Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dunia kesehatan saat ini semakin menaruh perhatian terhadap radikal bebas. Hal
ini dikarenakan semakin banyak bukti ilmiah yang mengindikasikan bahwa radikal
bebas dapat menyebabkan kerusakan DNA yang dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti diabetes dan kanker. Kerusakan DNA ini juga menyebabkan gangguan sistem
respon imun dan inflamasi jaringan (Desmarchelier et al, 2005).
Radikal bebas merupakan molekul atau atom apa saja yang tidak stabil karena
memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini berbahaya
karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Radikal bebas yang terbentuk dalam
tubuh akan menghasilkan radikal bebas yang baru melalui reaksi berantai yang akhirnya
jumlahnya terus bertambah. Radikal bebas ini menyerang sel-sel tubuh sehingga akan
terjadi kerusakan jaringan (Sibuea, 2004). Tubuh secara terus-menerus membentuk
radikal oksigen dan spesies reaktif lainnya, terutama dihasilkan oleh netrofil, makrofag
dan sistem xantin oksidase (Khlifi et al, 2005). Radikal bebas ini dibentuk melalui
mekanisme metabolisme normal (Desmarchelier et al, 2005).
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,
dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu
bentuk senyawa oksigen reaktif adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di
dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam faktor (Winarsi, 2007). Sadikin
(2001) berpendapat bahwa serangan radikal bebas terhadap molekul sekelilingnya
akan menyebabkan terjadinya reaksi berantai, yang kemudian menghasilkan
senyawa radikal baru. Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas mulai dari
kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif hingga
kanker. Oleh karena itu, tubuh memerlukan substansi penting berupa antioksidan
yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dengan
meredam dampak negatif senyawa radikal bebas tersebut (Karyadi, 1997).
Tubuh memerlukan antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa ini. Vitamin C dan
vitamin E telah digunakan secara luas sebagai antioksidan karena lebih aman dan efek
samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan antioksidan sintetik. Antioksidan
sintetik seperti BHA (butil hidroksi anisol) dan BHT (butil hidroksi toluen) memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan vitamin E (Han et
al., 2004), tetapi antioksidan sintesis ini dapat menimbulkan karsinogenesis (Kikuzaki
et al., 2002). Antioksidan dari tumbuhan dapat menghalangi kerusakan oksidatif melalui
reduksi dengan radikal bebas, membentuk kelat dengan senyawa logam katalitik, dan
menangkap oksigen (Khlifi etal, 2005). Oleh karena itu, diperlukan eksplorasi
antioksidan alami untuk mendapatkan antioksidan dengan tingkat keamanan dan
aktivitas yang tinggi.
Kandungan kimia yang terdapat dalam daun salam adalah minyak atsiri
(0,05%) yang mengandung sitral dan eugenol, tanin, dan flavonoid. Minyak atsiri,
alkaloid dan flavonoid berdasarkan penelitian dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Staphilococcus aureus. Tumbuhan yang mengandung
minyak atsiri, alkaloid, dan flavonoid mungkin bersifat antidiare karena bersifat
antibakteri. Daun salam telah terbukti dalam percobaan bersifat antidiare, menghambat
pertumbuhan bakteri dan mengurangi kontraksi usus. Daun salam apabila diremas-
remas dapat menghasilkan minyak atsiri yang memiliki aroma harum (Winarno, 1996).
Secara empiris daun salam digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan pada
penyakit kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis dan diare. Alasan
pemilihan daun salam karena pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak
etanol daun salam dapat menurunkan kadar glukosa darah, meningkatnya kadar glukosa
dalam darah disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga tidak dapat menghasilkan
insulin, kerusakan pankreas ini dapat disebabkan oleh senyawa radikal bebas yang
merusak sel-sel pada pankreas sehingga tidak dapat berfungsi. Alasan lain, daun salam
(Syzygium polyanthum) merupakan tanaman satu genus dengan daun dewandaru
(Eugenia uniflora dengan sinonim Syzygium uniflora) yang menurut penelitian daun
dewandaru memiliki aktivitas sebagai antioksidan secara in vitro, dengan mekanisme
kerja menangkap radikal bebas (Dalimartha, 2003)..
Staphylococcus aureus dan Escherischia coli adalah bakteri yang menyebabkan
infeksi. Masyarakat umumnya mengobati penyakit infeksi terhadap bakteri dengan
penggunaan antibiotik. Hal ini jika dilakukan secara berlebihan dan kurang terarah
dapat mengakibatkan terjadinya resistensi. Staphilococcus aureus merupakan penyebab
infeksi piogenik pada manusia dan paling sering terjadi. Bakteri ini menyebabkan kasus
sepsis pada luka bedah, pada unit kebinanan menyebabkan abses payudara, mata
lengket, dan lesi-lesi kulit pada bayi. Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi saluran kencing, gastroenteritis, meningitis pada bayi,
peritorinitis, infeksi luka, kolesistitis dan syok bakterimia karena masuknya organisme
ke dalam darah dari uretra (Gibson, 1996).
Berdasarkan penjelasan dan alasan di atas, penelitian uji aktifitas antioksidan
menggunakan minyak daun salam terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherischia coli dilakukan untuk lebih memanfaatkan daun salam yang tumbuhannya
banyak ditemui di sekitar kita. Hal ini dapat mencegah terbuang atau matinya tumbuhan
ini secara sia-sia di lingkungan sekitar. Selain itu, peneliti juga berharap dengan
dilakukannya penelitian ini agar semakin banyak antioksidan yang bisa diproduksi
dengan harga terjangkau. Hal ini dikarenakan tubuh kita sangat membutuhkan
antioksidan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengaruh aktifitas antioksidan dari minyak daun salam terhadap bakteri
E. coli dan Staphylococcus?
2. Bagaimana mekanisme minyak daun salam sebagai antioksidan?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui aktifitas antioksidan dari minyak daun salam terhadap bakteri
E.coli dan Staphylococcus.
2. Untuk mengetahui mekanisme minyak daun salam sebagai antioksidan.
1.4. MANFAAT
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi mengenai aktifitas antioksidan dari
minyak daun salam terhadap bakteri E.coli dan Staphylococcus secara in vitro.
2. Penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat tentang manfaat minyak
daun salam sebagai antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, A. 2003, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3, Puspa Swara, Jakarta.

