Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

KESETIMBANGAN KIMIA
Dosen Pembimbing: Drs. Haryadi M.sc., Ph.D

Tanggal Praktikum : 5 Desember 2019

Tanggal Pengumpulan Laporan : 12 Desember 2019

Disusun oleh :

Adela Putri Nurarofah


Adzikri Wardana Putra
Aldy Dharmansyah
Alfonsius Perdija Tamba

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2019
I. Tujuan :
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi pereaksi pada kesetimbangan kompleks besi (III) tiosulfat
2. Menjelaskan pengaruh ion sesama pada kesetimbangan
3. Menghitung kelarutan zat berdasarkan harga Ksp
4. Menjelaskan pengaruh suhu terhadap kelarutan zat

II. Dasar Teori


2.1 Kesetimbangan Kimia

Kesetimbangan kimia adalah proses dinamis ketika laju reaksi ke kanan


(menghasilkan produk) sama dengan laju reaksi ke kiri (ke arah pereaksi). Pada kesetimbangan
kimia, molekul-molekul tetap berubah dari pereaksi menjadi produk dan produk menjadi
pereaksi, tetapi tanpa terjadi perubahan konsentrasinya. Bila pada sistem kesetimbangan
diadakan aksi, maka sistem akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi
itu menjadi sekecil-kecilnya. Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan
bergantung pada laju reaksinya. Semakin besar laju reaksi, semakin cepat kesetimbangan
tercapai.
Henri Louis Le Chatelier (1884) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar tehadap
kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut :
“ Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka
sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut.

Secara singkat azas Le Chateleir dapat dinyatakan sebagai :
Reaksi = - Aksi
Artinya bila pada sistem kesetimbangan dinamik terdapat gangguan dari luar sehingga
kesetimbangan dalam keadaan terganggu atau rusak, maka sistem akan berubah sedemikian
rupa sehingga gangguan itu berkurang dan bila mungkin akan kembali dalam keadaan
setimbang lagi. Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke kiri atau ke
kanan.
Kesetimbangan dalam fase cair terbatas pada zat-zat yang terlarut dalam pelarut
tertentu. Untuk larutan elektrolit, zat dalam larutan adalah berupa ion-ion yang terdapat dalam
larutan. Contoh : Fe3+ + SCN- ↔ FeSCN2+. Pada kondisi standar, zat terlarut dinyatakan dalam
konsentrasi 1,0 M dengan sifat larutan pada pengenceran tak terhingga, sehingga koefisien
aktifitas = 1 dan besarnya K = Kc. Pada reaksi kesetimbangan tersebut, besarnya tetapan
kesetimbangan :
Kc = [FeSCN2+])/[Fe3+][SCN-] (harga K tetap pada suhu tetap).
Tetapan kesetimbangan reaksi dapat ditentukan setiap suhu, jika perubahan energi bebas
standar Gibbs (∆𝐺)diketahui sebagai fungsi suhu
(∆𝐺°) = -RT ln K atau K = exp (-∆𝐺°/RT)
R adalah tetapan gas ideal dan T adalah suhu.
Reaksi ion besi (III) dengan ion tiosianat merupakan pengujian yang sangat sensitif
untuk ion besi (III) dalam larutan. Jika menambahkan ion tiosianat, SCN-, ke dalam larutan
yang mengandung ion besi (III) akan diperoleh larutan berwarna merah darah yang kuat yang
mengandung ion [Fe(SCN)(H2O)5]2+.

SCN-(aq)

[Fe(H2O) 6]3+ [Fe(SCN)(H2O)5]2+

Gambar 1. Reaksi ion besi (III) vs ion SCN-

Dalam kesetimbangan dinamis, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, yaitu :
pengaruh konsentrasi zat yang bereaksi, suhu, dan perubahan tekanan atau volume.

