Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

Abnormal Labor

Oleh:

Yundzir Furqan bin Yurnalis 1840312662


Nadhirah binti Sa’an 1840312661

Preseptor :
Prof. Dr. dr. Yusrawati, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan case report session ini.
Case report session ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik
di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil,
Padang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis.
1. Prof. Dr. dr. Yusrawati, Sp.OG(K) selaku pembimbing
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan case report session ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga case report session ini dapat memberikan manfaat dan tambahan
pengetahuan khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan
praktek sehari-hari sebagai dokter. Terima kasih.

Padang, 13 Januari 2020

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah proses yang terjadi secara fisiologis yang diawali dengan

kontraksi uterus dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan

plasenta pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih melalui jalan lahir atau melalui

jalan lain, baik dengan bantuan maupun dengan kekuatan sendiri.1

Persalinan abnormal merupakan salah satu masalah obstetrik yang paling umum

menjadi penyulit sekitar 20% dari persalinan. Sekitar 68% dari operasi caesar yang

tidak direncanakan dilaporkan karena kemajuan persalinan yang abnormal antara

presentasi vertex. Abnormalitas persalinan dapat ditemukan pada semua tahap

persalinan termasuklah pada kala I fase laten yang lama, gangguan kala I fase aktif

(protracted or arrested cervical dilatation or descent) dan gangguan kala II

(prolonged or arrest of descent). Lebih ekstrim, persalinan didiagnosis sebagai

terhambat (obstructed) saat presentasi bagian dari janin tidak bisa turun dan tetap

buntu untuk jangka waktu yang lama di jalan lahir meskipun kontraksi uterus telah

adekuat.2

Tiga komponen utama yang mempengaruhi proses persalinan power (kekuatan

his), passenger (janin) dan passage (jalan lahir), yang apabila salah satu dari ketiga

komponen ini mengalami kelainan maka persalinan tidak dapat berjalan normal

sehingga perlu segera dilakukan persalinan tindakan.1 Partus abnormal adalah

persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri,

oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit yaitu kala II lama, partus tak maju,

gawat janin, hidromion, plasenta previa, preeklamsi berat/eklamsi dan malposisi,

3
sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu.

Partus abnormal dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu

atau anak dari pada tindakannya.3 Semua persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi

vakum, forseps, versi ekstraksi, sectio cesaria, presentasi bokong dan lain-lain serta

partus lama (partus >18 jam dan / atau kala II >2 jam) juga merupakan maksud dari

persalinan abnormal.4

Seksio sesarea di Amerika Serikat dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Pada

tahun 2002 terdapat 27,6 % seksio sesarea dari seluruh proses kelahiran. Dari angka

tersebut, 19,1% merupakan seksio sesarea primer. Laporan American College of

Obstretician and Gynaecologist (ACOG) menyatakan bahwa seksio sesarea primer

terbanyak pada primigravida dengan fetus tunggal, presentasi vertex, tanpa

komplikasi. Indikasi primigravida tersebut untuk seksio sesarea adalah presentasi

bokong, preeklampsi, distosia, fetal distress, dan elektif. Distosia merupakan indikasi

terbanyak untuk seksio sesarea pada primigravida sebesar 66,7%.5

Hasil SDKI 2007 melaporkan bahwa seluruh persalinan, 28% ibu mengalami

perdarahan, eklamsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi sebesar 8%,

partus macet sebesar 5%, trauma obstetric 5% dan lain-lain 11%. Data yang diporoleh

dari Rekam medik RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2010 didapatkan data

jumlah persalinan 2981 kasus, dimana jumlah persalinan dengan vakum ekstrasi

sebanyak 96 kasus (9,17%), SC sebanyak 407 kasus (8,8%) dan letak sungsang 82

kasus (12,97%), kasus menepati urutan terbanyak di RSUD Arifin Achmad.3

4
1.2 Batasan Masalah

Case report session ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana dan komplikasi serta laporan

kasus abnormal labor.

1.3 Tujuan Penulisan

Case report session ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang abnormal labor .

