SA 305.01 mendefinisikan sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang
dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan”.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh
bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
1. Sampling statistik (statistical sampling)
Sampling statistik akan bermanfaat bagi auditor dalam merancang sampel yg efisien,
mengukur kecukupan bukti yg diperoleh dan menilai hasil sampel. Ada dua macam teknik
sampling statistik, yaitu:
a. Attribute sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan
dalam populasi.
b. Variables sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling adalah
untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah kesalahan
dalam populasi
2. Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling).
Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling), auditor tidak
mengkuantifikasikan sampling. Sebaliknya, auditor memilih item sampel yang diyakini
akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalamsituasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut penggunaan
sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan (jidgemental
sapling)
Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan
bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel,
serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Sampling audit dalam pengujian pengendalian memberikan informasi yang secara langsung
berhubungan dengan penilaian auditor atas risiko pengendalian, dan sampling audit dalam
pengujian substantif membantu auditor mengkuantifikasi dan mengendalikan pengujian rincian atas
risiko.
Untuk prosedur pengendalian yang diprogram secara spesifik sesuai kehendak, biasanya
cukup bagi auditor untuk menguji pengendalian yang diprogram dengan hanya dua transaksi
yang sesuai : satu transaksi yang diproses dengan benar dan satu transaksi yang harus
ditandai sebagai suatu pengecualian. Akan tetapi, auditor dapat menguji setiap aspek
pengendalian yang diprogram dengan ukuran sampel dua pengujian transaksi.
Dalam sampling nonstatistik, selain metoda nomor acak dan metoda sistematik, auditor bisa
juga menggunakan sampling blok/sampling sembarang.
- Sampling blok : Metode ini terdiri dari pemilihan transaksi yg serupa yg terjadi dlm suatu
periode waktu tertentu.
- Sampling sembarang :Metode ini menyangkut pemilihan unsur-unsur sekenanya, tanpa
memperhatikan nomor dokumen, jumlah, atau hal lainnya. Dalam metode ini, auditor bisa
secara sembarang memilih 50 faktur yang disimpan dalam suatu arsip. Apabila bias dapat
dihadirkan dlm melakukan pemilihan, maka sampel bisa mewakili populasi.
Audit sampling dalam pengujian substantif digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
jumlah-jumlah rupiah. Jadi sampel ini digunakan dalam rangka pengujian subtantif, yaitu
mengumpulkan bukti tentang kewajaran asersi-asersi manajemen dalam laporan keuangan. Rencana
sampling dalam pengujian subtantif dirancang untuk
(1) mendapatkan bukti bahwa suatu saldo rekening tidak salah saji secara material
contoh: nilai buku rekening piutang dagang
(2) membuat suatu estimasi independen tentang suatu jumlah
contoh: nilai persediaan yang tidak ada catatan nilai bukunya
Sampling audit dalam pengujian substantif dipengaruhi baik oleh resiko sampling maupun resiko
nonsampling.
Terdapat dua pendekatann sampling statistik yg bisa digunakan oleh auditor dlm pengujian
substantif:
FK= faktor keandalan (reality factor) untuk resiko keliru menerima yg ditetapkan
FE= faktor ekspansi untuk antisipasi salah saji Nilai buku populasi yg diuji.
Besarnya jumlah nilai buku mempunyai pengaruh langsung terhadap ukuran sampel,
yakni semakin besar nilai buku yang akan diuji, semakin besar pula ukuran sampelnya.
