Anda di halaman 1dari 8

Nama Kelompok 4

Marselinus N. Seran
Yuvensius Aituru
Heribertus Meak
Alfredo Simaremare
Yohanes A.F. Nuwa

HUMAN TRAFFICKING, SEX TOURISME, FORCED LABOUR


Latar Belakang
Kasus perdagangan manusia, wisata seks dan paksa merupakan kejahatan serius yang
merugikan banyak orang. Hal ini harus menjadi fokus perhatian semua pihak seperti
pemerintah, Lembaga keagamaan dan Lembaga internasional. Gereja yang melihat
permasalahan ini pun turut mengambil sikap dengan seruan-seruannya.
1) 07-12-1985 GAUDIUM ET SPES art. 27
Perbudakan, pelacuran, perdagangan wanita dan anak-anak muda begitu pula kondisi-kondisi
kerja yang memalukan, semua itu dan hal-hal lain yang serupa adalah perbuatan yang keji.

2) 29-06-1995 SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA


KAUM PEREMPUAN, ART. 5

kita tak dapat, demi kehormatan pribadi manusia, tidak mengutuk budaya hedonistik dan
komersial yang tersebar luas yang mendukung eksploitasi sistematik seksualitas dan merusak,
bahkan gadis-gadis muda, untuk membiarkan tubuhnya dipakai untuk mendapat laba.

3) 15-08-1997 KATEKISMUS GEREJA KATOLIK ART. 2414 &


2297

Adalah dosa melawan martabat manusia dan hak asasinya, dengan segala kekerasan
memperlakukan mereka bagaikan barang keperluan sehari-hari atau menjadikan mereka
sumber keuntungan. (Segala bentuk penculikan dan penyanderaan, terorisme serta siksaan)

4) 21-12-2001 INTERVENSI DELEGASI TAKHTA SUCI PADA


KONFERENSI II “COMMERCIAL EXPLOITATION OF
CHILDREN”

Dalam pandangan Takhta Suci tak dapat ada toleransi terhadap eksploitasi komersial anak,
baik atas nama ekspresi bebas atau pilihan bebas. Anak-anak tak pernah
menyetujui mitra seks, mereka selalu adalah korban. Konvensi hak-hak anak
menggarisbawahi fakta: kepentingan terbaik anak selalu adalah kunci. Kita harus jeli
terhadap usaha untuk menisbikan kejahatan yang dilakukan ini perpaduan dari kemiskinan
dan relasi keluarga yang lemah sering menjelaskan, mengapa anak terlibat dalam “wisata
seks” atau menjadi korban perdagangan manusia. strategi utama untuk memerangi
penyalahgunaan seks komersial anak ialah memperkuat keluarga.
Anakmu bukanlah anakmu, mereka adalah anak kehidupan yang merindukan kehidupannya
sendiri; mereka datang melaluimu tetapi bukan darimu, dan meskipun mereka bersamamu,
namun mereka bukan milikmu.”

5) 15-05-2002 SURAT PAUS YOHANES PAULUS II KEPADA


USKUP AGUNG JEAN-LOUIS TAURAN PADA KESEMPATAN
KONFERENSI INTERNASIONAL TENTANG
DIMENSI HAK-HAK
ASASI MANUSIA DALAM PERDAGANGAN MANUSIA

Peningkatan perdagangan manusia yang mengkhawatirkan merupakan satu dari masalah


politik, sosial dan ekonomi yang menghimpit berkaitan dengan proses globalisasi; ini
merupakan ancaman serius bagi keamanan setiap bangsa dan masalah keadilan
internasional yang tak dapat ditunda.

Perlu diperhatikan sebab-sebab yang lebih mendalam meningkatnya “permintaan” yang


memacu pasar perbudakan manusia dan memikul biaya manusiawi yang timbul dari padanya.
Pendekatan sehat terhadap masalah terkait juga akan mengakibatkan
pemeriksaan gaya hidup dan model perilaku, terutama sehubungan dengan citra perempuan,
yang menghasilkan apa yang menjadi industri aktual dari eksploitasi seksual di Negara maju.

