Anda di halaman 1dari 16

SAMPLING AUDIT

SA 305.01 mendefinisikan sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang
dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.

Tahapan Sampling Audit


1. Menyusun Rencana Audit
 Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling yang akan
digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada
pengujian substantif digunakan sampling variabel
 Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi
kuantitatif yang diteliti
 Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan
dilakukan
 Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat keandalan,
toleransi kesalahan, dan sebagainya.
2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel
Unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis
sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit
sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian.
3. Memilih Sampel
Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak
(random).
4. Menguji Sampel
Auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh
informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
5. Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling untuk
membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa estimasi tingkat
penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan sebagainya.
6. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil
audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/ membandingkan
derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika
kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya.
Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat
dipercaya.

Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh
bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)
Sampling statistik akan bermanfaat bagi auditor dalam merancang sampel yg efisien,
mengukur kecukupan bukti yg diperoleh dan menilai hasil sampel. Ada dua macam teknik
sampling statistik, yaitu:
a. Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan
dalam populasi.
b. Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah
untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan
dalam populasi
2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling).
Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling), auditor tidak
mengkuantifikasikan sampling. Sebaliknya, auditor memilih item sampel yang diyakini
akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalamsituasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan
sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan (jidgemental
sapling)
Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan
bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel,
serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.

A. AUDIT SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN

Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang secara langsung
berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian, dan sampling audit dalam
pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan mengendalikan pengujian rincian atas
risiko.

1. Sampling Statistik Dalam Pengujian Pengendalian


a. Sampling atribut

Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian pengendalian


adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat non angka dari data,
karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah pada jejak-jejak
pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan,
nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti
unsur-unsur yang menjadi perhatian pada sampling atribut.
 Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi (perkiraan) mengenai keadaan populasi.
Namun demikian, dalam audit kadang-kadang pengujian pengendalian tidak dimaksudkan
untuk memperkirakan keadaan populasi, melainkan misalnya untuk mengetahui:
- apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang diteliti, atau
- menetapkan akan menerima/menolak populasi yang diteliti.
 Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu “menggunakan rumus statistik” dan
“menggunakan tabel”. Namun yang lebih sering digunakan adalah dengan menggunakan
tabel.
 Tahapan dan proses pelaksanaan sampling atribut yang menggunakan tabel dilaksanakan
sebagai berikut:
o Menyusun Rencana Audit
Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit. Tujuan
umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai keandalan
pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan spesifik. Unsur-
unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan unit sampel sesuai
dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:
1) Risiko sampling/ARO
2) Toleransi penyimpangan/TDR
3) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR
o Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel
Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama yang
dilakukan adalah mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya. Jika
populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat dilakukan
pengujian secara sampling.
o Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang digunakan
adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan secara acak
(random).
o Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji
dengan menerapkan prosedur audit.
o Mengestimasi Keadaan Populasi
Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya
penyimpangan dalam populasi.
o Membuat Simpulan Hasil Audit
Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil audit,
yaitu berdasarkan perbandingan antara: “toleransi penyimpangan (TDR)” dengan
“hasil sampling”, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR)
 Sampling atribut dlm pengujian pengendalian digunakan hanya bila ada alur bukti
dokumen dalam pelaksanaan prosedur pengendalian. Prosedur tersebut meliputi
- prosedur otorisasi
- dokumen dan catatan
- dan pengecekan secara independen.
2. Sampling Nonstatistik dalam Pengujian Pengendalian

Pengendalian yang Dapat Diuji dengan Menggunakan Sampling Nonstatistik

a. Pengujian prosedur pengendalian dengan program komputer (Testing Computer-


Programmed Control Procedures)

Untuk prosedur pengendalian yang diprogram secara spesifik sesuai kehendak, biasanya
cukup bagi auditor untuk menguji pengendalian yang diprogram dengan hanya dua transaksi
yang sesuai : satu transaksi yang diproses dengan benar dan satu transaksi yang harus
ditandai sebagai suatu pengecualian. Akan tetapi, auditor dapat menguji setiap aspek
pengendalian yang diprogram dengan ukuran sampel dua pengujian transaksi.

a) Pengujian prosedur pengendalian umum komputer (Testing Computer General Control


Procedures)

Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian organisasi dan operasi,


pengembangan sistem dan pengendalian dokumentasi, pengendalian perangkat keras dan
sistem perangkat lunak, pengendalian akses, serta pengendalian data dan prosedur.

