Anak Autis
23 Juni 2011
PENGANTAR
ABA adalah sebuah teknik yang digunakan sebagai treatment untuk penderita autis dan
biasanya diterapkan pada anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini diberikan dengan
maksud untuk melakukan perubahan pada anak autistis dalam arti perilaku yang berlebihan
dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ( belum ada ) ditambahkan. ABA yang diciptakan
oleh O Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles ( UCLA ) memfokuskan
penanganan pada pemberian reinforcement positif setiap kali anak berespon benar sesuai
dengan instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman dalam terapi ini akan tetapi bila anak
berespon negative ( salah / tidak tepat ) atau tidak berespon sama sekali maka ia tidak
mendapatkan reinforcement positif yang dia sukai. Diharapkan dengan perlakuan ini dapat
meningkatkan kemungkinan anak agar berespons positif dan mengurangi kemungkinan dia
berespon negative atau tidak merespon instruksi yang diberikan.
Sesuai dengan namanya, teknik ini berangkat dari teori behavioristik dimana mereka
meyakini bahwa perilaku berhubungan dengan system reward ( hadiah / penghargaan ) dan
konsekwensi ( akibat ). Berangkat dari pemahaman dasar ini maka teknik ini biasanya
digunakan sebagai dasar untuk metode mengajar. Oleh sebab itu, berangkat dari teori ini,
Lovaas dan The Lovaas institute mengembangkan teknik ini dan menjabarkannya menjadi
beberapa pengertian di bawah ini :
a) Applied
b) Behavioral Analysis
Observasi dan analisis yang dilakukan untuk obyek perilaku tertentu dengan tujuan untuk
merubah atau menciptakan perilaku baru yang diinginkan.
Sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa Applied Behavioral Analysis ( ABA ) adalah
suatu teknik yang telah disusun secara sistematis untuk mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan dan meningkatkan perilaku yang diharapkan.
TUJUAN PENANGANAN
Teknik ini diberikan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak
autis terhadap aturan. Dari terapi ini hasil yang didapatkan signifikan bila mampu diterapkan
secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
o Kurang motivasi, bukan hanya sering menarik diri dan asyik sendiri tetapi juga cenderung
tidak termotivasi menjelajah lingkungan baru atau memperluas lingkup perhatian mereka.
o Memiliki respon stimulasi diri tinggi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk
merangsang diri sendiri misalnya bertepuk tangan.
o Memiliki respon terhadap imbalan. Mereka belajar paling efektif pada kondisi imbalan
langsung yang jenisnya sangat individual. Namun respon ini berbeda untuk setiap anak autis.
Sumber : Terapi Anak Autis di Rumah, 2003. Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar.Puspa
Sehat :Jakarta. Hal. 24
Dari gambaran di atas maka tampak beberapa perilaku yang tentunya berbeda pada anak
normal. Perilaku ini kemudian dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang berlebihan, perilaku
yang berkekurangan atau bahkan tidak ada sama sekali. Contoh perilaku yang berlebihan ini
misalnya mengamuk. Sedangkan perilaku yang berkekurangan contohnya gangguan bicara,
perilaku social yang tidak tepat. Semuanya hal di atas tentunya menjadi hal yang serius untuk
segera ditangani. Oleh sebab itu, karena berkaitan dengan perilaku, maka teknik ABA inipun
diterapkan.
b) Tujuan jangka panjang dan jangka pendek yang hendak dicapai juga hendaknya jelas dan
terarah
d) Harus ada pembagian peran yang jelas antara konselor, terapis, orangtua maupun caregiver
yang terlibat.
e) Gambaran detail tentang positive maupun negative reinforcement yang akan digunakan.
f) Membuat gambaran yang jelas bagaimana perencanaan dapat digunakan untuk monitoring
dan evaluasi demi keefektivan teknik tersebut.
Prinsip awal pelaksanaan terapi ini adalah dengan meningkatkan kemampuan reseptif atau
pemahaman anak autis. Dimulai dengan jumlah latihan yang sedikit untuk beberapa minggu
pertama. Cara ini akan membantu terapis untuk terampil pada metode pengajaran dan
membantu anak terbiasa pada kegiatan terstruktur.
Secara umum program awal ini meliputi program kesiapan belajar ( misalnya berespon
terhadap nama ), program bahasa reseptif ( misalnya mengikuti perintah satu tahap ), program
meniru ( misalnya meniru gerakkan motorik kasar ), dan program bahasa ekspresif ( misalnya
menunjuk benda-benda yang diinginkan ) dan tugas menyamakan ( misalnya menyamakan
benda-benda yang identik ). Ketika anak mengalami kemajuan, tambahkan program baru.
Reinforcement Chaining
Prompting Redirection
Other Ignoring
Dari beberapa teknik di atas, teknik yang paling sering digunakan adalah Discrete Trial.
Metode Lovaas dengan teknik ABA ini dimulai dengan Discrete Trial ( ujicoba latihan )
Discrete trial adalah teknik khusus yang digunakan untuk memaksimalkan proses belajar.
Teknik ini juga dikombinasikan dengan teknik lain dalam pelaksanaan pada terapi ABA
seperti prompting, fading, chaining.
Teknik ini dapat digunakan pada segala jenis usia dan populasi.
