Anda di halaman 1dari 109

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD


CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR
TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF

SKRIPSI

AGUS CATUR PAMUNGKAS


1010112136

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2014
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD


CORPORATE GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR
TERHADAP TINDAKAN PAJAK AGRESIF

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi

AGUS CATUR PAMUNGKAS


1010112136

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
2014
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua


sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Agus Catur Pamungkas


NIM : 1010112136
Tanggal : 7 Agustus 2014
Tanda Tangan :

II
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, saya


yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :Agus Catur Pamungkas


NIM :1010112136
Fakultas :Ekonomi
Program Studi :Akuntansi
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Ekslusif
(Non Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi


Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti ini Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan
Skripsi/PKL saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemiliki hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 11 Agustus 2014

Yang menyatakan,

Agus Catur Pamungkas


PENGESAHAN

Skripsi diajukan oleh


Nama : Agus Catur Pamungkas
NRP : 1010112136
Program Studi : Ekonomi
Judul Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap
Tindakan Pajak Agresif “

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta

Drs. P. Simorangkir, Ak., MM. CA


Ketua Penguji

Satria Yudhia Wijaya, SE. M.S Ak Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CA
Penguji 1 Penguji II/Pembimbing

Satria Yudhia Wijaya, SE. M.S Ak Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CA
Ka. Prodi Dekan

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal Ujian : 11 Agustus 2014
PENGARUH KOMITE AUDIT, PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP
TINDAKAN PAJAK AGRESIF

Oleh

Agus Catur Pamungkas

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Komite Audit, Penerapan
Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor terhadap dan Tindakan Pajak
AgresiF. Penelitian ini mengukur Tindakan Pajak Agresif melalui proksi ETR, CETR,
TAXPLAN. Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi
Auditor digunakan sebagai Variabel Bebas untuk mengukur keagresifan perpajakan suatu
perusahaan. Penelitian ini menggunakan 14 sampel dari perusahaan yang terdaftar di
indeks Corporate Governance yang dikeluarkan oleh IICG periode 2010-2012.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara Komite Audit, Penerapan
Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor signifikan terhadap Tindakan Pajak
Agresif melalui proksi ETR dan CETR, namun tidak signifikan untuk proksi TAXPLAN.

Kata Kunci : Tindakan Pajak Agresif, Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance, dan Reputasi Auditor
THE INFLUENCE OF AUDIT COMMITTE, GOOD CORPORATE
GOVERNANCE, AND REPUTATION OF AUDITOR TOWARD
TAX AGGRESSIVENESS

By

Agus Catur Pamungkas

Abstrak

This research aims to examine the influence of Audit Committee, Good Corporate
Governance, and Reputation of Auditor toward Tax Aggressiveness. This research
measure the tax aggressiveness from ETR, CETR, TAXPLAN proxy. Audit Committee,
Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor have used as Independent
variable for measure a aggressiveness of corporate tax. This research used a sample of 14
companies that listed in Corporate Governance Index that published by IICG for year
2010-2012. The result of this research shows that relation between Audit Committee,
Good Corporate Governance, and Reputation of Auditor has significantly toward Tax
Aggressiveness from ETR and CETR proxy, but has not significantly relation for
TAXPLAN proxy.

Keywords : Tax Aggressiveness, Audit Committe, Good Corporate Governance, and


Reputation of Auditor
PRAKATA

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan maret 2014 ini adalah Pengaruh Komite
Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan
Pajak Agresif.Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak
dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat
diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada
Ibu DR. Erna Hernawati, CPMA, Ak selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun,
tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi,
arahan, dan saran-saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi.
Untuk Ferry Fadly, Agung Setia Dharma, Farid Rakhmadin, Andrea Dwi Prasetya,
Muhammad Permata Hadi, Aditya Riyadi, Adam Husni Ali, Fachmi Ardiyansyah, Rizky
Yudha Satria, Muhammad Ridwan yang telah memberikan bantuan moral, material serta
dukunganya dalam penulisan skripsi ini
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 11 Agustus 2014


Agus Catur Pamungkas
RIWAYAT HIDUP

FOTO
(4x6)
Berwarna

Nama : Agus Catur Pamungkas


Tempat/Tanggal Lahir : Magetan, 12 Agustus 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Kompl. PLN P3B .No.53 Rt.005/007
Krukut, Limo -Depok
No. Telp : 08881042312
Email :Aks1.fair@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 1 Panekan 2003
2. SMP Negeri 1 Panekan 2006
3. SMA Negeri 2 Magetan 2009
4. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta S1 Akuntansi 2014

PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus HMJUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2. Pengurus BEM Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................... i


Pernyataan Orisinalitas ........................................................................ ii
Abstrak.................................................................................................. iii
Pernyataan Persetujuan Publikasi ...................................................... v
Halaman Judul ..................................................................................... vi
Pengesahan .......................................................................................... vii
Prakata ................................................................................................ viii
Riwayat Hidup ..................................................................................... ix
Daftar Isi ................................................................................................ x
Daftar Tabel ....................................................................................... xiii
Daftar Gambar. .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
I.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4
I.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................... 6
II.2. Landasan Teori ....................................................................... 10
II.2.1 Teori Keagenan....................................................................... 11
II.2.2 Pajak Agresif .......................................................................... 12
II.2.2.1 Definisi Pajak ......................................................................... 12
II.2.2.2 Perencanaan Pajak .................................................................. 13
II.2.2.3 Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak ........................... 14
II.2.2.4 Tindakan Pajak Agresif .......................................................... 14
II.2.2.5 Kebaikan dan Kerburukan Tindakan Pajak Agresif ............... 15
II.2.2.6 Indikasi Tindakan Pajak Agresif ............................................ 15
II.2.2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan
Tindakan Pajak Agresif .......................................................... 16
II.2.2.8 Perbedaan Perencanaan Pajak (Tax Planning), Tindakan
Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak
(Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) ........ 16
II.2.3 Komite Audit .......................................................................... 20
II.2.3.1 Pengertian Komite Audit ........................................................ 20
II.2.3.2 Fungsi Komite Audit .............................................................. 21
II.2.3.3 Tanggung Jawab Komite Audit .............................................. 21
II.2.3.4 Aktifitas Komite Audit ........................................................... 25
II.2.3.5 Keanggotaan Komite Audit .................................................... 27
II.2.4 Penerapan Good Corporate Governance ............................... 28
II.2.4.1 Definisi Good Corporate Governance .................................... 28
II.2.4.2 Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Good Corporate Governance ... 29
II.2.4.3 Maksud dan Tujuan serta Manfaat Pelaksanaan Good
Corporate Governance ........................................................... 32
II.2.5 Reputasi Auditor ..................................................................... 34
II.3 Pengembangan Hipotesis........................................................ 36
II.3.1 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif... 36
II.3.2 Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Tindakan Pajak Agresif .......................................... 37
II.3.3 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif
38
II.4 Kerangka Penelitian ................................................................ 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


III.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..................... 40
III.1.1 Definisi Operasional ............................................................... 40
III.1.2 Pengukuran Variabel .............................................................. 41
III.2 Metode Penentuan Populasi dan Sampel................................ 43
III.2.1 Populasi................................................................................... 43
III.2.2 Sampel .................................................................................... 43
III.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 44
III.3.1 Jenis Data ............................................................................... 44
III.3.2 Sumber Data .......................................................................... 44
III.3.3 Pengumpulan Data ................................................................. 44
III.4 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ................................ 45
III.4.1 Teknik Analisis Data .............................................................. 45
III.4.1.1 Statistik Deskriptif Data ......................................................... 45
III.4.1.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 45
III.4.2 Uji Hipotesis ........................................................................... 47
III.4.2.1 Uji F dan Uji Adjusted R2 ...................................................... 47
III.4.2.2 Uji t ......................................................................................... 47
III.4.3 Model Regresi......................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Deskripsi Obyek Penelitian .................................................... 49
IV.2 Deskripsi Hasil Analisa Data.................................................. 50
IV.2.1 Tindakan Pajak Agresif .......................................................... 51
IV.2.2 Komite Audit .......................................................................... 52
IV.2.3 Penerapan Good Corporate Governance ............................... 52
IV.2.4 Reputasi Auditor ..................................................................... 53
IV.2.5 Statistik Deskriptif .................................................................. 54
IV.2.6 Uji Normalitas ........................................................................ 58
IV.2.7 Uji Multikolinieritas ............................................................... 61
IV.2.8 Uji Heterokedastisitas ............................................................. 62
IV.2.9 Uji Autokorekasi..................................................................... 64
IV.3 Pengujian Hipotesis ................................................................ 64
IV.3.1 Uji F Secara Simultan) dan Uji Koefisien Data (Adjusted R2)65
IV.3.2 Uji t (Secara Parsial) ............................................................... 67
IV.3.3 Uji Regresi berganda .............................................................. 69
IV.4 Pembahasan dan Keterbatasan ............................................... 75
IV.4.1 Pembahasan ............................................................................ 75
IV.4.2 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 Kesimpulan ............................................................................. 79
V.2 Saran ....................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 81


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Matriks Penelitian Terdahulu ....................................................... 9


Tabel 2 Proses Seleksi Sampel .................................................................. 50
Tabel 3 Klasifikasi Tindakan Pajak Agresif Proksi ETR, CETR,
dan TAXPLAN Periode 2010-2012 .............................................. 51
Tabel 4 Komite Audit ................................................................................. 52
Tabel 5 Penerapan Good Corporate Governance ...................................... 52
Tabel 6 Reputasi Auditor ........................................................................... 53
Tabel 7 Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap
Tindakan Pajak Agresif ................................................................. 53
Tabel 8 Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance
Terhadap Tindakan Pajak Agresif ................................................. 56
Tabel 9 Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap
Tindakan Pajak Agresif ................................................................. 56
Tabel 10 Hasil Statistik DeskriptifAntar Variabel Dependen ...................... 57
Tabel 11 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 61
Tabel 12 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 64
Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ............................................. 65
Tabel 14 Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................................... 66
Tabel 15 Hasil Uji Hipotesis Secara Partial ................................................ 67
Tabel 16 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................... 69
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Unifying Conceptual Framework of Corporate


Tax Planning ............................................................................. 17
Gambar II.2 Kerangka Pemikiran ................................................................. 29
Gambar IV.1 Hasil Uji Normalitas Proksi ETR ............................................. 59
Gambar IV.2 Hasil Uji Normalitas Proksi CETR ........................................... 60
Gambar IV.3 Hasil Uji Normalitas Proksi TAXPLAN .................................. 60
Gambar IV.4 Scatterplot Proksi ETR ............................................................. 62
Gambar IV.5 Scatterplot Proksi CETR ........................................................... 63
Gambar IV.6 Scatterplot Proksi TAXPLAN .................................................. 63
Gambar IV.7 Kesimpulan Regresi Berganda.................................................. 75
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama Perusahaan yang terdaftar di IICG periode 2010 - 2012


Lampiran 2 Perhitungan Komite audit
Lampiran 3 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2010
Lampiran 4 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2011
Lampiran 5 Perhitungan indeks Good Corporate Governance 2012
Lampiran 6 Tabel Chi-Square
Lampiran 7 Surat Riset
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pajak merupakan aspek fiskal yang memberikan masukan kepada negara berupa
pendapatan nasional yang nantinya akan digunakan sebagai input dalam meningkatkan
pembangunan nasional kearah yang lebih baik. Sejatinya, pajak merupakan komponen
didalam pendapatan nasional yang bersumber dari pungutan terhadap wajib pajak baik
perseorangan, badan, maupun wajib pajak luar negeri berdasarkan sistem serta tata cara
pemungutan yang telah ditentukan undang undang. Salah satunya yaitu UU No 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang diharapkan wajib pajak
perseorangan, badan serta wajib pajak luar negeri mengerti tentang mekanisme
pembayaran pajak sehingga peningkatan penerimaan Negara dari sisi pajak meningkat
pula.
Peningkatan pendapatan Negara di sektor perpajakan dapat dikatakan meningkat
jika dilihat dari data yang diterbitkan bps.go.id pada periode 2010-2013, berikut grafik
pendapatan nasional dari sektor pajak :
Gambar 1.
Penerimaan Pajak Terhadap Pendapatan Nasional Dalam Persentase
(%) periode 2010-2013
80.0%
75.0%
70.0% 78.2%
72.9% 72.5% 74.9%
65.0%
2010 2011 2012 2013

Sumber Data : BPS.co.id


Dari grafik batang diatas, diperoleh data penerimaan pajak terhadap pendapatan
nasional dalam bentuk prosentase (%) periode 2010-2013. Peningkatan pendapatan terjadi
pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 74,9 % dan 78,2 %, namun kondisi sebaliknya terjadi
pada tahun 2011 sebesar 72,5 %. Namun terlepas dari penurunan penerimaan negara
lewat sektor pajak yang menurun di tahun 2011, tak dapat dipungkiri bahwa alokasi pajak
terhadap penerimaan negara begitu besar bahkan melebihi 50 %.Sehingga pemerintah
jelas menyadari bahwa penerimaan negara lewat sektor pajak harus terus ditingkatkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh wakil ketua komisi XI DPR RI Achsanul Qosasih
(NERACA, 25 Februari 2013:8281) yang menyatakan bahwa peningkatan sektor pajak
bisa ditingkatkan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan penambahan Wajib Pajak (WP) baru
atau mengoptimalkan penagihan pajak terhadap Wajib Pajak (WP) yang nakal.
Nampaknya pernyataan Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achsanul Qosasih tersebut
sesuai dengan kasus penggelapan pajak yang terjadi terhadap PT Bumi Resources Tbk
(BUMI) sebesar US $ 1.060 Miliar. Kondisi tersebut juga diperburuk dengan Kerugian
Pajak yang harus dibebankan kepada pemerintah sebesar US $ 477 Juta dan juga selisih
royalti atas batu bara (BPHPB) sebesar US $ 143 Juta. Sehingga kerugian yang diderita
Negara akibat penggelapan pajak tersebut mencapai US $ 1.680 Miliar.Hal tersebut
berdasarkan data dalam Laporan Keuangan Periode 2003-2008. (NERACA, 25 Februari
2013:8281)
Berdasarkan fakta diatas, sangat mungkin terjadi penggelapan pajak terhadap
perusahaan perusahaan di Indonesia sebagaimana yang terjadi pada PT Bumi Resources
Tbk (BUMI).Sari dan Martani (2010) mengungkapkan bahwa pembayaran pajak
penghasilan merupakan biaya bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Sehingga pemilik
perusahaan diduga akan cenderung lebih suka manajemen perusahaan melakukan
tindakan pajak agresif (Chen et al.2010).
Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk menurunkan
laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau
tidak tergolong tax evasion (Frank et al.2009). Sari dan Martani (2010) menyatakan
bahwa Tindakan Pajak Agresif juga dapat menimbulkan konsekuensi biaya lain, yaitu
biaya akibat dari masalah yang timbul akibat adanya masalah keagenan (agency
problem).
Menurut IICG (2009:4) untuk mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus
ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian wewenangnya kepada manajemen,
maka Penerapan Good Corporate Governance diperlukan. Dalam rangka pelaksanaan tata
kelola perusahaan (Good Corporate Governance) yang baik, Bursa Efek Indonesia (BEI)
mengeluarkan peraturan tanggal 1 Juli yang mengatur tentang Pembentukan Komite
Audit.(Palestin. 2007).Palestin (2007) melanjutkan bahwa keberadaan Komite Audit ini
merupakan usaha perbaikan terhadap cara pengelolaan perusahaan terutama cara
pengawasan terhadap manajemen perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Martani (2010) mengenai Pengaruh
Karakteristik Kepemilikan dan Good Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak
Agresif perusahaan belummampu memberikan bukti kuat atas seluruh hipotesis yang
diajukan, namun telah memberikan gambaran awal Pengaruh Karakteristik Kepemilikan
dan Good Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif perusahaan.
Gambaran tersebut memperlihatkan kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih
agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga, dan praktik Good Corporate
Governance berpengaruh negatif terhadap tindakan pajak agresif tersebut.
Oleh karenanya, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Komite
Audit dan Praktik Good Corporate Governance serta Reputasi Auditor terhadap Tindakan
Pajak Agresif perusahaan di Indonesia. Lebih spesifiknya akan dilihat pengaruh dari
adanya Praktik Good Corporate Governance yang baik terhadap hubungan Reputasi
Auditor dan Komite Audit dengan Tindakan Pajak Agresif.
Berdasarkan fenomena dan hasil research yang belum konsisten, maka dilakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif.

I.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif
Perusahaan?
2. Apakah GoodCorporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Tindakan
Pajak Agresif Perusahaan?
3. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak
Agresif Perusahaan?