- Langkah-langkah dalam Sampling Nonstatistik


Sampel nonstatistik tepat digunakan ketika auditor menginspeksi ringkasan laporan yang
dapat memberikan bukti tentang efektivitas pengendalian umum, prosedur tindak lanjut
manual, atau pengendalian manajemen. Langkah-langkah yang tercakup dalam rencana
sampling nonstatistik meliputi hal-hal berikut ini :
a) Menentukan tujuan audit dan prosedur untuk memenuhi tujuan tersebut
Tujuan menyeluruh dari pengendalian adalah untuk mengevaluasi efektivitas
rancangan dan operrasi pengendalian intern. Beberapa pengendalian, seperti prosedur
pengendalian yang terprogram, dapat dirancang untuk menghindari atau mendeteksi dan
mengoreksi salah saji tertentu. Sebagai contoh, prosedur pengendalian yang terprogram
dapat dirancang untuk menjamin bahwa seluruh pembelian dicatat atau seluruh penjualan
adalah valid (eksistensi atau keterjadiannya).
b) Menentukan populasi dan unit sampling
Populasi (population) didefinisakn oleh pengendalian intern sebagai seluruh situasi
di mana pengendalian harus dilakukan. Unit sampling (sampling unit) merupakan cara
audiitor mengidentifikasikan kinerja pengendalian intern yang dikehendaki. Sebagai
contoh, auditor mungkin ingin menguji populasi seluruh perubahan program selama tahun
ini untuk menguji pengendalian umum pada seluruh perubahan program.
c) Menspesifikasi pengendalian yang dikehendaki dan bukti bahwa pengendalian tersebut
efektif atau tidak efektif
Auditor harus menentukan bukti yang menunjuka efektif tidaknya suatu
pengendalian intern. Dalam kasus pengendalian umum atas perubahan progrma, auditor
dapat mengharapkan departemen pemakai untuk mendokumentasikan proses koreksi
transaksi yang nampak pada laporan pengecuualian.
d) Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan ukuran sampel
Factor-faktor utama pada ukuran sampel dalam sampel nonstatistik adalah :
1. Risiko atas penilaian risiko pengendalian yang terlalu rendah
2. Tingkat penyimpangan yang dapat di toleransi
adalah tingkat maksimum penyimpangan dari pengendalian yang dapat diterima oleh
auditor denan menggunakan risiko pengendalian yang direncanakan dan sebelum
mengevaluasi bukti, auditor menentukan berapa banyak penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan yang dapat diterima
3. Tingkat penyimpangan populasi yang diharapkan untuk setiap pengendalian
yaitu yang merupakan taksiran terbaik auditor atas tingkat penyimpngan actual
dalam populasi.Auditor dapat mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan klien atau pengetahuan yang diperoleh
pada saat memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
e) Menggunakan pertimbangan profesional untuk menentukan metode pemilihan sampel
Setelah auditor mengidentifikasi populasi serta unit sampling dan menentukan
ukuran sampel, langkah utama selanjutnya adalah memilih item sampel (Pengendalian
utama bukti, laporan pengecualian, atau laporan yang ditujukan ke pengendalian
manajemen).
f) Menetapkan prosedur audit untuk pengujian pengendalian
Tahapan ini terutama ditujukan pada risiko nonsampling jika auditor tidak
mengidentifikasi kegagalan pengendalian pada risiko nonsampling jika auditor tidak dapat
mengidentifikasikan kegagalan pengendalian pada saat bukti ada di tangan.Auditor trsebut
perlu mengevaluasi apakah pengendalian intern pada auditor yang dikehendaki beroperasi
secara efektif.
g) Mengevaluasi hasil sampel
Pada saat mengevaluasi hasil secara kuantitatif, auditor harus membandingkan
bukti dengan tingkat penyimpangan yang dapat ditoleransi pada saat perencanaan
sampel nonstatistik. Jika pengujian atas pengendalian yang terprogram gagal (misalnya,
program tersebut tidak menolak pengujian transaksi yang melebihi batas), maka
pengendalian terprogram tersebut akan menjadi tidak efektif untuk atribut tertentu