6) 20-05-2003 INTERVENSI DELEGASI TAKHTA SUCI PADA


FORUM EKONOMI KE-11 TENTANG ”PERDAGANGAN
MANUSIA, NAPZA, SENJATA RINGAN”

Dampak perdagangan terlarang atas ekonomi lokal dan global amat berat: modal manusia
dihambur-hamburkan, pasar kerja terimbas, biaya pelayanan kesehatan meningkat, pasar
gelap makin meluas, disinyalir efek negatif atas iklim investasi, praktik korupsi dan
pencucian uang makin tersebar, ketrampilan usaha yang tersedia
lebih diarahkan ke sektor nonproduktif dengan akibat penurunan PDB (Produk Domestik
Bruto) dan pendapatan pajak. Di mana-mana: keuntungan bagi sedikit orang, kerugian bagi
banyak orang.

7) 08-12-2003 PESAN PRAPASKAH 2004 PAUS YOHANES PAULUS II


Paus mengungkapkan keistimewaannya terhadap anak-anak sebagaimana Yesus mengasihi
anak-anak karena kesederhanaan dan kepolosannya. Sebagaimana Yesus yang menyejajarkan
anak-anak sebagai “para saudara yang paling kecil” maka mereka yang lapar dan dahaga,
orang asing, orang telanjang, orang sakit dan orang dalam penjara adalah kaum yang perlu
mendapat perhatian.
8) 8-04-2004 INTERVENSI PENGAMAT TETAP TAKHTA SUCI PADA SIDANG KE
60 KOMISI PBB TENTANG HAM (JENEWA, 15 MARET–23 APRIL 2004),
INTERVENSI MGR. SILVANO MARIA TOMASI, 8 APRIL 2004.
Fenomena mobilitas manusia mencapai puluhan juta ke tempat baru yang tidak terkontrol.
Mobilitas itu terjadi karena pengusiran paksa dan koflik kekerasan akibat penipuan dan
eksploitasi. Maka, mesti mendapat perhatian dan penanganan dari komisi HAM PBB dan
kerja sama semua pihak untuk mengatasi masalah tersebut. Perlu adanya undang-undang
perlindungan bagi hak pekerja migran dan perlindungan bagi anggota keluarganya.
9) 29-06-2004 KOMPENDIUM AJARAN SOSIAL GEREJA ART. 158
158. Pemberitaan atas hak asasi manusia diperhadapkan dengan suatu realitas yang
menyedihkan tentang aneka pelanggaran, peperangan dan pelbagai jenis tindak kekerasan.
Pertama-pertama genosida dan deportasi massal, penyebaran yang nyaris sedunia dari
bentuk-bentuk perbudakan yang semakin baru, seperti perdagangan manusia, tentara anak-
anak, eksploitasi para buruh, perdagangan obat-obatan terlarang, pelacuran. Bahkan hak juga
terjadi pada negara yang berpaham demokrasi. Karena itu, Gereja dipanggil untuk berjuang
dalam menyalurkan perhatian pada sesama.
10) 08-07-2004 BANTUAN BAGI PEREMPUAN KORBAN PERDAGANGAN
PEREMPUAN DI THAILAND
Rekomendasi & Imbauan Mengenai Wisata Seks
Sebagaimana anak-anak dan perempuan adalah kaum lemah maka mereka memerlukan
perhatian. Sebab merekalah korban kekerasan dan eksploitasi. Adapun bantuan kebijakan
untuk mereka ialah
1. Harus ada perlindungan dan pemulihan martabat manusianya
2. Anak-anak tidak boleh didiskriminasi
3. Pejabat Negara harus memberikan prioritas dan kemendesakan untuk membasmi
perdangan manusia dan eksploitasi ekonomis terutama anak-anak dalam wisata seks.
4. Lembaga Negara mampu membuat undang-udang perlindungan anak
5. Keuskupan dan komunitas Katolik dapat membangun struktur-struktur reksa pastoral
yang cocok bagi anak-anak.
11. 26-10-2004 Pertemuan Internasional I Reksa Pastroal Anak Jalanan
Anak-anak jalanan merupakan tantangan serius dan merisaukan pada abad ini bagi gereja,
masyarakat sipil dan politik. Fenomena ini sedang berkembang hamper di seluruh dunia dan
merupakan keadaan darurat sosial yang nyata, selain menjadi situasi sosial.
Rekomendasi/reksa pastoral:
Perlu memberi kesaksian tentang Cahaya Yesus Kristus yang menrangi dan membuka jalan
baru kepada mereka yang merasa diliputi kegelapan. Perlu membangkitkan dalam komunitas
kristiani panggilan untuk pelayanan dan perutusan.
12. 21-06-2005 Pertemuan Internasinal I reksa Pastoral Pembebasan Perempuan Dari
Jalanan
- prostitusi adalah bentuk perbudakan zaman modern
