Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN KLINIK

NEUROLOGI

Brain Metastases

Disusun Oleh :

Atikah Lubis

0000 000 3976

Penguji :

dr. Vonny F. Goenawan, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE– RUMAH SAKIT UMUM SILOAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

PERIODE 12 Juni 2017 – 15 JULI 2017

TANGERANG
DAFTAR ISI

I. Identitas Pasien ............................................................................................................... 1


II. Anamnesis ....................................................................................................................... 1
III. Keluhan Utama ................................................................................................................ 1
IV. Riwayat Penyakit Sekarang ............................................................................................. 1
V. Riwayat Penyakit Dahulu ............................................................................................... 2
VI. Riwayat keluarga ............................................................................................................. 2
VII. Riwayat sosial/kebiasaan/pola hidup ............................................................................... 2
VIII. Pemeriksaan Fisik ........................................................................................................... 2
IX. Resume ............................................................................................................................ 8
X. Diagnosis ......................................................................................................................... 8
XI. Diagnosis Kerja ............................................................................................................. 10
XII. Diagnosis Banding......................................................................................................... 10
XIII. Prognosis....................................................................................................................... 10
XIV. Saran Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................ 9
XV. Saran Terapi ................................................................................................................... 13
XVI. Analisa Kasus ............................................................... Error! Bookmark not defined.
XVII. Daftar Pustaka ............................................................................................................... 17

ii
I. Identitas Pasien

Nama : Bpk. GP
Umur : 50 tahun
Tanggal Lahir : 13-03-1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
No. Rekam Medis : RSUS. 007663xx
Alamat : Kp. Mirahad
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Tanggal Masuk RS : 30 Juni 2017, 18.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2017, 19.00 WIB

II. Anamnesis

Autoanamnesis dengan pasien.


Alloanamnesis dengan keluarga.

III. Keluhan Utama

Kelemahan pada anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien bapak GP, laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
muncul pada saat pasien bangun tidur, dan awalnya dirasakan pasien kesulitan
mengangkat barang sampai semakin lama semakin memburuk hingga tidak dapat
digerakan sama sekali sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala yang semakin memburuk sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien juga mengatakan bahwa terdapat beberapa benjolan yang membesar
di daerah leher dan ketiak yang muncul sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.

1
Pasien mulai berbicara pelo 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan pasien sempat
muntah sebanyak 2 kali, seperti menyemprot saat 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien merasa mengalami penurunan berat badan dalam beberapa waktu terakhir.
Riwayat demam, diare, kejang, sesak, tersedak dan trauma di sangkal. Sulit buang air
besar dan buang air kecil disangkal.

V. Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan serupa.


 Pasien tidak memiliki riwayat serangan jantung.
 Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi.
 Pasien tidak memiliki riwayat sakit ginjal.
 Pasien tidak memiliki riwayat keganasan.
 Pasien tidak memiliki riwayat diabetes mellitus.

VI. Riwayat keluarga

 Keluarga pasien memiliki riwayat hipertensi.


 Keluarga pasien tidak memiliki riwayat diabetes mellitus.
 Keluarga pasien tidak memiliki riwayat keganasan.

VII. Riwayat sosial/kebiasaan/pola hidup

 Pasien merokok 1-2 bungkus selama +- 20 tahun


 Pasien tidak rutin meminum minuman beralkohol.
 Pasien jarang berolahraga.

VIII. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum : Sakit sedang


 Kesadaran : E3M5V4

Tanda-tanda vital:
 Tekanan darah : 130/70 mmHg
 Denyut nadi : 132x /min

2
 Laju nafas : 22x /min
 Suhu tubuh : 37 0C

Pemeriksaan General
 Kepala : Lesi kepala (-), nyeri tekan (-), normosefali
 Mata : Konjungtiva anemis -/- , sclera ikterik -/-, pupil 3 mm/3 mm
dinilai, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+
 THT : Dalam batas normal
 Leher : Pembesaran KGB (+) bilateral
 Thorax : Bentuk thorax normal dan trauma (-)
 Paru : I: Tidak ada deformitas, discoloration, luka bekas operasi
Pernafasan simetris saat statis dan dinamis