Dalam sampling nonstatistik, selain metoda nomor acak dan metoda sistematik, auditor bisa
juga menggunakan sampling blok/sampling sembarang.

- Sampling blok : Metode ini terdiri dari pemilihan transaksi yg serupa yg terjadi dlm suatu
periode waktu tertentu.
- Sampling sembarang :Metode ini menyangkut pemilihan unsur-unsur sekenanya, tanpa
memperhatikan nomor dokumen, jumlah, atau hal lainnya. Dalam metode ini, auditor bisa
secara sembarang memilih 50 faktur yang disimpan dalam suatu arsip. Apabila bias dapat
dihadirkan dlm melakukan pemilihan, maka sampel bisa mewakili populasi.

B. AUDIT SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF

Audit sampling dalam pengujian substantif digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
jumlah-jumlah rupiah. Jadi sampel ini digunakan dalam rangka pengujian subtantif, yaitu
mengumpulkan bukti tentang kewajaran asersi-asersi manajemen dalam laporan keuangan. Rencana
sampling dalam pengujian subtantif dirancang untuk

(1) mendapatkan bukti bahwa suatu saldo rekening tidak salah saji secara material
contoh: nilai buku rekening piutang dagang
(2) membuat suatu estimasi independen tentang suatu jumlah
contoh: nilai persediaan yang tidak ada catatan nilai bukunya

Sampling audit dalam pengujian substantif dipengaruhi baik oleh resiko sampling maupun resiko
nonsampling.

Resiko nonsampling yang berkaitan dengan pengujian substantif adalah :


- Resiko keliru menerima. Yakni resiko mengammbil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel,
bahwa saldo rekening tidak berisi salah saji material, padahal kenyataannya saldo rekening
telah salah saji secara material.
- Resiko keliru menolak(resiko alpha), yakni resiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil
sampel, bahwa saldo rekening berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo
rekening tidak berisi salah saji secara material.

Sampling Statistik Dalam Pengujian Substantif

Terdapat dua pendekatann sampling statistik yg bisa digunakan oleh auditor dlm pengujian
substantif:

a. Sampling probabilitas-proporsional-dengan-ukuran (PPU)


- Sampling PPU adalah suatu pendekatan yang menggunakan teori sampling atribut untuk
menyatakan kesimpulan dalam jumlah rupiah, bukan sebagai tingkat deviasi.
- Jenis sampling ini bisa digunakan dlm pengujian substantif terhadap transaksi dan saldo-
saldo.
- Model ini terutama diterapkan dlm pengujian transaksi dan saldo yg salah saji terlalu tinggi
dan terutama akan berguna dlm pengujian :
o Piutang apabila pengkreditan yg tidak dikerjakan terhadap rekening debitur tidak
signifikan.
o Investasi dalam surat berharga.
o Pengujian harga persediaan apabila diperkirakan hanya terdapat sedikit selisih.
o Tambahan pada aktiva tetap.
o Rencana Sampling
- Tahapan-tahapan dlm suatu rencana sampling PPU serupa tapi tidak persis sama dengan
tahapan yg digunakan dlm sampling atribut. Tahapan tersebut adalah :
o Menetapkan tujuan rencana
Adalah untuk mendapatkan bukti bahwa saldo rekening menurut catatan tidak salah saji
secara material. Asersi2 laporan keuangan yg dibuktikan sampel bergantung kepada
prosedur yg diterapkan untuk unsur sampel yang bersangkutan
o Merumuskan populasi dan unit sampling
Merumuskan Populasi dan Unit Sampling Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau
saldo rekening yg akan diuji. Unit sampling dlm sampling PPU adalah rupiah individual,
dan populasi adalah suatu angka rupiah yang sama dengan total jumlah rupiah dari
populasi
o Menentukan ukuran sampel
Menentukan Ukuran Sampel Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling
PPU adalah
n= NB x FK / SD – (AS x FE)

NB= nilai buku populasi yg diuji

FK= faktor keandalan (reality factor) untuk resiko keliru menerima yg ditetapkan

SD= salah saji ditoleransi

AS= antisipasi salah saji

FE= faktor ekspansi untuk antisipasi salah saji Nilai buku populasi yg diuji.

Besarnya jumlah nilai buku mempunyai pengaruh langsung terhadap ukuran sampel,
yakni semakin besar nilai buku yang akan diuji, semakin besar pula ukuran sampelnya.
Faktor keandalan untuk resiko salah menerima yang telah ditetapkan Dlm menetapkan
tingkat resiko salah menerima yang dapat diterima, auditor harus mempertimbangkan

(1) tingkat resiko audit yang ditetapkan auditor bahwa suatu salah saji material tidak akan
terdeteksi,

(2) tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan, dan

(3) hasil pengujian detil dan prosedur analitis.

Salah saji bisa ditoleransi Adalah maksimum salah saji yg diterima untuk berada
dalam suatu rekening sebelum hal itu dipandang sebagai salah saji secara material. Antisipasi
salah saji dan faktor ekspansi Dalam sampling PPU, auditor tidak mengkuantitatif resiko
keliru menolak. Namun demikian, hal tersebut dikendalikan secara tidak langsung dengan
menetapkan antisipasi salah saji (AS) yg berhubungan terbalik dengan resiko kelirun
menolak dan berhubungan langsung dengan ukuran sampel. Faktor ekspansi (fe) diperlukan
hanya apabila salah saji diantisipasi

o Menentukan metoda pemilihan sampel


Menentukakn Metoda Sampel Paling banyak dlm sampling PPU adalah pemilihan
sistematik: IS = NB/n
o Melaksanakan rencana sampling
Pada tahap rencana ini, auditor menerapkan prosedur pengauditan yang sesuai untuk
menentukan suatiu nilai menurut audit untuk setiap unit logis yang diikutsertakan dalam
sampel
o Mengevaluasi hasil sampel
Dalam melakukan evaluasi atas hasil sampel, auditor menghitung batas atas salah saji
(BAS) dari data sampel dan membandingkannya dengan salah saji yang ditoleransi
sebagaimana ditetapkan dalam rancangan sampel. Batas atas salah saji dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut:
BAS = PS + CRS

Keterangan :

PS = Total proyeksi salah saji dalam populasi

CRS = Cadangan risiko salah saji

Apabila tidak ditemukan salah saji dalam sampel, maka faktor PS dalam
rumus diatas adalah nol rupiah. Dalam hal tidak terdapat salah saji, maka factor
cadangan resiko sampling (CRS) terdiri dari satu komponen yang disebut presisi
dasar (PD). Jumlahnya diperoleh dengan mengalikan faktor keandalan (FK) untuk
salah saji nol pada risiko keliru menerima yang ditetapkan dengan interval sampling
(IS). Dan apabila ditemukan beberapa salah saji dalam sampel, auditor harus
menghitung baik proyeksi total salah saji dalam populasi maupun cadangan risiko
sampling untuk menentukan batas atas salah saji untuk salah saji terlalu tinggi.
Cadangan risiko sampling. CRS untuk sampel yang berisi salah saji memiliki dua
komponen seperti dinyatakan dalam formula berikut:

CRS = PD + KC

Keterangan :

PD = presisi dasar

KC = kenaikan cadangan yuang disebabkan oleh salah saji


- Keuntungan dan kerugiann menggunakan sample PPU menurut AICPA

Keuntungan sampling PPU adalah sebagai berikut:

o Lebih mudah digunakan dibandingkan dengan sampling variabel klasik karena auditor
dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel dengan tangan atau
dengan bantuan tabel
o Besarnya ukuran sampel PPU tidak didasarkan atas berbagai taksiran nilai audit.
Sampling PPU secara otomatis menghasilkan sampel berstrata Pemilihan sampel
sistematik PPU, secara otomatis mengidentifikasi setiap unsure yang secara individual
signifikan apabila nilainya melebihi batas atas rupiah tertentu. Apabila auditor menduga
terjadi salah saji, sampling PPU biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih
kecil daripada sampel yang dihasilkan oleh sampling variabel klasik. Sampel PPU
dirancang lebih mudah dan pemilihan sampel bisa dimulai sebelum tersedia populasi
yang lengkap.

Kerugian sampling PPU adalah sebagai berikut

o Sampling PPU didasarkan pada asumsi bahwa nilai audit dari suatu unit sampling tidak
akan lebih kecil dari nol atau lebih besar dari nilai buku. Apabila diperkirakan terjadi
salah saji terlalu rendah atau nilai audit lebih kecil dari nol, maka diperlukan
perancangan yang khusus. Apabila ditemukan salah saji terlalu rendah dalam sampel,
maka evaluasi atas sampel memerlukan pertimbangan khusus. Pemilihan saldo nol
memerlukan pertimbangan khusus. Evaluasi PPU bisa melebihi CRS apabila salah saji
ditemukan dalam sampel, akibatnya auditor kemungkinan besar akan menolak nilai buku
populasi yang sesungguhnya bisa diterima. Apabila jumlah salah saji meningkat, maka
ukuran sampel yang sesuai juga akan meningkat. Oleh karena itu akan terjadi
pengambilan sampel yang besar dibandingkan dengan sampel pada sampling variabel
klasik.
b. Sampling variabel klasik
- Dalam melaksanakan pengujian substantif, auditor bisa menggunakan pendekatan sampling
variabel klasik. Dalam pendekatan ini teori distribusi normal digunakan untuk mengevaluasi
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang ditarik dari populasi. Sampling variabel
klasik akan berguna bagi auditor apabila tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya salah saji terlalu tinggi atau rendah pada suatu saldo rekening dan hal-hal lainnya.
- Jenis-Jenis Tehnik Sampliing Variabel Klasik Dalam sampling variabel klasik adalah
1. Mean-per-unit atau MPU
Sampling estimasi MPU meliputi penentuan nilai audit untuk setiap unsur dalam sampel.
Rerata dari nilai-nilai audit tersebut kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit
dalam popualsi sehingga bisa diperoleh taksiran total nilai populasi. Langkah-langkah:
 Menentukan Tujuan Rencana
Tujuan suatu rencana sampling MPU bisa untuk (1) mendapatkan bukti bahwa
saldo rekening menurut catatan adalah tidak salah saji secara material, (2)