I.3. Tujuan Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk membuktikan secara empiris bahwa Komite Audit, Penerapan Good
Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor berpengaruh Terhadap Tindakan Pajak
Agresif.
I.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak,
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan
pengetahuan empiris kepada penulis mengenai pengaruh bahwa Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor berpengaruh
Terhadap Tindakan Pajak Agresif, di samping pengetahuan konseptual yang
telah penulis miliki.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan,
khususnya mengenai pengaruh Komite Audit dan Reputasi Auditor
perusahaan dengan klasifikasi tertentu terhadap Pajak Agresif. Disamping itu
pula, Perusahaan bisa melihat seberapa besar pengaruh GoodCorporate
Governance terhadap Pajak Agresif perusahaan yang diharapkan dapat
memberi tambahan keyakinan serta informasi untuk perusahaan dalam
mengontrol Pajak Agresif perusahaan.
b. Bagi Investor
Untuk memberikan informasi, sehingga dapat melihat seberapa besar
keterlibatan Good Corporate Governance serta pengaruh yang disebabkan
Komite Audit dan Reputasi Auditor terhadap Pajak Agresif perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Hasil Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitianterdahulu yang berkaitan dengan masalah Pengaruh Komite
Audit, Penerapan Good Corporate Governance, Dan Reputasi Auditor Terhadap
Tindakan Pajak Agresif yang diantaranya dikutip dari beberapa sumber penelitian
tersebut antara lain :
a. Frank et.al (2008)
Frank et.al(2008) melakukan penelitian yang berjudul Tax Reporting
Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. Variabel
yang diteliti dalam penelitian ini adalah Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak
sebagai variabel independen dan Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Keuangan
sebagai Variabel dependen. Sampel perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini dipilih dengan purposive sampling method. Populasi penelitian ini
ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Compustat’s annual industrial file
selama periode 1991-2005, yaitu sebanyak 49.886 perusahaan yang kemudian
berubah menjadi sampel akhir sebanyak 8.100 perusahaan. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa variabel Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak memiliki
hubungan signifikan positif terhadap Tingkat Keagresifitasan Pelaporan
Keuangan. Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Frank et.al(2008)
adalah yaitu belum dapat menjelaskan penyebab terjadinya hubungan positif
antara Tingkat Keagresifitasan Pelaporan Pajak dengan Tingkat Keagresifitasan
Pelaporan Keuangan.
b. Chen et.al (2010)
Chen et.al(2010) melakukan penelitian yang berjudul “Are Family firms more
tax aggressive than non-Family firms?”. Variabel yang diteliti dalam penelitian
ini adalah Karakteristik Kepemilikan sebagai variabel independen dan Tindakan
Pajak Agresif sebagai Variabel dependen. Variabel Kepemilikan dibagi menjadi
2 bagian yaitu Kepemilikan Keluarga dan Kepemilikan Non-Keluarga. Sampel
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan purposive
sampling method. Populasi penelitian ini ialah perusahaan yang terdaftar di S&P
1500 index (S&P 500, S&P Mid Cap 400, and S&P Small Cap 600 indices)
selama periode 1996-2000, yaitu sebanyak 3,865 perusahaan yang kemudian
berubah menjadi sampel akhir sebanyak 1,003 perusahaan. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Dari hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa variabel Karakteristik Kepemilikan Non-Keluarga memiliki
kecenderungan lebih agresif terhadap perpajakan dibanding Kepemilikan
Keluarga.
c. Sari dan Martani (2010)
Sari dan Martani (2010) melakukan penelitian yang berjudul Karakteristik
Kepemilikan Perusahaan, Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif.
Variabel yang diteliti adalah Karakteristik Kepemilikan, Corporate Governance
sebagai variabel independen dan Tindakan Pajak Agresif sebagai Variabel
dependen. Variabel Kepemilikan dibagi menjadi 2 bagian yaitu Kepemilikan
Keluarga dan Kepemilikan Non-Keluarga. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dipilih dengan purposive sampling method. Populasi penelitian ini
ialah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2005-
2008, yaitu sebanyak 160 perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa variabel
Karakteristik Kepemilikan dengan Keluarga memiliki kecenderungan lebih
agresif terhadap perpajakan dibanding Non-Keluarga, sedangkan hubungan
antara Praktik Corporate Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif yaitu
Signifikan Negatif. Keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari dan
Martani(2010) yaitu kurang tepatnya prosedur pemilihan sampel. Dalam
pemilihan sampel, tiap ada perusahaan yang memiliki laba negatif pada salah
satu tahun observasi, maka perusahaan tersebut langsung dikeluarkan dari
sampel. Terlalu banyaknya proksi tindakan pajak agresif yang digunakan, bisa
jadi merupakan penyebab dari inkonsistensi dalam signifikansi dan arah
koefisien variabel independen. Setelah melihat penjelasan mengenai
penelitianterdahulu yang berkaitan dengan masalah Pengaruh Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governance, dan Reputasi Auditor terhadap
Tindakan Pajak Agresif, selanjutnya akan dijelaskan berupa matriks penelitian
sebagai berikut:
d. Choi (2011)
Choi (2011) dengan judul “Ownership Structure, Board Characteristics, And
Tax Aggressiveness”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Ownership Structure(Controlling Shareholdings, State-Controlled Firms),
danBoard Characteristics(Independent Directors Of The Board, Board
Chairman, dan The Percentage Of Board Shareholdings). Sampel dari penelitian
ini adalah semua perusahaan non-keuangan A-saham yang terdaftar di Shanghai
dan Bursa Efek Shenzhen periode 2003-2009. Sampel yang digunakan sebanyak
6.842 observasi perusahaan (7 tahun) (1.552 perusahaan per tahun). Penelitian
menggunakan analisa regresi berganda. Studi ini menyimpulkan bahwa bahwa
perusahaan dengan persentase yang lebih tinggi kepemilikan saham
pengendalinya cenderung lebih agresif pajak. Agresivitas pajak berkurang jika
pemegang saham pengendali adalah pemerintah. Namun Choi (2011) tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara Independent Directorsdan ETR.
Penelitian tersebut memiliki beberapa keterbatasan antara lain: Kendala data.
Dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan AS, perusahaan yang terdaftar di
China cenderung memiliki transparansi pelaporan keuangan yang lebih
rendah.Dengan demikian, sejumlah besar data yang hilang dapat menurunkan
kekuatan interpretasi hasil regresi seperti tercermin rendah R square.Pembatasan
data yang juga membatasi beberapa pengukuran alternatif ETR.Selain itu,
Literatur yang digunakan dalam penelitian ini terbatas.
e. Ayu-Kurniasih(2012)
Ayu-Kurniasih(2012)menguji“Pengaruh Corporate Governance TerhadapTax
Avoidance”. Dengan variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional,
Komposisi Dewan Komisaris, Dewan Komisaris, Komite Audit,dan Kualitas
Audit. Variabel dependennya yaitu Tax Avoidance. Sampel yang digunakan
sebanyak 200 perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. Dari
hasil penelitian membuktikan bahwa Komite Audit dan Kualitas Audit
berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. Sedangkan Kepemilikan
Institusional, Komposisi Dewan Komisaris, Dewan Komisaris tidak berpengaruh
signifikan terhadap Tax Avoidance.
Tabel 1
Matriks Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait dengan Tindakan Pajak Agresif
Nama Peneliti dan Hasil /
No. Sampel dan Alat Uji Variabel
Tahun Penelitian Kesimpulan
1. Frank et al (2008) a. 8.100 Perusahaan Tingkat Keagresifitasan
Signifikan (+)
b. Regresi Berganda Pelaporan Pajak
Tingkat Keagresifitasan
Signifikan (+)
Pelaporan Keuangan
2. Chen et al (2010) a. 1,003 Perusahaan Corporate Governance Tidak Signifikan
b. Regresi Berganda Tindakan Pajak Agresif Tidak Signifikan
Kepemilikan Manajerial Signifikan (+)
3. Sari dan Martani a. 160 perusahaan Keputusan Keuangan Tidak Signifikan
(2010) b. Regresi Berganda Nilai Perusahaan Signifikan (+)
Karakteristik Kepemilikan Tidak Signifikan
4. Choi (2011) a. 6.842 perusahaan Ownership Structure Signifikan (+)
b. Regresi Berganda Board Characteristics Tidak Signifikan
5. Ayu-Kurniasih a. 200 perusahaan Kepemilikan Institusional Tidak Signifikan
(2012) b. Regresi Berganda Komposisi Dewan Komisaris Tidak Signifikan
Dewan Komisaris Tidak Signifikan
Komite Audit Signifikan (+)
Kualitas Audit Signifikan (+)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sudut pandang
dalam melihat Tindakan Pajak Agresif dilihat dari sudut pandang audit, dimana penelitian
ini mencoba melihat seberapa besar pengaruh yang ada dari variabel Komite Audit, dan
juga variabel Reputasi Auditor selain memastikan hubungan Penerapan Good Corporate
Governance.Hal yang paling membedakan antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya selain penggunaan variabel adalah objek yang diteliti dan tahun penelitian.
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah indeks CG
bersumber dari Research Report on Indonesian Corporate Governance Scorecardyang
dikeluarkan oleh IICD (Indonesian Institute for Corporate Directorship) serta tahun
penelitian yang digunakan dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Namun pada penelitian ini
yang digunakan adalah indeks CG yang bersumber dari Corporate Governance
Perception Indexyang dikeluarkan oleh IICG (Indonesian Institute For Corporate
Governance) serta menggunakan tahun penelitian yang lebih baru yaitu dari tahun 2010
hingga tahun 2012.

II.2. Landasan Teori


Pajak yang menjadi penerimaan negara terbesar di negara Indonesia menjadi sangat
vital dalam membiayai pembangunan nasional. Depkeu mencatat, bahwa tahun 2011
dominasi pajak sebesar 76,95 % menjadi sangat dominan dalam memberikan kontribusi
nyata sepanjang tahun terhadap pertumbuhan serta pembangunan nasional secara
menyeluruh. Namun angka tersebut dinilai belum maksimal jika melihat kondisi
kenyataan dilapangan, sehingga pemerintah berusaha meningkatkan alokasi penerimaan
pajak yang optimal. Peningkatan alokasi tersebut diwujudkan dengan adanya regulasi-
regulasi yang mendukung tujuan pemerintah itu. Salah satunya yaitu UU No 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Namun tetap saja masih ada
beberapa Perusahaan yang melakukan penghindaran pajak bahkan penyimpangan pajak.
Penelitian ini meneliti tentang perusahaan yang terlalu agresif mengenai hal pajak
perusahaan dalam kaitannya terhadap keberadaan komite audit, orientasi Corporate
Governance dan juga reputasi audit. Variabel yang diteliti adalah Komite Audit,
Penerapan Corporate Governance, Reputasi Auditor dan Tindakan Pajak Agresif
Perusahaan. Pajak Agresif adalah sebuah kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk
menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir tahun baik dengan metode yang
melanggar hukum atau tidak melanggar hukum. Dan tindakan yang dilakukan perusahaan
tersebut sangat sulit dideteksi.
Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah bagaimana pengaruh antara Komite
Audit yang ada di dalam perusahaan, penerapan Corporate Governance dan Reputasi
Auditor terhadap tindakan Pajak Agresif Perusahaan pada tahun 2010 – 2012.
Sesuai dengan penjelasan dari peneliti terdahulu dan penjabaran variabel-variabel
dari penelitian yang dilakukan, maka diberikan beberapa landasan teori yang
berhubungan dengan variabel-variabel tersebut yaitu, teori keagenan, definisi pajak,
perencanaan pajak, motivasi dilakukannya perencanaan pajak, pengertian pajak agresif,
kebaikan dan keburukan pajak agresif, indikasi tindakan pajak agresif, komite audit,
Corporate Governance, serta teori mengenai Reputasi Auditor. Landasan teori tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
II.2.1. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara agent (Manajer) dengan pricipal (Pemilik/Investor). Teori keagenan
(agency theory) menjelaskan jika antar pihak principal (Pemilik/Investor) dan agent
(Manajer) memiliki kepentingan yang berbeda, Widyaningdyah (2001) menyatakan
bahwa Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent maka muncul konflik yang dinamakan konflik keagenan
(agency conflict)(Richardson, 1998). Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa
adanya pemisahan kepemilikan oleh principal (Pemilik/Investor) dengan pengendalian
oleh agent (Manajer) dalam suatu organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenan
diantara principal (Pemilik/Investor) dan agent (Manajer). Hubungan antara Theory
Agency dengan Tindakan Pajak Agresif terletak pada konflik kepentingan yang timbul
antara manajer (agent)yang berkeinginan untuk memaksimalkan laba (menurunkan laba
kena pajak perusahaan) dengan pemilik (principal) yang takut nama baik perusahaan
menjadi buruk akibat tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajer diketahui
oleh stakeholder. Masri dan Martani (2012) menjelaskan masalah agensi yang muncul
dengan adanya manajemen pajak adalah karena adanya perbedaan kepentingan antara
para pihak, satu sisi manajer sebagai agent menginginkan peningkatan kompensasi,
pemegang saham ingin menekan biaya pajak.

II.2.2. Pajak Agresif


II.2.2.1. Definisi Pajak
Secara etimologi pajak adalah pungutan wajib, ekspektasi yang diberikan pun
berupa uang yang harus dibayar oleh warga negara sebagai sumbangan wajib kepada
negara terkait dengan penghasilan, pemilikan, dan sebagainya. Oleh karena itu negara
sangat berharap banyak pada pajak sebagai sumber penerimaan negara.
Terkait hal tersebut, banyak ahli yang berpendapat mengenai penegertian pajak
menurut asumsi dan pengetahuan yang mereka miliki. Hal tersebut antara lain ialah:
Menurut S.I Djajadiningrat dalam Resmi (2005:1) menyatakan bahwa:“Pajak
sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidaka da jasa timbal balik dari negara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum.”
Menurut Feldmann dalam Priantara (2013:2) mengemukakan bahwa: “Pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut
norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-
mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”
Menurut Rochmat Soemitro dalam Priantara (2013:2) menyatakan bahwa: “Pajak
adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang
undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan (tegenprestatie), yang
secara langsung dapat ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
dan sebagai pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai tujuan yang ada
diluar keuangan Negara.”
Dari beberapa pengertian serta definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak
adalah kewajiban atau pengorbanan setiap warga negara kepada negara sebagai wajib
pajak dengan menyerahkan sebagian kas kepada pemerintah khususnya negara yang akan
digunakan untuk kepentingan dan kemajuan negara.

II.2.2.2. Perencanaan Pajak


Tax Planning atau Perencanaan Pajak jika diartikan secara sederhana ialah suatu
tindakan menghemat pengeluaran pajak lewat perencanaan. Namun, banyak pendapat
menyatakan bahwa Tax Planning akan membawa lebih banyak keuntungan, karena
manfaatnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan
(Handoko:2007). Hoyt dalam Tax Havens (1993:48) menyatakan bahwa kenyataan yang
ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak sering mencari cara-cara baru untuk
mengurangi kewajiban pajak mereka. Untuk itu perlu dipahami secara benar tentang
pengertian dari perencanaan pajak.
Seiring dengan perkembanganya, ada beberapa ahli dibidang pajak yang
mendefinisikan Tax Planning (Perencanaan Pajak) antara lain sebagai berikut:
Menurut Barry Spitz dalam Suandy (2011:8) Perencanaan Pajak atau Tax
Planning adalah Proses Pengambilan Tax Factor yang relevan dan non-tax factor yang
material untuk menentukan a). apakah, b). kapankah, c). bagaimana, dan d). dengan siapa
(pihak mana),Dilakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan
tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan
tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut Farid Ahmad dalam Gunadi (2006:276) menyatakan bahwa:
“Perencanaan Pajak merupakan serangkaian proses atau tindakan yang dilakukan wajib
pajak untuk merekayasa sumber-sumber penghasilan dan beban maupun transaksi lainnya
dengan tujuan meminimalisasi, penangguhan atau eliminasi beban pajak yang masih
berada dalam kerangka perantara perundang-undangan.”
Handoko (2007) dalam Observation and Research of Taxation menyatakan bahwa
Tax Planning atau Perencanaan Pajak adalah “Suatu perencanaan pajak sehingga dapat
mencapai suatu penghematan pajak (tax savings) dengan mencari ide-ide baru dan
memanfaatkan celah hukum perpajakan”.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Tax Planning atau
perencanaan pajak merupakan kebijakan atau otorisasi dari manajemen atas dalam
meminimalkan pengeluaran beban pajak kepada pemerintah lewat kombinasi-kombinasi
keuangan yang sudah direncanakan sebelumnya untuk menambah alokasi keuntungan
perusahaan.

II.2.2.3. Motivasi Dilakukannya Perencanaan Pajak


Suandy (2011:10-11) menyatakan bahwamotivasi yang mendasari dilakukannya
perencanaan pajak (Tax Planning) umumnya bersumber dari 3 unsur perpajakan, yaitu :
a. Kebijakan Perpajakan (Tax Policy)
b. Undang Undang Perpajakan (Tax Law)
c. Administrasi Perpajakan (Tax Administration).
Ketiga unsur tersebut terjadi menurut proses sesuai dengan urutan waktu
penyusunan sistem perpajakan.

II.2.2.4. Tindakan Pajak Agresif


Pajak agresif dapat dipahami dan dimengerti secara jelas mengacu dari pengertian
yang dinyatakan oleh:
Choi (2011) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai suatu upaya yang dilakukan
perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak secara hukum.
Hite and McGill (1992) dan Murphy (2004) juga menyatakan suatu agresivitas
pelaporan pajak adalah sebagai berikut :“Situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan
pajak tertentu dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan
diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena
ketidakjelasan posisi akhir (apakah tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak
melanggar hukum yang berlaku)”.
Frank et al (2009) yaitu : “Suatu tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba
kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak
tergolong tax evasion. Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan,
namun semakin banyak celah yang digunakan perusahaan maka perusahaan tersebut
dianggap semakin agresif”
Dengan mengetahui beberapa definisi serta pengertian diatas yang mengungkapkan
mengenai pajak agresif dapat disimpulkan bahwa Pajak Agresif adalah suatu kebijakan
perusahaan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir
tahun baik dengan metode yang melanggar hukum atau tidak melanggar hukum.Namun
Tidak ada definisi atau pengukuran Pajak Agresif yang diterima secara universal (Hanlon
dan Heizman, 2010).

II.2.2.5. Kebaikan Dan Keburukan Tindakan Pajak Agresif


Tiga keuntungan tindakan pajak agresif yang akan dipaparkan di sini. (1)
Keuntungan berupa penghematan pajak yang dibayarkan perusahaan kepada negara,
sehingga porsi kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham menjadi lebih besar. (2)
Keuntungan (baik langsung atau tidak langsung) bagi manajer yang mendapatkan
kompensasi dari pemilik/pemegang saham atas tindakan pajak agresif yang dilakukannya.
(3) Keuntungan berupa kesempatan bagi manajer untuk melakukan rent extraction (Chen
et al. 2010).
Sedangkan kerugian dari tindakan pajak agresif antara lain adalah kemungkinan
perusahaan mendapat sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham
perusahaan. Kemungkinan harga saham mengalami penurunan, dikarenakan pemegang
saham lainnya mengetahui tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan
dalam rangka rent extraction (Desai and Dharmapala. 2006).

