■ Secara ringkas, ide keterlibatan Gereja pada masalah keadilan dan perdamaian
diembuskan sejak Konsili Vatikan II (1962-1965). Para uskup yang bersidang saat
itu sepakat membahas pembaruan Gereja. Salah satunya dengan membicarakan
isu-isu dari dunia modern.
■ Dalam Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, misalnya, Gereja terdorong menjawab
persoalan dunia dengan mendirikan lembaga universal Gereja yang misinya
mendorong promosi keadilan untuk orang-orang miskin dan cinta Kristus untuk
mereka. Intinya, Gereja tidak bisa menutup mata terhadap masalah kemiskinan
dan ketidakadilan di dunia.
■ Kitab Hukum Kanonik juga menegaskan bahwa Gereja juga terikat kewajiban
untuk memajukan keadilan sosial dan juga mengingat perintah Tuhan, untuk
membantu orang-orang miskin dan tertindas. Artinya, Gereja dipanggil untuk
tidak asyik sendiri dalam mengejar kesalehan pribadi.
St. Thomas Aquinas: “Dengan keadilan-Nya sebab dengan
Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas)
dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh
keadilan Tuhan…”
Anda sendiri: “[sengsara Kristus] bukti keadilan yang
sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang
harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia
dari belenggu dosa. ”