P: Pengembangan dada simetris kiri dan kanan

P: Terdapat massa pada paru kanan atas ± 5x7x3 cm konsistensi keras,


nyeri tekan (-)

A: bunyi pulmo ronki +/+, wheezing -/-

 Jantung : Bunyi jantung S1/S2 regular, murmur (-) gallop (-)


 Abdomen : Supel, permukaan datar, lesi trauma (-), nyeri tekan (-), Bising usus
5x/min, Timpani seluruh lapang perut.
 Ekstremitas : Hemiparese sinistra, edema (-), akral hangat dan CRT < 2 detik
Massa pada ketiak kiri, ukuran ± 2x2x2 cm konsistensi lunak

Status Neurologis
GCS : E4M6V5= 15

Tanda rangsang meningeal:


 Kaku kuduk :-
 Tanda Laseq : > 70º / > 70º
 Tanda Kerniq : > 1350 / >1350
 Brudzinski I :-
 Brudzinski II :-
3
Saraf Kranial Kanan Kiri
Nervus I Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus II
 Visus >2/60 >2/60
 Lapang pandang Dalam batas normal Dalam batas normal
 Warna Dalam batas normal Dalam batas normal

 Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus III, IV, VI


 Sikap bola mata Ortoforia Ortoforia
 Celah Palpebra Normal Normal
 Pupil Bulat, 3 mm Bulat, 3 mm

 RCL + +

 RCTL + +

 Nistagmus - -
Dalam batas normal Dalam batas normal
 Pergerakan bola mata

Nervus V
 Motorik
Inspeksi Tidak ada atrofi Tidak ada atrofi
Palpasi Normotonus Normotonus
Membuka mulut Dalam batas normal Dalam batas normal
Gerakan rahang Dalam batas normal Dalam batas normal
 Sensorik
Sensibilitas V1 Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensibilitas V2 Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensibilitas V3 Dalam batas normal Dalam batas normal
 Reflex Kornea + +

4
Nervus VII
 Sikap mulut istirahat Dalam batas normal Dalam batas normal
 Angkat alis, kerut dahi, Dalam batas normal Dalam batas normal
tutup mata dengan kuat
 Kembung pipi Dalam batas normal Tidak simetris

 Menyeringai Dalam batas normal Tertinggal

 Rasa kecap 2/3 anterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan

lidah
Nervus VIII
Nervus cochlearis
 Suara gesekan jari/bisik Dalam batas normal Dalam batas normal
 Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

 Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus vestibularis
 Nistagmus - -

 Berdiri dengan satu kaki Dalam batas normal Dalam batas normal

Mata Tertutup Dalam batas normal Dalam batas normal

Mata Terbuka Dalam batas normal Dalam batas normal

 Berdiri dengan dua kaki


Dalam batas normal Dalam batas normal
Mata Tertutup
Dalam batas normal Dalam batas normal
Mata Terbuka
Dalam batas normal Dalam batas normal
 Berjalan tandem
Dalam batas normal Dalam batas normal
 Fukuda Test
Dalam batas normal Dalam batas normal
 Past pointing test

Nervus IX, X
 Arkus faring Simetris Simetris
 Uvula Di tengah Di tengah
 Disfoni - -

 Disfagi - -

 Reflex faring + +

5
Nervus XI
 Sternocleidomastoid Normal Normal
 Trapezius Normal Normal
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
 Deviasi - -
 Atrofi - -
-
 Fasikulasi -
-
 Tremor -
Dalam batas normal Deviasi
 Menjulurkan lidah
Dalam batas normal Dalam batas normal
 Kekuatan lidah

Motorik
 Inspeksi : Eutrofi Eutrofi

Eutrofi Eutrofi

 Fasikulasi : Tidak ditemukan

 Tonus otot : Normotonus Normotonus


Normotonus Normotonus

 Kekuatan Motorik : 5555 3333


5555 4444

 Gerakan Involunter : Tidak ditemukan

6
 Refleks Fisiologis & Patologis

Kanan Kiri Kanan Kiri


Biceps +2 +3 Babinski - +
Triceps +2 +3 Chaddock - -
KPR +2 +3 Oppenheim - -
APR +2 +3 Gordon - -
Hoffman Trommer - -
Schaffer - -
Rossolimo - -
Mendel Becthrew - -