2.2 Kelarutan zat


Kelarutan/solubilitas adalah kemampuan zat kimia tertentu, zat terlarut, untuk larut
dalam pelarut. Kelarutan yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Istilah “tak larut” sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat
dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang menstabil.
Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air)

AnB(s) → nA+(aq) + Bn-(aq)


a n.a a
Ksp AnB = (n.2)n . 2
Ksp AnB = nn . a(n+1)
Kelarutan = a(n+1) = Ksp AnB/nn
Jika zat AB → A+ + B-
Maka kelarutan zat AB = a = V.Ksp AB
Ket : a = kelarutan, Ksp = hasil kali kelarutan zat atau garam
Berdasarkan kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan, unutk suatu garam AB yang sukar
larut berlaku ketentuan, jika:
1. [A+] [B-] < Ksp → larutan jenuh; tidak terjadi pengendapan. Hal itu berarti, larutan
mengandung zat terlarut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau
larutan yang partikel-partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa
melarutkan zat).
2. [A+] [B-] = Ksp → larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap . Hal itu berarti, larutan
yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal).
3. [A+] [B-] > Ksp → larutan kelewat jenuh; terjadi pengendapan zat. Berarti, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Terjadi apabila hasil kali
konsentrasi ion lebih dari Ksp.

2.3 Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat


Kelarutan zat sebanding terhadap suhu terutama berlaku pada zat padat. Kelarutan zat
cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan
padatan/gas dalam dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik
terhadap suhu.

2.4 Pengaruh ion sejenis dan pembentukkan garam


Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis
AB(s) → A+(aq)+ B-(aq)
s → n.s s
Semakin besar konsentrasi ion sejenis, maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.
Pembentukkan garam yang larut, seperti contoh kelarutan CaCO3(s) pada air yang berisi CO2
lebih besar daripada air.
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2 → Ca(HCO3)2(aq) ∴ larut
Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat.
Contoh : kelarutan Al(OH)3 dalam KOH lebih besar kelarutan Al(OH)3 dalam air
Al(OH)3(s) + KOH(aq) → KAlO2(aq) + 2H2O(l)
Pembentukkan senyawa kompleks, seperti contoh kelarutan AgCl(s) dalam NH4OH lebih
besar dari pada AgCl dalam air.
AgCl(s) + NH4OH(aq) → Ag(NH3)2Cl(aq) + H2O(l) ∴ larut

IV. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1 Gelas Kimia 500 mL Aquadest
2 Gelas Kimia 100 mL Larutan Fe(NO3)3 0,2 M
3 Labu Takar 50 mL Larutan KSCN 0,002 M
4 Pipet Ukur 10 mL Kristal Na2HPO4
5 Rak Tabung Larutan PbNO3 0,075 M
6 Tabung Reaksi Larutan KCL 0,5 M
7 Pipet tetes Larutan Amoniak 0,05 M
8 Bola Isap
9 Gelas ukur 10 mL
10 Termometer
11 Spatula
12 Buret 25 mL
13 Pipet ukur 5 mL
14 Pipet volume 5 mL
15 Pipet volume 10 mL
16 Penangas
V. Prosedur Kerja

5.1 kesetimbangan Besi (III)-tiosianat

Pipet 10 mL larutan KSCN 0,002 M dan masukkan ke dalam gelas kimia 100 mL.

Tambahkan 2 tetes larutan FeCl30,2 M ke dalam larutan KSCN.

Bagikan larutan di atas ke dalam 5 buah tabung yang sudah disiapkan dalam rak tabung
reaksi dan diberi label.

Tabung pertama sebagai pembanding

Tambahkan satu tetes larutan KSCN 1,0 M (pekat) pada tabung reaksi kedua.

Tambahkan 3 tetes larutan FeCl3 0,2 M ke dalam tabung reaksi ketiga.

Tambahkan beberapa butir kristal Na2HPO4 ke dalam tabung reaksi keempat.


Tambahkan 3 tetes larutan amoniak ke dalam tabung kelima.

Gojok pelan-pelan tabung reaksi pertama sampai kelima dan diamkan selama 5 menit.