mengembangkan suatu estimasi independen tentang suatu jumlah, apabila tidak
tersedia buku berdasarkan catatan.
 Merumuskan populasi dan Unit Sampling
Auditor mempertimbangkan sifat dari unsur-unsur yang membentuk populasi.
Sampling unit harus sejalan dengan tujuan audit yang akan dilakukan.
 Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor berikut menentukan ukuran sampel dalam suatu estimasi sampel
MPU: Ukuran populasi (Jumlah unit), faktor ini akan menyangkut ukuran sampel
dan hasil sampel. Semakin besar populasi semakin besar pula ukuran sampel.
Estimasi standar deviasi populasi, ada tiga cara mengestimasi faktor ini, pertama
dalam penugasan ulangan, kedua standar deviasi dapat diestimasi berdasarkan nilai
buku yang tersedia, ketiga auditor dapat mengambil suatu sampel pendahuluan
kecil. Salah saji bisa ditoleransi, pertimbangan-pertimbangan untuk menetapkan
salah saji bisa ditoleransi (SD) dalam sampling MPU sama dengan pertimbangan
yang dilakukan dalam sampling PPU
Resiko Keliru Menolak, faktor ini memungkinkan auditor untuk mengendalikan
risiko apabila risiko sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo rekening menurut
pembukuan telah salah saji secara material, padahal sesungguhnya tidak demikian.
Risiko keliru menerima, memiliki hubungan terbalik terhadap ukuran sampel,
yakni semakin rendah risiko yang ditetapkan semakin besar ukuran sampelnya
Rencana cadangan untuk risiko sampel, diperoleh dari rumus berikut:
CRS = R x SD
Keterangan :
CRS = cadangan untuk risiko sampling direncanakan
R = rasio antara cadangan risiko sampling diinginkan dengan salah saji ditoleransi.
SD = salah saji bisa ditoleransi
 Menentukan Metoda Pemilihan Sampel
Metoda pemilihan nomor acak sederhana dan metode pemilihan sistematik bisa
digunakan dalam pemilihan sample pada teknik MPU.
 Melaksanakan Rencana Sampling
Tahap pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi tahapantahapan
berikut: Melakukan prosedur pengauditan yang tepat untuk menentukan nilai audit
untuk setiap unsur sampel. Menghitung hal-hal berikut berdasarkan atas data
sampel. Rerata nilai audit sampel standart deviasi dari nilai audit sampel
 Mengevaluasi Hasil Sampel
Auditor melakukan penilaian kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel. Dalam
melakukan penilaian kuantitatif auditor menghitung: (1) estimasi nilai total
populasi, (2) cadangan risiko sampling yang dicapai (presisi yang dicapai), (3)
suatu rentang untuk taksiran total nilai populasi (interval presisi).
2. Selisih
Dalam estimasi selisih, selisih antara ausit dan nilai buku dihitung untuk setiap unsur
sampel. Berikut adalah tiga kondisi yang harus dipenuhi dalam penggunaan teknik ini;
a. Nilai buku setiap unsur populasi harus diketahui,
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sama dengan hasil penjumlahan nilai-
nilai buku dari unsur-unsur individual,
c. Selisih antara nilai buku dan nilai audit diperkirakan tidak sedikit

