B. Kemiskinan.
Miskin berarti situasi ketidak-berdayaan untuk hidup secara pantas dalam hal
sandang, pangan dan papan. Miskin tampak dari situasi tidak memiliki atau
ketidakpunyaan. Ketidakpunyaan ini bisa saja soal kemampuan ekonomi : tidak memiliki
harta atau uang untuk mencapai hidup standar hidup. Atau ketidakker-berdayaan sebagai
manusia: misalnya pesimistis, apatis, egois, asocial, hopeless.
Penyebab Kemiskinan.
1. Kemiskinan bisa karena struktur yang tidak adil dan menindas. Orang kaya menguasai
struktur untuk menguntungkan diri sendiri, misalnya : orang kaya membuka toko ritel yang
besar, nyaman dan murah sehingga warung kecil langsung mati. Dan mereka diizinkan
beroperasi oleh pemerintah.
2. Atau karena diri sendiri : kemalasan, kebodohan, rendah diri dan takut, dihukum karena
kriminal.
C. Ketidakadilan Sosial.
Adil adalah bahwa tiap orang hidup menurut haknya. Bertindak adil adalah memberikan
orang apa yang menjadi haknya. Hidup secara adil berarti hidup berdasarkan batasan hak.
Adil terhadap Negara, misalnya, rajin dan jujur membayar pajak. Adil terhadap sekolah,
menaati aturan sekolah, termasuk membayar uang sekolah tepat waktu.
Maka bertindak tidak adil berarti mengambil atau merampas atau mengabaikan hak orang
lain atau diri sendiri. Ketidakadilan sosial berarti ada masyarakat yang haknya diabaikan,
dirampas atau diambil. Masalah ini muncul karena struktur yang jelek. Struktur ini bisa
saja menguntungkan orang lain, artinya hak mereka sangat diperhatikan, bahkan yang
bukan menjadi hak mereka pun diberikan.
D. Perusakan Lingkungan.
Ada tiga sifat dasar manusia yang menyebabkan persoalan ini :
1. Arogansi : manusia merasa berkuasa atas alam, dan boleh bertindak sesuka hatinya.
Alam dianggap pelayan yang menyediakan semua kebutuhan manusia. Karena itu manusia
bebas menebang hutan untuk mengambil kayunya, mengeruk gunung untuk mengambil
kapurnya, melubangi bumi untuk mengambil batu mulia.
2. Materialisme : Manusia berusaha makin kaya dan punya harta banyak. Maka alam
dikeruk, hutan digundul untuk dijadikan area perumahan, agar pengembang makin kaya,
sawah ditimbul lalu didirikan hotel atau supermarket, dll.
3. Hedonisme : Apa gunanya emas? Bukankah itu hanya batu yang mengkilat? Emas
adalah prestise, orang punya emas merasa diri sangat istimewa dan tampak kaya. Menjadi
tampak kaya itu asyik dan nikmat. Kenikmatan dan kemudahan hidup itu yang dihendaki
manusia, kendaraan diciptakan untuk memudahkan manusia berpindah tempat. Kita tidak
mau lagi bersusah-susah.
Akibatnya muncul masalah krusial : pemanasan global / Global warning yakni terjebaknya
panas matahari dalam atmosfer. Atmosfer bumi yang sebelumnya adalah senyawa
transparan yang dapat dilewati oleh panas matahari, kini menjadi pekat mirip selimut di
sekitar bumi. Maka panas matahari yang masuk ke bumi sebagian besar tidak bisa keluar
lagi. Selain karena produksi polusi makin meningkat, makhluk yang sebelumnya bertugas
menghirup zat berbahaya (CO2, N2O, CH4, H2O, CFC), kita tebang, tempat hidup mereka
(hutan) dijadikan kota baru atau lahan perkebunan.
E. Perkembangan IPTEK.
Selain berdampak sangat positif pada kemajuan dan keberadaban manusia, IPTEK juga
membawa perubahan sosial yang besar. Masyarakat bisa lebih egoistis dan asocial, nilai
interpersonal memudar, muncul mental instan, sekat wilayah pribadi semakin kecil.