Catat hasil pengamatan anda pada jurnal.

5.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

Siapkan 5 buah tabung reaksi dan berilah label.

Masukkan masing-masing tabung reaksi dengan 5 mL larutan KSCN 0,02 M.

Tambahkan 5 mL larutan FeCl30,2 M ke dalam tabung reaksi pertama sebagai standar.

Pipet 10 mL larutan FeCl30,2 M dan masukkan ke dalam labu takar 25 mL dan encerkan
sampai tanda batas.
Pipet 5 mL larutan FeCl3encer dan tambahkan ke dalam tabung reaksi kedua.

Pipet 10 mL larutan FeCl3encer dan masukkan ke dalam labu takar 50 mL dan encerkan
sampai tanda batas.

Pipet 5 mL larutan FeCl3encer (no.6) dan tambahkan ke dalam tabung reaksi ketiga.

Ulangi langkah 6-7 untuk tabung keempat dan kelima.

Gojok tabung reaksi pertama sampai kelima.

Bandingkan warna larutan tabung kedua sampai tabung kelima dengan tabung pertama
(standar) dan catat warna larutan dalam tabung reaksi.
5.3 Penentuan harga Ksp PbCl2

Siapkan larutan Pb(No3)2 0,075 M dan larutan KCl 0,5 M.

Siapkan 10 buah tabung reaksi dalam rak dan diberi label.

Isikan kelima tabung reaksi masing-masing 5 mL larutan Pb(No3)2 0,075 M.

Tambahkan larutan KCl 0,5 M ke dalam tabung pertama dengan 0,50 m, tabung kedua 1,00
mL, tabung ketiga 1,25 mL, tabung keempat 1,50 mL, tabung kelima 1,75 mL, tabung
keenam 2,00 mL, tabung ketujuh 2,25 mL, tabung kedelapan 2,5 mL, tabung kesembilan
2,75 mL, dan tabung kesepuluh 3,00 mL.

Kojoglah campuran dan diamkan selama 5 menit amati apakah terbentuk endapan atau
belum, catat hasil pengamatan anda.

Siapkan penangas menggunakan gelas kimia yang diisi dengan air dan dipanaskan.
Masukkan tabung reaksi yang mengendap ke dalam gelas kimia dan ukur suhu dalam
tabung reaksi dan catat suhu pada saat endapan tepat larut.

Lakukan pada langkah 6 untuk semua tabung reaksi yang mengendap.


Diagram Alir Kerja

5.1 Kesetimbangan Besi (II) Tiosianat

1 2 3 4 5

10 mL KSCN
0,002 M + 2
tetes larutan Fe³ Bagi rata larutan ke dalam 5 tabung
0,002M

Tabung 1 : Pembanding

Fe(NO3)3 Tabung 2 : (+) 1 tetes larutan


KSCN 1,0 M Kocok perlahan
1 2 3 4 5 dan amati
Tabung 3 : (+) 3 tetes Larutan Fe³ perubahan
0,2 M warnanya
Tabung 4 : (+) Na2HPO4

Tabung 5 : (+) Larutan amoniak


0,5 M
5.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

5 mL KSCN 0,02 M

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Tabung 1 : (+) 5 mL Larutan Fe³ 0,2 M

Tabung 2 : (+) 5 mL Larutan Fe³ pengenceran 1*

Tabung 3 : (+) 5 mL Larutan Fe³ pengenceran 2**

Tabung 4 : (+) 5 mL Larutan Fe³ pengenceran 3***

Tabung 5 : (+) 5 mL Larutan Fe³ pengenceran 4****


Kocok kelima tabung tersebut

Bandingkan warna dari setiap tabung dan


catat hasil pengamatannya

*Pengenceran 1 dilakukan dengan 10 mL larutan Fe³ 0,2 M (larutan induk) ke dalam labu takar 50 mL
kemudian diencerkan hingga tanda batas.

