Anda di halaman 1dari 5

■ Akar Masalah Ketidakadilan

■ Berbagai ketidakadilan yang menyengsarakan dan memiskinkan mayoritas bangsa kita lebih


banyak disebabkan atas sistem dan struktur sosial, politik, ekonomi dan budaya  yang
diciptakan oleh penguasa. Sistem sosial, politik dan ekonomi yang dibangun oleh penguasa
dan pengusaha seringmenciptakan ketergantungan rakyat kecil. Di samping itu
pembangunan ekonomi, sosial, politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang
luas bagi ”orang-orang kecil”, tetapi justru mempersempit ruang gerak mereka untuk
mengungkapkan jati dirinya secara penuh. Orang-orang kecil tetap saja menjadi orang yang
tersisih dan menderita. Keadaan ini tidaklah adil.
■ Ada berbagai bentuk ketidakadilan, misalnya sikap dismriminatif dan tidak
berperikemanusiaan terhadap kaum perempuan, pendatang/imigran. Penganiayaan karena
asal-usul etnis ataupun atas dasar kesukuan yang kadang-kadang berakibat pembunuhan
masal. Penganiayaan terhaadap orang-orang yang memiliki kepercayaan tertentu oleh partai-
partai penguasa karena ingin mempertahankan kepercayaan yang mereka anut. Perlakuan
semena-mena terhadap orang-orang dari aliran politik tertentu masih sering terjadi. Nasib
orang-orang jompo, yatim piatu, orang sakit dan cacat sering tidak diperhatikan. Orang-orang
ini tentu saja sangat menderita karena tidak mampu berbuat apa-apa.
Konsep Keadilan pada zaman
Nabi Amos ( Amos 5:7-13)
■ Keserakahan rupanya senantiasa terjadi sepanjang hidup manusia. Dalam Kitab suci
diceritakan tentang orang-orang serakah, yang mendatangkan kemelaratan bagi
orang lain.
■       Dalam Kitab Suci (Am 1-6) diceritakan bagaimana nabi Amos tampil dipanggung
sejarah Israel pada saat bangsa Israel mencapai puncak kemakmurannya sekitar
tahun 750 SM. Sebagai seorang nabi, ia diutus untuk mengingatkan bangsa Israel
akan kelakuan mereka yang tidak berkenan di hati Allah dan mengingatkan mereka
untuk bertobat. Mereka harus membenci yang jahat dan mencintai yang baik serta
menegakkan keadilan. (lih. Am. 5:15)
■ Situasi masyarakat atau bangsa Israel pada waktu nabi Amos tampil adalah sebagai
berikut:
■ Kekayaan dikuasai oleh sekelompok kecil orang yang merusak hidup mereka sendiri.
■ Orang-orang berkuasa dan kaya menipu dan memeras orang-orang kecil.
■ Upacara keagamaan yang meriah hanya merupakan kedok unutk menutupi
kejahatan. Dengan kata lain, ibadat bangsa Israel penuh dengan kepalsuan sehingga
PERJANJIAN BARU DENGAN ALLAH MESTI MEMPERBARUI JUGA KEADILAN ANTAR MANUSIA.
KHOTBAH DI BUKIT MENUNTUT, AGAR JEMAAT KRISTUS MENJALANKAN KEADILAN YANG
MELEBIHI KEADILAN PARA AHLI TAURAT.
MENGATASI PRINSIP “MATA GANTI MATA, GIGI GANTI GIGI”:
“KEPADA ORANG YANG HENDAK MENGADUKAN ENGKAU KARENA MENGINGINI BAJUMU,
SERAHKANLAH JUGA JUBAHMU” (MAT 5:40). DENGAN MELAWAN DAN MEMBALAS,
KEJAHATAN TAK PERNAH AKAN DIATASI. GUNA MEMBANGUN KEADILAN, DI TENGAH-
TENGAH KECURIGAAN DAN KECURANGAN PERLU AWAL BARU: “SEGALA SESUATU YANG
KAMU KEHENDAKI SUPAYA ORANG PERBUAT KEPADAMU, PERBUATLAHDEMIKIAN TERLEBIH
DAHULU KEPADA MEREKA, ITULAH ISI SELURUH HUKUM TAURAT DAN KITAB PARA NABI”
(MAT 7:12). MENURUT YESUS, “SELURUH HUKUM TAURAT DAN KITAB PARA NABI”
TERGANTUNG PADA DUA HUKUM KASIH YANG OLEH YESUS DIPERSATUKAN: KASIH YANG
MENGERJAKAN KEADILAN PADA SESAMA DAN KASIH SETIA PADA ALLAH YANG DEMI
KESETIAAN-NYA MEMBENARKAN MANUSIA (MRK 12:29-31).
Pandangan Gereja katolik terhadap keadilan

■ Secara ringkas, ide keterlibatan Gereja pada masalah keadilan dan perdamaian
diembuskan sejak Konsili Vatikan II (1962-1965). Para uskup yang bersidang saat
itu sepakat membahas pembaruan Gereja. Salah satunya dengan membicarakan
isu-isu dari dunia modern.
■ Dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, misalnya, Gereja terdorong menjawab
persoalan dunia dengan mendirikan lembaga universal Gereja yang misinya
mendorong promosi keadilan untuk orang-orang miskin dan cinta Kristus untuk
mereka. Intinya, Gereja tidak bisa menutup mata terhadap masalah kemiskinan
dan ketidakadilan di dunia.
■ Kitab Hukum Kanonik juga menegaskan bahwa Gereja juga terikat kewajiban
untuk memajukan keadilan sosial dan juga mengingat perintah Tuhan, untuk
membantu orang-orang miskin dan tertindas. Artinya, Gereja dipanggil untuk
tidak asyik sendiri dalam mengejar kesalehan pribadi.
St. Thomas Aquinas: “Dengan keadilan-Nya sebab dengan
Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas)
dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh
keadilan Tuhan…”
Anda sendiri: “[sengsara Kristus] bukti keadilan yang
sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang
harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia
dari belenggu dosa. ”

Anda mungkin juga menyukai