Gaudium et Spes.
Dalam KV. II lahirlah sebuah dokumen penting : Gaudium et Spes (GS: Kegembiraan dan
Harapan). Dalam dokumen ini, jarak antara gereja dan dunia dihilangkan. Duka dan
kecemasan, gembiraan dan harapan dunia menjadi duka dan kecemasan, kegembiraan dan
harapan gereja. Gereja harus masuk dan menyatu dengan dunia untuk membuatnya
bermartabat, itulah yang dilakukan Kristus. Dunia dipandang lebih positif.
Maka GS art. 3 mengatakan, gereja hadir untuk melayani bukan dilayani. Semua umat
berhak atas kabar gembira dari Tuhan. Gereja menolak segala macam perbudakan atau
tindakan yang melecehkan dan merendahkan manusia.
Ajaran Sosial Gereja (ASG) adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban
berbagai anggota masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam
lingkup nasional maupun internasional.
Namun gerakan itu belum maksimal menjadi gerakan seluruh umat, karena :
1. Gereja Indonesia masih berfokus pada ritual peribadatan. Orang yang kaya merasa sudah
cukup bila memberi kolekte lebih banyak, ikut panitia pembangunan gereja, panitia natal dan
paskah, aktif dalam kegiatan katekese.
2. Menghadapi persoalan sosial, gereja masih terbatas pada pengetahuan /
teori. Mengatasinya masih pada level seminar, teori, motivasi. Mendekati orang miskin,
gereja masih sekedar karikatif : memberi sumbangan. Usaha untuk mengubah struktur
masyarakat, atau pendampingan sumber daya manusia belum luas dilakukan.
3. Umat Gereja sering bersembunyi di balik ungkapan dan perasaan “minoritas” sehingga
takut, segan atau tidak mau bergerak.
II. HAK ASASI MANUSIA
Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar manusia sebagai manusia. Hak itu melekat dan
dimiliki atau menyatu dengan martabatnya sebagai manusia. Hak itu telah dimiliki sejak dia
ada (being), sejak dalam kandungan. Hak itu tidak diberikan oleh Negara, orang tua, atau
siapa pun.
Hak yang paling dasar adalah hak untuk hidup dan kebebasan (bebas untuk berkembang
sebagai manusia.)
A. Budaya Kekerasan.
Sejauh ini kita dapat mengindetifikasi beberapa kelompok bentuk kekerasan. Kita lihat saja
di negeri kita
a. Kekerasan Sosial : yang sering terjadi adalah mengucilan, diskriminasi terhadap
sekelompok orang agar tanah atau harta mereka dapat dirampas dengan dalil
“pembangunan.” Ada juga kelompok masyarakat – misalnya yang orang tua/ kakek-nenek
mereka terlibat PKI. Mereka menjadi kelompok marginal, tidak boleh jadi PNS, Guru, Polisi,
dll.
b. Kekerasan Kultural : pelecehan, penghancuran budaya lokal atau minoritas. Atau
stereotip (cap) kultural. Budaya tertentu merasa lebih istimewa dari pada budaya
lain. Dalam pergaulan kita juga sering membully orang karena kulturnya, misalnya karena
logat bicara seseorang yang beda.
c. Kekerasan Etnis : pengusiran etnis atau pembersihan etnis tertentu, entah karena
kekuasan etnis lain, atau karena pembangunan. Misalnya suku anak dalam di Sumatra yang
kiat tergeser karena hutan mereka beralih ke tangan orang lain tanpa persetujuan mereka,
lalu jadi kebun kelapa sawit. Atau suku konflik panjang suku melayu (+Dayak) melawan
suku Madura di Kalbar, yang memuncak tahun 1999 menyebabkan 1189 orang meninggal
dan raturan orang lainnya luka berat dan ringan. 3.833 rumah dibakar, 29.823 suku Madura
terpaksa eksodus dari Kalimantan.