** Pengenceran 2 dilakukan dengan 10 mL larutan Fe³ pengenceran 1 ke dalam labu takar 50 mL


kemudian diencerkan hingga tanda batas.

*** Pengenceran 3 dilakukan dengan 10 mL larutan Fe³ pengenceran 2 ke dalam labu takar 50 mL
kemudian diencerkan hingga tanda batas.

**** Pengenceran 4 dilakukan dengan 10 mL larutan Fe³ 3 pengenceran 3 ke dalam labu takar 50 mL
kemudian diencerkan hingga tanda batas.

5.3 Penentuan Ksp PbCrO4

5 mL Pb(NO3)2 0,075 M
MM M Tabung 1 : (+) 0,5 mL t

Larutan KCl 0,5 M Tabung 2 : (+) 1,0 mL

Tabung 3 : (+) 1,25 mL

Tabung 4 : (+) 1,5 mL

1 2 3 4 5 Tabung 5 : (+) 1,75 mL

Tabung 6 : (+) 2,0 mL

Tabung 7 : (+) 2,25 mL

Tabung 8 : (+) 2,5 mL

Tabung 9: (+) 2,75 mL

Tabung 10 : (+) 3,0 mL

Ulangi Penambahan KCl dengan perbedaan


volume 0,25 mL untuk menentukan banyaknya
KCl yang dibutuhkan untuk terbentuknya
endapan
VI. Data Pengamatan

6.1 Kesetimbangan Besi (II) Tiosianat

Tabung Prosedur Pengamatan


Terjadi perubahan warna kuning
1 10 ml KSCN + 2 tetes Fe3+
menjadi jingga
Terjadi perubahan warna kuning
2 1 tetes KSCN
menjadi jingga

Terjadi perubahan warna kuning


3 3 tetes Fe3+
menjadi merah

Terjadi perubahan warna merah


4 1 butir Kristal Na2HPO4
menjadi bening sedikit keruh

Terjadi perubahan warna menjadi


5 3 tetes amoniak
kuning bening dengan sedikit endapan

6.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

Tabung Prosedur Pengamatan

5 ml KSCN 0,002M Tidak berwarna/ bening

1 + 5 ml Fe3+ Merah kehitaman

2 + 5 ml Fe3+ Merah kehitaman

3 + 5 ml Fe3+ Merah pekat

4 + 5 ml Fe3+ Merah bening

5 + 5 ml Fe3+ Kuning bening


6.3 Penentuan Ksp PbCl2

Warna
Volume larutan Volume larutan
Tabung Perubahan endapan
Pb(NO3)2 (ml) KCl (ml) endapan

1 5 0,5 Belum

2 5 1,0 Belum

3 5 1,25 Belum
Putih
4 5 1,5 Belum

5 5 1,75 Belum

6 5 2,0 Belum

7 5 2,25 Sudah

8 5 2,5 Sudah

9 5 2,75 Sudah

10 5 3,0 Sudah

Tabung Vol larutan Vol larutan Kcl suhu


1 5 0,5 -
2 5 1,0 -
3 5 1,25 -
4 5 1,50 -
5 5 1,75 -
6 5 2,0 50
7 5 2,25 68
8 5 2,50 71
9 5 2,75 77
10 5 3,0 81
VII. Pengolahan Data dan Perhitungan

7.1 Kesetimbangan Besi (II) Tiosianat

 Tabung 1
n FeCl3 = M x V
= 0,2 x 0,1
= 0,02 M
n KSCN = M x V
= 0,002 x 10
= 0,02 M
0,02 𝑥 0,02
[FeSCN2+] =
10,1

= 3,96 x 10−5
Fe³+ + SCN → Fe(SCN)
Mengalami perubahan dari warna kuning bening menjadi jingga.
 Tabung 2
n FeCl3 = M x V
= 0,2 x 0,1
= 0,02 M
n KSCN = M x V
= 0,002 x 10
= 0,02 M
0,02 𝑥 0,02
[FeSCN2+] = 10,1

