(Sebuah Kajian Teologis tentang Korupsi dan Panggilan untuk Bebas Korupsi
Menurut Perjanjian lama)
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
1
Paper dipresentasikan pada studium generale Pendidikan Agama Kristen Universitas Kristen Satya
Wacana 2 November 2013.
2
!Herdiansyah Hamzah, “Membongkar Jejak Sejarah Korupsi di Indonesia (Bagian 1),” Media Online
Gagasan Hukum: Artikel, Legal Opinion, 28 Juni 2010,
http://gagasanhukum.wordpress.com/2010/06/28/membongkar-jejak-sejarah-korupsi-di-indonesia-bagian-
i/, [Akses internet: 25 Oktober 2013). !
! 1!
Korupsi di Dalam Dunia Israel Kuno
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
3
Transparency International Deutschland e.V., Corruption in Development Cooperation – a Problem that
Equally Affects Church Organisations (Berlin: Transparency International – Deutschland e.V., 2007), 6.
4
Business Dictionary.com, “Corruption,” http://www.businessdictionary.com/definition/corruption.html,
[Akses internet: Oct 25, 2013).
5
!Lihat Joy Philip Kakkanattu, CMI, “Prophets and the Call for a Corruption Free Society,” Dharmaram
Journals, http://www.dharmaramjournals.in/ArticleDetails.aspx?AID=63, [Akses internet: 25 Oktober
2013.
6
Ibid.
! 2!
menjadi korban ketidakadilan namun juga merupakan korban penyalahgunaan hukum.7
Idealisme ini tentu saja menjadi tercoreng ketika raja atau pimpinan yang diharapkan
untuk menjadi pelindung masyarakat yang lemah menggunakan kekuasaan untuk
melakukan tindakan semena-mena untuk menindas rakyatnya. Contohnya dapat kita lihat
di dalam tindakan Daud yang menggunakan kekuasaannya untuk membunuh Uriah guna
mengambil Batsheba sebagai istrinya (2 Sam 11:1-27). Contoh yang lain adalah cerita
tentang kebun anggur Nabot yang direbut oleh raja Ahab melalui istrinya Isabel yang
berakibat pada pembunuhan Nabot (1 Raja-raja 21).
Di dalam kitab Mikha sendiri, nabi Mikha menggambarkan kejahatan yang
dilakukan oleh para pemimpin Israel yang telah membengkokkan keadilan dan yang
mendirikan Sion dan Yerusalem dengan kelaliman dan darah. Terjadi pula tindakan
penerimaan suap yang dilakukan baik oleh para imam dan nabi-nabi yang tidak benar
yang tentu saja mengingkari tugas dan kewajiban mereka sebagai para pemimpin. Kitab
Yeremia menggambarkan bahwa para orang asing, para janda dan para anak yatim adalah
tiga pihak yang paling rentan terhadap tindakan pengkhianatan terhadap keadilan dan
kebenaran yang dilakukan oleh para pemimpin.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
7
Frank Lothar Hossfeld and Erich Zenger, Psalms 2: A commentary on Psalms 51-100 (Minneapolis:
Fortress Press, 2005), 215.
8
Joy Philip Kakkanattu, CMI, “Prophets and the Call for a Corruption Free Society.”
! 3!