d. Kekerasan Keagamaan : ini terjadi karena fanatisme (mencintai agamanya dgn
berlebihan dan membenci yg lainnya), fundamentalisme (memaksakan ajaran agamanya
kepada semua orang), eksklusivisme (merasa diri paling istimewa, menolak perbedaan).
e. Kekerasan Gender : diskrimininasi dan pengabaian hak-hak perempuan. Laki-laki sangat
berkuasa dan mengatur semuanya. Semua peperangan (laki-laki) yang paling dikorbankan
adalah perempuan terutama yang memiliki anak yang harus diurus. Peperangan yang kini
terjadi di dunia Arab, membuat para perempuan tinggal di kamp pengunsian. Ketika terjadi
konflik di Kongon (Agustus 1998) terdapat ribuan perempuan diperkosa disertai tindakan
kasar dan keji. Mereka diperkosa bukan saja karena nafsu seksual tapi karena kemarahan
dan kebencian. Maka setela diperkosa banyak di antara mereka disiksa, dibunuh, atau
dibuat cacat.
f. Kekerasan politik : selama masa Orde Baru, pemerintah banyak menangkap orang-
orang yang pemikirannya tidak sesuai dengan pemerintah, atau diduga tidak sejalan dengan
pemerintah, mereka ini ditangkap dan dipenjara. Misalnya, sastrawan Pramudia Anantatoer,
Moktar Pakpahan ketua serika buruh era Suharto, dan 200 tahanan lainnya.
g. Kekerasan militer : Kasus yang paling menyesakan dada bagai rakyat adalah peristiwa
Semanggi dan Trisaksi, (1996/1997) di mana polisi dan tentara justru berperang melawan
mahasiswa dan rakyat yang sedang berjuang demi masa depan bangsa. Di beberapa
tempat, seperti Papua, juga sering disebutkan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
aparan TNI. Kita pernah diadili di masyarakat internasional karena kekerasan di perkuburan
Santa Cruz, Tim-tim (12 November 1991), 270 orang meninggal, 250 orang hilang, 382
orang cedera.
h. Kekerasan dan eksploitasi anak-anak : mempekerjakan anak usia sekolah, bukan
karena dorongan sendiri tapi karena dipaksa oleh orang tua. Di jalan banyak ditemukan
anak-anak yang dipakai orang tuanya untuk menjadi pengamen atau pengemis. Tahun
2013 terdapat 4,7 juta pekerja usia anak. Paling banyak di desa 2, 3 juta anak. Untuk
persoalan ini, pemerintah telah mewajibkan anak bersekolah 9 tahun, dan kini menjadi 12
tahun wajib belajar.
i. Kekerasan ekonomi : apakah usaha kecil dan menengah Indonesia mudah untuk
berkembang? Di manakan perhatian lebih pemerintah? LEbih sering selama ini pemerintah
berpihak kepada kaum kaya / pengusaha yang sanggup membayar lebih. Kehidupan rakyat
tidak banyak berkembang dari tahun ke tahun. Data September 2014, jumlah penduduk
miskin Indonesia 27, 73 juta orang.
j. Kekerasan Lingkungan Hidup : pembangunan sering kali tidak adil terhadap alam. Demi
kemajuan pembangunan (atau bisnis) hutan ditebang, lalu dibangun perumahan, kebun
sawit. Tahun 2012, deforesasi Indonesia mencapai 840.000 hektar. Berarti per hari terjadi
kerusakan hutan : 2.333,3 hektar. Namun pemerintah membantah dan mengoreksi, yakni
sebesar 450.000 hektar / per tahun. (1.250 h/ hari). Itu sama dengan membuka jalan baru
Bandung-Jakarta selebar kira-kira 8 meter. Atau membuka 151 lapangan sepak bola baru
(ukuran internasional) per hari.
Akar dari Konflik dan Kekerasan
Menurut “teori Konflik” alasan kekerasan adalah “perbedaan kepentingan” kelompok-
kelompok masyarakat. Struktur menguntungkan kelompok tertentu saja. Kelompok yang
lebih berkuasa atau kaya menguasai bahkan mencaplok kelompok lemah atau miskin.