= 3,96 x 10−5

Fe³+ + SCN → Fe(SCN)

Pada percobaan di tabung 2, larutan KSCN 0,002 M + 1 tetes KSCN. Terjadi perubahan
warna dari kuning bening menjadi jingga. Pada percobaan ini tidak terjadi pergeseran
signifikan karena penambahan KSCN yang tidak banyak. Sehingga perubahan warna
tidak signifikan
 Tabung 3

Fe³+ + SCN → Fe(SCN)


Terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah, terjadi pergeseran ke arah produk
atas penambahan 3 tetes n FeCl3 0,2 M. Sehingga, terjadi perubahan warna menjadi
merah.
 Tabung 4
FeSCN2+ + Na2HPO4 → Fe PO4 + HSCN+ 2Na+
Terjadi perubahan warna dari merah menjadi tidak berwarna (bening). Hal ini disebabkan
Na2HPO4 mengikat ion Fe3+ sehingga menambah komponen pereaksi dan reaksi bergeser
ke arah kiri.
 Tabung 5
NH4 OH → NH4+ + OH-

Pada percobaan tabung 5 ini, ditambahkan 3 tetes amoniak. Sehingga terjadi perubahan
warna menjadi kuning bening dan mengalami endapan.

7.2 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

 Tabung 1
Fe³+ + SCN → Fe(SCN)
5 mL KSCN 0,02 + 5 mL FeCl3 0,2 M
n KSCN = 0,02 M x 5 mL = 0,1 mol
n FeCl3 = 0,2 M x 5 mL = 1 mmol
 Tabung 2
V1.M1 = V2.M2
10 mL x 0,2 M = 25 mL x M2
10 𝑚𝐿 𝑥 0,2 𝑀
M2 = 25 𝑚𝐿

M2 = 0,08 M
[Fe3+] = 0,08 M
 Tabung 3
V1.M1 = V2.M2
5 mL x 0,08 M = 25 mL x M2
5 𝑚𝐿 𝑥 0,08 𝑀
M2 = 25 𝑚𝐿

M2 = 0,016 M
[Fe3+] = 0,016 M
 Tabung 4
V1.M1 = V2.M2
5 mL x 0,016 M = 25 mL x M2
5𝑚𝐿 𝑥 0,016 𝑀
M2 = 25 𝑚𝐿

M2 = 0,0032 M
[Fe3+] = 0,0032 M
 Tabung 5
V1.M1 = V2.M2
5 mL x 0,0032 M = 25 mL x M2
5 𝑚𝐿 𝑥 0,0032𝑀
M2 =
25 𝑚𝐿

M2 = 0,00064 M
[Fe3+] = 0,00064 M

7.3 Penentuan Ksp PbCl2

 Percobaan 1
n KCl = M . V
= 0,5. 0,5 ml
= 0,25 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol

0,375
[Pb(NO3)2 ] = 5,5
= 0,06

0,25
[KCl] = 5,5
= 0,04

Ksp PbCl2 = o,o6 . 0.04 ²

= 0,000096

3 0,000096
S =√ 4

= 0,028
 Percobaan 2
n KCl = M . V
= 0,5. 1,0 ml
= 0,5 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 6
= 0,0625 M
0,5
[KCl] = 6
= 0,083 M

Ksp PbCl2 = o,o625 . 0.083 ²


= 0,00043
3 0,00043
S =√ 4

= 0,004
 Percobaan 3
n KCl = M . V
= 0,5. 1,25 ml
= 0,625 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 6,25
= 0,06M
0,625
[KCl] = 6,25
= 0,1 M

Ksp PbCl2 = o,o6 . 0.1 ²


= 0,0006
3 0,0006
S =√ 4

= 0,053
 Percobaan 4
n KCl = M . V
= 0,5. 1,5ml
= 0,75 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = = 0,05 M
6,5
0,75
[KCl] = 6,5
= 0,11 M