ancaman terhadap kelangsungan kehidupan berbangsa yang dilandaskan oleh
kesepakatan bersama yang berlandaskan kepada unsur keadilan.9 Lebih lanjut Premnath
mengemukakan bahwa yang menjadi perhatian utama para nabi pada abad ke-8 yang
mengkritisi praktek ketidakadilan yang dilakukan oleh kelompok penguasa terhadap
kaum kecil bukanlah semata-mata karena kemajuan ekonomi atau pertumbuhan keuangan
yang terjadi di dalam masyarakat Israel. Hal yang ditentang oleh para nabi terutama
adalah ketimpangan sosial dan ekonomi yang terjadi seiring dengan pertumbuhan
ekonomi yang didasari oleh ketamakan para elit untuk memperluas dan memperbesar
penguasaan mereka terhadap hak kepemilikan tanah (latifundialization) yang dilakukan
baik secara halus maupun paksa.10
Lebih lanjut tindakan penyalahgunaan kekuasaan ekonomi terlihat di dalam upaya
kaum elite untuk terlibat di dalam kemewahan hidup yang tercermin di dalam tindakan
untuk makan dan minum serta berpakaian secara mewah melalui hasil penindasan mereka
terhadap orang miskin dan papah.11 Gaya hidup mewah dan hura-hura yang diusung oleh
para elite ini digambarkan secara gamblang di dalam Amos 6:3-7. Di dalam perikop ini
Amos memaparkan pesta perayaan marzeah12:
6:3 Hai kamu, yang menganggap jauh hari malapetaka, tetapi mendekatkan
pemerintahan kekerasan; 4 yang berbaring di tempat tidur dari gading dan duduk
berjuntai di ranjang; yang memakan anak-anak domba dari kumpulan kambing
domba dan anak-anak lembu dari tengah-tengah kawanan binatang yang tambun;
5 yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud
menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya; 6 yang minum anggur dari bokor, dan
berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya
keturunan Yusuf! 7 Sebab itu sekarang, mereka akan pergi sebagai orang
buangan di kepala barisan, dan berlalulah keriuhan pesta orang-orang yang
duduk berjuntai itu."
Perayaan dan gaya hidup seperti ini mendapat kecaman dari Amos karena segala para
penguasa melakukan pesta ini di atas keringat dan kerja keras dari para petani mereka
yang kian terpuruk akibat tindakan ini. Para pemimpin dengan kata lain adalah para
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
9
Ibid.
10
D. N. Premnath, Eight Century Prophets: A Socio Analysis (St. Louis, Missouri: Chalice Press, 2003),
20-21.
11
Joy Philip Kakkanattu, CMI, “Prophets and the Call for a Corruption Free Society.”
12
D. N. Premnath, Eight Century Prophets: A Socio, 139.
! 4!
perampok yang mencuri dari rakyatnya sendiri yang dilakukan baik dengan cara suap
yang tentu saja bisa terjadi karena sistem pemerintahannya yang juga korup. Hal ini
menghantarkan kita pada bentuk yang terakhir dari tindakan korupsi di dalam masyarakat
Israel kuno.
Di sini ternyata jelas bahwa tindakan ketidakadilan kaum penguasa susah untuk
dihentikan karena mereka telah mendesain hukum sedemikian rupa untuk melegalkan
tindakan ketidakadilan mereka. Lebih lanjut para orang miskin tidak memiliki hak tawar
karena jelas bahwa hukum yang dibuat tidak pernah berpihak kepada mereka.
Sehubungan dengan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan berkenaan
dengan pembelokan hukum ini tergambar jelas di dalam Amos 2:6-7. Di sana
digambarkan bagaimana para penguasa menjual orang benar karena uang dan orang
miskin karena sepasang sepatu. Tindakan ini merujuk kepada penyalahgunaan hukum
yang mengatur tentang hutang dan perbudakan yang terdapat di dalam Imamat 25:39
yang mana hukum ini seyogyanya dibuat untuk melindungi orang miskin yang memiliki
hutang. Kecaman Amos yang lain tentang tindakan kaum penguasa untuk menginjak-
injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara
kemungkinan merujuk kepada upaya untuk memerangkap orang yang tidak bersalah
untuk terlibat di dalam proses hukum melalui pemberian kesaksian yang salah atau
dengan menyuap hukum. Di sini nampak jelas bagaimana mudahnya seorang hakim
! 5!
untuk disuap dan dengan demikian mengkhianati fungsinya sendiri untuk melindungi
orang benar dari kejahatan. Ungkapan bahwa orang orang-orang miskin dijual dengan
sepasang kasut kemungkinan berhubungan dengan cara orang kaya melihat nilai orang
miskin yang tidak ada ubahnya dengan sepasang kasut atau bisa pula merujuk pada
penjualan orang miskin yang berubah nasibnya menjadi budak ketika mereka tidak
sanggup untuk membayar hutang piutang mereka kepada orang kaya.13 Di dalam hukum
yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan para orang kaya, keberadaan orang miskin tidak
berbeda dengan objek atau benda yang dapat diperlakukan seenaknya karena tidak ada
sanksi yang tegas untuk mencegah hal tersebut.
Seruan kenabian demi Terciptanya Masyarakat yang Adil dan Bebas Korupsi
! 6!