penting mengakaui bahwa eksploitasi seksual, prostitusi dan perdagangan manusia adalah
Tindakan kekerasan terhadap Perempuan dan dengan demikian merupakan pelanggaran berat
HAM. Beberapa kasus Perempuan yang terlibat mengalami kekerasan patologis atau
penyalahgunaan seksual sejak masa kanak-kanak. Yang lainnya karena terjerumus ke dalam
prostitusi untuk mencari nafkah, mencari figure ayah atau relasi dengan pria dan lainnya.
Peran gereja:
Gereja mempunyai tanggung jawab pastoral untuk memajukan martabat pribadi manusia
yang mengalami eksploitasi melalui prostitusi dan untuk memperjuangkan pembebasan
mereka. Gereja harus secara profetif menolak ketidakadilan dan kekerasan terhadap
Perempuan di manapun dan dalam keadaan apapun. Gereja perlu melakukan dan
menawarkan berbagai pelayanan public seperti pusat penampungan sementara (rumah
singgah), shelter (tempat perlindungan), pelatihan dan program Pendidikan bagi perempuan
jalanan.
13. 13-10-2005 Intervensi Tahta Suci Pada Komisi III Sidang Umum ke 60 PBB Tentang
Item 65: Implementasi Hasil Konferensi IV Sedunia Tentang Perempuan Dan Sidang
Khusus Yang Berjudul “Perempuan 2000, Kesetaraan Gender, Pengembangan Dan
Perdamaian Pada Abad ke 21,” Amanat YM. Mgr. Celestino Migliore, 13 Oktober 2005
Di beberapa negara aborsi illegal janin Perempuan dan pembunuhan bayi terus berlangsung.
Seringkali kekerasan terhadap Perempuan timbul dari pandangan terhadap Perempuan, bukan
sebagai pribadi manusia melainkan sebagai obyek untuk dieksploitasi. Semua bentuk
kekerasan terhadap Perempuan selayaknya harus ditolak, dan Tahta Suci, berusaha bekerja
sama dengan mereka yang berkehendak baik dengan memberi prioritas pada kebijakan sosial
untuk membasmi penyebab kekerasan itu.
14. 18-10-2005 Pesan Paus Benediktus XVI Pada Hari Sedunia Ke 92 Migrasi &
Pengungsi “Migrasi: Tanda Zaman’?
Gereja melihat seluruh dunia penderitaan dan kekerasan melalui mata Yesus, yang tergerak
oleh belas kasihan waktu melihat Kumpulan orang mengembara seperti domba tanpa
gembala (bdk. Mat. 9:36). Harapan, pemberanian dan kasih harus mengilhami upaya
manusiawi dan kristiani yang perlu untuk menolong para saudara-saudari ini dalam
penderitaannya.
15. 06-12-2005 INTERVENSI TAKHTA SUCI PADA DEWAN MENTERI OSCE KE-
13, PIDATO YM. MGR. GIOVANNI LAJOLO
Dalam Intervensi takhta suci pada dewan Menteri osce ke 13, pidato Mgr. Giovanni Lajolo
bahwa Gereja menghargai permohonan negara agar memperhatikan kejahatan perdagangan
yang dilarang dan melakukan tindakan-tindakan konkret kemanusiaan.
16. 15-09-2006 SESI KE-61 SIDANG UMUM: DIALOG TINGKAT TINGGI MIGRASI
DAN PERKEMBANGAN INTERNASIONAL. PERNYATAAN YM. MGR.
NICHOLAS DIMARZIO, KEPALA DELEGASI TAKHTA SUCI, New York 15 Sept.
2006
Kebijakan PBB tentang migrasi berdasarkan pada martabat unik manusia. terkait dengan
kaum migrasi yang dipandang sebagai objek sehingga mendapatkan banyak kekerasan,
asusila dan perdagangan. Oleh karena itu Mgr Nicolas Dimarzio dalam menyatakan dalam
sesi ke 61 sidang umum bahwa baik negara pengirim maupun penerima memiliki tanggung
jawab untuk menghormati dan melaksanakan komitmen dari undang-undang HAM. Maka
akar masalah harus diatasi agar orang tidak mencari pekerjaan di luar daerahnya,
perlindungan terhadap migran.
17. 02-03-2007 INTERVENSI TAKHTA SUCI PADA SIDANG KE 51 KOMISI
STATUS PEREMPUAN DARI DE-WAN EKONOMI DAN SOSIAL PBB. AMANAT
YM. MGR. CELESTINO MIGLIORE, 2 Maret 2007
Perlakuan buruk terhadap perempuan adalah realitas lama di banyak tempat. Muncul juga
bentuk-bentuk baru kekerasan dan perbudakan yang diarahkan khusus kepada perempuan.
Perempuan menanggung beban prostitusi anak, eksploitasi seksual, penyalahgunaan,
kekerasan rumah tangga, pekerja anak dan perdagangan manusia dan muncul juga