II.2.2.6. Indikasi Tindakan Pajak Agresif


Dalam penelitian-sebelumnya, dijelaskan mengenai Indikasi/Standar untuk
mengidentifikasi Perusahaan melakukan Tindakan Pajak Agresif, yaitu:
a. Menurunkan Laba Kena Pajak (Frank et.al : 2009),
Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan melakukan pengelolaan beban
yang secara langsung mengurangi pendapatan perusahaan, seperti melaporkan
peningkatan jumlah asset sehingga beban penyusutan perusahaan menjadi besar,
melaporkan peningkatan beban piutang tak tertagih dari tahun sebelumnya, dll.
b. Melakukan kebijakan pajak tertentu (Hite and McGill. 1992, dan Murphy. 2004)
Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan berkonsultasi dengan konsultan
pajak untuk melihat serta memilih kebijakan pajak yang tepat dalam
“menghindari” pajak, seperti melaporkan perusahaan mengalami kerugian,
perusahaan tidak membayar pajak tahun ini, dsb.
c. Jumlah kas dan setara kas meningkat tiap tahun (Chen et.al. 2010).
Tindakan ini dilakukan dengan cara perusahaan memanipulasi penjualan
perusahaan dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan tunai sehingga kas
yang diperoleh masuk secara langsung kedalam kas Negara, hal ini menunjukan
bahwa perusahaan sudah melakukan tindakan pajak agresif.

II.2.2.7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Melakukan Tindakan


Pajak Agresif
Menurut Choi (2011), adapun faktor-faktor yang mempengaruhiPerusahaan
melakukan Tindakan Pajak Agresifadalah :
a. Keinginan Perusahaan dalam mengurangi Beban Pajak Eksplisit Perusahaan.
b. Celah hukum yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan.
c. Karakter manager.
d. Tingkat Resiko Pajak.

II.2.2.8. Perbedaan Perencanaan Pajak (Tax Planning), Tindakan Pajak Agresif


(Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak
(Tax Evasion).
Dari sub bab sebelumnya dapat diketahui bahwa pengertian dari Tindakan Pajak
Agresif (Tax Aggressive) adalah adalah suatu kebijakan perusahaan yang bertujuan untuk
menurunkan laba kena pajak perusahaan pada akhir tahun baik dengan metode yang
melanggar hukum atau tidak melanggar hukum. NamunChoi (2011) dalam penelitiannya
membuat suatu kerangka pemikiran yang membedakan antara Perencanaan Pajak (Tax
Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan
Penggelapan Pajak (Tax Evasion) yang dinamakan sebagai “Unifying Conceptual
Framework of Corporate Tax Planning”. Berikut adalah kerangka berpikir yang disebut
“Unifying Conceptual Framework of Corporate Tax Planning” oleh Choi (2011).
Gambar 2
“Unifying Conceptual Framework of Corporate Tax Planning”
Dimana pada penelitian Choi (2011) membedakan Perencanaan Pajak (Tax Planning),
Pajak Agresif (Tax Aggressif), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan
Pajak (Tax Evation) secara substansial serta pengukuran.
Dari kerangka berpikir yang dibuat oleh Choi (2011) diatas membedakan secara
jelas bahwa Perencanaan Pajak (Tax Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive),
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) berbeda.
Berikut penjelasan yang dibuat oleh Choi (2011) tentang Perencanaan Pajak (Tax
Planning), Pajak Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan
Penggelapan Pajak (Tax Evasion).
a. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Konsep yang mendasari yang semua konstruksi pajak lainnya dalam Unifying
Conceptual Framework of Corporate Tax Planning adalah Perencanaan Pajak
(Tax Planning) perusahaan (lihat gambar 2.1). Perencanaan pajak (Tax
Planning) yang efektif dalam proses pengambilan keputusan perusahaan yang
ditujukan untuk memaksimalkan kembali setelah pajak, antara lain :
1) Mempertimbangkan Posisi Pajak Semua Pihak yang terlibat (Pendekatan
Multilateral)
2) Mempertimbangkan Semua Pajak, Baik Eksplisit Dan Implisit
3) Mengetahui Relevansi Semua Biaya, Baik biaya Pajak Dan Non-Pajak
Dari mempertimbangkan tiga tema umum "semua pihak", "semua pajak", dan
"semua biaya" maka bahwa strategi minimisasi pajak tidak selalu diinginkan.
Perencanaan pajak selalu membutuhkan pertimbangan dan trade- off yang
tidak terpisahkan dari semua pajak eksplisit dan implisit serta biaya non-
pajak. Pada poin ini, konstruksi yang berada dibawah Perencanaan Pajak (Tax
Planning), yaitu Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Pajak Agresif (Tax
Aggressive), dan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) berbeda (lihat gambar
2.1). namun semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengurangi beban
pajak eksplisit perusahaan.
b. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dalam kerangka disini didefinisikan
sebagai pengurangan pajak eksplisit suatu perusahaan dengan cara apapun.
Pendekatan ini sejalan dengan definisi yang diasumsikan oleh Dyreng et.al
(2008) dan Hanlon dan Heitzman (2010), yang menunjukkan bahwa definisi ini
tidak membedakan antara kegiatan “pajak yang disukai” pada
kenyataanya,Perencanaan Pajak (Tax Planning) yang secara eksplisit dilakukan
untuk menghindari pembayaran pajak, dan/atau manfaat pajak yang diharapkan
dari proses lobi. Selanjutnya, konstruksi Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
tidak membedakan antara hukum jelas, secara hukum diragukan atau "abu-abu -
skala", ilegal , dan pada kenyataannya praktek penipuan pajak (Dyreng
et.al.2008). Ini menjelaskan bahwa Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
mungkin termasuk Pajak Agresif (Tax Aggressive), bahkan berpotensi
Penggelapan Pajak (Tax Evasion) dalam Perencanaan Pajak (Tax Planning)
eksplisit.
c. Pajak Agresif (Tax Aggressive)
Pajak Agresif (Tax Aggressive) (seperti digambarkan pada Gambar 2.1)
dipahami untuk berada pada tingkat agregasi yang lebih rendah dibanding
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Kerangka konseptual yang diuraikan
secara umum menunjukkan bahwa semakin lemah dukungan hukum dari posisi
pajak perusahaan, akan lebih masuk akal untuk mempertimbangkan posisi ini
menjadi pajak agresif (Tax Aggressive). Tantangan besar terletak pada upaya
untuk menentukan secara obyektif titik cut-off di mana tindakan Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance) yang mendasarinya ke tingkat kritis secara hukum dapat
dicoba dalam rangka untuk membangun keuntungan yang lebih tepat pada label
Pajak Agresif (Tax Aggressive). Oleh karena itu, secara tegas mengakui bahwa
titik cut-off ini umumnya kasat mata. Perusahaan yang struktur posisi pajak
mereka dengan cara yang hipotetis menanggung risiko > 50 % tidak akan
dilanjutkan pada pemeriksaan potensial oleh IRS (Internal Revenue Service) atau
lembaga lain, namun tindakan ini dianggap sebagai pajak "agresif".
d. Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
Sebuah hal mendasar dari Penggelapan Pajak (Tax Evasion) adalah melawan
hukum yang jelas. Namun, berbeda dengan Pajak Agresif (Tax Aggressive)
ilegal, Penggelapan Pajak (Tax Evasion) lebih memerlukan tindakan jelas yang
berusaha untuk melakukan Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Tindakan yang
dilakukan dengan sengaja atau disengaja untuk kecurangan. Menurut Mahkamah
Agung AS tahun 2004, penggelapan pajak berkonotasi integrasi dari tiga unsur :
1) Akhir Yang Ingin Dicapai, yaitu, pembayaran kurang dari yang diketahui oleh
wajib pajak secara hukum, atau bukan- pembayaran pajak sesuai aturan
hukum ,
2) Keadaan yang menyertai pikiran yang digambarkan sebagai "jahat" dalam
"itikad buruk", "disengaja", atau "disengaja dan tidak disengaja", dan
3) Suatu tindakan atau tindakan gagal yang berlawanan secara hukum.
Sesuai kerangka berpikir yang dibuat oleh Choi (2011) diatas yang
membedakan secara jelas antara Perencanaan Pajak (Tax Planning), Pajak
Agresif (Tax Aggressive), Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) dan
Penggelapan Pajak (Tax Evasion), bahwa seluruh tindakan tersebut memiliki
tujuan yang sama yaitu mengurangi Beban Pajak Eksplisit Perusahaan. yang
membedakan adalah motif dari dilakukannya tindakan tersebut.

II.2.3. Komite Audit


II.2.3.1. Pengertian Komite Audit
Komite audit merupakan salahsatukomite yang wajib dimiliki dalam perusahaan
publik. Keberadaan komite audit diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan
internal serta memberikan perlindungan yang optimal untuk para pemegang saham dan
stakeholders. Berikut ini beberapa definisi tentang komite audit :
Menurut Messier et.al. (2006:175) “an audit committee is a subcommittee of the
board of directors that is responsible for the financial reporting and disclosure process”.
Definisi komiteaudit di atas adalah sub komite dari dewan komisaris yang
bertanggung jawab atas proses pelaporan keuangan dan pengungkapan.
Menurut Surya dan Yustiavandana (2006:145) menyatakan bahwa: Komite Audit
adalah suatu organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate
Governance, serta beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris.
Menurut Arens et.al dalam Zarkasyi (2008:16) mengemukakan pengertian tentang
komite audit, yaitu :
Komite Audit adalah suatu komite yang anggotanya merupakan anggota Dewan
Komisaris yang terpilih yang pertanggungjawabannya antara lain : membantu
menetapkan auditor independen terhadap usulan manajemen. Kebanyakan komite audit
terdiri dari 3 orang sampai 5 kadang-kadang 7 orang yang bahkan merupakan bagian
manajemen perusahaan.
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-643/BL/2012
menyatakan bahwa : Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung
jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan
Komisaris.
Kesimpulan dari beberapa defenisi diatas yaitu bahwa komite audit adalah suatu
komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab atas pelaporan
keuangan dan kinerja direksi perusahaan.
Keberadaan komite terdapat pada peraturan yang dikeluarkan oleh badan regulasi
lewat Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012. Di dalam keputusan
tersebut menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang
baik (good corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komite audit salah
satunya.
Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris dan dilaporkan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu dari komite audit merupakan komisaris
independen yang biasanya bertindak sebagai ketua komite audit.

II.2.3.2. Fungsi Komite Audit


Zarkasyi (2008:19) menyatakan bahwa Komite audit merupakan pihak yang
menghubungkan antara dewan direksi selaku wakil dari pemegang saham dan auditor
independen, maka fungsi komite audit sebagai berikut, yaitu :
a. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor
b. Berkonsultasi untuk menentukan auditor independen
c. Berkonsultasi dengan auditor independen dalam menganalisa laporan audit dan
menyertai dalam management letter
d. Berkonsultasi dengan auditor independen

II.2.3.3. Tanggung Jawab Komite Audit


MenurutSawyer (2006:512) komite akan melaksanakan tanggung jawab-tanggung
jawab berikut ini :
a. Laporan Keuangan
1) Menelaah masalah-masalah akuntansi dan pelaporan yang signifikan,
termasuk transaksi-transaksi yang rumit atau tidak umum dan bidang-bidang
yang sangat membutuhkan pertimbangan, dan pengumuman profesional
maupun peraturan yang baru saja dikeluarkan, serta memahami dampak
yang dapat mereka miliki atas laporan keuangan.
2) Bersama-sama dengan manajemen dan auditor eksternal melakukan
penelaahan atas hasil-hasil audit, termasuk kendala-kendala yang dihadapi.
3) Melakukan penelaahan atas laporan keuangan tahunan, dan
mempertimbangkan apakah laporan keuangan tahunan telah lengkap,
konsisten dengan informasi yang dimiliki oleh anggota komite, dan
mencerminkan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat.
4) Melakukan penelaahan atas bagian-bagian dari laporan tahunan dan
pelaporan peraturan terkait sebelum diterbitkan serta mempertimbangkan
keakuratan dan kelengkapan dari informasi yang termuat di dalamnya.
5) Melakukan penelaahan bersama-sama dengan manajemen dan auditor
eksternal terhadap seluruh permasalahan yang perlu untuk dikomunikasikan
kepada komite sesuai dengan standar audit yang berlaku umum.
6) Mendapatkan pemahaman mengenai bagaimana manajemen mengembangkan
informasi keuangan interim, serta sifat dan luas keterlibatan auditor internal
dan eksternal di dalamnya.
7) Melakukan penelaahan laporan keuangan interim dengan manajemen dan
auditor eksternal sebelum disampingkan kepada pihak penyelenggara, serta
memstikan apakah laporan keuangan interim telah lengkap dan konsisten
dengan informasi yang dimiliki oleh para anggota komite.
b. Kontrol Internal
1) Mempertimbangkan efektivitas sistem kontrol internal perusahaan, termasuk
keamanan dan kontrol teknologi informasi.
2) Memahami lingkup penelaahan auditor dan eksternal dalam hal kontrol
internal atas pelaporan keuangan, dan memperoleh laporan mengenai temuan-
temuan dan rekomendasi yang signifikan, berikut respons manajemen.
c. Audit Internal
1) Bersama-sama dengan manajemen dan direktur audit melakukan penelaahan
atas akta, rencana, aktivitas, penempatan staf, dan struktur organisasi dari
fungsi audit internal.
2) Memastikan bahwa tidak terdapat pembatasan yang tidak berdasar, dan
menelaah serta menyetujui masalah penunjukan, penggantian, atau
penghentian direktur audit.
3) Menelaah efektifitas fungsi audit internal, termasuk kepatuhannya terhadap
Standar IIA.
4) Secara rutin, melakukan pertemuan terpisah dengan direktur audit untuk
membahas hal-hal yang diyakini oleh komite atau audit internal sebagai
sesuatu yang perlu di bahas secara pribadi.
d. Audit Eksternal
1) Melakukan penelaahan terhadap lingkup dan pendekatan audit yang
ditawarkan oleh auditor eksternal, termasuk koordinasi kegiatan audit dengan
audit internal.
2) Melakukan penelaahan terhadap prestasi auditor eksternal, dan melakukan
persetujuan final atas penunjukan ataupun penghentian auditor.
3) Melakukan penelaahan dan mengonfirmasi kebebasan dari auditor eksternal
dengan mendapatkan pernyatan dari auditor mengenai hubungan antara
auditor dengan perusahaan, termasuk jasa-jasa non-audit, dan membahas
hubungan tarsebut dengan auditor.
4) Secara rutin, melakukan pertemuan terpisah dengan auditor eksternal untuk
mendiskusikan hal-hal yang oleh komite atau auditor dianggap sebagai
sesuatu yang harus didiskusikan secara pribadi.
e. Kepatuhan
1) Melakukan penelaahan atas efektivitas dari sistem yang mengawasi kepatuhan
terhadap hukum dan perundang-undangan serta hasil dari investigasi dan
tidak lanjut oleh manajemen (termasuk tindakan pendisiplin) untuk setiap
kejadian ketidakpatuhan.
2) Melakukan penelaahan atas temuan-temuan dari setiap pemeriksaan oleh
badan-badan penyelengara dan observasi-observasi oleh auditor lain.
3) Melakukan penelaahan atas proses untuk menyampaikan kode perilaku
kepada para karyawan perusahaan, dan untuk mengawasi kepatuhan terhadap
hal tersebut selanjutnya.
4) Mendapatkan pembaruan rutin dari manajemen dan penasihat hukum
perusahaan sehubungan dengan permasalahan-permasalahan kepatuhan.
f. Tanggung Jawab
1) Secara rutin memberikan laporan kepada dewan komisaris mengenai aktivitas
komite, isu-isu, dan rekomendasi-rekomendasi terkait.
2) Memberikan suatu celah terbuka untuk berkomunikasi dengan audit internal,
audit eksternal, dan dewan komisaris.
3) Memberikan laporan tahunan kepada para pemegang saham, yang
menguraikan mengenai komposisi dari para anggota komite, tanggung jawab
dan bagaimana ia dapat diberhentikan, serta informasi lain yang mungkin
menurut peraturan dibutuhkan atas jasa-jasa non-audit.
g. Tanggung Jawab Lainnya
1) Melakukan aktifitas-aktifitas lain yang berhubungan dengan akta ini sesuai
dengan yang diminta oleh dewan komisaris.
2) Mengadakan dan mengawasi invetigasi-investigasi khusus jika dibutuhkan.
3) Menelaah dan menentukan kecukupan dari akta komite secara tahunan,
meminta persetujuan dewan mengenai perubahan proposal, dan memastikan
pengungkapan yang tepat seperti yang diharuskan oleh hukum atau peraturan
yang berlaku.
4) Mendapatkan konfirmasi secara tahunan bahwa seluruh tanggung jawab yang
tercantum di dalam akta ini telah dilaksanakan.
5) Melakukan evaluasi atas kinerja komite dan anggota-anggota individual
secara rutin.

II.2.3.4. Kompetensi Komite Audit


Komite audit merupakan salah satu proses terlaksananya suatu mekanisme tata
kelola perusahaan yang baik. Agar komite audit dapat menjalankan tugasnya dengan baik
dan benar ada beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi. Kualifikasi dari komite audit
diharapkan mampu dapat memaksimalkan komite audit menjalankan tugasnya.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi yang harus dipenuhi. Kompetensi harus
dimiliki seseorang yang bergerak di semua bidang. Begitu pula dengan komite audit salah
satu kompetensi yang harus dimiliki adalah pemahaman yang memadai tentang akuntansi,
audit dan sistem yang berlaku pada suatu perusahaan. Dengan adanya kompetensi
tersebut diharapkan komite audit mengerti dan dapat menganalisa laporan keuangan.
Untuk menjadi seorang komite audit terdapat pedoman pembentukan komite audit
menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012, terdapat syarat yang
harus dipenuhi, yaitu :
a. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya, serta mampu
berkomunikasi dengan baik
b. Wajib memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, pengalaman
sesuai dengan bidang pekerjaannya, serta mampuberkomunikasi dengan baik;
c. Wajib memahami laporan keuangan, bisnis perusahaan khususnya yangterkait
dengan layanan jasa atau kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik, proses
audit, manajemen risiko, dan peraturan perundang-undangan di bidang Pasar
Modal serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya;
d. Wajib mematuhi kode etik Komite Audit yang ditetapkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik;
e. Bersedia meningkatkan kompetensi secara terus menerus melalui pendidikan dan
pelatihan;
f. Wajib memiliki paling kurang satu anggota yang berlatar belakangpendidikan
dan keahlian di bidang akuntansi dan/atau keuangan;
g. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor
KonsultanHukum, Kantor Jasa Penilai Publik atau pihak lain yang memberi jasa
assurance, jasa non-assurance, jasa penilai dan/atau jasa konsultasi lain kepada
Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan
terakhir;
h. Bukan merupakan orang yang bekerja atau mempunyai wewenang dantanggung
jawab untuk merencanakan, memimpin, mengendalikan, ataumengawasi
kegiatan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dalam waktu 6(enam) bulan
terakhir kecuali Komisaris Independen;
i. Tidak mempunyai saham langsung maupun tidak langsung pada Emiten
atauPerusahaan Publik;Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham
Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung akibat
suatu peristiwa hukum, maka saham tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain
dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham
tersebut.
j. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan anggota Dewan Komisaris,anggota
Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau PerusahaanPublik tersebut;
dantidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsungyang
berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publiktersebut..
Dengan adanya peraturan tersebut setidaknya ada seorang dari anggota komite audit
yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. Hal ini dimaksud agar
komite audit dapat memahami informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena
salah satu tugasnya adalah melakukan penelaahan atas informasi laporan keuangan
(Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012).

II.2.3.5. Aktifitas Rapat Komite Audit


Komite audit akan mengadakan pertemuan untuk rapat dengan pihak yang
berkepentingan secara rutin sebagaimana yang ditetapkan oleh komite audit sendiri dan
mengadakan rapat tambahan atau rapat-rapat khusus bila diperlukan.Aktifitas rapat
merupakan komponen aktifitas komite audit yang dilihat dari jumlah pertemuan (rapat)
komite audit (Fitriasari, 2007).

Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 tentang rapat


komite audit adalah :
a. Komite Audit mengadakan rapat secara berkala paling kurang satu kali dalam 3
(tiga) bulan.
b. Rapat Komite Audit hanya dapat dilaksanakan apabila dihadiri oleh lebih dari
1/2 (satu per dua) jumlah anggota.
c. Keputusan rapat Komite Audit diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
d. Setiap rapat Komite Audit dituangkan dalam risalah rapat, termasuk apabila
terdapat perbedaan pendapat (dissenting opinions), yang ditandatangani oleh
seluruh anggota Komite Audit yang hadir dan disampaikan kepada Dewan
Komisaris.
Sawyer (2006:512) mengungkapkan bahwa komite akan bertemu paling sedikit
empat kali dalam setahun, dengan wewenang untuk melakukan rapat-rapat tambahan jika
kondisi menginginkan demikian.
Pertemuan yang dilakukan oleh komite audit ini berfungsi untuk memantau
pengendalian internal perusahaan, sebagai media komunikasi formal anggota komite audit
dalam mengawasai proses corporate governance yang diterapkan oleh perusahaan guna
memahami masalah-masalah yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaaan.

II.2.3.6. Keanggotaan Komite Audit


Menurut peraturan BAPEPAM-LK di tahun 2010 dalam Prawinandi
(2012:11)Komite audit adalah komite yang bertugas membantu dewan komisaris untuk
memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen.
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. Kep-643/BL/2012 tentang
keanggotaan komite audit, yaitu:
a. Komite Audit paling kurang terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.
b. Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen.

II.2.4. Penerapan Good Corporate Governance(GCG)


II.2.4.1. Definisi Good Corporate Governance
Kata “governance” berasal dari bahasa perancis “gubernance” yang berarti
pengendalian. Selanjutnya kata tersebut digunakan dalam konteks perusahaan atau jenis
organisai yang lain, menjadi corporate governance. Dalam bahasa indonesia, corporate
governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan
(siswanto sutoyo: E john aldridge, 2005)
Shleifer and Vishny (1997) mengemukakan pengertian mengenai Corporate
Governance, sebagai berikut:
“Corporate governance relating to the manner or mechanism to assure the owners
in obtaining the return of capital which corresponds to investments that have been
planted.”
Definisi Corporate Governance menurut Turnbull Report dalam Arief Effendi
(2009:1) adalah sebagai berikut :
“Corporate Governance is a company’s system of internal control, which has as its
principal aim the management of risks that are significant to the filfilment of its business
objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing over time the
value of the shareholders investment”.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Arief Effendi


(2009:2) menyatakan bahwa :
“Corporate governance adalahSeperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan.”
Menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik NegaraNomor : PER — 01
/MBU/2011Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate
Governance)Pada Badan Usaha Milik Negara menyatakan bahwa :
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang
selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaanperusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan
etika.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, Good Corporate Governance adalah suatu
sistem pengendalian internal dalam perusahaan bertujuan untuk mengelola risiko yang
signifikan guna memenuhi tujuan bisnis perusahaan dalam meningkatkan keuntungan
jangka panjang investor terhadap investasi yang ditanamkan dalam perusahaan serta
memberikan keamanan terhadap aset-aset perusahaan.
II.2.4.2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Good Corporate Governance
Sesuai dengan Pasal 3 dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik
NegaraNomor : PER — 01 /MBU/2011TentangPenerapan Tata Kelola Perusahaan Yang
Baik (Good Corporate Governance)Pada Badan Usaha Milik Negara, prinsip - prinsip
yang harusdiperhatikan dalam perusahaan dalam menerapkan Corporate Governance
ialah:
a. Transparansi (Transparency yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan;
b. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif;
c. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
d. Kemandirian (Independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat;
e. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak Pemangku Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundangundangan.
Code Of Good Corporate Governance yang diterbitkan oleh Komite Nasional,
menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan Corporate Governance harus
menerapkan 5, yaitu:
a. Transparansi (Transparancy)
Untuk mewujudkan dan mempertahankan objektivitas dalam praktek bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dan material yang mudah
diakses dan mudah dipahami bagi stakeholder. Perusahaan harus mempunyai
inisiatif untuk mengungkapkan informasi tidak hanya yang diwajibkan oleh
hukum dan regulasi, tetapi juga informasi lain yang dianggap penting bagi
pemegang saham, kreditur dan stakeholder lain untuk pembuatan keputusan.

b. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan wajar dan
transparan. Jadi, perusahaan harus mengatur cara agar kepentingan perusahaan
sejalan dengan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Akuntabilitas
adalah salah satu prasyarat untuk memperoleh kinerja berkelanjutan.
c. Tanggung Jawab (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi hukum dan aturan dan memenuhi tanggung jawab
kepada komunitas dan lingkungan dengan tujuan mempertahankan kelangsungan
bisnis jangka panjang dan dikenal sebagai perusahaan yang baik.
d. Kemandirian(Independensi)
Untuk mendukung implementasi prinsip-prinsip corporate governance,
perusahaan harus diatur secara independen oleh kekuasaan yang seimbang,
dimana tidak ada salah satu organ perusahaan yang mendominasi organ lain dan
tidak ada intervensi dari pihak lain.
e. Kewajaran (Fairness)
Dalam melakukan aktivitasnya, perusahaan harus mengutamakan kepentingan
pemegang saham dan stakeholder lain berdasarkan prinsip kewajaran.
Menurut Organization For Economic Co-operation and Development (OECD)
menguraikan 4 prinsip dalam Corporate Governance, yaitu:
a. Keadilan (Fairness)
Fairness menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-
hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor. Prinsip Fairness diharapkan
untuk membuat seluruh asset perusahaan dikelola secara baik dan hati-hati
sehingga terdapat perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham secara
jujur dan adil. Pemegakan prinsip Fairness mensyaratkan adanya peraturan
perundang-undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara
baik serta efektif.
b. Transparansi (Transparency)
Transparency mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu,
jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan,
pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Prinsip transparency
diharapkan dapat membantu stakeholder dalam menilai risiko yang mungkin
terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan serta meminimalisasi
adanya benturan kepentingan berbagai pihak dalam manajemen.
c. Akuntabilitas(Accountability)
Prinsip accountability menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung
usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang
saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris. Beberapa bentuk
implementasi dari prinsip accountability adalah adanya praktek audit internal
yang efektif serta menjelaskan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung
jawab dalam anggaran dasar perusahaan dan target pencapaian perusahaan di
masa depan. Apabila prinsip accountability diterapkan secara efektif maka ada
kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab antara
pemegang saham, dewan komisaris serta direksi.
d. Tanggung Jawab (Responsibility)
Responsibility memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku
sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Penerapan prinsip ini diharapkan
membuat perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya sering
kali menghasilkan eksternalitas (dampak di luar perusahaan) negatif yang harus
ditanggung masyarakat.

II.2.4.3. Maksud, Tujuan serta Manfaat Penerapan Good Corporate Governance


Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip
keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar
Perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional.
b. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan
efisien, memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
c. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesadaran akan
tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders Perusahaan.

d. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional.


e. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan.
Berbagai manfaat dapat diperoleh perusahaan dalam menerapkan corporate
governance. Komite Nasional Kebijakan Governance (2006:2) menyebutkan manfaat-
manfaat penerapan corporate governance adalah sebagai berikut:
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kesetaraan dan kewajaran.
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu dewan komisaris, direksi dan rapat umum pemegang saham.
c. Mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota direksi agar
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakkannya dilandasi oleh nilai
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional,
sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.

II.2.4.5. Reputasi Auditor


Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang
terdapat antara manajer dan pemegeng saham dengan menggunakan pihak luar untuk
memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Setiap perusahaan menginginkan
perusahaanya diaudit oleh seorang auditor berkualitas, De Angelo (1981) menyebutkan
bahwa kualitas KAP dapat dilihat dari hasil proses audit yang diberikan oleh auditor
kepada klien, dilihat dari kemampuan seorang auditor dalam menemukan adanya
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Sesuai dengan pendapat Belkaoui (2006:85) yang
menyebutkan bahwa kualitas audit adalah probabilitas bahwa laporan keuangan tidak
memuat penghilangan ataupun kesalahan penyajian yang material.
Choi (2010) mengungkapkan bahwa, KAP besar adalah KAP yang mempunyai
reputasi berskala intenasional (kategori big four), dimana KAP yang besar akan
menghasilkan mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang belum
memiliki reputasi, karena perusahaan audit yang besar jika tidak menyajikan kualitas
audit yang tinggi maka akan kehilangan reputasinya sehingga dia akan mengalami
kerugian.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008:1167), reputasi adalah perbuatan dan
sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. KAP yang telah mempunyai nama baik di
mata masyarakat, tentunya memiliki kualitas audit yang secara tidak langsung tidak
dimiliki oleh KAP lainnya.
Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit atas
semua laporan keuangan yang bertujuan umum di Indonesia dilakukan oleh kantor
akuntan publik (KAP) kecuali atas organisasi pemerintah tertentu. Hak legal untuk
melakukan audit diberikan kepada kantor akuntan publik oleh Menteri Keuangan, (Arens,
2011 : 34). Hanya kurang dari 500 kantor akuntan publik yang beroperasi di Indonesia
(dibandingkan lebih dari 45.000 kantor akuntan publik beroperasi di Amerika Serikat),
yang besarnya berkisar dari 1 hingga 20.000 partner dan staf, keempat KAP the big four
di Indonesia yaitu:
a. KAP Tanudiredja, Wibisana dan Rekan, yang bekerjasama dengan KAP Price
Waterhouse Coopers.
b. KAP Sidharta dan wijaya, yang bekerjasama dengan KAP KPMG (Klynveld
Peat Marwick Goerdeler)
c. KAP Drs. Sarwoko dan Sanjoyo, yang bekerja sama dengan KAP Ernts dan
Young.
d. KAP Osman Bing Satrio dan Rekan, yang bekerjasama dengan KAP Deloitte
Touche Thomatsu.
Perusahaan yang menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja
perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa
KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan
jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big
Four Worldwide Accounting Firm (Big Four) (Hilmi dan Ali . 2008).
II.3. Pengembangan Hipotesis
II.3.1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Perusahaan publik wajib memiliki komite audit. Sesuai dengan tugasnya, komite
audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam mengevaluasi integritas laporan
keuangan, mengidentifikasi ketidaksesuaian dengan aturan yang berlaku sehingga
informasi dalam laporan keuangan dapat diandalkan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Messier et.al,. (2006:175) yang menyatakan bahwa komite audit bertanggung
jawab atas pelaporan laporan keuangan perusahaan dan proses pengungkapan yang
terjadi. Sedangkan manajer perusahaan menganggap bahwa Perencanaan Pajak atau Tax
Planningakan membawa lebih banyak keuntungan, karena manfaatnya dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas perusahaan (Handoko.2007). Hal
tersebut diperkuat oleh pendapat Hoyt dalam Tax Havens (1993:48) menyatakan bahwa
kenyataan yang ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak sering mencari cara-cara
baru untuk mengurangi kewajiban pajak mereka.
Penelitian Sari - Martani (2010) yang dilakukan untuk mengetahui apakah
perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya daripada perusahaan non-
keluarga, menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat
didalam Bursa Efek Indonesia (BEI) (periode 2005-2008), kepemilikan keluarga
cenderung bertindak lebih agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga.
Mengacu pada penelitian Sari - Martani (2010), maka hipotesis penelitian pertama
dirumuskan dalam format hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1 : Komite Auditberpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

II.3.2. PengaruhPenerapan GoodCorporate Governance Terhadap Tindakan


Pajak Agresif
Di level dunia internasional, interaksi antara pajak dan corporate governance sudah
mulai diteliti mengenai hubungan serta pengaruhnya. Friese et.al. (2008) dalam Sari dan
Martani (2010) menyatakan bahwa pajak dan corporate governance dapat berinteraksi
dalam berbagai aspek, dan interaksi ini dapat bersifat satu atau dua arah. Lalu Schön
(2008) juga menyatakan bahwa peraturan corporate governance telah dijadikan alat oleh
pemerintah untuk memerangi usaha penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Di
Indonesia, contoh peraturan perpajakan yang dapat mempengaruhi governance
perusahaan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
43/PMK.03/2008 (DJP – 2008). Peraturan tersebut menyatakan bahwa Wajib Pajak (WP)
dapat menggunakan nilai buku dalam pemekaran usaha jika WP atau badan usaha hasil
pemekaran tersebut akan melakukan penawaran umum perdana. Dari peraturan ini terlihat
adanya dorongan dari pemerintah bagi perusahaan untuk melakukan transparansi lebih
dengan cara menjadi perusahaan public (Sari dan Martani. 2010).
Sedangkan contoh prinsip corporate governance yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan perpajakan perusahaan adalah prinsip keterbukaan dan
transparansi. Dengan adanya keterbukaan informasi, maka diharapkan perusahaan akan
cenderung mengambil tindakan perpajakan yang tidak berisiko. Karena apabila
perusahaan terlalu agresif dalam perpajakan perusahaan, maka perusahaan akan
mengalami kerugian dari tindakan pajak agresif antara lain adalah kemungkinan
perusahaan mendapat sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan turunnya harga saham
perusahaan(Desai and Dharmapala. 2006).Oleh karenanya dalam penelitian ini diajukan
hipotesis kedua dalam bentuk alternatif sebagai berikut:
H2 : Penerapan GoodCorporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Tindakan
Pajak Agresif Perusahaan.

II.3.3. PengaruhReputasi AuditorTerhadap Tindakan Pajak Agresif


Setiap perusahaan menginginkan perusahaanya diaudit oleh seorang auditor
berkualitas, De Angelo (1981) menyebutkan bahwa kualitas KAP dapat dilihat dari hasil
proses audit yang diberikan oleh auditor kepada klien, dilihat dari kemampuan seorang
auditor dalam menemukan adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
Hite and McGill (1992) dan Murphy (2004) menyatakan suatu agresivitas pelaporan
pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu dan suatu hari
terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan diaudit atau dipermasalahkan
dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko karena ketidakjelasan posisi akhir (apakah
tindakan pajak tersebut dianggap melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku).
Choi (2010) mengungkapkan bahwa, KAP besar adalah KAP yang mempunyai reputasi
berskala internasional (kategori big four), dimana KAP yang besar akan menghasilkan
mutu audit yang lebih tinggi dibandingkan dengan KAP yang belum memiliki reputasi,
karena perusahaan audit yang besar jika tidak menyajikan kualitas audit yang tinggi maka
akan kehilangan reputasinya sehingga dia akan mengalami kerugian.
Oleh karenanya dalam penelitian ini diajukan hipotesis ketiga dalam bentuk
alternatif sebagai berikut:
H3 : Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif
Perusahaan.
II.4. Kerangka Peneltian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang menguji tentang Komite
Audit, Pengaruh GoodCorporate Governance(GCG), dan Reputasi Auditor terhadap
Tindakan pajak Agresif Perusahaan, maka dapat digambarkan suatu kerangka teoritis
sebagai berikut :
Gambar 2
Pemikiran Penelitian

X1

Komite Audit

Y
X2
Tindakan Pajak
Penerapan Good Agresif
Corporate
Governance

X3

Reputasi Auditor

Uji Regresi Berganda

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Definisi Operasional mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi
atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat,
2007).Sedangkan Pengukuran Variabel ialah penjabaran suatu Variabel agar dapat diukur
dengan satuan dan angka serta bisa dihitung. Dalam penelitian ini Variabel Dependennya
(Variabel Terikat) adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan Variabel Independennya
(Variabel Bebas) adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance
(GCG)dan Reputasi Auditor.

