis I dilakukan pada hari Selasa, 26 Juni 2018 pukul 09.00
WIB di Paviliun VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Pemeriksa datang
menemui penderita yang sedang tiduran di tempat tidur, kemudian
pemeriksa menyapa dan memperkenalkan diri kepada penderita. Pada
saat wawancara penderita mengenakan kaos lengan pendek berwarna
putih, celana pendek berwarna hitam, dan rambut penderita berwarna
hitam pendek rapi, kontak mata penderita kepada pemeriksa positif, dan
pasien tidak kooperatif dalam wawancara.
Pemeriksa menanyakan nama pasien, pasien menjawab buat apa,
kemudian pemeriksa mengatakan buat laporan ke dokternya, baru pasien
mau menjawab. Kemudian pemeriksa menanyakan usian pasien, pasien
menjawab 32 tahun, pemeriksa bertanya tempat tanggal lahir pasien,
pasien menjawab 17 Juli 1986, pemeriksa bertanya status perkawinan,
pasien menjawab belum menikah, pemeriksa bertanya agama, pasien
menjawab islam, tetapi ketika pemeriksa menanyakan alamat rumahnya,
pasien menjawab jawa timur dengan kelihatan kebingungan. Pemeriksa
bertanya pendidikan terakhir, pasien menjawab SMK. Pemeriksa bertanya
pekerjaan, pasien menjawab TNI. Pasien mengatakan merasa kasihan
kepada orang tuanya. Kemudian pasien juga mengatakan bahwa pasien
sekarang lagi di Paviliun VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya.
Kemudian pemeriksa bertanya kepada pasien siapa yang membawa
kesini, pasien menjawab kakaknya. Kemudian pemeriksa bertanya kenapa
dibawa kesini, pasien mengatakan orang hidup butuh pasangan/jodoh,
kerja sudah, tapi belum menikah. Pasien juga mengatakan jika orang-
orang takut kepadanya, pasien merasa orang-orang menjauhinya.
Kemudian pemeriksa bertanya apakah pasien merasa bingung, pasien
menjawab tidak saya baik-baik saja. Kemudian pemeriksa bertanya
apakah pasien ada masalah, pasien menjawab tidak ada. Kemudian
pemeriksa bertanya kepada pasien apakah keinginannya sekarang,
pasien menjawab ingin pulang kerumah, menikah, kerja, selesai.
Kemudian pemeriksa bertanya apakah sudah ada pasangan, pasien
menjawab belum ada, ditolak terus, belum ada yang cocok. Kemudian
pemeriksa bertanya pernah pacaran berapa kali, pasien menjawab
banyak. Kemudian pemeriksa bertanya apakah ada sampai yang mau
diajak nikah, pasien menjawab ada, 4 tahun yang lalu tapi gagal menikah,
ketika pemeriksa bertanya kenapa gagal menikah, pasien tidak mau
menjawab.
Pemeriksa bertanya apakah pernah masuk sini sebelumnya, pasien
menjawab tidak pernah. Kemudian pemeriksa bertanya apakah pasien
punya riwayat hipertensi, cidera kepala, diabetes mellitus, dll. Pasien
mengatakan tidak ada, tetapi pernah masuk rumah sakit karena penyakit
hepatitis A dan parotitis. Kemudian pemeriksa bertanya apakah pasien
pernah minum alkohol dan menggunakan obat-obatan terlarang, pasien
mengatakan tidak pernah. Pemeriksa bertanya kepada pasien apakah
dikeluarga pasien pernah mengalami seperti pasien, pasien menjawab
tidak, kemudian pemeriksa bertanya apakah ada keluarga ada yang
menderita sakit hipertensi, cedera kepala, diabetes mellitus, dll. Pasien
menjawab tidak ada. Kemudian pemeriksa bertanya dari kecil sampai
sekarang tinggal dengan siapa, pasien menjawab dari kecil sampai SMK
tinggal dengan orang tua, waktu masuk TNI baru tinggal terpisah dengan
orang tua. Pemeriksa bertanya apakah orang tua sering mendorong
pasien untuk segera menikah, pasien menjawab iya, akhirnya pasien jadi
kepikiran karena masalahnya tidak ada pasangan.
Pemeriksa bertanya mengenai riwayat pendidikan, pasien menjawab
pernah bersekolah di TK PKK Kedungputri III, SDN 4 Kedungputri, SMPN
1 Geneng, SMKN PGRI 1 Ngawi dan Pendidikan TNI. Kemudian
pemeriksa bertanya pasien berapa bersaudara, pasien menjawab
bersaudara, anak pertama cewek, kedua ketiga keempat cowok, pasien
merupakan anak ketiga. Pasien juga menyebutkan nama-nama
saudaranya tersebut. Kemudian pemeriksa bertanya nama orang tuanya,
pasien juga mampu menjawab.