Faktor keandalan untuk resiko salah menerima yang telah ditetapkan Dlm menetapkan
tingkat resiko salah menerima yang dapat diterima, auditor harus mempertimbangkan
(1) tingkat resiko audit yang ditetapkan auditor bahwa suatu salah saji material tidak akan
terdeteksi,
Salah saji bisa ditoleransi Adalah maksimum salah saji yg diterima untuk berada
dalam suatu rekening sebelum hal itu dipandang sebagai salah saji secara material. Antisipasi
salah saji dan faktor ekspansi Dalam sampling PPU, auditor tidak mengkuantitatif resiko
keliru menolak. Namun demikian, hal tersebut dikendalikan secara tidak langsung dengan
menetapkan antisipasi salah saji (AS) yg berhubungan terbalik dengan resiko kelirun
menolak dan berhubungan langsung dengan ukuran sampel. Faktor ekspansi (fe) diperlukan
hanya apabila salah saji diantisipasi
Keterangan :
Apabila tidak ditemukan salah saji dalam sampel, maka faktor PS dalam
rumus diatas adalah nol rupiah. Dalam hal tidak terdapat salah saji, maka factor
cadangan resiko sampling (CRS) terdiri dari satu komponen yang disebut presisi
dasar (PD). Jumlahnya diperoleh dengan mengalikan faktor keandalan (FK) untuk
salah saji nol pada risiko keliru menerima yang ditetapkan dengan interval sampling
(IS). Dan apabila ditemukan beberapa salah saji dalam sampel, auditor harus
menghitung baik proyeksi total salah saji dalam populasi maupun cadangan risiko
sampling untuk menentukan batas atas salah saji untuk salah saji terlalu tinggi.
Cadangan risiko sampling. CRS untuk sampel yang berisi salah saji memiliki dua
komponen seperti dinyatakan dalam formula berikut:
CRS = PD + KC
Keterangan :
PD = presisi dasar
o Lebih mudah digunakan dibandingkan dengan sampling variabel klasik karena auditor
dapat menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel dengan tangan atau
dengan bantuan tabel
o Besarnya ukuran sampel PPU tidak didasarkan atas berbagai taksiran nilai audit.
Sampling PPU secara otomatis menghasilkan sampel berstrata Pemilihan sampel
sistematik PPU, secara otomatis mengidentifikasi setiap unsure yang secara individual
signifikan apabila nilainya melebihi batas atas rupiah tertentu. Apabila auditor menduga
terjadi salah saji, sampling PPU biasanya akan menghasilkan ukuran sampel yang lebih
kecil daripada sampel yang dihasilkan oleh sampling variabel klasik. Sampel PPU
dirancang lebih mudah dan pemilihan sampel bisa dimulai sebelum tersedia populasi
yang lengkap.
o Sampling PPU didasarkan pada asumsi bahwa nilai audit dari suatu unit sampling tidak
akan lebih kecil dari nol atau lebih besar dari nilai buku. Apabila diperkirakan terjadi
salah saji terlalu rendah atau nilai audit lebih kecil dari nol, maka diperlukan
perancangan yang khusus. Apabila ditemukan salah saji terlalu rendah dalam sampel,
maka evaluasi atas sampel memerlukan pertimbangan khusus. Pemilihan saldo nol
memerlukan pertimbangan khusus. Evaluasi PPU bisa melebihi CRS apabila salah saji
ditemukan dalam sampel, akibatnya auditor kemungkinan besar akan menolak nilai buku
populasi yang sesungguhnya bisa diterima. Apabila jumlah salah saji meningkat, maka
ukuran sampel yang sesuai juga akan meningkat. Oleh karena itu akan terjadi
pengambilan sampel yang besar dibandingkan dengan sampel pada sampling variabel
klasik.
b. Sampling variabel klasik
- Dalam melaksanakan pengujian substantif, auditor bisa menggunakan pendekatan sampling
variabel klasik. Dalam pendekatan ini teori distribusi normal digunakan untuk mengevaluasi
karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang ditarik dari populasi. Sampling variabel
klasik akan berguna bagi auditor apabila tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya salah saji terlalu tinggi atau rendah pada suatu saldo rekening dan hal-hal lainnya.
- Jenis-Jenis Tehnik Sampliing Variabel Klasik Dalam sampling variabel klasik adalah
1. Mean-per-unit atau MPU
Sampling estimasi MPU meliputi penentuan nilai audit untuk setiap unsur dalam sampel.