perdagangan seks internasional yang menjadi industry penting. Perempuan muda begitu
rentan karena status lebih rendah di tempat-tempat tertentu. Aborsi sering dianggap sebagai
sarana pembebas karena beberapa tradisi local bayi dianggap sebagai beban finansial.
Perkawinan disalahgunakan untuk eksploitasi seksual dan perbudakan dengan sebutan
“mempelai pesanan pos” atau “mempelai sementara”. Ini jelas merupakan pelanggaran HAM
karena melanggar hak hidup dan martabat perempuan. Membangkitkan kesadaran merupakan
cara yang sederhana dan efektif untuk memerangi gejala ini ditingkat local.
18) 15-09-2007 PERNYATAAN TENTANG PERDAGANGAN MANUSIA
Ajaran Gereja Katolik dan Perdagangan Manusia: Gereja menolak perdagangan manusia dan
mengbangkan program pelayanan soial untuk melayani dan melindungi korban yang masih
hidup. Pertama, Konsili Vatikan II menegaskan “perbudakan, pelacuran, penjualan
perempuan dan anak dan keadaan kerja yang menjijikan, dimana orang diperlakukan lebih
sebagai alat laba dari pada manusia yang bebas dan bertanggung jawab adalah kejahatan”.
Kedua, Paus Benediktus XVI menyesalkan “perdagangan manusia–terutama perempuan–
yang berkembang di mana kesempatan untuk memperbaiki standar kehidupan atau bahkan
untuk bertahan hidup terbatas”. Ketiga, Paus Yohanes Paulus II dalam surat pada kesempatan
Konferensi Internasional tentang “21st Century Slavery—The Human Rights Dimension to
Trafficking in Human Beings,” menegaskan bahwa perdagangan manusia” merupakan
serangan keji atas martabat manusia dan pelanggaran berat HAM. Khususnya eksploitasi
seksual perempuan dan anak merupakan aspek perdagangan manusia yang secara khusus
menjijikkan dan harus diakui sebagai pelanggaran intrinsik martabat manusia dan hak-hak
asasinya.” Keempat, Para Uskup Katolik Amerika dan Meksiko telah membicarakannya dan
minta Pemerintah AS dan Meksiko untuk bekerja sama menangkap pedagang manusia dan
menghancurkan jaringan perdagangan manusia. kelima, Komisi Migrasi Konferensi Para
Uskup Katolik AS meneguhkan kembali komitmen para Uskup Katolik AS untuk
menghentikan praktik terkutuk ini. “Gereja Katolik AS siap bekerja sama dengan pemerintah
untuk mengakhiri kejahatan ini. Kami tidak bisa berhenti sebelum perdagangan manusia
dibasmi dari bumi ini”
Kenyataan Perdagangan Manusia: Sekitar 700.000 orang diperdagangkan di dunia ini setiap
tahun: lelaki, perempuan, anak-anak. Perdagangan manusia karena beberapa factor yakni,
kemiskinan, tidak memiliki kesempatan, putus asa, pandangan tentang migrasi sebagai jalan
keluar dari kemiskinan, lapangan kerja yang sulit, permintaan di negara maju atas pelayanan
perdagangan seks dan kerja paksa.
Tanggapan terhadap perdagangan manusia: tanggapan yang lambat dari pemerintah terkait
kasus yang terjadi. Tidak ada Pendidikan bagi public. Tidak ada upaya baru yang melibatkan
komunitas public untuk memerangi kasus, undang-undang yang tidak ada implementasinya
dalam bentuk yang efektif untuk melindungi para penyintas. Dana yang kurang dan kurang
dilaksanakan secara agresif.
19. 13-15 Febr. 2008 Forum Wina Tentang Perjuangan Melawan Perdagangan Manusia
Takhta Suci menghargai semua upaya yang dilakukan pada pelbagai tataran untuk memerangi
perdagangan manusia. Perdagangan manusia adalah kejahatan yang sangat mengerikan
terhadap martabat manusia, yang oleh Ajaran Sosial Gereja dipandang sebagai dasar hak
asasi manusia. Takhta Suci mendukung segala macam prakarsa yang baik untuk membasmi
gejala amoral dan kriminal ini maupun untuk meningkatkan kesejahteraan korban.
Pada tahun 1970 Paus Paulus VI mendirikan Komisi Kepausan (kini disebut Dewan) untuk
reksa pastoral migran dan orang dalam perjalanan, yang juga mengamati soal korban
perdagangan manusia, yang dipandang sebagai budak zaman modern. Kehadiran Gereja