Ksp PbCl2 = o,o5 . 0.11 ²


= 0,000605
3 0,000605
S =√ 4

= 0,053
 Percobaan 5
n KCl = M . V
= 0,5. 1,75 ml
= 0,875 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 6,75
= 0,05 M
0,875
[KCl] = 6
= 0,12 M

Ksp PbCl2 = o,o5 . 0.12 ²


= 0,00072
3 0,00072
S =√
4

= 0,056
 Percobaan 6
n KCl = M . V
= 0,5. 2 ml
= 1 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = = 0,053 M
7
1
[KCl] = = 0,14 M
7

Ksp PbCl2 = o,o53 . 0.14 ²


= 0,00103
3 0,0103
S =√ 4

= 0,063
 Percobaan 7
n KCl = M . V
= 0,5. 2,25 ml
= 1,125 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 7,25
= 0,051 M
1,125
[KCl] = 7,25
= 0,15 M

Ksp PbCl2 = o,o51 . 0.15 ²


= 0,00114
3 0,00114
S =√ 4

= 0,065
 Percobaan 8
n KCl = M . V
= 0,5. 2,5ml
= 1,25 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 7,5
= 0,05 M
1,25
[KCl] = 7,5
= 0,16 M

Ksp PbCl2 = o,05 . 0.16 ²


= 0,00128
3 0,00128
S =√ 4

= 0,068
 Percobaan 9
n KCl = M . V
= 0,5. 2,75 ml
= 1,375 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 7,75
= 0,048 M
1,375
[KCl] = = 0,17 M
7,75

Ksp PbCl2 = o,o48 . 0.17 ²


= 0,00138
3 0,00138
S =√ 4

= 0,07
 Percobaan 10
n KCl = M . V
= 0,5. 3 ml
= 1,5 mmol

n Pb(NO3)2 = M . V
= 0,075 M . 5 ml
= 0,375 mmol
0,375
[Pb(NO3)2 ] = 8
= 0,046 M
1,5
[KCl] = 8
= 0,18 M
Ksp PbCl2 = o,o46 . 0.18 ²
= 0,00149
3 0,00149
S =√ 4

= 0,071
Tabel kelarutan dan Ksp
Tabung Ksp S
1 0,000096 0,028
2 0,0043 0,040
3 0,006 0,053
4 0,00605 0,053
5 0,0072 0,056
6 0,00103 0,063
7 0,0014 0,065
8 0,00128 0,068
9 0,00138 0,070
10 0,00149 0,071

Ksp vs Suhu(K)
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
320 325 330 335 340 345 350 355 360

Kelarutan(s) vs Suhu (K)


0.072
0.07
0.068
0.066
0.064
0.062
320 330 340 350 360
VIII. Pembahasan

Pada percobaan 1, KSCN 0,002 M memiliki warna bening. Setelah ditetesi Fe3+ 0,2 M berubah
menjadi kuning . hal tersebut terjadi karena adanya pergeseran yang tidak signifikan sehingga hanya
menghasilkan perubahan yang sedikit Pada tabung 2, setelah ditetesi KSCN 1 tetes terjadi perubahan yang
sama seperti pada tabung 1 karena konsentrasi yang ditambahkan hanya sedikit sehingga perubahannya
tidak signifikan. Tetapi masih menglami perubahan warna sehingga sesuai dengan azas Le Chatelier, jika
salah satu zat konsentrasinya diperbesar, reaksi akan bergeser ke arah yang berlawanan. Jika salah satu zat
konsentrasinya diperkecil, reaksi akan bergeser kearah zat tersebut.