III.1.1. Definisi Operasional


Definisi operasional terhadap variabel-variabel akan diteliti adalah:
a. Variabel Independen (X)
1) Komite Audit
Komite yang bertanggung jawab atas pelaporan laporan keuangan dan proses
pengungkapan laporan keuangan.(Messier etal.,2006:175)
2) Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham,
pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. (Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI) dalam Arief Effendi (2009:2).
3) Reputasi Auditor
Reputasi auditor merupakan prestasi dan kepercayaan publik yang disandang
auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut. (Sinarwati, 2010:7)
b. Variabel Dependen (Y)
Tindakan Pajak Agresif
Choi (2011) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai suatu upaya yang
dilakukan perusahaan untuk meminimalkan pembayaran pajak secara hukum.
III.1.2. Pengukuran Variabel
Sedangkan Pengukuran Variabel ialah penjabaran suatu Variabel agar dapat diukur
dengan satuan dan angka serta bisa dihitung. Dalam penelitian ini Variabel Dependennya
(Variabel Terikat) adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan Variabel Independennya
(Variabel Bebas) adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),
dan Reputasi Auditor.Berdasarkan beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
a. Variabel Independen (X)
Varibel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Komite Audit
Dalam penelitian ini, komite audit diukur dengan jumlah anggota komite
audit dalam perusahaan (Zaluki dan Husin, 2009).
0 = Jika anggota Komite Audit berjumlah 3 orang
1 = Jika anggota Komite Audit berjumlah lebih dari 3 orang
Data Komite Audit dapat dilihat dari laporan keuangan pada bagian catatan
atas laporan keuangan ataupun Annual Report (AR).
2) Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diukur melalui Laporan
Pemeringkatan yang diterbitkan oleh IICG (Indonesian Institute For
Corporate Governance) dengan skala.
0 = Jika indeks dibawah 75%, artinya bahwa perusahaan tersebut belum
menerapkan Good Corporate Governance dengan baik
1 = Jika Indeks diatas 75%, artinya bahwa perusahaan tersebut sudah
menerapkan Good Corporate Governance dengan baik
3) Reputasi Auditor
Variabel Reputasi Auditor diukur dengan melihat apakah perusahaan
menggunakan KAP yang masuk kategori Big Four atau tidak.
0 = Jika KAP yang digunakan adalah KAP nonBig Four
1 = Jika KAP yang digunakan adalah KAP Big Four
Data Reputasi Auditor dapat ditemukan di Laporan Keuangan.

b. Variabel Dependen (Y)


Dalam penelitian ini varibel dependennya yaitu Tindakan Pajak Agresif
perusahaan.Dalam mengukur variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif
perusahaan, penelitian ini mengikuti kriteria dari penelitian sebelumnya yaitu
Sari - Martani (2010), yaitu :
Total Tax Expense it (Persamaan 1)
ETR it 
Pre - Tax Income it
Cash Tax Paid it
CETR it  (Persamaan 2)
Pre - Tax Income it
t -2

 (PTI * 30 % - Current Portion Expense of Tax Expense) : 3


TAXPLANit  t

Ending Assets t
(Persamaan 3)
Keterangan :
t -2

 t
= 2 Tahun sebelum tahun sekarang : Tahun Sekarang

PTI = Laba Sebelum Pajak


CPOT = Pajak Kini
Ending Assets = Total Aset

Dalam melakukan penelitian ini, pengujian terhadap Tindakan Pajak Agresif ini
menggunakan 3 ukuran. ETR digunakan karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan
tetap antara perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et.al. 2009). CETR
digunakan karena diharapkan dapat mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak
perusahaan yang dilakukanmenggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer
(Chen et.al. 2010). TAXPLAN digunakan karena dianggap dapat menggambarkan tingkat
subsidi pajak yang digunakan (Yin and Cheng, 2004) dalam Sari dan Martani (2010).
Skala data variabel dependen penelitian ini adalah rasio. Data dapat diambil dari
laporan keuangan perusahaaan.

III.2. Metode Penentuan Populasi dan Sampel


III.2.1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan objek yang akan diteliti (Andi, 2010: 10). Objek yang
menjadi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di IICG (Indonesian
Institute For Corporate Governance) periode 2010 sampai dengan tahun 2012.

III.2.2. Sampel
Sampel (sample)adalah sebagian dari populasi (Sekaran, 2006: 123), jadi jumlah
sampel yang diteliti lebih kecil dari populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
diambil menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-
pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2007: 97).
Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan terdaftar di IICG (Indonesian Institute For Corporate
Governance)tahun 2010-2012.
b. Perusahaan yang memiliki komite audit periode 2010-2012.
c. Perusahaan yang tidak memiliki laba negatif pada 2010-2012.
d. Perusahaan yang datanya tidak lengkap.

III.3. Teknik Pengumpulan Data


Data adalah sesuatu yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan
parameter yang telah ditentukan (Sulistyo, 2010:12). Metode pengambilan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

III.3.1. Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung dari utama (perusahaan), berupa publikasi dengan
kurun waktu 3 (tiga) tahun. Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan (annual
report), dan data lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian selama 3 tahun
periode 2010 sampai dengan 2012.

III.3.2. Sumber Data


Sumber data adalah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca,
atau bertanya tentang data (Arikunto, 2007: 88). Data yang diperoleh dalam penelitian ini
berasal dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan mengunjungi situs
web perusahaan-perusahaan yang terdaftar di IICG (Indonesian Institute For Corporate
Governance)tahun 2010 sampai dengan 2012.

III.3.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui cara sebagai berikut:
a. Peneliti Kepustakaan (Library Research)
Adalah mencari bahan atau data-data terkait dengan cara membaca, mempelajari
buku–buku, literatur serta jurnal akuntansi dan sumber tertulis lainnya yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Teknik Observasi
Adalah cara peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan
selama penelitian (Sulistyo, 2010:14). Dalam penelitian dapat dilakukan
observasi melalui situs Bursa Efek Indonesia (BEI) atau mengunjungi Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) Gedung BEI Menara II Lantai 1, yang beralamat
di Jl. Jenderal Sudirman Kav 52–53 Jakarta 12190.

III.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis


III.4.1. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh mekanisme Komite Audit dan Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif
Perusahaan digunakan analisis regresi Dummy Variabel dan untuk mempermudah
perhitungan maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu yaitu SPSS (Statistical
Product and Service Solutions).

III.4.1.1. Statistik Deskriptif Data


Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan secara ringkas informasi
dari sejumlah besar data, yang dapat berupa informasi frekuensi, pengukuran tendensi
sentral (range, varians, standar deviation dan trend).
III.4.1.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis, sesuai dengan ketentuan bahwa dalam uji regresi
linier berganda harus dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu agar penelitian tidak
bias. Untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini maka
harus dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2009: 147).
Untuk mengetahuinya dapat melihat analisis grafik normal P-P plots atau uji
statistik. Jika distribusi data residual normal maka, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali,
2009: 147).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2009: 95). Model
regresi seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mengetahuinya model regresi terbebas dari multikolinearitas atau tidak dapat
melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai
Variance Inflation Factor (VIF) melebihi 10, jika nilai Variance Inflation Factor
(VIF) kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen
masih bisa ditolerir.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain ( Ghozali, 2009: 125). Cara untuk melihat uji heteroskedastisitas
dengan melihat gambar scatterplot. Selain itu dapat juga diuji dengan beberapa
uji statistik salah satunya uji Glejser.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Santoso, 2010: 213). Uji
autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson (DW), secara
umum dapat diambil keputusan angka (DW) dibawah – 2 berarti autokorelasi
positif, angka (DW) diantara – 2 sampai + 2 berarti tidak ada autotokorelasi,
angka (DW) diatas +2 berarti ada autokorelasi positif.
III.4.2. Uji Hipotesis
III.4.2.1. Uji F dan Uji Adjusted R2
1. Pengujian Menyeluruh atau Simultan (uji F)
Untuk mengetahui pengaruhnya maka membandingkan Fhitung dan Ftabel. Apakah
variabel independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) dan Reputasi Auditor secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
atau tidak terhadap Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel dependen. Kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis adalah
a. Jika F hitung> F tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh yang signifikan). Jika F
hitung F t tabel, maka Ho diterima (tidak berpengaruh signifikan)
b. Berdasarkan dasar signifikansi, kriterianya adalah
- Jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima
- Jika signifikansi < 0.05 maka Ho ditolak
2. Uji Adjusted R2
Uji Adjusted R2 berguna untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari Variabel
Independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
dan Reputasi Auditor dalam mempengaruhi Variabel Dependen yaitu Tindakan
Pajak Agresif.

III.4.2.2. Uji t
Untuk mengetahui bahwa variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen maka melihat uji t yaitu dengan mencari thitung dan
membandingkan dengan ttabel. Rumusan hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut :
Ho1= Komite Auditmempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tindakan Pajak
Agresif.
Ha1= Komite Audit tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Tindakan
Pajak Agresif.
Ho2=Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.
Ha2= Penerapan Good Corporate Governance (GCG) tidak mempunyai
pengaruh yangsignifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif
Ho3= Reputasi Auditor mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap Tindakan
Pajak Agresif.
Ha3= Reputasi Auditor tidak mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadap
Tindakan Pajak Agresif
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah
a. Jika t hitung> t tabel, maka Ho ditolak (ada pengaruh yang signifikan). Jika t hitung< t
tabel, maka Ho diterima (tidak berpengaruh signifikan)
b. Berdasarkan dasar signifikansi, kriterianya adalah
- Jika signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
- Jika signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak

III.4.3. Model Regresi


Pembuktian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan persamaan
regresi linier berganda dengan menggunakan 3 (tiga) variabel independen dan 1 (satu)
variabel dependen adalah sebagai berikut :

Y = α + β1 X1 + b2 X2 + b3X3 + e

Dimana :
Y = Tindakan Pajak Agresif.
X1 = Komite Audit
X2 = Penerapan Good Corporate Governance (GCG).
X3 = Reputasi Auditor
α = konstanta
β = koefisien regresi untuk masing–masing variabel independen
e = error
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Deskripsi Obyek Penelitian


Penelitian ini berfokus pada pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur
melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR),
TAXPLAN terhadap perusahaan yang terdaftar di Indeks Corporate Governance yang
dikeluarkan oleh II CG periode 2010-2012.
Selama 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 terdapat 57 perusahaan
yang terdaftar di Indeks Corporate Governance yang diterbitkan oleh IICG. Dari 57
perusahaan, terdapat 35 perusahaan yang tidak dimasukkan ke dalam sampel penelitian
karena perusahaan tersebut tidak mengikuti Indeks Corporate Governance yang
dikeluarkan oleh IICG selama periode 2010-2012. 1 perusahaan dikeluarkan karena tidak
memiliki Komite Audit selama periode 2010-2012 yaitu PT. Asuransi Jasa Indonesia.
Selain itu, sebanyak 4 perusahaan yang tidak memenuhi kriteria sampel juga tidak
dimasukkan ke dalam sampel penelitian yaitu perusahaan yang memiliki laba negatif
selama periode 2010 - 2012.Namun 3 perusahaan dikeluarkan dari sampel penelitian
karena data yang diperoleh tidak lengkap.Sehingga jumlah sampel penelitian dari
populasi penelitian yang memenuhi kriteria dalam penelitian selama periode 2010-2012
hanya terdapat 14 perusahaan.
Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai
berikut:
Tabel IV.1 Proses Seleksi Sampel

Jumlah
No Keterangan Perusahaan
Perusahaan terdaftar di Indeks Corporate Governance
1 IICG periode 2010-2012 57
Sampel yang dikeluarkan karena tidak mengikuti Indeks
Corporate Governance IICG selama 3 tahun berturut-turut
2 periode 2010-2012 (35)
Sampel yang dikeluarkan karena tidak memiliki Komite
3 Audit periode 2010-2012 (1)
Sampel yang dikeluarkan karena memiliki laba negative
4 periode 2010-2012 (4)
Sampel yang dikeluarkan karena data dan laporan
5 keuangan tidak lengkap (3)
Jumlah perusahaan dalam penelitian 14
3 Tahun Penelitian periode 2010-2012 X 3
Total Sampel Akhir 42

Berdasarkan proses seleksi sampel yang dilakukan dengan kriteria yang telah
ditentukan, maka diperoleh 14 perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan jumlah
tahun pengamatan 3 tahun. Data perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dengan mengakses pada situs www.idx.co.id serta mengunduh langsung dari
situs perusahaan yang menjadi sampel penelitian.Daftar 14 perusahaan yang memenuhi
kriteria sampel penelitian ditampilkan pada lampiran.

IV.2. Deskripsi Hasil Analisis Data


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tindakan Pajak Agresif, sedangkan
variabel independennya adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance
dan Reputasi Audit.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji statistik deskriptif digunakan untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, uji asumsi klasik digunakan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, kesamaan
residu antar variabel serta melihat apakah data tersebut terdapat unsur manipulasi atau
tidak, dan uji hipotesis untuk memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis
mengenai populasi yang ada.
IV.2.1. Tindakan Pajak Agresif
Variabel Independen Tindakan Pajak Agresif pada penelitian ini diukur melalui 3
proksi, yaitu :Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), TAXPLAN.
Pada tabel IV.3 merupakan klasifikasi Tindakan Pajak Agresif melalui 3 proksi pada
perusahaan sampel periode 2010-2012.
Tabel IV.2.
Klasifikasi Tindakan Pajak Agresif Proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN
Periode 2010-2012
No Proksi Maksimum Minimum Mean
1 ETR (Effective Tax Rates) 1.19841 0.00122 0.00550
2 CETR (Cash Effective Tax Rates) 0.59152 0.00422 0.00518
3 TAXPLAN 0.04748 -0.03298 0.00004
Sumber : Data yang diolah
Pada tabel klasifikasi Tindakan Pajak Agresif yang dilihat melalui proksi Effective
Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), TAXPLAN, dapat dilihat bahwa
pada proksi Effective Tax Rates (ETR) nilai Maksimum berada pada angka 1.19841 pada
PT. Panorama Transportasi Tbk, nilai minimum berada pada angka 0.00122 pada
perusahaan PT. Astra Otoparts Tbk, dengan nilai rata rata sebesar 0.00550 untuk
keseluruhan sampel. Untuk proksi CashEffective Tax Rates (CETR) nilai Maksimum
berada pada angka 0.59152 pada PT. Garuda Indonesia (Persero), nilai minimum berada
pada angka 0.00422 pada perusahaan PT. Panorama Transportasi Tbk, dengan nilai rata
rata sebesar 0.00518 untuk keseluruhan sampel. Kemudian untuk proksi TAXPLAN nilai
Maksimum berada pada angka 0.04748 pada PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, nilai
minimum berada pada angka -0.03298 pada perusahaan PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk, dengan nilai rata rata sebesar 0.00004 untuk keseluruhan sampel.
IV.2.2. Komite Audit
Pada tabel IV.3 merupakan klasifikasi sampel Komite Audit yang terdapat dalam
perusahaan sampel periode 2010-2012.
Tabel IV.3.
Klasifikasi Komite Audit Periode 2010-2012
No. Komite Audit Jumlah Perusahaan Persentase (%)
1 Lebih dari 3orang 9 64.3
2 Berjumlah 3 orang 5 35.7
Jumlah 14 100.00
Sumber : Data yang diolah
Pada tabel klasifikasi Komite Audit, dapat dilihat bahwa 64.3% perusahaan sampel
memiliki Komite Audit dengan anggota lebih dari 3 orang dan 35.7 % sisanya memiliki
anggota Komite Audit sebanyak 3 orang. Hal ini diduga, karena hampir sebagian
perusahaan yang yang mengikuti Indeks Corporate Governance yang dikeluarkan oleh
IICG diharapkan serta diharuskan untuk memiliki sebuah komite audit dengan anggota
minimal 3 orang.Hal tersebut dipandang sebagai suatu keinginan serta tindakan positif
yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengaplikasikan peraturan perundang-undangan
tentang penerapan Komite Audit sebagai salah satu tindakan taat hukum dan pola
organisasi perusahaan kearah manajemen korporat yang baik.

IV.2.3. Penerapan Good Corporate Governance


Pada tabel IV.4 merupakan klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance
pada perusahan sampel periode 2010-2012.
Tabel IV.4.
Klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance Periode 2010-2012
Persentase Penerapan Good Jumlah
No. Corporate Governance (%) Perusahaan Prosentase (%)
1 Lebih Besar dari 75 % 11 78.6
2 Sama Dengan 75% 3 21.4
JUMLAH 14 100.00
Sumber : Data yang diolah
Dari tabel klasifikasi Penerapan Good Corporate Governance selama periode
2010–2012, terlihat sebanyak 11 perusahaan sampel yang memiliki ketaatan
dalamPenerapan Good Corporate Governance diatas 75 % dengan presentase dari total
sampel sebesar 78.6%. Kemudian sebanyak 3 perusahaan sampel dengan ketaatan
dalamPenerapan Good Corporate Governance dibawah 75 % dengan presentase dari total
sampel sebesar 21.4 %. hal ini menandakan bahwa perusahaan yang terdaftar dalam
Indeks Corporate Governance yang dikeluarkan IICG sudah menerapkan Corporate
Governance dengan baik. Dimana ketaatan dalam mengimplikasikan aturan-aturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan juga aturan Bursa Efek Indonesia (BEI) dilakukan
dengan baik, sehingga stakeholder memiliki perspektif positif terhadap citra perusahaan.
Hal ini menandakan bahwa Good Corporate Governance tidak lagi menjadi sebuah
isu belaka dalam menjembatani pola pengorganisasian manajemen perusahaan di
Indonesia.

IV.2.4. Reputasi Auditor


Pada tabel IV.5 akan diklasifikasikan Reputasi Auditor yang digunakan oleh
perusahaan sampel periode 2010-2012.
Tabel IV.5.
Klasifikasi Reputasi Auditor Periode 2010-2012
Jumlah
No. Reputasi Auditor Perusahaan Prosentase (%)
1 KAP Big Four 11 78.6%
2 KAP Non-Big Four 3 21.4%
JUMLAH 21 100%
Sumber : Data yang diolah
Dari tabel klasifikasi Reputasi Auditorselama periode 2010–2012 terlihat sebanyak
11 perusahaan menggunakan KAP Big Four sebagai mitra dalam proses audit laporan
keuangan dari 14 total perusahaan sampel, lalu terdapat 3 perusahaan dari 14 total
perusahaan sampel dengan persentase 26.7 % menggunakan KAP Non Big Four. Hal ini
menandakan bahwa sebagian perusahaan yang mengikuti indeks Corporate Governance
yang dikeluarkan oleh IICG berusaha untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan perusahaan terutama mengenai pelaporan perpajakan yang menjadi
kewajiban perusahaan sebagai wajib pajak badan, sehingga stakeholderberanggapan
bahwa perusahaan sebagai Wajib Pajak sudah menjalankan kewajiban perpajakan dengan
baik disaat Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak menemukan indikasi perusahaan
melakukan tindakan pajak agresif.