Sensorik
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
 Raba Dalam batas normal hypesthesia
 Nyeri Dalam batas normal hypoalgesia
 Posisi sendi Dalam batas normal Dalam batas normal
 Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
 Getar tidak dilakukan tidak dilakukan
Ekstremitas Bawah
 Raba Dalam batas normal hypesthesia
 Nyeri Dalam batas normal hypoalgesia
 Posisi sendi Dalam batas normal Dalam batas normal
 Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
 Getar tidak dilakukan tidak dilakukan

Koordinasi
Tes Tunjuk-Hidung = Dalam batas normal
Tes Tumit-Lutut = Dalam batas normal
Disdiadokokinesis = Dalam batas normal

7
Otonom
 Miksi = Normal
 Defekasi = Normal
 Sekresi keringat = Normal

Fungsi Luhur
 MMSE : tidak dilakukan

IX. Resume:

Pasien bapak GP, laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
semakin lama semakin memburuk hingga tidak dapat digerakan sama sekali 3 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan nyeri kepala yang semakin memburuk
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga mengatakan terdapat
beberapa benjolan yang membesar di daerah leher dan ketiak sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien mulai berbicara pelo sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan sempat muntah proyektil sebanyak 2 kali 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik general ditemukan pembesaran KGB pada leher dan ketiak
berukuran ± 2x2x2 cm konsistensi lunak, pada paru ditemukan massa pada paru kanan
atas ± 5x7x3 cm konsistensi keras serta ronki dikedua lapang paru.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan parese nervus VII dan XII sinistra,
hemiparese sinistra, hyperreflex sinistra, babinski positif, hypesthesia dan hypoalgesia
pada ekstrimitas kiri.

X. Diagnosis

 Klinis : Hemiparese sinistra, cephalgia, parese nervus VI, VII dan XII sinistra
 Topis : Hemisfer serebri
 Etiologi : Tumor otak sekunder
 Patologis : Space Occupying Lesion, edema serebri

8
XI. Diagnosis Kerja

Hemiparese sinistra ec. Tumor otak sekunder

XII. Diagnosis Banding

 Toxoplasmosis CNS
 Primary brain tumor

XIII. Prognosis

 Ad vitam : Dubia
 Ad functionam : Dubia ad malam
 Ad sanationam : Malam

XIV. Saran Pemeriksaan Penunjang


1. EKG
2. Chest X-ray
3. Hematologi (Darah lengkap, Elektrolit, Gula darah puasa, Serologi, Imunologi)
4. Blood Smear
5. CT scan kontras

9
HASIL:

 ECG (30/06/2017)

Interpretasi:
Sinus rhythm

 Laboratorium darah lengkap (30/6/2017 pukul 17.43)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 6.30 g/dL 13.2-17.3

Hematokrit 20.00 % 35.00-47.00

Erytrocyte 2.71 x 103 / μL 4.40 – 5.90

Leukosit (WBC) 63.96 x 103 / μL 3.60 – 11.00

Platelet 661.000 150.000-440.000

Ureum 27.0 mg/dL 10.00-50.00

Kreatinine 0.60 mg/dl 0.70 – 1.20

Gula Darah Sewaktu 97 mg/dL < 180.0

LED 120 mm/jam <10

Sodium (Na) 132 mmol/L 137 – 145

Potasium (K) 4.9 mmol/L 3.6 – 5.0

Klorida (Cl) 96 mmol/L 98 – 107

10
Pemeriksaan lain yang sudah dilakukan:
 Cek Hematologi (01/7/2017 pukul 11.34)
Blood Smear Morphology
o Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikiolositosis ( sel pensil + , sel
target + , fragmentosit +) tidak ditemukan eritrosit berinti.
o Leukosit: Kesan Jumlah meningkat, didominasi neutrophil segmen. Kesan
morfologi dijumpai granulasi toksik pada sitoplasma PMN dan left shift,
tidak dijumpai blast atau sel-sel muda.
o Trombosit: Kesan Jumlah meningkat, distribusi merata. Kesan Morfologi
normal, tidak dijumpai Giant Thrombocyte.
o Kesimpulan:
- Anemia mikrositik hipokrom suspect defisiensi Fe DD/ anemia
penyakit kronik, dengan kemungkinan Hbpathy belum dapat
disingkirkan.
- Neutrofilia dengan left shift dan trombositosis reaktif suspek infeksi
DD/ sepsis.
o Saran:
- Pemeriksaan SI TIBC, feritin.
- Pemeriksaan elektroforesis Hb bila status besi normal.
- Pemeriksaan procalcitonin dan kultur darah.