Sikap pertobatan ini, menurut para nabi, merupakan syarat utama bagi para elite untuk
untuk memperbaiki hubungan mereka yang telah lama rusak dengan Allah dan
merupakan syarat mutlak bagi mereka untuk berada di dalam hubungan yang benar lagi
dengan Allah.14 Di dalam Yesaya 11:1-9, nabi Yesaya menubuatkan kemunculan
pemimpin yang baru yang ideal dari dinasti Daud. Tanda bahwa seorang pemimpin
adalah adil (mispāt) dan benar (zedāqāh) di hadapan Allah menurut Yesaya adalah ketika
ia mampu berlaku adil dan jujur serta berpihak kepada orang miskin. Istilah (mispāt) dan
(zedāqāh) adalah dua istilah yang dipakai oleh para nabi seperti Amos, Mikha, dan
Yesaya. Kedua istilah ini selalu dipakai secara bersama-sama dan merujuk pada kualitas-
kualiatas yang dicari oleh Tuhan di dalam diri setiap manusia.15 Menurut J. Jeremias
setiap manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan mispāt dan zedāqāh karena
kedua kualitas ini merupakan pemberian dari Tuhan.16 Tanpa pemberlakuan kedua hal ini
maka upaya apapun yang telah atau akan dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan akan berbuah sia-sia karena Tuhan tidak berdiam di dalam ketidakbenaran
dan ketidakadilan. Dan salah satu upaya untuk menciptakan kehidupan yang penuh
keadilan dan kebenaran menurut saya adalah ketika semua pihak yang diberikan
kepercayaan untuk memegang kekuasaan mampu menahan diri mereka untuk tidak
terjerumus di dalam tindakan yang hanya mementingkan diri sendiri termasuk di
dalamnya memanjakan nafsu dan keinginan untuk hidup melampaui apa yang mereka
miliki. Di sinilah sikap jujur, adil, benar, dan bersolidaritas kepada sesama menjadi syarat
mutlatk untuk memberantas korupsi.
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
14
Ibid.
15
R.W. Moberly, “Whose Justice? Which Righteousness? The Interpretation of Isaiah V 16,” Vetus
Testamentum Vol. 51, Fasc. 1 (Jan., 2001), 59.
!
16
J. Jeremias, The Book of Amos (Louisville: Westminster John Knox Press, 1998), 104. !
!
! 7!
kesempatan yang tepat untuk menyerang siapa saja yang memiliki kekuasaan untuk
mengendalikan dan mengatur kehidupan orang lain. Di konteks kekinian kita di
Indonesia, kita melihat bahwa siapapun di antara kita bisa terlibat di dalam berbagai
praktek korupsi karena godaan untuk memperbaiki nasib sendiri begitu kuat. Hal ini
ditambah dengan kondisi di sekitar kita yang semakin mendorong kita untuk berpikir
bahwa melakukan tindakan korupsi adalah merupakan sesuatu yang wajar. Namun di sini
peringatan para nabi yang datang kepada kita untuk setia terhadap jalan hidup yang
mengusung nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta yang bersolider terhadap sesama
kiranya menjadi suatu pegangan yang memampukan kita untuk menghindarkan diri dari
tindakan yang tidak terpuji dan berperikemanusiaan itu. Di samping itu, kitapun dipanggil
untuk berani menyerukan keadilan dan kebenaran ketika berhadapan dengan para
penguasa yang melakukan praktek ini. Tindakan itu kita lakukan sebagai bagian dari
ibadah kita yang sejati!
BIBLIOGRAFI
Hossfeld, Frank Lothar and Erich Zenger. Psalms 2: A commentary on Psalms 51-100
(Minneapolis: Fortress Press, 2005).
Jeremias, J. The Book of Amos (Louisville: Westminster John Knox Press, 1998). !
Premnath, D. N. Eight Century Prophets: A Socio Analysis (St. Louis, Missouri: Chalice
Press, 2003).
! 8!
Transparency International Deutschland e.V. Corruption in Development Cooperation –
a Problem that Equally Affects Church Organisations (Berlin: Transparency
International – Deutschland e.V., 2007).
Kakkanattu, CMI, Joy Phillip. “Prophets and the Call for a Corruption Free Society.”
Dharmaram Journals,
http://www.dharmaramjournals.in/ArticleDetails.aspx?AID=63. [Internet
akses: 25 Oktober 2013].
! 9!