Katolik pada tataran universal dan local, kegiatan Dewan Kepausan tersebut mendukung
konferensi uskup di seluruh dunia melawan perdagangan manusia dengan partisipasi
Perempuan dan pria kalangan religious dan kaum awam, pelbagai perkumpulan dan gerakan
Katolik.
20. 29-10-2008 Intervensi Takhta Suci pada Forum Tentang Migrasi dan
Perkembangan, Manila 27-30 Okt. 2008
Dalam forum ini dibuat perjanjian yang mencakup komitmen untuk melindungi pengungsi,
orang-orang yang kehilangan kewarganegaraan, pekerja migran dan anggota keluargannya,
serta korban penyelundupan dan perdagangan manusia. Hal ini merupakan sebuah ketentuan
multilateral yang bertujuan untuk menjamin hak-hak dan kebebasan asasi para migran dan
merupakan tujuan forum berkaitan dengan perkembangan.
Paus Benediktus dalam pidatonya yang disampaikan kepada PBB 18 April 2008 mengatakan:
“masa depan akan dibangun di atas Hak Asasi Manusia”. Artinya berbicara tentang inti dasar
nilai-nilai, yakni hak tetapi juga tugas dan tanggung jawabnya, termasuk kebutuhan untuk
memajukan martabat manusia dan keadilan.
21. 10-03 2010 INTERVENSI TAKHTA SUCI PADA SIDANG BIASA KE-13 DEWAN
HAM SELAMA DEBAT SOAL KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK PADA
KESEMPATAN PERTEMUAN TAHUNAN HAK ANAK. PERNYATAAN YM. MGR.
SILVANO MARIA TOMASI, 10 MARET 2010.
Penyalahgunaan seksual anak selalu merupakan kejahatan yang keji. Paus Benediktus dengan
tegas menolak kekerasan terhadap anak dan orang muda. Ia telah menambahkan dimensi
religious dengan menunjukkan bahwa kekerasan seksual adala “dosa berat” yang menghina
Allah dan martabat manusia. Anak yang disalahgunakan akan bereaksi dengan menunjukkan
pelbagai macam cara terhadpa kekerasan seksual dan mempunyai kemungkinan lebih tinggi
untuk hamil muda, tuna wisam, resiko ketergantungan napza dan alkohol. Anak seringkali
menjadi stigmatisasi bagi mereka di sepanjang hidupnya.
Klerus Katolik, pekerja religious dan awam di sejumlah negeri dituduh, dan beberapa
dibuktikan melakukan penyelahgunaan seksual anak. Maka, mereka yang didapati bersalah
melakukan kejahatan itu langsung dihentikan melakukan jabatannya dan diperlakukan
menurut norma hukum sipil dan hukum norma. Pencegahan adalah pengobatan terbaik, dan
ini dimulai dengan Pendidikan dan pengembangan budaya hormat terhadap hak asasi
manusia serta martabat manusia setiap anak.
22. 21-06-2010 PERNYATAAN DELEGASI TAKHTA SUCI KEPADA SIDANG
UMUM PBB KE- 64 PADA PERTEMUAN TINGKAT TINGGI TENTANG
KEJAHATAN INTERNASIONAL TERORGANISASI (21 JUNI 2010) AMANAT YM.
MGR. CELESTINO MIGLIORE.
Dewasa ini, jutaan orang menjadi korban perdagangan manusia, yang lebih daripada 70%,
hamper semuanya Perempuan dan gadis, diperdagangkan untuk eksploitasi seksual.
Perdagangan perepuan dan anak untuk eksploitasi seksual seimbang antara pasokan korban
dari negeri pengirim dan permintaan di negeri penerima. Demikian pula perdagangan global
napza terus mempunyai dampak menghancurkan terhadap individu, keluarga dan komunitas
di seluruh dunia. Di bidang produksi, permintaan akan napza ilegal memicu geng yang
terorganisasi, kartel napza dan teroris.
Pendekatan yang berpusat pada manusia terhadap perdagangan napza internasional harus
mengakui bahwa pengguna kegiatan illegal ini harus bertanggung jawab dan juga disediakan
rehabilitasi. Tanggung jawab atas kejahatan hanyalah satu faktor dalam menangani masalah
ini karena rehabilitasi personal, sosial dan spiritual perlu untuk pengguna napza dan
komunitas yang rusak karena memproduksi dan menyelundupkan napza, maka, upaya oleh
pemerintah dan masyarakat sipil untuk memulihkan Kesehatan orang dan komunitas harus
terus didorong karena semua mempunyai tuntutan terhadap perkembangan sosial dan
ekonomis.