1.4 Metode Penulisan

Case report session ini ditulis setelah melakukan pemeriksaan pasien dan

tinjauan pustaka yang ada merujuk kepada berbagai literatur.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), persalinan terjadi spontan presentasi belakang kepala, berlangsung tidak

lebih dari 18 jam, tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin. Pada persalinan

normal, terdapat beberapa fase:6

 Kala I dibagi menjadi 2:

- Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.

- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam.

 Kala II: pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam

pada multigravida.

 Kala III: segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir lengkap, sekitar 30 menit.

 Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum.

6
2.2 Definisi Persalinan Abormal

Persalinan abnormal adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara

spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit

sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu.

Partus abnormal dilakukan jika kelahiran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu

atau anak dari pada tindakannya.3 Persalinan abnormal juga bermaksud semua

persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi vakum, forseps, versi ekstraksi, sectio

cesaria, presentasi bokong dan lain-lain serta partus lama (partus >18 jam dan / atau

kala II >2 jam).4 Persalinan abnormal meliputi fase laten berkepanjangan, gangguan

fase aktif, kala II yang lama dan persalinan macet/obstruksi.2

Kala I fase laten berkepanjangan didefinisikan sebagai persalinan yang

berlangsung lebih dari 20 jam bagi nulipara dan 14 jam bagi multipara untuk masuk

kala I fase aktif. Pada protokol manajemen rumah sakit, kelainan fase aktif meliputi

protraksi dilatasi serviks (<1 cm/jam dilatasi serviks), penurunan berkepanjangan (<1

cm/jam penurunan bagian presentasi), henti dilatasi serviks (tidak ada perubahan

dilatasi serviks dalam 2 jam) dan henti penurunan (tidak ada perubahan dalam 1

jam).2

Kala II yang berkepanjangan didefinisikan ketika berlangsung lebih dari 2 jam

untuk primigravida dan lebih dari 1 jam untuk wanita multipara. Pemberian anestesi

epidural atau narkotika sistemik tidak dipraktikkan pada ibu yang melahirkan.

Persalinan macet/ obstruksi persalinan didiagnosis saat persalinan ibu dalam jangka

waktu> 24 jam persalinan, tidak mampu mendukung dirinya sendiri atau tidak dapat

menggerakkan ekstremitas bawahnya, dengan tanda-tanda vital terganggu, distensi

kandung kemih, Bandle’s ring terbentuk di segmen rahim bawah, gawat janin atau

7
kematian, edematous vulva, kaput besar, cairan ketuban yag berbau busuk dan

mekonium bernoda tebal.2

2.2 Epidemiologi

Persalinan abnormal merupakan salah satu masalah obstetrik yang paling umum

menjadi penyulit sekitar 20% dari persalinan. Sekitar 68% dari operasi caesar yang

tidak direncanakan dilaporkan karena kemajuan persalinan yang abnormal antara

presentasi vertex.2

Hasil SDKI 2007 melaporkan bahwa seluruh persalinan, 28% ibu mengalami

perdarahan, eklamsia sebesar 24%, infeksi sebesar 11%, komplikasi sebesar 8%,

partus macet sebesar 5%, trauma obstetric 5% dan lain-lain 11%. Data yang diporoleh

dari Rekam medik RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2010 didapatkan data

jumlah persalinan 2981 kasus, dimana jumlah persalinan dengan vakum ekstrasi

sebanyak 96 kasus (9,17%), SC sebanyak 407 kasus (8,8%) dan letak sungsang 82

kasus (12,97%), kasus menepati urutan terbanyak di RSUD Arifin Achmad.3

2.3 Etiologi dan Patofisiologi Persalinan Abormal

Proses persalinan normal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu power (his dan

tenaga mengejan), passanger (janin, plasenta dan selaput ketuban) dan passage (jalan

lahir). Ketiga faktor utama ini sangat menentukan jalannya persalinan. Fenomena

yang biasanya sering terjadi pada kala II yaitu ibu kurang bisa mengejan dengan kuat,

hal tersebut biasanya sering terjadi pada ibu primigravida daripada multigravida.7