Proses yang banyak dikembangkan dalam teknik ini sebagian besar untuk mengembangkan
kemampuan berpikir ( kognitif ), komunikasi, bermain, social maupun emosional serta bina
diri.
a) Terapis memberi suatu stimulus atau rangsangan berupa instruksi ke anak yang
memperhatikan terapis atau tugas di tangannya.
b) Stimulus ini mungkin diikuti oleh prompt untuk menimbulkan respon yang dimaksud.
e) Terdapat senggang waktu atau interval singkat sebelum memulai uji coba berikutnya.
1. Instruksi
Pada tahap awal, kalimat yang digunakan hendaknya berupa kalimat singkat.
2. Respon
Dalam merespon instruksi terapis, anak mungkin melakukannya dengan benar, setengah
benar, salah atau tidak merespon sama sekali yang juga dinilai salah.
Beberapa anak memerlukan tambahan bantuan untuk melakukan keterampilan atau perilaku
yang diinginkan
Prompt adalah setiap bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan respon yang
benar.
Ada beberapa jenis prompt antara lain fisik, contoh, lisan, visual, posisi, ukuran benda,
dengan menunjuk.
1. Imbalan / reward
Terapis harus memiliki pengetahuan yang cukup dari perilaku dengan reward bagi anak
autis.
Reward mempunyai dua aspek penting yaitu jenisnya dan bagaimana cara memberikannya.
a. Jenis reward
• Reward positif
Reward yang diberikan setelah suatu perilaku kemudian akan meningkatkan perilaku tersebut
• Reward negative
b. Pemadaman ( extinction )
Pemadaman berarti suatu stimulus yang merupakan suatu imbalan yang tidak lagi
diberikan.
Contohnya : jika selama ini anak mendapatkan perhatian terhadap amukkan ( tantrum ) dan
perhatian tersebut sebagai reward positive sehingga anak memelihara tantrumnya maka cara
efektif untuk menghilangkannya adalah dengan tidak lagi memberikan perhatian saat anak
tantrum.
Prinsip pemadaman adalah pengurangan bertahap dari kekuatan perilaku tersebut bukan
suatu penurunan tajam dan dramatis seperti ciri hukuman.
Biasanya, pada awal pemadaman terdapat peningkatan kekuatan perilaku karena anak
semakin berusaha mendapatkan kembali imbalan.
Anak akan lebih kreatif pada usahanya untuk memperoleh perhatian untuk amukkannya.
c. Time out
Selang waktu uji coba adalah waktu antara reward satu uji coba dan mulainya suatu instruksi
untuk uji coba berikutnya
Anak yang memperlihatkan banyak perilaku lepas tugas memerlukan selang waktu ujicoba
yang pendek agar dapat mengurangi kesempatan untuk terjadinya perilaku tersebut.
Selang waktu uji coba ini biasanya berkisar antara 3-5 detik. Hal ini akan membantu anak
mengetahui bahwa terapis telah mengakhiri suatu uji coba terakhir dan akan memberikan uji
coba yang baru lagi.
1. Stimulus Discriminative = SD
2. Respon Anak = R
3. Stimulus Respons = SR
Contoh :
AKTIVITAS A
Skill : Anak diminta oleh terapis untuk memberikan benda yang diminta oleh terapis.
SD : “ Ambil crayon ! “
AKTIVITAS B
SR : “ Bagus sekali ! “
SR : “ Dengarkan. “
Karakteristik umum anak autis yaitu tidak mampu menggeneralisasikan keterampilan yang
baru dipelajari ke keadaan berbeda dari apa yang terdapat saat latihan. Selama pengajaran
awal terapis sering memelihara kendali ketat terhadap instruksi yang diberikan, benda-benda
yang ditunjukkan, susunan duduk dan tatanan lainnya.
Biasanya generalisasi dilakukan setelah keterampilan target telah dikuasai. Namun pada anak
yang cakap, mungkin generalisasi dapat dimulai ketika keterampilan baru saja muncul.
Berikut ini tiga jenis generalisasi :
Jika terapi perilaku tetap terjadi sebagai respon dari berbagai rangsang, bisa terjadi di kelas,
di rumah, di taman dan di rumah orang lain. Seorang terapis mengajarkan anak agar dapat
melakukan suatu perilaku, tetapi anak tidak melakukan perilaku tersebut bagi orang atau
terapis lain. Anak belajar merespon beberapa bagian tertentu misalnya gerakkan tangan
terapis, tetapi karena bagian ini tidak ada pada keadaan yang lain, perilaku tidak
tergeneralisasikan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan :
Dalam hal ini yang dapat diperhatikan adalah bahasa, pelajaran meniru dan mengamati,
kepatuhan serta penekanan pada perilaku yang tidak sesuai.
Mempertahankan efek dari terapi supaya tetap dikuasai anak sepanjang waktu. Jika
keterampilan telah dikuasai anak, generalisasi dan pemeliharaan dapat ditingkatkan secara
bertahap dengan mengurangi sedikit demi sedikit frekuensi dan jenis imbalan.
Selama fase ini, frekuensi ujicoba latihan dikurangi. Secara umum, pemeliharaan dinilai
sekali seminggu selama periode 3-6 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Bettelheim,B. The Empty Fortress : Infantile Autism and The Birth of the Self. New York :
Free
Mash J, Wolfe D. Abnormal Child Psychology. 2005. Thomson Learning, Inc : USA
Veskarisyanti, G. 12 Terapi Autis Paling Efektif dan Hemat. 2008. Pustaka Anggrek :
Yogyakarta
Widyawati, S; Rosadi, E ; Yulidar. Terapi Anak Autis di Rumah, 2003.Puspa Sehat : Jakarta.