Pada tabung 3, setelah ditetesi Fe3+ 0,2 M menunjukkan perubahan warna yang semakin pekat. Hal
ini juga disebabkan oleh penambahan konsentrasi pereaksi sehingga kesetimbangan bergeser ke arah kanan
(berlawanan arah). Pada tabung 4, setelah ditambahkan Na2HPO4 terjadi perubahan warna menjadi bening.
Hal ini disebabkan ion HPO42- berikatan dengan Fe3+ . Ion Fe(SCN)2+ akan terurai membentuk ion Fe3+ dan
SCN– atau kesetimbangan bergeser ke arah ion Fe3+ dan SCN–. Pada tabung 5, setelah ditetesi amoniak 0,5
M menunjukkan perubahan warna menjadi kuning bening. Hal ini menunjukkan jumlah ion dan konsentrasi
FeSCN2+ semakin berkurang.

Percobaan kedua mempelajari tentang kesetimbangan besi (III) – tiosianat yang direaksikan dengan
larutan Fe3+ dengan berbagai konsentrasi. Pada percobaan ini perubahan warna yang terjadi berbeda-beda
pada setiap larutan setelah dilakukan pengenceran atau penambahan volume. Tabung pertama dijadikan
sebagai standar yang berisi campuran antara KSCN dan Fe3+. Sedangkan pada tabung 2, 3, 4 dan 5
ditambahkan Fe3+ yang telah diencerkan.

Tabung pertama yang telah ditambahkan Fe3+ 0,2 M menunjukkan warna merah kehitaman. Tabung
kedua yang ditambahkan Fe3+ 0,08M menunjukkan warna merah kehitaman. Tabung ketiga yang
ditambahkan Fe3+ 0,016 menunjukkan warna merah pekat. Tabung keempat yang ditambahkan Fe3+ 0,0032
M menunjukkan warna merah bening. Tabung kelima yang ditambahkan Fe3+ 0,00064 M menunjukkan
warna kuning bening. Hal tersebut memperlihatkan jika konsentrasi diperbesar maka sistem akan
mengurangi komponen tersebut. Bila ke dalam suatu sistem kesetimbangan, konsentrasi salah satu
komponennya ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan konsentrasi dan bila
salah satu komponen dikurangi maka kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu. Selain itu,
volume juga sangat berpengaruh pada kesetimbangan. Pengenceran pada larutan menyebabkan volum
menjadi besar.
Percobaan ketiga menggunakan prinsip hasil kali kelarutan (Ksp). Dasar teori dari percobaan ini
menyatakan bahwa hasil kali konsentrasi ion-ion pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan,
dengan konsentrasi ion dipangkatkan dengan jumlah masing-masing ion yang bersangkutan. Penambahan
larutan KCl terhadap larutan Pb(NO3)2 dengan volume larutan KCl yang berbeda-beda dapat menyebabkan
pengendapan saat larutan telah jenuh, yaitu saat kemampuan pelarut telah mencapai titik maksimum untuk
melarutkan atau mengionkan zat terlarut, sehingga kelebihan sedikit zat terlarut akan menyebabkan
terjadinya endapan. Pengendapan ini dipengaruhi oleh konsentrasi zat-zat terlarut dalam larutan. Semakin
besar konsentrasi ion Cl-, maka larutan akan mengendap lebih cepat daripada larutan dengan konsentrasi
ion Cl- yang lebih rendah. Reaksi yang terjadi adalah :

IX. Kesimpulan

Dalam sistem kesetimbangan, jika konsentrasi salah satu komponennya ditambah maka
kesetimbangan akan bergeser dari arah penambahan itu, dan bila salah satu komponennya dikurangi maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu. Bila pada sistem kesetimbangan volume diperkecil,
maka kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien yang kecil. Bila pada sistem kesetimbangan volume
diperbesar, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah koefisien yang besar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
kesetimbangan dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi dan volume larutan dan hal tersebut dapat dilihat dari
perubahan warna dan kepekatan larutan.

X. Daftar Pustaka

Sukardjo,Dr,Prof. Kimia Fisika. Jakarta: Angkasa.

Daniel,(1990). Kimia fisik.

Liprot, G.F,(1985), Modern phsycal chemistry, Denmark: Bell&Hyman Limited.

Day, RA dan Underwood A.L, Kimia Analitik, Erlangga.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai