Marselinus N. Seran
Yuvensius Aituru
Heribertus Meak
Alfredo Simaremare
Yohanes A.F. Nuwa
kita tak dapat, demi kehormatan pribadi manusia, tidak mengutuk budaya hedonistik dan
komersial yang tersebar luas yang mendukung eksploitasi sistematik seksualitas dan merusak,
bahkan gadis-gadis muda, untuk membiarkan tubuhnya dipakai untuk mendapat laba.
Adalah dosa melawan martabat manusia dan hak asasinya, dengan segala kekerasan
memperlakukan mereka bagaikan barang keperluan sehari-hari atau menjadikan mereka
sumber keuntungan. (Segala bentuk penculikan dan penyanderaan, terorisme serta siksaan)
Dalam pandangan Takhta Suci tak dapat ada toleransi terhadap eksploitasi komersial anak,
baik atas nama ekspresi bebas atau pilihan bebas. Anak-anak tak pernah
menyetujui mitra seks, mereka selalu adalah korban. Konvensi hak-hak anak
menggarisbawahi fakta: kepentingan terbaik anak selalu adalah kunci. Kita harus jeli
terhadap usaha untuk menisbikan kejahatan yang dilakukan ini perpaduan dari kemiskinan
dan relasi keluarga yang lemah sering menjelaskan, mengapa anak terlibat dalam “wisata
seks” atau menjadi korban perdagangan manusia. strategi utama untuk memerangi
penyalahgunaan seks komersial anak ialah memperkuat keluarga.
Anakmu bukanlah anakmu, mereka adalah anak kehidupan yang merindukan kehidupannya
sendiri; mereka datang melaluimu tetapi bukan darimu, dan meskipun mereka bersamamu,
namun mereka bukan milikmu.”
Dampak perdagangan terlarang atas ekonomi lokal dan global amat berat: modal manusia
dihambur-hamburkan, pasar kerja terimbas, biaya pelayanan kesehatan meningkat, pasar
gelap makin meluas, disinyalir efek negatif atas iklim investasi, praktik korupsi dan
pencucian uang makin tersebar, ketrampilan usaha yang tersedia
lebih diarahkan ke sektor nonproduktif dengan akibat penurunan PDB (Produk Domestik
Bruto) dan pendapatan pajak. Di mana-mana: keuntungan bagi sedikit orang, kerugian bagi
banyak orang.
Refleksi Teologis
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Inilah yang membedakan manusia
dengan ciptaan Allah yang lainnya. Manusia juga memiliki martabat yang harus dihormati
oleh setiap orang. Kasus yang diangkat dalam dokumen Perdagangan Manusia, Wisata Seks,
Kerja Paksa rupanya semakin meresahkan Bapa Suci dan para uskup. Manusia diperjual
belikan selayaknya barang dan tidak lagi memiliki martabat yang harus dihormati. Mereka
yang diperjul belikan kemudian dijadikan wisata seks dan menjadi pekerja paksa.
Wisata seks dan kerja paksa juga terjadi di Papua. Salah satu fenomena yang marak namun
belum banyak menyadarinya adalah BO (booking online). BO adalah fenomena dimana
perempuan menawarkan jasa “dirinya” untuk melayani kebutuhan seksual pria. Namun BO
berbeda dari PSK yang menjajakan dirinya di tempat lokalisasi. Wanita BO menggunakan
media sosial sebagai alat untuk mendapatkan pelanggan. Fenomena ini terjadi karena factor
ekonomi yang menuntut mereka. Tindakan ini merupakan sesuatu yang sangat bertentangan
dengan kehendak Allah. Tidak menyadari dirinya sebagai citra Allah dan tidak menghormati
tubuh yang adalah Bait Allah merupakan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah.
Allah menghendaki agar semua orang menggunakan kehendak bebasnya untuk kemuliaan
Allah dan keselamatan dirinya.