Kritik Atas Teks


Dokumen ini berisikan kumpulan peryataan-peryataan dari Paus dan juga beberapa uskup
terhadap situasi kemanusiaan khususnya perdagangan manusia, wisata seks, kaum migran,
dan kerja paksa di abad ke XXI. Karena merupakan kumpulan-kumpulan peryataan maka
tidak begitu sistematis terstruktur seperti dokumen-dokumen Gereja yang lain misalnya
Laborem Exercence, Pastores Dabo Vobis, Familiaris Consortio. Dokumen ini pun tidak
memberikan gambaran secara menyeluruh dan detail seperti kasus anak jalan dan perempuan
yang dipandang sebagai tempat eksploitasi seksual. Munculnya dokumen ini yang berisi
kumpulan pernyataan dari para uskup hendak menyatakan bahwa apa yang diangkat adalah
masalah yang benar-benar terjadi di keuskupan dimana mereka melayani dan harus diperangi.
Seruan ini hendak menyadarkan seluruh Umat Allah untuk terus membawa Cahaya Kristus
sehingga mampu menerangi mereka yang terjebak dan korban “dunia gelap”.

Refleksi Teologis
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Inilah yang membedakan manusia
dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia juga memiliki martabat yang harus dihormati
oleh setiap orang. Kasus yang diangkat dalam dokumen Perdagangan Manusia, Wisata Seks,
Kerja Paksa rupanya semakin meresahkan Bapa Suci dan para uskup. Manusia diperjual
belikan selayaknya barang dan tidak lagi memiliki martabat yang harus dihormati. Mereka
yang diperjul belikan kemudian dijadikan wisata seks dan menjadi pekerja paksa.
Wisata seks dan kerja paksa juga terjadi di Papua. Salah satu fenomena yang marak namun
belum banyak menyadarinya adalah BO (booking online). BO adalah fenomena dimana
perempuan menawarkan jasa “dirinya” untuk melayani kebutuhan seksual pria. Namun BO
berbeda dari PSK yang menjajakan dirinya di tempat lokalisasi. Wanita BO menggunakan
media sosial sebagai alat untuk mendapatkan pelanggan. Fenomena ini terjadi karena factor
ekonomi yang menuntut mereka. Tindakan ini merupakan sesuatu yang sangat bertentangan
dengan kehendak Allah. Tidak menyadari dirinya sebagai citra Allah dan tidak menghormati
tubuh yang adalah Bait Allah merupakan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Allah menghendaki agar semua orang menggunakan kehendak bebasnya untuk kemuliaan
Allah dan keselamatan dirinya.

Anda mungkin juga menyukai