Menurut teori fungsionalisme struktural, kekerasan dan kerusuhan di tanah air terjadi
karena sejumlah institusi sosial, lembaga hukum, lembaga politik, lembaga agama tidak
berfungsi baik Negara tidak dapat berperan lebih kuat, bahkan cendrung segan terhadap
kelompok tertentu walau sering berbuat anarkis.
Budaya kasih melawan budaya violence
Untuk mencegah atau mengatasi kekerasan ada dua hal ini bisa kita lakukan:
1. Dialog dan komunikasi agar lebih saling memahami.
2. Kerja sama atau membentuk jaringan lintas batas untuk memperjuangkan kepentingan
umum.
Sikap Gereja
Gereja sebenarnya sudah lama berjuang menegakan HAM, bahkan seusia gereja itu sendiri.
Paling jelas akhirnya tertuang dalam Rerum Novarum 1891, ketika dengan tegas gereja
menyerukan pembelaan terhadap kaum buruh, untuk dapat keluar dari situasi miskin dan
ketertindasan mereka. Terhadap perang, gereja menerbitkan ensiklik Pacem in Teris,
untuk menyerukan penghentian semua perang dan perlombaan senjata.
Pesan Kitab Suci (Biblis)
a) Bangsa Israel pernah mengalami penindasan di Mesir. Hak Asasi mereka sangat dibatasi.
Mereka menjadi bangsa terjajah di negeri orang. Allah kemudian mengutus Musa untuk
menyelamatkan umat-Nya, memberikan kembali apa yang menjadi hak mereka, yakni hidup
dan kebebasan serta tanah terjanji. (Keluaran 3).
b) Makna Puasa yang sesungguhnya adalah di Yesaya 58. Puasa baru benar-benar berarti,
ketika kita dapat memberikan kelegaan kepada orang lain, puasa menjadi sangat tidak
berarti ketika kita justru menindas, memfitnah, menekan orang lain.
c) Yesus Kristus tidak pernah membela tindakan para pendosa, tapi dia berpihak pada
penindasan yang dialami oleh mereka yang dicurigai pendosa. Zakeus misalnya, (Lukas 19)
dia mengalami pengucilan dan dicap pendosa oleh masyarakat sekitarnya. Ketika
diselamatkan serta merta dia bersikap sosial, dengan memberikan setengah hartanya untuk
orang miskin. Begitupun seorang perempuan Samaria di Yohanes 4, seorang perempuan
yang malu pada hidupnya, sehingga mencari jam-jam sepi baru datang menimbah air.
Setelah berbincang dengan Yesus, mendadak dia menjadi rasul yang berani kepada
saudara-saudaranya. Begitu juga ketika Yesus menyelamatkan seorang perempuan yang
nyaris saja dilembari batu dalam Yohanes 8. Perempuan dibebaskan dari dosa dan
hukuman yang tidak adil para tua-tua yang menuduh si perempuan telah berzinah.
III. PRO LIFE VS ABORSI
Kita tersentak sedih mendengar terdapat kira-kira 5000 korban jiwa akibat gempa di Nepal.
Separuh dunia tergerak menolong. Lalu bagaimana perasaanmu mengetahui fakta bahwa
terjadi 1 juta – 2, 3 juta per tahun janin yang meninggal akibat dibunuh oleh orang tuanya
sendiri. Itu terjadi di Indonesia yang masih memegang kuat sopan santun, moral sosial dan
agama. Tahun 1990-an Amerika melapor ada kira-kira 2 juta kasus aborsi di negaranya.
Jumlah persis tidak pernah diketahui karena jarang sekali aborsi yang diketahui.
A. Jenis Aborsi:
1. Abortus provocatus (direct abortus) : menolak kelahiran bayi lalu dengan sengaja
mengugurkannya.
2. Aborsi tak langsung (indirect abortion) : suatu tindakan medis darurat perlu dilakukan
agar menyelamatkan si Ibu, misalnya karena menderita tumor ganas dalam rahimnya.
Namun bisa jadi bayi dalam rahimnya ikut terangkat.