IV.2.5. Statistik Deskriptif


Analisis deskriptif dilakukan agar dapat memberikan deskripsi (forecast) mengenai
hubungan antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 3
variabel independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),
dan Reputasi Auditor yang bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel
dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik
untuk pengolahan data sedangkan untuk pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis
regresi berganda karena variabel independen (X) yang digunakan pada penelitian ini lebih
dari 1 (satu).
Berdasarkan hasil pengolahan datameliputi deskripsi antar variabel Independen,
deskripsiantar proksi variabel dependen yaitu Effective Tax Rates (ETR), CashEffective
Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN.
1. Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif.
Komite Audit dalam penelitian ini diukur dengan jumlah anggota komite audit
dalam perusahaan sesuai dengan penelitian Zaluki dan Husin (2009). Berikut
hasil statistik deskriptif Komite Audit dengan Tindakan Pajak Agresif :
Tabel IV.6
Statistik Deskriptif Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Kelompok N N Mean
Perusahaan (Perusahaan) (Sampel) ETR CETR TAXPLAN
Anggota > 3
9 27 0.29 0.27 0.00
Orang
Anggota = 3
5 15 0.32 0.19 0.01
Orang
Sumber: data olah SPSS.

Tabel IV.6 menunjukkan statistik deskriptif Komite Audit terhadap


Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi Effective Tax Rates (ETR),
CashEffective Tax Rates (CETR), TAXPLAN. Berdasarkan tabel diatas statistik
deskriptif komite audit dapat dilihat nilai mean dari proksi ETR untuk komite
audit yang beranggotakan lebih dari 3 orang sebesar 0,29, CETR 0,27 dan
TAXPLAN 0,00. Sedangkan komite audit yang beranggotakan sama dengan 3
orang nilai mean dari proksi ETR sebesar 0,32, CETR 0,19 dan TAXPLAN 0,01.
Maka dapat dilihat bahwa perbedaan antara perusahaan yang memiliki anggota
komite audit lebih dari 3 orang dengan perusahaan yang memiliki anggota
komite audit 3 orang dalam melakukan tindakan pajak agresif berbeda.
Perusahaan yang memiliki anggota komite audit diatas 3 orang memiliki nilai
mean lebih kecil (kecuali CETR) dibanding perusahaan yang memiliki anggota
dibawah 3 orang. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak anggota komite
audit yang dimiliki perusahaan membuat pengawasan terhadap kegiatan
manajemen dalam melakukan tindakan pajak agresif semakin kecil. Jadi
perusahaan yang memiliki anggota komitte audit lebih dari 3 orang dalam
melakukan tindakan pajak agresif lebih besar dari pada perusahaan yang
memiliki anggota komite audit sama dengan 3 orang.
2. Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap
Tindakan Pajak Agresif
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diukur melalui Laporan
Pemeringkatan yang diterbitkan oleh IICG (Indonesian Institute For Corporate
Governance). Variabel Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kategori Well Governed dan Poor Governed. Kategori
Well Governedmerupakan Perusahaan-perusahaan yang memiliki Indeks
Corporate Governance diatas 75 %, sedangkan kategori Poor Governed untuk
perusahaan yang memiliki Indeks dibawah 75 %. Berikut hasil statistik deskriptif
Penerapan Good Corporate Governance dengan Tindakan Pajak Agresif :
Tabel IV.7
Statistik Deskriptif Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Tindakan Pajak Agresif
N Mean
Kelompok N
(Perusahaa ET CET TAXPLA
Perusahaan (Sampel)
n) R R N
Well 0.22 0.26 0.01
11 33
Governed
Poor 0.61 0.17 0.00
3 9
Governed
Sumber: data olah SPSS.
Tabel IV.7 menunjukkan statistik deskriptif Penerapan Good Corporate
Governance terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi
Effective Tax Rates (ETR), CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perusahaan dengan kategori well
governed memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,22, CETR 0,26 dan
TAXPLAN 0,01. Sedangkan perusahaan dengan kategori poor governed
memiliki nilai mean dengan proksi ETR sebesar 0,61, CETR 0,17 dan
TAXPLAN 0,00. Jadi dapat dilihat perusahaan dengan kategori well governed
lebih kecil (kecuali ETR) dibanding dengan perusahaan yang masuk kategori
poor governed. Ini menunjukan bahwa perusahaan yang well governed lebih
menahan diri dalam melakukan tindakan pajak agresif dibanding poor governed.
3. Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Reputasi Auditor diukur dengan melihat apakah perusahaan menggunakan KAP
yang masuk kategori Big Four atau tidak.Variabel Reputasi Auditor dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu kategori Big Four dan NonBig Four.Kategori Big Four
merupakan perusahaan-perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sebagai
mitra perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan, sedangkan kategori Non
Big Four untuk perusahaan-perusahaan yang tidak menggunakan KAP Big Four
sebagai mitra perusahaan dalam mengaudit laporan keuangan. Berikut hasil
statistik deskriptif Reputasi Auditor dengan Tindakan Pajak Agresif :
Tabel IV.8
Statistik Deskriptif Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Kelompok N N Mean
Perusahaan (Perusahaan) (Sampel) ETR CETR TAXPLAN
Big-Four 11 33 0.27 0.27 0.01
Non Big-Four 3 9 0.44 0.15 0.00
Sumber: data olah SPSS.
Tabel IV.8 menunjukkan statistik deskriptif Reputasi Auditor terhadap
Tindakan Pajak Agresif yang diukur dengan proksi Effective Tax Rates (ETR),
CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN. Berdasarkan tabel diatas
dapat dilihat bahwa perusahaan yang menggunakan KAP kategori Big Four
memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,27, CETR 0,27 dan TAXPLAN 0,01.
Sedangkan perusahaan yang menggunakan KAP kategori Non Big Four
memiliki nilai mean dengan proksi ETR 0,44, CETR 0,15 dan TAXPLAN 0,00.
Jadi perusahaan yang menggunakan jasa KAP dengan kategori Big Four memliki
nilai lebih besar (kecuali ETR) dibanding dengan perusahaan yang masuk
kategori Non Big Four. Sehingga perusahaan yang menggunakan KAP kategori
Big Four lebih menahan diri untuk melakukan tindakan pajak agresif dibanding
perusahaan perusahaan yang menggunakan KAP kategori Non Big Four.
4. Statistik Deskriptif Antar Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Tindakan Pajak Agresif.
Tindakan Pajak Agresif dilihat dari sudut melalui proksi Effective Tax Rates
(ETR), CashEffective Tax Rates (CETR), dan TAXPLAN. Berikut statistik
deskripsi antar variabel Independen :

Tabel IV.9
Statistik Deskriptif Antar Proksi Variabel Dependen
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ETR 42 .001 1.198 .30466 .212098
CETR 42 .004 .592 .24282 .127350
TAXPLAN 42 -.033 .048 .00710 .013244
Valid N (listwise) 42

Sumber: data olah SPSS.


Tabel IV.9 menunjukkan statistik deskriptif antar proksi variabel
dependen. Nilai rata-rata dari proksi Effective Tax Rates (ETR) sebesar
0,30466dengan nilai standar deviasi sebesar 0,212098. Nilai standar deviasi yang
kecil menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data cukup besar. Hal ini
ditunjukkan dengan jarak antara nilai minimum (0,001) dan maksimum (1,198)
yang cukup dekat.
Proksi Cash Effective Tax Rate(CTR)menunjukkan rata-rata sebesar
0.24282 dengan nilai standar deviasi 0,127350.Nilai standar deviasi yang kecil
menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data cukup tinggi. hal ini ditunjukkan
dengan jarak antara nilai minimun (0,04) dan maksimum (0,592) tidak terlalu
jauh.
Proksi Taxplan (TAXPLAN)menunjukkan rata-rata sebesar 0,00710dengan
nilai standar deviasi 0,013244.Nilai standar deviasi yang sangat kecil
menunjukkan bahwa tingkat homogenitas data sangat tinggi. hal ini ditunjukkan
dengan jarak antara nilai minimum (- 0,033) dan maksimum (0,048) sangat
dekat.
Nilai standar deviasi yang kecil menunjukkan nilai rata-rata yang ada dapat
menunjukkan gambaran sebenarnya dari data.
IV.2.6. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menhuji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011:160). Salah satu cara
termudah untuk melihat normalitas data residual adalah dengan melihat grafik histogram
yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika data terdistribusi
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonal (Ghozali, 2011: 161)
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
GambarIV.1
Hasil Uji Normalitas Proksi ETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS


Gambar IV.2
Hasil Uji Normalitas Proksi CETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS


Gambar IV.3
Hasil Uji Normalitas Proksi TAXPLAN

Sumber : Data Diolah dengan SPSS


Berdasarkan grafik-grafik diatas terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi ini
layak dipakai untuk memprediksi pengaruh antara Variabel Komite Audit, Penerapan
Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak
Agresif yang diukur melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), CashEffective Tax Rates
(CETR), dan TAXPLAN karena data tersebut berdistribusi normal dan memenuhi uji
normalitas.
IV.2.7. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah antar variabel
independen mengandung korelasi atau tidak, dimana penelitian ini menggunakan variabel
Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor,
Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat berdasarkan nilai Variance Inflation Factor
(VIF). VIF >10 antar variabel independen, maka terjadi Multikolinieritas, dan jika VIF
<10 antar variabel, maka tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel IV.10
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
ETR CETR TAXPLAN
Collinearity Collinearity Collinearity
Model
Statistics Statistics Statistics
VIF VIF VIF
1 (Constant)
KA 1.579 1.579 1.579
GCG 1.956 1.956 1.956
RA 1.635 1.635 1.635
Sumber: data olah dengan SPSS.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) Komite
Audit yang dinotasikan dengan KA, Penerapan Good Corporate Governnace (GCG) yang
dinotasikan dengan GCG, serta Reputasi Auditor yang dinotasikan dengan RA kurang
dari 10 untuk masing-masing proksi Tindakan Pajak Agresif. Nilai Variance Inflation
Factor (VIF) untuk semua variabel independent kurang dari 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada ketiga variabel penelitian ini.

IV.2.8. Uji Heterokedastisitas


Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Salah
satu cara untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas dalam persamaan regresi
pada penelitian ini dilakukan melihat Scatterplot.
Jika gambar Scatterplot tidak membentuk pola tertentu maka penelitian ini bebas
dari heteroskedastisitas. Berikut ini hasil uji heteroskedastisitas:
GambarIV.4
ScatterplotProksi ETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS

GambarIV.5
ScatterplotProksi CETR

Sumber : Data Diolah dengan SPSS


GambarIV.6
ScatterplotProksi TAXPLAN

Sumber : Data Diolah dengan SPSS


Gambar-gambar diatas melalui Scatterplot menggambarkan bahwa distribusi data
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2011: 139), dan distribusi
data penelitian ini acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, dan dengan demikian
dapat dikatakan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas
IV.2.9. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota
sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam
model regresi adalah varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasinya.
Diagnosa adanya autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin
Watson (uji DW) menurutGhozali (2006:100).Hasil Uji Autokorelasi adalah sebagai
berikut :
Tabel IV.11
Hasil Uji Autokorelasi
Coefficientsa
Durbin-
Model
Watson
1 (Constant)
ETR 1.101
CETR 1.983
TAXPLAN 1.264

Dari tabel hasil uji autokorelasi pada tabel diatas terlihat bahwa nilai Durbin
Watson (DW) proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN berturut-turut sebesar 1.101, 1.983,
dan 1.264.Angka tersebut diantara -2 sampai +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat
masalah autokorelasi.
IV.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen (Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan
Reputasi Auditor) berpengaruh signifikan atau berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel dependen (Tindakan Pajak Agresif) baik secara simultan (keseluruhan) maupun
secara parsial (individu). Selain itu, pengujian hipotesis juga digunakan untuk melihat
seberapa jauh atau seberapa besar pengaruh variabel independen (Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor) terhadap variabel
dependen (Tindakan Pajak Agresif). Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari Uji F (Secara Simultan) dan uji koefisien data (Adjusted R2) serta Uji t
(Secara Parsial).

IV.3.1. Uji F (Secara Simultan) dan Uji Koefisien Data (Adjusted R2)
a. Uji F (Secara Simultan)
Uji Signifikansi Simultan atau uji-F ini dilakukan untuk mengetahui bahwa
variabel independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance, dan
Reputasi Auditor bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh y berang
signifikan terhadap variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif yang diukur
lewat sudut pandang Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rate
(CETR) dan TAXPLAN. Proses pengambilan keputusan pada tahap ini
dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Untuk lebih jelasnya
berikut ini adalah hasil pengujian secara menyeluruh atau uji-F :
Tabel IV.12 Hasil Uji Simultan
ANOVAb
Model F Sig.
1 Regression ETR 11.341 .000
CETR 3.132 .037
TAXPLAN 2.211 .103
a. Predictors: (Constant), KA, GCG, RA
b. Dependent Variable: ETR, CETR, dan TAXPLAN
Sumber: data diolah dengan SPSS
Hasil Uji Hipotesis secara Simultan antara Komite Audit, Penerapan Good
Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor terhadap ETR, CETR, dan
TAXPLAN menunjukan bahwa nilai F sign < 0.05. Dari tabel diatas dapat
diketahui bahwa hubungan secara Simultan Variabel Independen yaitu Komite
Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor
terhadap Variabel Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif signifikan untuk
proksi Effective Tax Rate (ETR) dan Cash Effective Tax Rate (CETR), dengan
kata lain jika dilihat melalui sudut pandang Effective Tax Rate (ETR) dan Cash
Effective Tax Rate (CETR), maka Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance (GCG), danReputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap
Tindakan Pajak Agresif karena koefisien signifikansi berada di bawah 0.05 (<
0.05). Namun apabila hubungan Variabel Independen yaitu Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor terhadap
Variabel Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif diukur lewat proksi
TAXPLAN ternyata tidak signifikan karena koefisien signifikansi berada di atas
0.05 ( > 0.05).
b. Uji Koefisien Data (Adjusted R2)
Uji Koefisien Data (Adjusted R2) berguna untuk mengukur seberapa besar
pengaruh dari Variabel Independen Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance (GCG), danReputasi Auditor dalam mempengaruhi Variabel
Dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi ETR, CETR, dan
TAXPLAN.Berikut ini adalah hasil Uji Koefisien Data (Adjusted R2) :
Tabel IV.13
Uji Koefisien Data (Adjusted R2)
Model Summaryb
Std.
Adjusted Error of
Model R R Square
R Square the
Estimate
1 ETR 0.687a 0.472 0.431 0.160029
CETR 0.445a 0.198 0.135 0.118448
TAXPLAN 0.386a 0.149 0.081 0.012693
a. Predictors: (Constant), KA, GCG, RA
b. Dependent Variable: ETR, CETR, dan TAXPLAN
Sumber : Data Diolah SPSS

Berdasarkan dari perhitungan tabel 4.13 diatas, nilai Adjusted R Square


ETR, CETR, dan TAXPLAN berturut-turut sebesar 0.431, 0.135, dan 0.081.Hal
ini menunjukkan bahwa 43.1% perubahan atau variasi dari variabel Tindakan
Pajak Agresif melalui Proksi ETR dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi
dari variabel Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),
danReputasi Auditor.
Koefisien adjusted R2 sebesar 0.135 artinya 13.5 % perubahan atau variasi
dari variabel Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi CETR dapat dijelaskan oleh
perubahan atau variasi dari variabel Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance (GCG), danReputasi Auditor .
Koefisien adjusted R2 sebesar 0.081 artinya 8.1% perubahan atau variasi
dari variabel Tindakan Pajak Agresif melalui Proksi TAXPLAN dapat dijelaskan
oleh perubahan atau variasi dari variabel Komite Audit, Penerapan Good
Corporate Governance (GCG), dan Reputasi Auditor. Sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diuji dalam variabel penelitian
ini.

IV.3.2. Uji t (Secara Parsial)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel
independen yaitu Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),
danReputasi Auditor terhadap variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif dengan
Proksi ETR, CETR, dan TAXPLAN. Berikut ini adalah hasil uji t (Secara Parsial):
TabelIV.14.
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
ETR CETR TAXPLAN
Model
T Sig. T Sig. T Sig.
1 (Constant) 5.776 0.00 -1.136 0.26 0.569 0.57
KA 2.801 0.00 0.099 0.92 -1.973 0.05
GCG -5.037 0.00 1.535 0.13 0.083 0.93
RA -0.179 0.85 0.899 0.37 1.960 0.05
a. Dependent Variable: ETR, CETR, TAXPLAN
Sumber : Data yang diolah

Untuk mengetahui apakah Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance


(GCG), danReputasi Auditor memiliki pengaruh secara parsial (secara parsial) terhadap
variabel dependen yaitu Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi ETR, CETR, dan
TAXPLAN, atau untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen dalam suatu penelitian dapat dilihat dengan
membandingkan thitungdengan ttabel dan membandingkan taraf signifikansi variabel dengan
taraf signifikansi thitung.
1. Pengaruh Komite Audit Terhadap Tindakan Pajak Agresif.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel Komite
Audit dengan proksi variabel dependen yaitu ETR, CETR, dan TAXPLAN
adalah sebesar 0.00, 0.92, dan 0.05, sehingga pada proksi ETR dan TAXPLAN
taraf signifikasi Komite Audit lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, sedangkan
pada proksi CETR lebih besar. Dapat diartikan bahwa variabelKomite Audit
secara parsial lebih kecil dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05. Mengacu
pada keadaan tersebut, maka Ho1ditolak dan Ha1 diterima. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variabel Komite Audit berpengaruh signifikan
terhadap Tindakan Pajak Agresif.

2. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Tindakan


Pajak Agresif.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan proksi ETR, CETR, dan
TAXPLAN adalah sebesar 0.00, 0.13, dan 0.93 sehingga hanya pada proksi ETR
taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih kecil dari taraf
signifikansi 0.05, sedangkan pada proksi CETR, TAXPLAN lebih besar. Dapat
diartikan bahwa variabelGood Corporate Governance (GCG)secara parsial lebih
besar dari taraf nyata signifikansi sebesar 0.05.Mengacu pada keadaan tersebut,
maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara
parsial variabel Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh tidak
signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.
3. Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa taraf signifikansi untuk variabel Reputasi
Auditor dengan proksi ETR, CETR, TAXPLAN adalah sebesar 0.85, 0.37, dan
0.05, sehingga taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih besar
dari pada taraf signifikansi 0.05 untuk proksi ETR dan CETR, sedangkan untuk
proksi TAXPLAN taraf signifikasi Good Corporate Governance (GCG) lebih
kecil dari pada taraf signifikansi 0.05. Dapat diartikan bahwa variabelReputasi
Auditor secara parsial lebih besar dari taraf nyata signifikansi sebesar
0.05.Mengacu pada keadaan tersebut, maka Ho3 diterima dan Ha3 ditolak.Hal ini
dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Reputasi Auditorberpengaruh
tidak signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

IV.3.3. Uji Regresi Berganda


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor sebagai variabel
bebas (independent variabel) terhadap Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel terikat
(dependent variabel). Berikut ini adalah hasil uji regresi berganda :

TabelIV.15
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Model ETR CETR TAXPLAN
B Std. Error B Std. Error B Std. Error
1 (Constant) 2.171 0.376 -0.316 0.278 0.017 0.030
KA 0.283 0.101 0.007 0.075 -0.016 0.008
GCG -0.027 0.005 0.006 0.004 0.000 0.000
RA -0.014 0.077 0.051 0.057 0.012 0.006
Sumber : Data yang diolah

𝑇𝑎𝑥𝑥𝐴𝑔𝑔𝑖𝑡 = ∝ + 𝛽1 𝐾𝐴 + 𝛽2 𝐺𝐶𝐺 + 𝛽3 𝑅𝐴 + 𝜀𝑖 + 𝓊𝑖𝑡


ETR 𝐸𝑇𝑅𝑖𝑡 = 2.171 + 0.283𝐾𝐴 + 0.027𝐺𝐶𝐺 − 0.014𝑅𝐴
CETR 𝐶𝐸𝑇𝑅𝑖𝑡 = −0.316 − 0.007𝐾𝐴 + 0.006𝐺𝐶𝐺 + 0.051𝑅𝐴
TAXPLAN 𝑇𝐴𝑋𝑃𝐿𝐴𝑁𝑖𝑡 = 0.017 − 0.016𝐾𝐴 + 0.000𝐺𝐶𝐺 + 0.012𝑅𝐴

(Persamaan Regresi dengan ketiga Proksi Tindakan Pajak Agresif)

Berdasarkan tabel 4.15terlihat hubungan variabel independen yaitu Komite Audit,


Penerapan Good Corporate Governance (GCG), danReputasi Auditor terhadap variabel
Tindakan Pajak Agresif melalui 3 proksi yaitu ETR, CETR, dan TAXPLAN.
1. Komite Audit
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)
dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa saat
Anggota Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective
Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171 dengan arah positif. Arah positif
diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota Komite Audit 3 orang, maka
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar
2.171. Pada saat Komite Audit mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai
koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR)
berubah menjadi sebesar 0.614 (2.171 x 0.283). Ini menunjukan bahwa
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami
kenaikan sebesar 0.331 (0.614 – 0.283) pada saat perusahaan memiliki anggota
Komite Audit lebih dari 3 orang. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan
memiliki anggota Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif
dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar 0.331.
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Cash Effective Tax
Rates (CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif
dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar - 0.316, yang dapat
diartikan bahwa saat Anggota Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif
dengan proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316 dengan
arah negatif. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota
Komite Audit 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar 0.316. Pada saat Komite Audit
mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif
dengan Proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) berubah menjadi sebesar 0.003
((- 0.316) x (- 0.007)). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan
proksi Cash Effective Tax Rates (CETR) mengalami kenaikan sebesar 0.364
(0.003 – (- 0.314))pada saat perusahaan memiliki anggota Komite Audit lebih
dari 3 orang. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki anggota
Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
CashEffective Tax Rates (CETR) naik sebesar 0.316 (0.003 – (- 0.314)).
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)
dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
Tax Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa saat Anggota
Komite Audit 3 orang, Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan
(TAXPLAN) bernilai sebesar 0.017 dengan arah positif. Arah positif diartikan
bahwa jika Perusahaan memiliki anggota Komite Audit 3 orang, maka Tindakan
Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.017. Pada
saat Komite Audit mempunyai anggota lebih dari 3 orang, nilai koefisien
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) berubah menjadi
sebesar - 0.0003 (0.017 x (- 0.016)). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak
Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami penurunan sebesar
0.0173 (0.0170 – (- 0.0003)) pada saat perusahaan memiliki anggota Komite
Audit lebih dari 3 orang. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki
anggota Komite Audit lebih dari 3 orang, maka Tindakan Pajak Agresif dengan
proksi Tax Plan (TAXPLAN) turun sebesar 0.0173 (0.0170 – (- 0.0003)).
2. Penerapan Good Corporate Governance (Gcg)
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)
dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa saat
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan
Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171
dengan arah positif. Arah positif diartikan jika Perusahaan memiliki Penerapan
Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan Pajak
Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik sebesar 2.171. Pada saat
Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75
%, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates
(ETR) berubah menjadi sebesar 0.059 (2.171 x 0.027). Ini menunjukan bahwa
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami
peningkatan sebesar 0.032 (0.059 – 0.027) pada saat perusahaan memiliki
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Cash Effective Tax Rates
(CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif
dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar - 0.316, yang dapat
diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
Cash Effective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316. Pada saat Perusahaan
memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %, maka
nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Cash Effective Tax Rates
(CETR) berubah menjadi sebesar - 0.002 ((- 0.316) x 0.006). Ini menunjukan
bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Cash Effective Tax Rates (CETR)
mengalami penurunan sebesar 0.008 (0.006 – 0.002) pada saat Perusahaan
memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) dapat
dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax
Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa jika Perusahaan
memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) bernilai sebesar
0.017 dengan arah positif. Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan memiliki
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dibawah 75 %, maka Tindakan
Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.017. Pada
saat Perusahaan memiliki Penerapan Good Corporate Governance (GCG) diatas
75 %, nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan
(TAXPLAN) berubah menjadi sebesar 0.000 (0.017 x 0.000). Ini menunjukan
bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami
penurunan sebesar 0.017 pada saat perusahaan memiliki Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) diatas 75 %.
3. Reputasi Auditor
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Effective Tax Rates (ETR)
dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
Effective Tax Rates (ETR) sebesar 2.171, yang dapat diartikan bahwa Perusahaan
tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), Tindakan Pajak Agresif dengan
proksi Effective Tax Rates (ETR) bernilai sebesar 2.171 dengan arah positif.
Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four,
maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) naik
sebesar 2.171. Pada saat Perusahaan menggunakan KAP Big Four (RA=1), nilai
koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR)
berubah menjadi sebesar -0.030 (2.171 x (-0.014)). Ini menunjukan bahwa
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates (ETR) mengalami
penurunan sebesar 0.016 (0.030 - 0.014 ) pada saat perusahaan menggunakan
KAP Big Four. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan menggunakan
KAP Big Four, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Effective Tax Rates
(ETR) turun sebesar 0.016.
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi CashEffective Tax Rates
(CETR) dapat dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif
dengan CashEffective Tax Rates (CETR) sebesar 0.316, yang dapat diartikan jika
Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), maka Tindakan Pajak
Agresif dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) bernilai sebesar 0.316
dengan arah negatif. Arah negatif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak
menggunakan KAP Big Four, maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar 0.316. Pada saat Perusahaan
menggunakan KAP Big Four (RA=1), nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif
dengan Proksi Effective Tax Rates (ETR) berubah menjadi sebesar -0.018 ((-
0.316) x 0.051). Ini menunjukan bahwa Tindakan Pajak Agresif dengan proksi
CashEffective Tax Rates (CETR) mengalami penurunan sebesar 0.298 (0.316 –
0.018) pada saat perusahaan menggunakan KAP Big Four. Arah negatif
diartikan bahwa jika Perusahaan menggunakan KAP Big Four, maka Tindakan
Pajak Agresif dengan proksi CashEffective Tax Rates (CETR) turun sebesar
0.298.
Melalui persamaan regresi berganda dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) dapat
dijelaskan bahwa nilai konstan dari Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax
Plan (TAXPLAN) sebesar 0.017, yang dapat diartikan bahwa jika Perusahaan
tidak menggunakan KAP Big Four (RA=0), maka Tindakan Pajak Agresif
dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) bernilai sebesar 0.017 dengan arah positif.
Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan tidak menggunakan KAP Big Four
(RA=0), maka Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)
naik sebesar 0.017. Pada saat Perusahaan menggunakan KAP Big Four (RA=1),
nilai koefisien Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN)
berubah menjadi sebesar 0.0002 (0.017 x 0.012). Ini menunjukan bahwa
Tindakan Pajak Agresif dengan proksi Tax Plan (TAXPLAN) mengalami
penurunan sebesar 0.0168 (0.0170–0.0002) pada saat perusahaan menggunakan
KAP Big Four (RA=1). Arah positif diartikan bahwa jika Perusahaan
menggunakan KAP Big Four (RA=1), maka Tindakan Pajak Agresif dengan
proksi Tax Plan (TAXPLAN) naik sebesar 0.0003.
GambarIV.7
Kesimpulan Regresi Berganda

Sumber :Data Diolah


IV.4. Pembahasan dan Keterbatasan
IV.4.1. Pembahasan
Hubungan antara Komite Audit, Penerapan Good Corporate Governance (GCG),
danReputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif dijelaskan oleh proksi (sudut
pandang) Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), dan Tax Plan
(TAXPLAN). Dari 57 sampel perusahaan yang mengikuti Indeks Corporate Governance
yang dikeluarkan oleh IICG periode 2010-2012, terdapat 14 perusahaan sampel yang
lolos kriteria sampel.
Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) Nilai koefisien uji regresi yang positif terhadap
Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR) menunjukan bahwa Komite
Audit dengan anggota lebih dari 3 orang memiliki perubahan positif terhadap tindakan
pajak agresif yang berarti perusahaan cenderung agresif terhadap pajak pada saat
memiliki komite audit 3 orang. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan bahwa
perusahaan-perusahaan di Indonesia “sekedar” menjalankan aturan yang berlaku tentang
komite audit sebagai fondasi dalam menciptakan korporasi yang sehat dan bersih. Jumlah
anggota komite audit dalam perusahaan tidak mendorong perusahaan untuk menahan diri
dalam mengurangi aktifitas pajak yang agresif.Ini dapat tejadi karena jumlah anggota
yang besar dianggap kurang efektif dalam menjalankan fungsinya karena sulit dalam
berkomunikasi, koordinasi serta pembuatan keputusan (Ujiyantho dan Pramuka. 2007)
dan jumlah anggota yang kecil dianggap lebih efektif, aktif dan dinamis (Zhou dan
Panbunyuen. 2008).
Kompensasi serta insentif yang diterima akibat penghematan pajak serta rent
extraxtion menjadi pemicu komite audit membantu manajer dalam melakukan tindakan
pajak agresif. Kondisi ini memperlihatkan bahwa perusahaan selalu berusaha mencari
cara dalam mengurangi beban pajak perusahaan. Hoyt dalam Tax Havens (1993:48)
menyatakan bahwa kenyataan yang ada dilapangan, perusahaan sebagai wajib pajak
sering mencari cara-cara baru untuk mengurangi kewajiban pajak mereka. Budaya
korupsi di Indonesia membuat praktik “kerja-sama” antara manajer dan komite audit pun
menjadi alasan bahwa tindakan ini “seolah” terlihat biasa. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Çule dan Fulton (2009) yang menyatakan bahwa dalam kondisi dimana korupsi
dan tindakan curang dianggap merupakan hal yang biasa, maka tindakan tersebut akan
semakin dapat diterima dan biaya atas tindakan tersebut akan semakin rendah.
Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) terlihat bahwa nilai koefisien estimasi regresi
variabel Penerapan Good Corporate Governance menunjukkan arah negatif terhadap
CETR, positif terhadap ETR dan TAXPLAN.Ini menunjukan bahwa Penerapan Good
Corporate Governance berpengaruh positif terhadap Tindakan Pajak Agresif perusahaan.
Perusahaan cenderung untuk melakukan tindakan pajak yang agresif. Dan hasil dari
analisa statistik deskriptif bertolak belakang dengan dengan hasil uji regresi, dimana
perusahaan yang masuk dalam kategori well governed, terlihat menghindari adanya
praktik perlakuan pajak yang agresif dibanding poor governed.
Ini disebabkan karena peran Good Corporate Governnace meningkatkan tata kelola
serta pola manajemen korporat perusahaan dalam mengurangi tingkat keagresifitasan di
bidang pajak hanya sebatas memenuhi kepatuhan yang bersifat pragmatis.Indikasi
perusahaan menghindari aktifitas dalam mengurangi laba kena pajak melalui
“pengelolaan” beban operasional serta penghasilan perusahaan tidak terlihat.ini
menunjukan bahwa perusahaan cenderung “sekedar” mematuhi dan menjalankan Good
Corporate Governance sebagai aturan yang berlaku. Hal ini dikuatkan oleh pendapat
Sari-Martani (2010) yang menyatakan bahwa dalam menerapkan Good Corporate
Governance perusahaan publik cenderung hanya sebatas memenuhi peraturan
BEI/Bapepam-LK. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Desai dan
Dharmapala (2006) yang menyatakan bahwa semakin buruk tingkat corporate
governance suatu perusahaan maka akan semakin tinggi tindakan penghindaran pajak
yang dilakukan perusahaan tersebut.
Dari tabel Uji Regresi (Tabel IV.15) terlihat bahwa nilai koefisien estimasi regresi
variabel Reputasi Auditor menunjukkan arah negatif terhadap ETR dan CETR, serta
positif terhadap TAXPLAN pada saat Perushaan menggunakaan KAP Big Four.
Koefisien regresi Reputasi Auditor dengan arah negatif menunjukan bahwa penggunaan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dalam proses pemeriksaan serta pengungkapan
laporan keuangan cenderung menahan keinginan perusahaan dalam memanipulasi kas
yang tersedia untuk membayar pajak dan juga perencanaan perusahaan dibidang
perpajakan. Berdasarkan hasil uji parsial pada Tabel IV.14 (Tabel Uji Parsial), tidak ada
satu pun proksi Tindakan Pajak Agresif yang mampu memproyeksikan hubungan antara
reputasi auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif. Penelitian ini belum mampu
membuktikan hubungan antara Reputasi Auditor sebagai variabel independen terhadap
Tindakan Pajak Agresif sebagai variabel dependen. Hasil ini setidaknya mampu
mendeskripsikan gambaran awal hubungan antara Reputasi Auditor terhadap Tindakan
Pajak Agresif, dimana perusahaan yang NonBig Four atau Perusahaan yang
menggunakan KAP selain KAP Big Four lebih agresif dalam melakukan Tindakan Pajak
Agresif dibanding perusahaan yang menggunakan KAP Big Four sesuai dengan hasil
analisa statistik deskriptif.
Jadi kesimpulan akhir mengenai hubungan antara pengaruh Komite Audit,
Penerapan Good Corporate Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan
Pajak Agresif yang diukur melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax
Rates (CETR), dan TAXPLAN adalah Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governace (GCG) dan Reputasi Auditor berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
Tindakan Pajak Agresif.
Mengenai hubungan antara pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governace (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif yang diukur
melalui proksi Effective Tax Rates (ETR), Cash Effective Tax Rates (CETR), dan
TAXPLAN secara Uji Parsial hanya Variabel Komite Audit yang berpengaruh signifikan
terhadap Tindakan Pajak Agresif, namun Penerapan Good Corporate Governace (GCG)
dan Reputasi Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.

IV.4.2. Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini mengandung beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian ini dilakukan menggunakan periode pengamatan yang relatif masih
pendek yaitu tahun 2010-2012.
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya perusahaan yang
terdaftar dalam IICG sehingga tidak bisa merefleksikan kondisi sebenarnya dari
perusahaan-perusahan di Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dan Reputasi Auditor terhadap Tindakan Pajak Agresif pada
perusahaan terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan
oleh IICG selama tahun 2010 - 2012. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi berdanda dengan program olah data SPSS Statistic 17.0
Berdasarkan hasil pengujian pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian selama 3 tahun pengamatan (2010-2012) pada perusahaan
terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan oleh
IICG, Secara Simultan bahwa Komite Audit, Penerapan Good Corporate
Governace (GCG) dan Reputasi Auditor berpengaruh signifikan terhadap
Tindakan Pajak Agresif.
2. Hasil penelitian selama 3 tahun pengamatan (2010-2012) pada perusahaan
terdaftar di Indeks Pemeringkatan Corporate Governance yang dikeluarkan oleh
IICG,Secara Parsial bahwa
a. Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif.
b. Penerapan Good Corporate Governace (GCG) berpengaruh tidak signifikan
terhadap Tindakan Pajak Agresif.
c. dan Reputasi Auditor berpengaruh tidak signifikan (tidak memiliki
hubungan) terhadap Tindakan Pajak Agresif.