Kemudian pemeriksa bertanya apakah pernah mendengar hal-hal
aneh, pasien menjawab tidak pernah. Pemeriksa bertanya apakah pernah
melihat hal-hal aneh, pasien menjawab tidak pernah. Pemeriksa juga
bertanya apakah pernah merasa ada yang mengikuti, pasien menjawab
tidak pernah. Kemudian pemeriksa bertanya kemarin malam dan tadi pagi
makan apa, pasien mampu menjawab dengan benar. Kemudian
pemeriksa meyuruh pasien membaca, menulis, dan meniru gambar yang
dibuat oleh pemeriksa, pasien mampu. Kemudian pasien bertanya kalau
ada masalah apakah sering cerita, pasien mengatakan iya biasanya cerita
sama orang tua dan teman-teman kerja, tapi tidak semua, namanya orang
pasti punya rahasia. Pemeriksa mengakhiri wawancaranya dengan
mengucapkan terima kasih dan bersalaman.
- Heteroanamnesis I :
Heteroanamnesis I dilakukan dengan Bapak W (perawat jiwa RSAL)
pada hari Rabu, 27 Juni 2018 pukul 15.15 WIB di ruang perawat Paviliun
VI Rumkital dr. Ramelan Surabaya. Perawat mendapat informasi dari
keluarga pasien (kakak pasien) bahwa pasien ini pernah pacaran 3 kali
tetapi selalu putus. Pacaran yang ketiga pasien sudah mau tunangan,
tetapi ada informasi bahwa pacarnya (cewek) sudah tidak virgin, akhirnya
pacarnya (cewek) diputuskan oleh pasien. Sejak kejadian itu pasien
merasa ketakutan bila bertemu orang banyak. Ada kecurigaan dari
keluarga pasien kalau pasien di guna-guna oleh keluarga mantan
pacarnya itu (cewek). Saat lebaran tempo hari, tiba-tiba pasien minta
menikah, padahal pasien tidak punya calon.
- Heteroamanesis II :
Heteroanamnesis II dilakukan dengan Bapak D (teman pasien) pada
hari Kamis, 28 Juni 2018 pukul 14.30 WIB di Paviliun VI Rumkital dr.
Ramelan Surabaya. Pertama-tama pemeriksa memperkenalkan diri dan
menjelaskan bahwa pemeriksa beberapa hari melakukan observasi pada
pasien untuk dikonsultasikan kepada dokter. Pemeriksa menanyakan
mengapa pasien dibawa ke RSAL, teman pasien menjawab bahwa pasien
tidak bisa tidur. Pasien merasa orang-orang pergi/menjauh kalau ada
dirinya. Pasien merasa badannya sakit semua terutama kepalanya. Ketika
pasien menonton sepak bola di televisi, pasien merasa kalau bolanya
jalannya sangat pelan. Teman pasien mengatakan bahwa pasien sering
lupa, hal itu dibuktikan bahwa pasien lupa kalau temannya sempat
menjenguk 3 hari yang lalu, tetapi pasien mengatakan bahwa 3 hari yang
lalu tidak dijenguk oleh temannya tersebut dan pasien pada hari itu tanya
tanggal kepada temannya diulang 4 kali. Teman pasien juga mengatakan
pasien bingung kalau melihat orang banyak, ngomongnya nglantur, dan
terkadang tidak nyambung. Kemudian pemeriksa mengakhiri
wawancaranya dengan mengucapkan terima kasih dan bersalaman.
- Heteroanamnesis III :
Heteroanamnesis III dilakukan dengan ibu K (ibu pasien) pada hari
Jumat, 29 Juni 2018 pukul 14.00 WIB di Paviliun VI Rumkital dr. Ramelan
Surabaya. Pertama-tama pemeriksa memperkenalkan diri dan
menjelaskan bahwa pemeriksa beberapa hari melakukan observasi pada
pasien untuk dikonsultasikan kepada dokter. Pemeriksa menanyakan
mengapa pasien dibawa ke RSAL, ibu pasien menjawab bahwa pasien
tidak bisa tidur, mondar mandir kayak orang bingung, ditanya kadang-
kadang nyambung dan kadang-kadang tidak nyambung. Pemeriksa
kemudian bertanya kepada ibu pasien sejak kapan pasien seperti itu, ibu
pasien mengatakan sejak pulang dari Batam sebelum lebaran. Pasien
ditanya oleh ibunya kenapa, pasien menjawab pikirannya lagi ruwet.