3. Abortus spontaneous (tidak sengaja) : bayi dalam kandungan gugur tanpa disadari oleh
ibunya, misalnya jatuh dari tangga, keracunan obat yang dikonsumsi ibunya, tali pusarnya
melilit.
4. Jenis:
Menurut Pelakunya
a. Compulsary Euthanasia : orang lain yang kasihan pada penderitaan seseorang sehingga
memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya dengan cara menghentikan hidupnya.
Pelakukanya mungkin keluarga, dokter, atau masyarakat.
b. Voluntary euthanasia, korban sendiri yang meminta untuk dipercepat kematiannya,
dengan alasan yang sama : sakit yang berkepanjangan, tidak mau membebani keluarga, dll.
Menurut Caranya:
a. Euthanasia Aktif : Mempercepat kematian seseorang secara terencana, atau karena
permintaan si korban sendiri.
b. Euthanasia Pasif : Menghentikan segala macam tindakan medis, atau tidak memulainya
sama sekali, karena pengobatan apapun tidak akan berguna lagi, dan justru hanya
memperpanjang penderitaannya. Atau pemberian obat penangkal rasa sakit, justru
berakibat memperpendek umur seseorang.
5. Moralitas
a. Bunuh Diri : tidak dibenarkan dan dilarang. Namun ada beberapa kasus yang bisa
dimaklumi, yaitu demi perjuangan yang lebih tinggi.
b. Euthnasia : sama seperti kasus pengguguran, tidak dapat dilakukan secara aktif dan
terencana (KUHP pasal 344). Tidak dibenarkan orang lain mengakhiri hidup seseorang,
termasuk karena rasa iba. Konggres Ajaran Iman, 5 Mei 1980, Deklarasi Mengenai
Euthanasia Gereja Katolik, menegaskan hal ini. Euthanasia Aktif tidak dapat dibenarkan
apapun alasannya.
Namun euthanasia pasif, dimana dipandang bahwa segala macam usaha pengobatan tidak
akan berguna lagi, bahkan hanya menambah penderitaan pasien, maka lalu dihentikan atau
bahwa pemberian obat pengurang rasa sakit, justru memperpendek hidup pasien, itu bisa
dimaklumi.
c. Paling ideal adalah menemani si pasien, meringankan penderitaan mental dan rohaninya,
dan menerima semuanya sebagai salib, demi Salib Kristu dan demi kebangkitannya.
V. Narkoba / Napza
Narkoba terdiri dari beberapa golongan berikut:
a. Narotika : menurut UU RI No. 22/ 1997, meliputi zat atau obat yang berasala dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yakni :
- Golongan Opial : heroin, morfin, candu, dll.
- Golongan Kanabis : ganja, hashis, dll.
- Golongan koka : kokain, crack, dll.
b. Psikotropika : menurut UU RI No. 5/ 1997, meliputi zat atau obat alamiah maupun
sintetis-bukan narkoba- : ecstasy, shabu-shabu, obat penenang/ obat tidur, obat anti
deprresi, obat anti psikosis.
c. Bahan /Zat adiktif lainnya
- Inhalansia (aseton, thinner cat, lem, bensin)
- Nikotin (tembakau)
- Kafein (kopi)
- Minuman yang mengandung etanol (etil alcohol) tetapi bukan obat.
Narkoba/ Napza adalah zat psikoaktif yang langsung mempengaruhi otak sehingga
menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, dan kesadaran.
Pada takaran tertentu dapat dipakai untuk tujuan medis (obat bius, obat tidur, penendang,
dll).
A. Tahapan penggunaan
a. User (pemakai coba-coba)
Pada tahap ini pemakai hanya sekali atau sesekali dalam jarak waktu yang lama. Misalnya
merayakan kelulusan atau keberhasilan, pas pesta ulang tahun, tahun baru, dll.
Zat racun belum berdampak bagi kerusakan syaraf. Hubungan dengan dunia luar pun tetap
normal.
b. Abuser (pemakai iseng)
Setelah merasa nikmat pada percobaat pertama (user), pelaku mungkin tertarik mencoba
lagi dalam waktu dekat, karena iseng, merasa nikmat, suka, atau alasan lain.