Rerata dari nilai-nilai audit tersebut kemudian dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit
dalam popualsi sehingga bisa diperoleh taksiran total nilai populasi. Langkah-langkah:
Menentukan Tujuan Rencana
Tujuan suatu rencana sampling MPU bisa untuk (1) mendapatkan bukti bahwa
saldo rekening menurut catatan adalah tidak salah saji secara material, (2)
mengembangkan suatu estimasi independen tentang suatu jumlah, apabila tidak
tersedia buku berdasarkan catatan.
Merumuskan populasi dan Unit Sampling
Auditor mempertimbangkan sifat dari unsur-unsur yang membentuk populasi.
Sampling unit harus sejalan dengan tujuan audit yang akan dilakukan.
Menentukan Ukuran Sampel
Faktor-faktor berikut menentukan ukuran sampel dalam suatu estimasi sampel
MPU: Ukuran populasi (Jumlah unit), faktor ini akan menyangkut ukuran sampel
dan hasil sampel. Semakin besar populasi semakin besar pula ukuran sampel.
Estimasi standar deviasi populasi, ada tiga cara mengestimasi faktor ini, pertama
dalam penugasan ulangan, kedua standar deviasi dapat diestimasi berdasarkan nilai
buku yang tersedia, ketiga auditor dapat mengambil suatu sampel pendahuluan
kecil. Salah saji bisa ditoleransi, pertimbangan-pertimbangan untuk menetapkan
salah saji bisa ditoleransi (SD) dalam sampling MPU sama dengan pertimbangan
yang dilakukan dalam sampling PPU
Resiko Keliru Menolak, faktor ini memungkinkan auditor untuk mengendalikan
risiko apabila risiko sampel mendukung kesimpulan bahwa saldo rekening menurut
pembukuan telah salah saji secara material, padahal sesungguhnya tidak demikian.
Risiko keliru menerima, memiliki hubungan terbalik terhadap ukuran sampel,
yakni semakin rendah risiko yang ditetapkan semakin besar ukuran sampelnya
Rencana cadangan untuk risiko sampel, diperoleh dari rumus berikut:
CRS = R x SD
Keterangan :
CRS = cadangan untuk risiko sampling direncanakan
R = rasio antara cadangan risiko sampling diinginkan dengan salah saji ditoleransi.
SD = salah saji bisa ditoleransi
Menentukan Metoda Pemilihan Sampel
Metoda pemilihan nomor acak sederhana dan metode pemilihan sistematik bisa
digunakan dalam pemilihan sample pada teknik MPU.
Melaksanakan Rencana Sampling
Tahap pelaksanaan pada rencana sampling estimasi MPU meliputi tahapantahapan
berikut: Melakukan prosedur pengauditan yang tepat untuk menentukan nilai audit
untuk setiap unsur sampel. Menghitung hal-hal berikut berdasarkan atas data
sampel. Rerata nilai audit sampel standart deviasi dari nilai audit sampel
Mengevaluasi Hasil Sampel
Auditor melakukan penilaian kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel. Dalam
melakukan penilaian kuantitatif auditor menghitung: (1) estimasi nilai total
populasi, (2) cadangan risiko sampling yang dicapai (presisi yang dicapai), (3)
suatu rentang untuk taksiran total nilai populasi (interval presisi).
2. Selisih
Dalam estimasi selisih, selisih antara ausit dan nilai buku dihitung untuk setiap unsur
sampel. Berikut adalah tiga kondisi yang harus dipenuhi dalam penggunaan teknik ini;
a. Nilai buku setiap unsur populasi harus diketahui,
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sama dengan hasil penjumlahan nilai-
nilai buku dari unsur-unsur individual,
c. Selisih antara nilai buku dan nilai audit diperkirakan tidak sedikit
Langkah-langkah:
- sampling PPU didasarkan pada teori sampling atribut, sedangkan sampling variabel klasik
didasarkan pada teori distribusi normal.