Langkah-langkah:

 Menentukan tujuan dan Merumuskan Populasi dan Unit Sampel


Metoda ini hanya dapat digunakan untuk mendapatkan bukti bahwa saldo menurut
pembukuan tidak salah saji secara material.
 Menentukan Ukuran Sampel
Dalam estimasi selisih tidak hanya digunakan estimasi standar deviasi nilai audit
saja, tetapi juga estimasi standar deviasi mengenai selisih antara nilai audit dengan
nilai buku.
 Menentukan Metoda Pemilihan Sampel
Pelaksanaan tahap ini persis sama dengan apa yang dilakukan pada estimasi MPU.
 Melaksanakan Rencana Sampling
Tahap pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi tahapan-tahapan
berikut: Melakukan prosedur pengauditan yang tepat untuk menentukan nilai audit
untuk setiap unsur sampel. Menghitung hal-hal berikut :
(1) hitung selisih untuk setiap unsur sampel,
(2) jumlahkan semua selisih unsur sampel individual ( Σdj ),
(3) bagikan jumlah selisih dengan jumlah unsur di dalam sampel ( d ),
(4) hitung standar deviasi.
 Dalam penilaian kualitatif pada metoda ini, pertama-tama ditentukan estimasi total
proyeksi selisih. Selanjutnya estimasi nilai populasi ditentukan dengan cara sebagai
berikut:
^^
X = NB + D.
Selanjutnya menghitung cadangan risiko sampling dicapai adalah sebagai berikut
A’ = N . UR .
 Langkah terakhir dalam penilaian kuantitatif adalah menghitung untuk taksiran nilai
total populasi dan menentukan apakah nilai buku jatuh pada rentang tersebut
3. Rasio Keuntungan dan kerugian pemakaian
Dalam sampling estimasi rasio, auditor menentukan nilai audit untuk setiap unsur dalam
sampel. Selanjutnya ia menghitung rasio dengan cara membagi jumlah nilai-nilai audit
dengan jumlah nilai buku unsur-unsur sampel. Langkah-langkah dalam estimasi rasio
sama dengan langkah-langkah pada estimasi selisih kecuali dalam beberapa hal yang
akan diterangkan dibawah ini.
 Melaksanakan Rencana Sampel
Hitung rasio antara jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk unsur-unsur
sampel (R). Hitung rasio antara nilai audit dengan nilai buku untuk setiap unsur.
Hitung standar deviasi untuk rasio individual dari unsur-unsur sampel (Srj).
 Mengevaluasi Hasil Sampel
Dalam estimasi rasio, estimasi nilai total populasi ditentukan dengan rumus berikut:
X = NB x R^
Rumus untuk menentukan cadangan untuk risiko sampling dicapai sama dengan
rumus pada estimasi selisih, kecuali standar deviasi selisih diganti dengan standar
deviasi untuk rasio individual dalam sampel. Tahap akhir adalah melakukan
penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap hasil sampel sebagai
dilakukan dalam estimasi MPU dan estimasi selisih
- Keuntungan dan kerugian sampling variabel klasik
Keuntungan
o Jika diperlukan, sampel mudah diperluas, bila dibandingkan dengan sampling PPU Saldo
nol dan saldo biasa tidak memerlukan rancangan khusus apabila terdapat perbedaan
besar antara nilai audit dengan nilai buku, tujuan auditor akan dapat terpenuhi dengan
ukuran sampel yg kecil dibandingkan dengan sampling PPU
Kerugian
o sampling variabel klasik lebih kompleks daripada sampling PPU. Umumnya auditor
membutuhkan bantuan komputer untuk merancang sampel yang efisien dan
mengevaluasi hasil sampel. untuk menentukan ukuran sampel, auditor harus memiliki
estimasi atas standar deviasi dari berbagai karakteritik dalam populasi.

Perbedaan pokok antara sampling PPU dan Variabel Klasik

- sampling PPU didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel klasik
didasarkan pada teori distribusi normal.

Sampling Nonstatistik Dalam Pengujian Substantif

Menentukan Ukuran Sampel Pertimbangan yg cermat sangat diperlukan dlm perancangan


sampel agar dicapai sampel yg efisien dan efektif. Evaluasi Hasil Sampel Ada 2 metoda yg lazim
digunakan u/ memproyeksi salah saji dlm sampling nonstatistik : membagi jml total rupiah salah
saji dlm sampel dengan bagian dari total rupiah dlm populasi yg termasuk dlm sampel. Mengalikan
rata2 selisih antara nilai audit dengan nilai buku dari unsur2 sampel dengan jumlah unit dlm
populasi.
REFERENSI

Andi, Nurhasanah.2013.” Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian Dan Pengujian


Substantif Atas Transaksi”. Di akses melalui www.academia.edu pada 22 desember 2016
pukul 13.20

Boynton, William C, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell.2003. “Modern Auditing”. Penerbit


Erlangga: Jakarta

Cahya, Prasetyowati.Variabel sampling untuk pengujian substantif. Di akses melalui


www.academia.edu pada 22 desember 2016 pukul 14.16

Seto, Johanes.2015.”Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian. Di akses melalui


http://www.kompasiana.com/jo_seto/sampling-audit-dalam-pengujian
pengendalian_563ddfe42e97734a09c6f95c

Anda mungkin juga menyukai