 Cek Imunologi/Serologi (1/6/2017 pukul 16.40)


Anti HIV (Rapid) Non Reactive Normal: Non reactive

 Cek Imunologi/Serologi (1/6/2017 pukul 16.40)


Anti Toxoplasma IgG 16.7 Reactive
Non Reactive <1.6
Greyzone 1.6-3.0
Reactive >=3.0

11
 Foto toraks

Kesan:
Perselubungan pada lapangan tengah dan atas paru kanan dengan curiga
konsolidasi pada lapangan bawah paru kanan -> kemungkinan keganasan belum
dapat disingkirkan.
Infiltrat nodular pada suprahiler dan perihiler kiri -> suspek metastasis

12
 CT scan kepala non contrast

Kesan:
- Multipel lesi hipodense dengan hiperdense pada tepinya dengan disertai perifokal edema
pada lobus fronto-parieto-temporal kanan, fronto-parieto-temporal kiri, hemisphere
cerebellum sisi kanan disertai midline shift ke kiri sejauh +/- 0.73 cm DD/ Metastasis
- Deviasi septum nasi ke kiri

Saran: MRI brain contrast

XV. Terapi

o NaCl 0,9% 500 ml / 8 jam


o Dexametasone 4x 5 mg IV
o Omeprazole 2x40 mg IV
o Levofloxacin 700 mg IV
o Ceftriaxone 1x2 mg IV
o Ranitidin 2x50 mg IV

o PRC 380 cc/ 270 cc/ 350 cc


o Oksigen 3-5 LPM dengan kanul

13
XVI. Analisa Kasus – Stroke iskemik

1. Analisa Anamnesis

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan bahwa seorang pasien pria berusia 50 tahun
datang dengan keluhan utama hemiparese sinistra kiri yang progresif selama 2 minggu.
Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang
traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan
jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung oleh
massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya
gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota gerak
atas dan bawah. 1

Dari anamnesis diketahui waktu awitan dari kelemahan tersebut bersifat kronik yaitu 2
minggu, serta berjalan progresif. Dari awitan tersebut dapat menyingkirkan kemungkinan
kerusakan vaskular sebagai etiologi dari kelemahannya. Kelainan struktural lain seperti
infeksi atau abses dapat disingkirkan dengan tidak adanya riwayat demam. Pada pasien ini
tidak ada riwayat trauma pada kepala sehingga kemungkinan adanya perdarahan yang
disebabkan oleh trauma dapat disingkirkan. Sebab diketahui dari keluhan utama tersebut
awitan nya kronik dan progresif, lesi pada otak yang paling mungkin terjadi adalah tumor otak
primer atau sekunder. Selain keluhan utama berupa kelemahan anggota gerak kiri, pasien juga
mengeluhkan sakit kepala yang semakin memberat dari waktu 2 minggu, pasien juga sempat
muntah proyektil sebanyak 2 kali dan pasien juga mengeluhkan berbicara pelo, nemun tidak
diketahui progresifitasnya apakah semakin memburuk atau tidak. Pasien juga menyadari
mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang tidak diketahui. Beberapa keluhan
tambahan tadi semakin memperkuat kemungkinan adanya suatu lesi yang disebabkan oleh
perkembangan suatu tumor. 2 Namun dari anamnesis diatas, belum dapat diketahui apakah
tumor tersebut merupakan tumor primer atau sekunder.

Selain itu, pasien juga menyadari munculnya benjolan-benjolan pada ketiak dan leher
yang mulai membesar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nodus limfa yang
membesar atau limfadenopati merupakan suatu manifestasi atau gejala umum pada beberapa
penyakit seperti infeksi atau keganasan. 3 Namun, pasien tidak memiliki riwayat demam dan
tidak menunjukan adanya suatu infeksi lama. Jadi kemungkinan keganasan masih dapat di
pikirkan, meskipun awitan benjolan tidak diketahui secara pasti.

Namun, pada pasien ini belum dapat diketahui apakah tumor tersebut merupakan tumor
primer atau sekunder. Pada anamnesis ditemukan bahwa pasien tidak pernah mengalami
keluhan-keluhan yang mengarah kepada keganasan sebelumnya seperti batuk lama dan
berdarah, sesak nafas, fraktur tulang dengan trauma minimal, dan BAB berdarah. Namun,
pasien baru menyadari adanya perbesaran kelenjar getah bening saat 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, dimana pasien sadar saat sudah terasa besar sehingga kurang dapat dikaji
apakah terdapat suatu keganasan pada organ lain terlebih dahulu ataupun di otak terlebih
dahulu.

14
2. Analisa Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda tanda vital dalalm batas normal, dimana tidak
terdapat peningkatan suhu tubuh yaitu 370C sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan
infeksi serta abses pada otak. Pada pemeriksaan leher ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening pada leher dan ketiak yang berukuran ± 2x2x2 cm konsistensi lunak, dan pada
pemeriksaan paru ditemukan massa pada paru kanan atas ± 5x7x3 cm konsistensi keras serta
ronki dikedua lapang paru, dimana massa tersebut menunjukan adanya suatu tumor. Pasien
sempat mengeluhkan sering batuk berdahak namun tidak terdapat darah, dan pasien merasa
tidak terlalu terganggu dengan keluhan tersebut. Pasien juga kurang mengetahui sudah berapa
lama batuk yang dialami oleh pasien karena batuk dirasakan hilang-timbul. Ada suatu
kemungkinan tumor primer berasal dari paru dan menyebar ke kelenjar getah bening serta
otak. Namun belum dapat dipastikan karena awitan belum jelas dan tidak dapat dikaji.

Pada pemeriksaan neurologis ditemukan defisit neurologis yaitu hemiparese sinistra,


dengan hipertonus jenis spastik pada ekstremitas kiri yang mendukung adanya lesi UMN.
Kemudian ditemukan parese dari nervus VII sentral dan XII sinistra yang sama dengan sisi
hemiparese pada pasien, dimana dapat dicurigai lesi bisa berasal dari struktur kortikal. 3

Dari beberapa gejala diatas yang berlangsung secara kronik dan progresif, yaitu cephalgia,
hemiparese, parese nervus VII dan XII, menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial
yang kemungkinan merupakan akibat dari edema perifokal yang terjadi di sekitar tumor
intrakranial yang perlahan-lahan semakin bertambah besar. Edema yang terjadi umumnya
termasuk ke dalam tipe edema vasogenik, yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas
vaskuler melalui peran sitokin VEGF (yang juga berperan dalam tumor angiogenesis),
sehingga menyebabkan akumulasi cairan pada rongga ekstraseluler. Edema yang disebabkan
oleh tumor intrakranial ini dapat menganggu homeostasis pada otak dan menurunkan perfusi
jaringan otak. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan neurologis, selain yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan penekanan struktur-struktur jaringan
otak akibat edema. 1

3. Analisa Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan penunjang yaitu CT scan, di dapatkan Multipel lesi hipodense dengan
hiperdense pada tepinya dengan disertai perifokal edema pada lobus fronto-parieto-temporal
kanan, fronto-parieto-temporal kiri, hemisphere cerebellum sisi kanan disertai midline shift ke
kiri sejauh +/- 0.73 cm. adanya multipel lesi pada lobus fronto- parieto-temporal berperan
dalam terjadinya defisit neurologis pada pasien ini. 1

Pada pemeriksaan lab darah,terdapat peningkatan sel darah putih (leukositosis). Sebab
dari leukositosis dapat dibagi menjadi yang disebabkan oleh keganasan dan bukan keganasan
(non-malignancy). Pencetus untuk leukositosis secara akut adalah operasi, olah raga, dan
trauma. Sedangkan pencetus secara kronik selain keganasan adalah kegemukan, obat-obatan
tertentu, dan proses inflamasi kronik. Selain itu, infeksi juga dapat menyebabkan adanya
leukositosis. 4

Pada pemeriksaan xray toraks didapatkan kesan Perselubungan pada lapangan tengah dan
atas paru kanan dengan curiga konsolidasi pada lapangan bawah paru kanan yang
15
menunjukan adanya kemungkinan keganasan serta Infiltrat nodular pada suprahiler dan
perihiler kiri dengan suspek metastasis.

Dari hasil CT scan, terdapat nodul multipel dimana ada beberapa kondisi seperti abses
serebri, tumor primer (glioblastoma dan meningioma) dan tumor sekunder hasil metastasis
dari tempat lain. 50% metastatis pada otak menunjukan gambaran lesi yang multipel,
ditunjukan pula dari hasil rontgen toraks dimana terdapat suatu konsolidasi pada paru yang
memungkinkan keganasan primer dan menjalar ke kelenjar getah bening dan otak. Namun,
pada pemeriksaan darah menujukan adanya leukositosis, dimana kemungkinan infeksi belum
dapat disingkirkan serta lesi multipel pada otak juga masih bisa menunjukan adanya suatu
infeksi seperti toxoplasmosis pada CNS. 5

Untuk memastikan apakah multipel lesi disebabkan oleh toxoplasmosis, dilakukan


pemeriksaan serologi Anti Toxoplasma Ig G yang hasilnya reactive yaitu 16,7. Meskipun
demikian toxoplasmosis pada CNS hanya akan muncul pada pasien dengan sistem kekebalan
tubuh yang rendah. Seperti pada pasien HIV dengan CD 4 yang sangat sedikit. Oleh karena
itu, pasien dilakukan pula pemeriksaan serology anti HIV dan hasilnya adalah non reactive.
Selain itu pasien juga tidak mempunyai faktor resiko HIV, pasien juga tidak mengkonsumsi
obat-obatan untuk mensupresi sistem imun. Jadi bisa jadi peningkatan serum Ig G
Toxoplasma merupakan hasil pembentukan antibodi dari paparan Toxoplasma gondii di masa
lampau. 3

4. Analisa Terapi

Terapi Dexamethasone diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh karena
adanya peningkatan tekanan intrakranial dan edema perifokal di sekitar tumor.
Dexamethasone dapat bekerja dengan mengurangi peran VEGF yang terlibat dalam
pembentukan edema. Pada pasien dengan tumor otak, diberikan dexamethasone sebanyak
4mg dalam waktu 6 jam. Dapat diberikan pula metilprednisolon dengan dosis ekuivalennya.
Pada pasien dengan edema yang luas, diberikan dosis tinggi sebanyak 100mg/hari. Pada
pasien ini juga dapat diberikan cairan untuk mencegah ketidak seimbangan elektrolit karena
intake yang kurang. Dapat diberikan normal saline, bila tidak ada maka ringer laktat dapat
diberikan, namun dextrose tidak boleh diberikan karena konsentrasinya yang hipoosmolar.
Terapi yang dianjurkan pada pasien dengan tumor otak sekunder yang berulang adalah whole
brain radio therapy dengan terlebih dahulu meng-assess keadaan pasien secara umum. Bila
tidak memungkinkan dan/atau pasien/keluarga pasien menolak tindikan, dapat dibantu dengan
anjuran terapi paliatif; terapi suportif dan simtomatik (pemberian cairan, penggunaan NGT
jika terdapat indikasi, pemberian analgetik dan antikonvulsan profilaksis) dan konsultasi
psikiater jika diperlukan.

16
XVII. Daftar Pustaka

1. Klein J. Adams and Victor's Principles of neurology. 1st ed. [S.l.]: [s.n.]; 2014.

2. Greenberg D, Aminoff M, Simon R. Clinical neurology. 1st ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2015.

3. Imran D. Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2017.

4. Rupert L. Evaluation of Patients with Leukocytosis - American Family Physician


[Internet]. Aafp.org. 2017 [cited 30 Juny 2017]. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2015/1201/p1004.html

5. Eichler AF, Loeffler JS. Multidisciplinary management of brain metastases.


Oncologist. 2007;12 (7): 884-98. doi:10.1634/theoncologist.12-7-884 - Pubmed
citation

17

Anda mungkin juga menyukai