Pasien ditanya oleh ibunya saudaranya berapa, pasien menjawab 4, yang
pertama namanya mbak mar, yang kedua mas yan, yang ketiga pasien,
yang keempat lupa. Kemudian pasien bilang ke ibunya kalau ingin
menikah, tetapi pasien belum ada pasangan. Ibu pasien mengatakan
bahwa pasien bilang ingin menikah itu hampir setiap hari. Kemudian ibu
pasien mengatakan setiap kali pasien ditanya kapan balik Batam, pasien
selalu bingung dan tidak menjawab. Kemudian pemeriksa bertanya
kepada ibu pasien apakah pasien pernah bercerita mungkin ada masalah
di pekerjaannya, ibu pasien menjawab tidak ada, tetapi pasien selalu
bilang kalau ingin pindah kerja lagi di surabaya, ibu pasien mengatakan
bahwa pasien tidak betah di Batam. Ibu pasien juga mengatakan
terkadang pasien lupa kalau dirinya seorang TNI. Pemeriksa kemudian
bertanya kepada ibu pasien apakah pasien seorang yang tertutup dan
kalau ada masalah apakah selalu cerita kepada ibu, ibu pasien
mengatakan bahwa pasien orangnya terbuka, sering cerita kepada orang
tua dan kakaknya, pasien juga merupakan orang yang suka bercanda.
Tetapi akhir-akhir ini pasien lebih sering diam, jarang cerita, sering
dipendam sendiri, bingung, dan merasa orang-orang menjauhi pasien,
padahal pasien yang menjauhi orang-orang, contohnya pada waktu
lebaran banyak saudara kerumah, pasien keluar hanya salaman saja,
kemudian masuk kamar, pasien merasa tidak percaya diri, dan bingung
kalau banyak orang, tetapi pasien merasa bahwa saudara-saudaranya
yang menjauhi pasien. Kemudian ibu pasien juga mengatakan bahwa
suatu hari pasien diajak sholat dhuhur, tapi pasien mengatakan buat apa
sholat dhuhur. Kemudian diajak sholat magrib ke mushollah, pasien mau
tapi di depan mushollah pasien mondar-mandir tidak masuk mushollah.
Kemudian diajak ibunya masuk ke mushollah, pasien masuk. Sehabis
sholat magrib, pasien ditanya oleh ibunya apakah sudah sholat magrib
tadi, pasien diam aja tidak menjawab. Kemudian pemeriksa bertanya
kepada ibu pasien apakah pasien mau makan dan mandi, ibu paisen
mengatakan akhir-akhir ini makan harus disuruh dan diambilkan. Kalau
mandi juga harus disuruh dulu. Ibu pasien juga mengatakan bahwa yang
kasih saran membawa pasien ke psikiatri adalah atasannya di Batam,
atasannya mengatakan bahwa akhir-akhir ini pasien sering diam dan
murung. Kemudian pemeriksa bertanya apakah ada keluarga yang pernah
sakit seperti pasien, ibu pasien menjawab tidak ada. Kemudian pemeriksa
mengakhiri wawancaranya dengan mengucapkan terima kasih dan
bersalaman.
Disangkal
2.4.2 Riwayat Gangguan Medis
Hipertensi :-
Diabetes Melitus :-
Asma :-
Vertigo :-
Gastritis :-
Alergi :-
Riwayat bedah :-
Trauma kepala :-
Penyakit SSP :-
Kejang :-
Hepatitis A :+
Parotitis :+
Disangkal
Hipertensi : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Asma : disangkal
Vertigo : disangkal
Gastritis : disangkal
Alergi : disangkal
Riwayat bedah : disangkal
Trauma kepala : disangkal
Penyakit SSP : disangkal
Kejang : disangkal
Penderita di rawat oleh ayah dan ibunya sejak kecil, tidak pernah
dirawat oleh orang lain.
Hubungan penderita dengan ayah dan ibu penderita baik.
Tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
SILSILAH KELUARGA
TNI AL
2.8 Faktor Penyebab
2.8.1 Faktor premorbid
-
Disangkal
2.8.3 RTTGJ
3 STATUS MENTAL
3.1 Deskripsi Umum
3.1.1 Penampilan
3.1.2 Kontak
3.4 Pikiran
Waktu : dbn
Tempat : dbn
Orang : dbn
3.5.3 Daya ingat
3.5.3.1 daya ingat jangka panjang : baik
3.5.3.2 daya ingat jangka sedang : baik
3.5.3.3 daya ingat jangka pendek : baik
3.5.4 Kemampuan membaca dan menulis : baik
3.5.5 Kemampuan abstrak : baik
3.5.6 Kemampuan visuopasial : baik
3.5.7 Itelegensi dan kemampuan informasi : baik
3.5.8 Kemampuan menolong diri sendiri : baik
3.6 Pengendalian Impuls
3.8 Kemauan
Faktor Penyebab
a. Faktor Premorbid :-
b. Faktor keturunan : disangkal
Status Mental
a. Formulasi Diagnostik
Pada penderita ditemukan adanya pola perilaku psikologis yang secara klinis
bermakna dan berkaitan dengan suatu gejala yang menandakan
terganggunya fungsi penting seseorang (disfungsi sosial, perilaku, dan
pekerjaan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penderita mengalami
suatu “gangguan jiwa”.
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap penderita, ditemukan adanya
gangguan pada penghayatan akan realitas (sense of reality), kesadaran
berubah dan gangguan proses berpikir. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa penderita mengalami gangguan jiwa “psikosa”.
Pada penderita tidak ditemukan riwayat trauma kepala ataupun penyakit
organik lain yang berat, yang menyebabkan gangguan fungsi jaringan otak
sebelum gejala terjadi. Pada penderita juga tidak didapatkan riwayat
penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Dengan demikian, penderita
dapat digolongkan “Gangguan Psikosa Fungsional”.
Dalam mendiagnosis Axis I, menurut PPDGJ III, pasien termasuk dalam F23
Gangguan Psikotik Akut. Dengan gejala sebagai berikut.
Adanya bentuk proses berfikir yang non realistik
Fungsi sosialnya menurun
Isi proses berfikir PTM (+)
Afek pasien yang dangkal
Kemauan menurun
Psikomotor meningkat
Jarang memahami kalau dirinya terganggu
Pada Axis II, pasien terbuka, suka bergaul
Pada Axis III tidak ada penyakit yang menyertai
Pada Axis IV pasien memiliki permasalahan percintaan
Pada Axis V dilakukan penilaian terhadap penyesuaian diri menggunakan
skala Global Assesment of Functioning Scale (GAF Scale) 40-31 (beberapa
disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat
dalam beberapa fungsi).
b. Formulasi Psikodinamika
Gangguan jiwa pada penderita ini terjadi karena adanya RTTGJ yaitu anak
paling pandai dari 4 bersaudara. Penderita juga ingin menikah tetapi belum ada
pasangan. Pasien juga merasa tidak betah ditempat kerjanya yang sekarang
karena jauh dari orang tuanya. Hal ini akan menimbulkan stressor terhadap
pasien.
Berdasarkan teori Dr. Hans Selye, terdapat 3 fase yang dapat di identifikasi
jika seseorang terpapar stress, yang dimulai dari:
Alarm reaction (reaksi tanda bahaya) : terjadi pembangkitan emosi,
ketegangan, dan kewaspadaan, serta peningkatan aktivitas simpatis.
Fase resistensi/pertahanan: tubuh berusaha untuk beradaptasi. Hasil
adaptasi pasien maladaptasi : penyesuaian diri yang gagal dan tidak
berhasil terhadap stressor yang terlalu kuat (besar,lama,spesifik)
mengakibatkan kepayahan dan disintergrasi pribadi sehingga terjadi
psikosa.
Fase kepayahan : psikotik
Dari sejak masa kanan penderita sering dipersalahkan oleh ibunda penderita ,
sehingga itu menimbulkan stressor bagi penderita. Karena penderita
mendapatkan stressor yang cukup lama, maka menurut hans selye lama
kelamaan penderita akan masuk fase kepayahan sehingga menjadi psikotik.
c. Diagnosis Multiaksial
Axis I : F23 Gangguan Psikotik Akut
DD : GMO
Axis II :Ciri kepribadian terbuka, suka bergaul
Axis III : Tidak ada penyakit yang menyertai
Axis IV : Pasien memiliki permasalahan percintaan
Axis V : GAF scale 40-31, beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi
7 PROGNOSIS
8 DAFTAR MASALAH
8.1 Organobiologis :
8.2 Psikologis
9 MANAJEMEN TERAPI
9.1 Somatoterapi
o Haloperidol 5 mg (1/2-0-1/2)
o Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
9.2 Psikoterapi
9.3 Sosioterapi
10.2 Usul
11 Follow up
Selasa, 26 Juni 2018
S : Bingung, melantur
O : Status Mental :
Kontak mata (+), verbal (+), irrelevant , tidak lancar
Mood/afek : dangkal
Proses Berpikir : bentuk : non realistik; arus : asosiasi longgar; isi: PTM (+)
Persepsi : dbn
Kemauan : Menurun
Tilikan : 1
A : F23 Gangguan Psikotik Akut
P : Haloperidol 5 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)
Hexymer 2 mg (1/2-0-1/2)