Pada tahap ini, zat racun sudah mulai menguasai control diri pemakai, sehingga mendorong
pemakai untuk mencoba lagi dan lagi. Kerusakan pada syaraf sudah mulai tampak,
pekerjaan atau belajar menjadi terganggu, demikian pula hubungan dengan dunia luar.
c. Pecandu (pemakai tetap)
Pada tahap ini pemakai sudah kehilangan control diri. Narkoba memaksa pemakai untuk
terus mengkonsumsi. Bila pemakaian dihentikan, narkoba akan menimbulkan gejala fisik
dan psikologis yang menyakitkan, sehingga pemakai wajib menggunakannya lagi. Narkoba
telah berubah menjadi monster menakutkan yang sepenuhnya menguasai pemakai.
Zat racun sudah merusak system syaraf, pemakai tidak dapat mengontrol tingkah lakunya
sehingga merusak hubungan dengan dunia luar.
b. Emosi
- Sangat sensitive – mudah tersinggung dan marah, sedih dan galau.
- Moody – cepat bosan, pemalas.
- Bila marah tidak ragu untuk memukul atau merusak.
- Membangkang dan justru melakakukan yang dilarang.
- Bicara kasar, melanggars sopan santun.
- Paranoid (penakut- curiga pada lingkungan sekitar)
c. Prilaku
- Malas
- Sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
- Sering berbohong dan ingkar janji,
- Tidak peduli pada keluarga.
- Suka mencuri uang, atau menggadaikan barang dalam rumah.
- Takut air sehingga jarang mandi (air membuat tubuhnya justru terasa sakit).
- Suka tempat yang sepih (kamar, toilet, gudang)
C. Tanda-tanda kecanduan.
a. Jenis Opiat : heroin, morfin, putaw
Banyak berkeringat, sering menguap, mata berair, gemetar, hidung berair, tidak selera
makan, gelisah, pupil mata melebar, mual - muntah, tulang atau otot terasa nyeri,
b. Jenis Ganja :
banyak berkeringat, gelisah, gemetar, tidak selera makan, mual atau muntah, diare, insomia
c. Jenis amphetamine (shabu-shabu, ekstasi)
Depresif, ganguan tidur dan mimpi buruk, merasa lelah yg berlebihan, banyak tidur, mimpi
bertambah, gugup, ansietas (kecemasan/ ketakutan yang berlebihan), perasaan curiga.
d. Jenis alcohol
Banyak berkeringat, mudah tersinggung, gelisah, murung, mual atau muntah,
lemah, jantung berdebar-debar, gemetar, halusinasi (mabuk).
Faktor Eksternal
1. Keluarga yang tidak harmonis : orang tua yang terlalu memanjakan atau terlalu keras.
2. Sekolah : tidak disiplin atau sebaliknya terlalu kaku. Anak-anak tidak banyak mendapat
tempat ekspresi diri, hany dijejali pengetahuan sehingga membuat mereka bosan, dan muak
dengan kurikulum.
3. Masyarakat : Masyarakat menjadi tidak terlalu peduli pada orang-orang disekelilingnya.
Masyarakat yang berkembang menjadi hedonis, dan melumrahkan beberapa penurunan
nilai moral. Ada struktur gelap dalam masyarakat yang bekerja menyebarluaskan jaringan
narkoba.
HIV/ AIDS
Di antara lima juta penderita HIV/ AIDS, terdapat tiga juta yang adalah pemakai narkoba.
Sebab 95% pemakain narkoba menggunakan cara suntikan. Jarum suntik yang dipakai
bersama dan tidak steril dapat mempermudah penularan HIV/AIDS. Selain itu para
pengguna narkoba juga akrab dengan pola seks bebas.
HIV : Human Immunodefeciency Virus
AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome.
Penularan
- Hubungan seksual, suntikan atau transfuse darah.
- Dari ibu kepada janinnya.
- Sangat terbuka terjangkit bagi yang sedang menderita sakit kelamin : herpes atau sifilis
atau penyakit kelamin yang menular lainnya.