Partus abnormal terjadi karena terdapat indikasi adanya penyulit yaitu kala II

lama, partus tak maju, gawat janin, hidromion, plasenta previa, preeklamsi

berat/eklamsi dan malposisi, sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan

8
tindakan menggunakan alat bantu. Partus abnormal dilakukan jika kelahiran spontan

diduga berisiko lebih besar pada ibu atau anak dari pada tindakannya.3 Diagnosa

adanya hambatan atau berhentinya kemajuan persalinan pada fase aktif lebih mudah

ditegakkan dan umumnya disebabkan oleh faktor 3 P:8

 P yang pertama, komponen power, frekuensi kontraksi uterus mungkin memadai

namun intensitasnya tidak memadai. Adanya gangguan hantaran saraf untuk

terjadinya kontraksi uterus misalnya adanya jaringan parut pada bekas sectio

caesar, miomektomi atau gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan

kontraksi uterus berlangsung secara tidak efektif. Apapun penyebabnya,

gangguan ini akan menyebabkan kelainan kemajuan dilatasi dan pendataran

sehingga keadaan ini seringkali disebut sebagai distosia fungsionalis. Kekuatan

kontraksi uterus dapat diukur secara langsung dengan menggunakan kateter

pengukur tekanan intrauterine dan kekuatan kontraksi uterus dinayatakan dalam

nilai MONTEVIDEO UNIT. Nilai kekuatan kontraksi uterus yang adekuat adalah

200 MVU selama periode kontraksi 10 menit. Diagnosa arrest of dilatation hanya

bisa ditegakkan bila persalinan sudah dalam fase aktif dan tidak terdapat

kemajuan selama 2 jam serta berlangsung dengan kontraksi uterus yang adekwat (

> 200 MVU ).

 P yang kedua, adalah passage ( atau kapasitas panggul ), kelainan pada kapasitas

panggul (kelainan bentuk, luas pelvik ) dapat menyebabkan persalinan abnormal.

Baik janin maupun kapasitas panggul dapat menyebabkan persalinan abnormal

akibat adanya obstruksi mekanis sehingga seringkali dinamakan dengan distosia

mekanis. Harus pula diingat bahwa selain tulang panggul, organ sekitar jalan lahir

dapat pula menyebabkan hambatan persalinan ( soft tissue dystocia akibat vesica

urinaria atau rectum yang penuh )

9
 P yang ketiga, adalah passanger (janin ) , kelainan besar dan bentuk janin serta

kelainan letak, presentasi dan posisi janin dapat menyebabkan hambatan

kemajuan persalinan.

2.4 Kriteria Penyebab Persalinan Abormal

2.4.1 Persalinan lama6

Persalinan lama adalah waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan

persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai fase

kehamilan, seperti klasifikasi berikut ini:

Distosia pada kala I fase aktif: grafik pembukaan serviks pada partograf berada di

antara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis bertindak,

ATAU

Fase ekspulsi (kala II) memanjang: tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah

janin pada persalinan kala II. Dengan batasan waktu:

- Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, ATAU

- Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien menggunakan

analgesia epidural

Faktor Predisposisi:

Bayi Jalan Lahir

 Kepala janin yang besar  Panggul kecil karena malnutrisi


 Hidrosefalus  Deformitas panggul karena trauma
 Presentasi wajah, bahu, alis atau polio
 Malposisi persisten  Tumpor daerah panggul
 Kembar yang terkunci (terkunci pada  Infeksi virus di perut atau uterus
daerah leher)  Jaringan parut (dari sirkumsisi
 Kembar siam wanita)