V.2. Saran
Terdapat saran yang didasarkan pada beberapa keterbatasan sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Penelitian selanjutnya lebih umum dalam memilih sampel yang akan digunakan.
b. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

________.Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/M-


MBU/2002 TentangPenerapan Praktek Good Corporate Governance Pada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN).(2002). Jakarta.
________.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.(2007). Jakarta.
________.Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-
01/MBU/2011 TentangPenerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara.(2011). Jakarta.
________.Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
Nomor: KEP-643/BL/2012 Tentang Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit .(2012). Jakarta
Ardiyos. 2007. Kamus Standar Akuntansi, Cetakan kedua, Jakarta: Citra Harta Prima.
Arens, Alvin A., Elder, Randal J, Mark S. Beasley. 2011. Auditing dan Jasa Assurance
Pendekatan Terintegrasi. Jakarta: Erlangga.
Badan Pusat Statistik (BPS), Www.bps.go.id
Barber, Hoyt L. 1993. Tax Havens. How to Bank, Invest, and Do Bussiness Offshore and
Tax Free: McGraw-Hill, Inc. p.49-53.
Chen S, Chen X, Cheng Q dan Shevlin T. 2010. Are Family Firms More Tax Aggressive
Than Non-Family Firms?. Journal of Financial Economics.
Choi, Jong-Hang., Francis Kim, Jeong-Bon Kim dan Yoonseok Zang. 2007. Audit Office
Size, Audit Quality and Audit Pricing. AAA Annual Meeting, Chicago. Research
Collection School Of Accountancy.
Çule, M. dan Fulton, M. 2009. Business culture and tax evasion: Why corruption and the
unofficial economy can persist. Journal of Economic Behavior & Organization, 72,
811-822.
De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation.
Journal of Accounting and Economics, 3 Agustus. Pp. 113-127.
Desai M.A. & Dharmapala D. 2006. Corporate Tax Avoidance And High-Powered
Incentives. Journal of Financial Economics.
Effendi, Muh.Arief. 2008. “The Power Of Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasi”. Jakarta: Salemba Empat.
Fitriasari. 2007. Pengaruh Aktivitas Dan Financial Literacy Komite Audit Terhadap Jenis
Manajemen Laba. Simposium Nasional X. Makasar
Frank M, Lynch L, dan Rego S. 2009. Tax reporting aggressiveness and its relation to
aggressive financial reporting. The Accounting Review.
Ghozali Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gunadi. 2006. Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. p. 275-277
Handoko.2007.Observation and Research of Taxation.
Harian NERACA, 25 Februari 2013:8281
Hilmi, Utari dan Ali, Syaiful. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada
Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ Periode 2004-2006). Simposium
Nasional XI
Hite and McGill1992.An examination of taxpayer preference for aggressive tax
advice.National Tax Journal.(1986 – 1998).
Jensen& Meckling .1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics.
Kartika Sari Dewi danMartani Dwi. 2010. Karakteristik Kepemilikan Perusahaan,
Corporate Governance, dan Tindakan Pajak Agresif. Simposium Nasional
Akuntansi VIII.
Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate
Governance.
Masri, Indah dan Martani, Dwi. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost Of Debt.
Simposium Nasional XV
Messier, William F., Glover, Steven M., Prawitt, Douglas F. 2006.Auditing & Assurance
Services A Systematic Approach. New York: McGraw-Hill Irwin
Murphy, K. 2004. Aggressive tax planning: Differentiating those playing the game from
those who don’t. Journal of Economic Psychology.
Organisation For Economic Co-Operation And Development. 2004. OECD Principles Of
Corporate Governance. OECD publications service.
Palestin, Halima Shatila. 2007.Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktik
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba.
Prawinandi, dkk.2012. Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan
Mandatory DisclosureKonvergensi IFRS.Simposium Nasional XV
Prawinandi, dkk.2012. Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan
Mandatory Disclosure Konvergensi IFRS. Simposium Nasional XV hal 16
Priantara, Diaz. 2013. Perpajakan Indonesia (Pembahasan Lengkap dan Terkini disertai
CD Praktikum) Edisi 2 Revisi.Mitra Wacana Media.
Resmi Siti. 2005. Pajak dan Perpajakan.
Sawyer, Lawrence B., Mortimer A. Dittenhofer., James H. Scheiner. 2006. Internal
Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Schön, Wolfgang. 2008. Tax and Corporate Governance: A Legal Approach.
Shleifer, Andrei and Vishny, Robert W. A. 1997. Survey of Corporate Governance. The
Jurnal Of Finance. Vol LII, No 2.
Siallagan, Hamonangan dan Machfoedz, Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi
IX, Padang.
Sinarwati, Ni Kadek. 2010. Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?.Simposium Nasional Akuntansi
XIII, Purwokerto
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat .p. 4-8.
Sulistiyo, Joko. 2010. 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2006. “Penerapan Good Corporate Governance,
Mengesampingkan Hak-hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Lembaga Kajian
Pasar Modal dan Keuangan (LKPMK): Fakultas Hukum, Universitas UI. p.145
Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001.Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3 No. 2, 89 – 101
Zaluki, Nurwati Ashikkin Ahmad dan Hussin, Wan Nordin Wan. 2009. Corporate
Governance and the Quality of Financial Information Disclosure. Accountants
Today
Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. PenerbitAlfabeta, Bandung
No Perusahaan
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk
3 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
4 PT United Tractors Tbk
5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
6 PT Garuda Indonesia (Persero)
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk
11 PT Astra Otoparts Tbk
12 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero)
13 PT Timah (Persero) Tbk
14 PT Panorama Transportasi Tbk
Komite Audit Diukur Dengan Jumlah Anggota
1
Komite Audit Dalam Perusahaan
Jumlah
No Perusahaan Tahun Komite Komite Audit
Audit
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 5 KAP Haryanto Sahari & Rekan
2011 5 KAP PWC
2012 6 KAP PWC
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 6 KAP Haryanto Sahari & Rekan
2011 6 KAP PWC
2012 6 KAP PWC
PT Telekomunikasi Indonesia
3 2010 6
(Persero) Tbk KAP Haryanto Sahari & Rekan
2011 7 KAP PWC
2012 7 KAP PWC
4 PT United Tractors Tbk 2010 3 KAP PWC
2011 3 KAP PWC
2012 3 KAP PWC
PT Aneka Tambang (Persero)
5 2010 6
Tbk KAP ERNST & YOUNG
2011 7 KAP ERNST & YOUNG
2012 6 KAP ERNST & YOUNG
6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
2011 5 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
2012 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
PT Bank Tabungan Negara
7 2010 4
(Persero) Tbk KAP Purwantono, Sarwoko & SandJaja
2011 6 KAP ERNST & YOUNG
2012 3 KAP ERNST & YOUNG
PT Bank Negara Indonesia
8 2010 5
(Persero) Tbk KAP ERNST & YOUNG
2011 4 KAP ERNST & YOUNG
2012 4 KAP PWC
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 3 KAP PWC
2011 3 KAP PWC
2012 3 KAP PWC
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 4 KAP HLB Hadori & Rekan
2011 3 KAP HLB Hadori & Rekan
2012 3 KAP HLB Hadori & Rekan
Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2010

11 PT Astra Otoparts Tbk 2010 3 KAP Haryanto Sahari & Rekan


2011 3 KAP PWC
2012 3 KAP PWC
PT Kawasan Berikat Nusantara
12 2010 3
(Persero) KAP TRISNOWATI & MARIATI
2011 3 KAP TRISNOWATI & MARIATI
2012 3 KAP TRISNOWATI & MARIATI
13 PT Timah (Persero) Tbk 2010 5 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
2011 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
2012 4 KAP DELOITTE (Osman Bi g Satrio & Rekan
14 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO
2011 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO
2012 3 KAP MULYAMIN SENSI SURYANTO
Self
No Perusahaan Tahun Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 23,04 20,98 14,97 32,82 91,81
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 22,84 20,85 14,96 32,81 91,46
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
3 Tbk 2010 20,85 21,77 15,05 31,43 89,10
4 PT United Tractors Tbk 2010 21,82 20,15 14,1 31,29 87,36
5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2010 21,54 19,50 14,23 30,88 86,15
6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 19,68 19,84 14,86 31,44 85,82
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2010 22,59 18,96 13,41 30,74 85,70
8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2010 20,44 20,73 13,13 31,05 85,35
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 20,26 20,54 14,61 28,92 84,33
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 21,44 19,93 13,47 28,57 83,41
11 PT Astra Otoparts Tbk 2010 21,24 16,46 12,28 28,13 78,11
12 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2010 19,94 15,76 12,21 26,78 74,69
13 PT Timah (Persero) Tbk 2010 20,14 17,63 14,25 28,67 80,69
14 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 19,34 15,37 8,88 26,51 70,10
Sumber : Laporan CGPI 2010

Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2011


Self
No Perusahaan Tahun Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2011 13,83 18,19 12,99 46,90 91,91
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2011 13,16 17,95 12,43 46,34 89,88
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
3 Tbk 2011 13,23 18,16 12,52 45,66 89,57
4 PT United Tractors Tbk 2011 13,53 17,25 11,20 45,79 87,77
5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2011 12,68 17,47 11,98 44,42 86,55
6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2011 12,38 17,26 12,39 43,81 85,84
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2011 12,99 16,85 11,65 44,41 85,90
8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2011 13,01 17,72 11,14 43,88 85,75
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2011 12,36 16,33 11,61 42,25 82,55
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2011 12,16 16,19 11,88 43,42 83,65
11 PT Astra Otoparts Tbk 2011 12,24 13,95 10,28 42,62 79,09
12 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2011 11,83 12,91 9,01 39,8 73,55
13 PT Timah (Persero) Tbk 2011 11,44 13,76 10,05 40,43 75,68
14 PT Panorama Transportasi Tbk 2011 10,53 11,62 8,96 37,79 68,90
Sumber : Laporan CGPI 2011

Pengukuran Indeks Penerapan GCG 2012


Self
No Perusahaan Tahun Assesment Dokumen Makalah Observasi Skala
1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2012 15,76 32,13 12,05 31,94 91,88
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2012 14,97 32,04 11,61 31,13 89,75
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)
3 Tbk 2012 15,9 31,13 12,46 31,09 90,58
4 PT United Tractors Tbk 2012 15,58 30,85 7,80 30,78 85,01
5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2012 14,91 31,37 11,83 30,59 88,70
6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2012 14,01 30,37 11,02 30,53 85,93
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2012 15,82 29,39 10,47 29,75 85,43
8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2012 15,23 29,93 11,40 29,60 86,16
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2012 14,37 29,04 11,40 28,99 83,80
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2012 14,26 29,64 11,18 29,45 84,53
11 PT Astra Otoparts Tbk 2012 14,67 26,27 9,45 29,64 80,03
12 PT Kawasan Berikat Nusantara (persero) 2012 13,35 26,02 9,71 25,53 74,61
13 PT Timah (Persero) Tbk 2012 12,87 26,16 9,79 28,99 77,81
14 PT Panorama Transportasi Tbk 2012 11,85 23,06 9,21 26,00 70,12
Sumber : Laporan CGPI 2012
PENGUKURAN REPUTASI AUDITOR
Keterangan :

Reputasi Auditor Diberi Angka 1, Jika Menggunakan KAP BIG 4


1
Reputasi Auditor Diberi Angka 0, Jika Tidak Menggunakan KAP BIG 4

No Perusahaan Tahun Reputasi Auditor

1 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 2010 1


2011 1
2012 1
2 PT Bank CIMB Niaga Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
3 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
4 PT United Tractors Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
5 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
6 PT Garuda Indonesia (Persero) 2010 1
2011 1
2012 1
7 PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
8 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
9 PT Bukit Asam (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 2010 0
2011 0
2012 0
11 PT Astra Otoparts Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
12 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) 2010 0
2011 0
2012 0
13 PT Timah (Persero) Tbk 2010 1
2011 1
2012 1
14 PT Panorama Transportasi Tbk 2010 0
2011 0
2012 0

Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
ETR .30466 .212098 42
KA 1.40688 .311271 42
GCG 83.4493 6.52081 42
RA .79 .415 42

Correlations
ETR KA GCG RA
ETR 1.000 -.087 -.602 -.337
Pearson Correlation KA -.087 1.000 .590 .469
GCG -.602 .590 1.000 .608
RA -.337 .469 .608 1.000
ETR . .292 .000 .014
KA .292 . .000 .001
Sig. (1-tailed)
GCG .000 .000 . .000
RA .014 .001 .000 .
ETR 42 42 42 42
KA 42 42 42 42
N
GCG 42 42 42 42
RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 RA, KA, GCGa . Enter
a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Std. Change Statistics


R Error of F
Mo Squar Adjusted the R Square Chang Sig. F Durbin-
del R e R Square Estimate Change e df1 df2 Change Watson
a
1 .687 .472 .431 .160029 .472 11.341 3 38 .000 1.101

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b. Dependent Variable: ETR

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .871 3 .290 11.341 .000a

Residual .973 38 .026

Total 1.844 41

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b. Dependent Variable: ETR

Coefficientsa

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig. Correlations
B Std. Error Beta Zero-order Partial

1 (Constant) 2.171 .376 5.776 .000

KA .283 .101 .415 2.801 .008 -.087 .414

GCG -.027 .005 -.830 -5.037 .000 -.602 -.633

RA -.014 .077 -.027 -.179 .859 -.337 -.029

a. Dependent Variable: ETR

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22


a. Dependent Variable: ETR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .09995 .70218 .30466 .145775 42


Std. Predicted Value -1.404 2.727 .000 1.000 42
Standard Error of Predicted .030 .090 .048 .013 42
Value
Adjusted Predicted Value .08244 .63821 .30261 .143302 42
Residual -.331172 .609567 .000000 .154063 42
Std. Residual -2.069 3.809 .000 .963 42
Stud. Residual -2.169 4.123 .006 1.027 42
Deleted Residual -.363793 .714158 .002050 .175542 42
Stud. Deleted Residual -2.286 5.473 .035 1.178 42
Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42
Cook's Distance .000 .729 .036 .114 42
Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42

a.Dependent Variable: ETR


Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
CETR .24282 .127350 42
KA 1.40688 .311271 42
GCG 83.4493 6.52081 42
RA .79 .415 42

Correlations

CETR KA GCG RA

Pearson Correlation CETR 1.000 .280 .424 .365

KA .280 1.000 .590 .469

GCG .424 .590 1.000 .608

RA .365 .469 .608 1.000


Sig. (1-tailed) CETR . .036 .003 .009
KA .036 . .000 .001
GCG .003 .000 . .000
RA .009 .001 .000 .
N CETR 42 42 42 42

KA 42 42 42 42

GCG 42 42 42 42

RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 RA, KA, GCGa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of the R Square


Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2
1 .445a .198 .135 .118448 .198 3.132 3 3

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b. Dependent Variable: CETR

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .132 3 .044 3.132 .037a


Residual .533 38 .014
Total .665 41

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b. Dependent Variable: CETR

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial

1 (Constant) -.316 .278 -1.136 .263

KA .007 .075 .018 .099 .922 .280 .016

GCG .006 .004 .312 1.535 .133 .424 .242

RA .051 .057 .167 .899 .374 .365 .144

a. Dependent Variable: CETR

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22

a. Dependent Variable: CETR

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .11171 .30797 .24282 .056699 42


Std. Predicted Value -2.312 1.149 .000 1.000 42
Standard Error of Predicted .022 .067 .035 .009 42
Value
Adjusted Predicted Value .11052 .32054 .24315 .056844 42
Residual -.173341 .321660 .000000 .114032 42
Std. Residual -1.463 2.716 .000 .963 42
Stud. Residual -1.490 2.766 -.001 1.003 42
Deleted Residual -.179620 .333683 -.000336 .123852 42
Stud. Deleted Residual -1.515 3.054 .010 1.031 42
Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42
Cook's Distance .000 .133 .021 .026 42
Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42
a.Dependent Variable: CETR
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

TAXPLAN .00710 .013244 42


KA 1.40688 .311271 42
GCG 83.4493 6.52081 42
RA .79 .415 42

Correlations

TAXPLAN KA GCG RA

Pearson Correlation TAXPLAN 1.000 -.185 .027 .212

KA -.185 1.000 .590 .469

GCG .027 .590 1.000 .608

RA .212 .469 .608 1.000


Sig. (1-tailed) TAXPLAN . .120 .433 .089
KA .120 . .000 .001
GCG .433 .000 . .000
RA .089 .001 .000 .
N TAXPLAN 42 42 42 42

KA 42 42 42 42

GCG 42 42 42 42

RA 42 42 42 42

Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 RA, KA, GCGa . Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of the R Square


Model R R Square Square Estimate Change F Change df1 df2

1 .386a .149 .081 .012693 .149 2.211 3 3

a. Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b. Dependent Variable: TAXPLAN
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 3 .000 2.211 .103a

Residual .006 38 .000

Total .007 41

a.Predictors: (Constant), RA, KA, GCG


b.Dependent Variable: TAXPLAN

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Correlations

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial

1 (Constant) .017 .030 .569 .573


KA -.016 .008 -.371 -1.973 .056 -.185 -.305

GCG 3.530E-5 .000 .017 .083 .934 .027 .013

RA .012 .006 .375 1.960 .057 .212 .303

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Model Dimension Eigenvalue Condition Index (Constant) KA GCG RA

1 1 3.832 1.000 .00 .00 .00 .01

2 .142 5.189 .00 .01 .00 .69

3 .023 12.780 .04 .87 .01 .09

4 .002 46.077 .96 .12 .99 .22

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -.00198 .01467 .00710 .005106 42


Std. Predicted Value -1.777 1.484 .000 1.000 42
Standard Error of Predicted .002 .007 .004 .001 42
Value
Adjusted Predicted Value -.00292 .01614 .00712 .005282 42
Residual -.036672 .043737 .000000 .012220 42
Std. Residual -2.889 3.446 .000 .963 42
Stud. Residual -2.988 3.557 -.001 1.003 42
Deleted Residual -.039232 .046618 -.000026 .013281 42
Stud. Deleted Residual -3.371 4.298 .010 1.099 42
Mahal. Distance .434 11.963 2.929 2.203 42
Cook's Distance .000 .208 .022 .041 42
Centered Leverage Value .011 .292 .071 .054 42

a. Dependent Variable: TAXPLAN

Anda mungkin juga menyukai