Desmarchelier, C., Coussio, J., and Ciccia, G. 2005, Antioxidant and Free Radical
Scavenging Effects in Extracts of the Medicinal Herb Achyrocline satureioides
(Lam.) DC. (marcela), Braz J Med Biol Res.

Gibson, J. M., 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern Untuk Perawat, Cetakan pertama,
Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Han, C., et al. 2004, Edible Coatings to Improve Storability and Enhance Nutritional
Value of Fresh and Frozen Strawberries (Fragaria×ananassa) and Raspberries
(Rubusideaus). Postharvest Biology Technology 33.

Karyadi, E., 1997, Antioksidan: Resep Awet Muda dan Umur Panjang From Uji
Aktivitas Antiradikal Dengan Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenol Total
Ekstrak Daun Keladi Tikus (Thyponium divaricatum(Linn) Decne), Pharmacon, Vol.
6, No. 2.

Khlifi, S., Hachimi, Y., Khalil, A., Essafi, N., and Abboyi, A. 2005, In Vitro Antioxidant
Effect of Globularia alypum L. Hydromethanolic Extract, Indian Journal of
Pharmacology, India.

Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., and Taniguci, H., 2002,
Antioxidant Properties of Ferulic Acid and Its Related Compounds, J.
Agric. Food Chem.

Sadikin. 2003, Antioksidan, Radikal Bebas, dan Penuaan, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Sibuea, P. 2004, Antioksidan: Senyawa Ajaib Penangkal Penuaan Dini, Paradnya


Paramita, Jakarta.

Winarno, F. 1996, Uji Peredam Radikal Bebas Terhadap 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil


(DPPH) dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis vinifera L.) Probolinggo
Biru dan Bali, Artocarpus, Bali.

Winarsi, H. 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai