NEUROLOGI
Brain Metastases
Disusun Oleh :
Atikah Lubis
Penguji :
TANGERANG
DAFTAR ISI
ii
I. Identitas Pasien
Nama : Bpk. GP
Umur : 50 tahun
Tanggal Lahir : 13-03-1967
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
No. Rekam Medis : RSUS. 007663xx
Alamat : Kp. Mirahad
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Tanggal Masuk RS : 30 Juni 2017, 18.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 1 Juli 2017, 19.00 WIB
II. Anamnesis
Kelemahan pada anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
Pasien bapak GP, laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
muncul pada saat pasien bangun tidur, dan awalnya dirasakan pasien kesulitan
mengangkat barang sampai semakin lama semakin memburuk hingga tidak dapat
digerakan sama sekali sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala yang semakin memburuk sejak 2 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien juga mengatakan bahwa terdapat beberapa benjolan yang membesar
di daerah leher dan ketiak yang muncul sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
1
Pasien mulai berbicara pelo 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dan pasien sempat
muntah sebanyak 2 kali, seperti menyemprot saat 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien merasa mengalami penurunan berat badan dalam beberapa waktu terakhir.
Riwayat demam, diare, kejang, sesak, tersedak dan trauma di sangkal. Sulit buang air
besar dan buang air kecil disangkal.
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Denyut nadi : 132x /min
2
Laju nafas : 22x /min
Suhu tubuh : 37 0C
Pemeriksaan General
Kepala : Lesi kepala (-), nyeri tekan (-), normosefali
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sclera ikterik -/-, pupil 3 mm/3 mm
dinilai, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+
THT : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (+) bilateral
Thorax : Bentuk thorax normal dan trauma (-)
Paru : I: Tidak ada deformitas, discoloration, luka bekas operasi
Pernafasan simetris saat statis dan dinamis
Status Neurologis
GCS : E4M6V5= 15
RCL + +
RCTL + +
Nistagmus - -
Dalam batas normal Dalam batas normal
Pergerakan bola mata
Nervus V
Motorik
Inspeksi Tidak ada atrofi Tidak ada atrofi
Palpasi Normotonus Normotonus
Membuka mulut Dalam batas normal Dalam batas normal
Gerakan rahang Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensorik
Sensibilitas V1 Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensibilitas V2 Dalam batas normal Dalam batas normal
Sensibilitas V3 Dalam batas normal Dalam batas normal
Reflex Kornea + +
4
Nervus VII
Sikap mulut istirahat Dalam batas normal Dalam batas normal
Angkat alis, kerut dahi, Dalam batas normal Dalam batas normal
tutup mata dengan kuat
Kembung pipi Dalam batas normal Tidak simetris
lidah
Nervus VIII
Nervus cochlearis
Suara gesekan jari/bisik Dalam batas normal Dalam batas normal
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus vestibularis
Nistagmus - -
Berdiri dengan satu kaki Dalam batas normal Dalam batas normal
Nervus IX, X
Arkus faring Simetris Simetris
Uvula Di tengah Di tengah
Disfoni - -
Disfagi - -
Reflex faring + +
5
Nervus XI
Sternocleidomastoid Normal Normal
Trapezius Normal Normal
Nervus XII
Sikap lidah dalam mulut
Deviasi - -
Atrofi - -
-
Fasikulasi -
-
Tremor -
Dalam batas normal Deviasi
Menjulurkan lidah
Dalam batas normal Dalam batas normal
Kekuatan lidah
Motorik
Inspeksi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
6
Refleks Fisiologis & Patologis
Sensorik
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Raba Dalam batas normal hypesthesia
Nyeri Dalam batas normal hypoalgesia
Posisi sendi Dalam batas normal Dalam batas normal
Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
Getar tidak dilakukan tidak dilakukan
Ekstremitas Bawah
Raba Dalam batas normal hypesthesia
Nyeri Dalam batas normal hypoalgesia
Posisi sendi Dalam batas normal Dalam batas normal
Suhu tidak dilakukan tidak dilakukan
Getar tidak dilakukan tidak dilakukan
Koordinasi
Tes Tunjuk-Hidung = Dalam batas normal
Tes Tumit-Lutut = Dalam batas normal
Disdiadokokinesis = Dalam batas normal
7
Otonom
Miksi = Normal
Defekasi = Normal
Sekresi keringat = Normal
Fungsi Luhur
MMSE : tidak dilakukan
IX. Resume:
Pasien bapak GP, laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada
anggota gerak kiri perlahan-lahan sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan
semakin lama semakin memburuk hingga tidak dapat digerakan sama sekali 3 jam
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengeluhkan nyeri kepala yang semakin memburuk
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga mengatakan terdapat
beberapa benjolan yang membesar di daerah leher dan ketiak sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Pasien mulai berbicara pelo sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit dan sempat muntah proyektil sebanyak 2 kali 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang tidak diketahui.
Pada pemeriksaan fisik general ditemukan pembesaran KGB pada leher dan ketiak
berukuran ± 2x2x2 cm konsistensi lunak, pada paru ditemukan massa pada paru kanan
atas ± 5x7x3 cm konsistensi keras serta ronki dikedua lapang paru.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan parese nervus VII dan XII sinistra,
hemiparese sinistra, hyperreflex sinistra, babinski positif, hypesthesia dan hypoalgesia
pada ekstrimitas kiri.
X. Diagnosis
Klinis : Hemiparese sinistra, cephalgia, parese nervus VI, VII dan XII sinistra
Topis : Hemisfer serebri
Etiologi : Tumor otak sekunder
Patologis : Space Occupying Lesion, edema serebri
8
XI. Diagnosis Kerja
Toxoplasmosis CNS
Primary brain tumor
XIII. Prognosis
Ad vitam : Dubia
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Malam
9
HASIL:
ECG (30/06/2017)
Interpretasi:
Sinus rhythm
10
Pemeriksaan lain yang sudah dilakukan:
Cek Hematologi (01/7/2017 pukul 11.34)
Blood Smear Morphology
o Eritrosit: mikrositik hipokrom, anisopoikiolositosis ( sel pensil + , sel
target + , fragmentosit +) tidak ditemukan eritrosit berinti.
o Leukosit: Kesan Jumlah meningkat, didominasi neutrophil segmen. Kesan
morfologi dijumpai granulasi toksik pada sitoplasma PMN dan left shift,
tidak dijumpai blast atau sel-sel muda.
o Trombosit: Kesan Jumlah meningkat, distribusi merata. Kesan Morfologi
normal, tidak dijumpai Giant Thrombocyte.
o Kesimpulan:
- Anemia mikrositik hipokrom suspect defisiensi Fe DD/ anemia
penyakit kronik, dengan kemungkinan Hbpathy belum dapat
disingkirkan.
- Neutrofilia dengan left shift dan trombositosis reaktif suspek infeksi
DD/ sepsis.
o Saran:
- Pemeriksaan SI TIBC, feritin.
- Pemeriksaan elektroforesis Hb bila status besi normal.
- Pemeriksaan procalcitonin dan kultur darah.
11
Foto toraks
Kesan:
Perselubungan pada lapangan tengah dan atas paru kanan dengan curiga
konsolidasi pada lapangan bawah paru kanan -> kemungkinan keganasan belum
dapat disingkirkan.
Infiltrat nodular pada suprahiler dan perihiler kiri -> suspek metastasis
12
CT scan kepala non contrast
Kesan:
- Multipel lesi hipodense dengan hiperdense pada tepinya dengan disertai perifokal edema
pada lobus fronto-parieto-temporal kanan, fronto-parieto-temporal kiri, hemisphere
cerebellum sisi kanan disertai midline shift ke kiri sejauh +/- 0.73 cm DD/ Metastasis
- Deviasi septum nasi ke kiri
XV. Terapi
13
XVI. Analisa Kasus – Stroke iskemik
1. Analisa Anamnesis
Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan bahwa seorang pasien pria berusia 50 tahun
datang dengan keluhan utama hemiparese sinistra kiri yang progresif selama 2 minggu.
Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa adanya kelainan atau lesi sepanjang
traktus piramidalis. Lesi ini dapat disebabkan oleh berkurangnya suplai darah, kerusakan
jaringan oleh trauma atau infeksi, ataupun penekanan langsung dan tidak langsung oleh
massa hematoma, abses, dan tumor. Hal tersebut selanjutnya akan mengakibatkan adanya
gangguan pada tractus kortikospinalis yang bertanggung jawab pada otot-otot anggota gerak
atas dan bawah. 1
Dari anamnesis diketahui waktu awitan dari kelemahan tersebut bersifat kronik yaitu 2
minggu, serta berjalan progresif. Dari awitan tersebut dapat menyingkirkan kemungkinan
kerusakan vaskular sebagai etiologi dari kelemahannya. Kelainan struktural lain seperti
infeksi atau abses dapat disingkirkan dengan tidak adanya riwayat demam. Pada pasien ini
tidak ada riwayat trauma pada kepala sehingga kemungkinan adanya perdarahan yang
disebabkan oleh trauma dapat disingkirkan. Sebab diketahui dari keluhan utama tersebut
awitan nya kronik dan progresif, lesi pada otak yang paling mungkin terjadi adalah tumor otak
primer atau sekunder. Selain keluhan utama berupa kelemahan anggota gerak kiri, pasien juga
mengeluhkan sakit kepala yang semakin memberat dari waktu 2 minggu, pasien juga sempat
muntah proyektil sebanyak 2 kali dan pasien juga mengeluhkan berbicara pelo, nemun tidak
diketahui progresifitasnya apakah semakin memburuk atau tidak. Pasien juga menyadari
mengalami penurunan berat badan dalam waktu yang tidak diketahui. Beberapa keluhan
tambahan tadi semakin memperkuat kemungkinan adanya suatu lesi yang disebabkan oleh
perkembangan suatu tumor. 2 Namun dari anamnesis diatas, belum dapat diketahui apakah
tumor tersebut merupakan tumor primer atau sekunder.
Selain itu, pasien juga menyadari munculnya benjolan-benjolan pada ketiak dan leher
yang mulai membesar sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nodus limfa yang
membesar atau limfadenopati merupakan suatu manifestasi atau gejala umum pada beberapa
penyakit seperti infeksi atau keganasan. 3 Namun, pasien tidak memiliki riwayat demam dan
tidak menunjukan adanya suatu infeksi lama. Jadi kemungkinan keganasan masih dapat di
pikirkan, meskipun awitan benjolan tidak diketahui secara pasti.
Namun, pada pasien ini belum dapat diketahui apakah tumor tersebut merupakan tumor
primer atau sekunder. Pada anamnesis ditemukan bahwa pasien tidak pernah mengalami
keluhan-keluhan yang mengarah kepada keganasan sebelumnya seperti batuk lama dan
berdarah, sesak nafas, fraktur tulang dengan trauma minimal, dan BAB berdarah. Namun,
pasien baru menyadari adanya perbesaran kelenjar getah bening saat 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, dimana pasien sadar saat sudah terasa besar sehingga kurang dapat dikaji
apakah terdapat suatu keganasan pada organ lain terlebih dahulu ataupun di otak terlebih
dahulu.
14
2. Analisa Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda tanda vital dalalm batas normal, dimana tidak
terdapat peningkatan suhu tubuh yaitu 370C sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan
infeksi serta abses pada otak. Pada pemeriksaan leher ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening pada leher dan ketiak yang berukuran ± 2x2x2 cm konsistensi lunak, dan pada
pemeriksaan paru ditemukan massa pada paru kanan atas ± 5x7x3 cm konsistensi keras serta
ronki dikedua lapang paru, dimana massa tersebut menunjukan adanya suatu tumor. Pasien
sempat mengeluhkan sering batuk berdahak namun tidak terdapat darah, dan pasien merasa
tidak terlalu terganggu dengan keluhan tersebut. Pasien juga kurang mengetahui sudah berapa
lama batuk yang dialami oleh pasien karena batuk dirasakan hilang-timbul. Ada suatu
kemungkinan tumor primer berasal dari paru dan menyebar ke kelenjar getah bening serta
otak. Namun belum dapat dipastikan karena awitan belum jelas dan tidak dapat dikaji.
Dari beberapa gejala diatas yang berlangsung secara kronik dan progresif, yaitu cephalgia,
hemiparese, parese nervus VII dan XII, menandakan adanya peningkatan tekanan intrakranial
yang kemungkinan merupakan akibat dari edema perifokal yang terjadi di sekitar tumor
intrakranial yang perlahan-lahan semakin bertambah besar. Edema yang terjadi umumnya
termasuk ke dalam tipe edema vasogenik, yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas
vaskuler melalui peran sitokin VEGF (yang juga berperan dalam tumor angiogenesis),
sehingga menyebabkan akumulasi cairan pada rongga ekstraseluler. Edema yang disebabkan
oleh tumor intrakranial ini dapat menganggu homeostasis pada otak dan menurunkan perfusi
jaringan otak. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan neurologis, selain yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan penekanan struktur-struktur jaringan
otak akibat edema. 1
Pada pemeriksaan penunjang yaitu CT scan, di dapatkan Multipel lesi hipodense dengan
hiperdense pada tepinya dengan disertai perifokal edema pada lobus fronto-parieto-temporal
kanan, fronto-parieto-temporal kiri, hemisphere cerebellum sisi kanan disertai midline shift ke
kiri sejauh +/- 0.73 cm. adanya multipel lesi pada lobus fronto- parieto-temporal berperan
dalam terjadinya defisit neurologis pada pasien ini. 1
Pada pemeriksaan lab darah,terdapat peningkatan sel darah putih (leukositosis). Sebab
dari leukositosis dapat dibagi menjadi yang disebabkan oleh keganasan dan bukan keganasan
(non-malignancy). Pencetus untuk leukositosis secara akut adalah operasi, olah raga, dan
trauma. Sedangkan pencetus secara kronik selain keganasan adalah kegemukan, obat-obatan
tertentu, dan proses inflamasi kronik. Selain itu, infeksi juga dapat menyebabkan adanya
leukositosis. 4
Pada pemeriksaan xray toraks didapatkan kesan Perselubungan pada lapangan tengah dan
atas paru kanan dengan curiga konsolidasi pada lapangan bawah paru kanan yang
15
menunjukan adanya kemungkinan keganasan serta Infiltrat nodular pada suprahiler dan
perihiler kiri dengan suspek metastasis.
Dari hasil CT scan, terdapat nodul multipel dimana ada beberapa kondisi seperti abses
serebri, tumor primer (glioblastoma dan meningioma) dan tumor sekunder hasil metastasis
dari tempat lain. 50% metastatis pada otak menunjukan gambaran lesi yang multipel,
ditunjukan pula dari hasil rontgen toraks dimana terdapat suatu konsolidasi pada paru yang
memungkinkan keganasan primer dan menjalar ke kelenjar getah bening dan otak. Namun,
pada pemeriksaan darah menujukan adanya leukositosis, dimana kemungkinan infeksi belum
dapat disingkirkan serta lesi multipel pada otak juga masih bisa menunjukan adanya suatu
infeksi seperti toxoplasmosis pada CNS. 5
4. Analisa Terapi
Terapi Dexamethasone diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh karena
adanya peningkatan tekanan intrakranial dan edema perifokal di sekitar tumor.
Dexamethasone dapat bekerja dengan mengurangi peran VEGF yang terlibat dalam
pembentukan edema. Pada pasien dengan tumor otak, diberikan dexamethasone sebanyak
4mg dalam waktu 6 jam. Dapat diberikan pula metilprednisolon dengan dosis ekuivalennya.
Pada pasien dengan edema yang luas, diberikan dosis tinggi sebanyak 100mg/hari. Pada
pasien ini juga dapat diberikan cairan untuk mencegah ketidak seimbangan elektrolit karena
intake yang kurang. Dapat diberikan normal saline, bila tidak ada maka ringer laktat dapat
diberikan, namun dextrose tidak boleh diberikan karena konsentrasinya yang hipoosmolar.
Terapi yang dianjurkan pada pasien dengan tumor otak sekunder yang berulang adalah whole
brain radio therapy dengan terlebih dahulu meng-assess keadaan pasien secara umum. Bila
tidak memungkinkan dan/atau pasien/keluarga pasien menolak tindikan, dapat dibantu dengan
anjuran terapi paliatif; terapi suportif dan simtomatik (pemberian cairan, penggunaan NGT
jika terdapat indikasi, pemberian analgetik dan antikonvulsan profilaksis) dan konsultasi
psikiater jika diperlukan.
16
XVII. Daftar Pustaka
1. Klein J. Adams and Victor's Principles of neurology. 1st ed. [S.l.]: [s.n.]; 2014.
2. Greenberg D, Aminoff M, Simon R. Clinical neurology. 1st ed. New York: McGraw-
Hill Education; 2015.
3. Imran D. Buku Ajar Neurologi. 1st ed. Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2017.
17