10
Ikhtisar Kriteria Diagnostik dan Penatalaksanaan Distosia

2.4.2 Kehamilan dengan parut uterus

Kehamilan dengan parut uterus adalah kehamilan pada pasien yang pernah

mengalami seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya atau pernah mengalami

operasi pada dinding rahim (misalnya miomektomi). Kehamilan dengan parut uterus

diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya luka parut

di abdomen bawah. Parut uterus biasanya didapat dari bekas seksio sesarea,

miomektomi, atau ruptura uteri.Ruptura uteri atau robeknya dinding rahim terjadi

akibat terlampauinya daya regang miometrium. Pada bekas seksio sesarea, risiko

terjadinya ruptura uteri lebih tinggi.6 Adanya gangguan hantaran saraf untuk

terjadinya kontraksi uterus misalnya adanya jaringan parut pada bekas sectio caesar,

miomektomi atau gangguan hantaran saraf lain dapat menyebabkan kontraksi uterus

berlangsung secara tidak efektif.8

11
2.4.3 Kehamilan ganda

Kehamilan ganda ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Diagnosis

dapat ditegakkan dengan besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya

amenorea. Hasil palpasi abdomen mengarah ke kehamilan ganda:6

 Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus

 Teraba 2 balotemen atau lebih

 Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi

Faktor Predisposisi kehamilan ganda adalah:6

 Usia ibu > 30 tahun

 Konsumsi obat untuk kesuburan

 Fertilisasi in vitro

 Faktor keturunan

2.4.4 Makrosomia6

Definisi makrosomia adalah bayi baru lahir dengan berat badan > 4000g.

Diagnosis makrosomia tidak dapat ditegakkan hingga bayi dilahirkan dan ditimbang

berat badannya. Namun demikian, dapat dilakukan perkiraan sebelum bayi

dilahirkan,untuk mengantisipasi risiko distosia bahu, fraktur klavikula, atau cedera

pleksus brakialis.

Berat janin dapat diperkirakan dengan penilaian faktor risiko ibu, pemeriksaan

klinis, atau pemeriksaan USG. Metode-metode tersebut dapat dikombinasi agar

perkiraan lebih akurat.

12
Faktor Predisposisi

• Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram) sebelumnya

• Orang tua bertubuh besar, terutama obesitas pada ibu

• Multiparitas

• Kehamilan lewat waktu

• Usia ibu yang sudah tua

• Janin laki-laki

• Ras dan suku

2.4.5 Malposisi6

Merupakan posisi abnormal verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil

sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Faktor Predisposisi malposisi adalah:

• Ibu dengan diabetes mellitus

• Riwayat hidramnion dalam keluarga

13
Jenis-jenis malposisi

2.4.6 Malpresentasi6

Malpresentasi meliputi semua presentasi selain verteks. Faktor predisposisi

malpresentasi adalah:

• Wanita multipara

• Kehamilan multipel (gemeli)

• Polihidramnion / oligohidramnion

• Plasenta previa

• Kelainan bentuk uterus atau terdapat massa (mis. mioma uteri)

• Partus preterm

14
PRESENTASI GAMBAR

PRESENTASI DAHI

Pemeriksaan abdominal: kepala janin lebih


separuhnya di atas pelvis, denyut jantung janin
sepihak dengan bagian kecil.

Pemeriksaan vaginal: oksiput lebih tinggi dari


sinsiput, teraba fontanella anterior dan orbita,
bagian kepala masuk pintu atas panggul (PAP)
adalah antara tulang orbita dan daerah ubun-
ubun besar. Ini adalah diameter yang paling
besar, sehingga sulit lahir pervaginam.

PRESENTASI MUKA

Pemeriksaan abdominal: lekukan akan teraba


antara daerah oksiput dan punggung (sudut
Fabre), denyut jantung janin sepihak dengan
bagian kecil janin.

Pemeriksaan vaginal: muka dengan mudah


teraba, teraba mulut dan bagian rahang mudah
diraba, tulang pipi, tulang orbita; kepala janin
dalam keadaan defleksi maksimal.

Untuk membedakan mulut dan anus:

• Anus merupakan garis lurus dengan tuber


iskhii

• Mulut merupakan segitiga dengan prominen


molar

15
PRESENTASI MAJEMUK

Diagnosis

Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian


terendah janin (kepala/bokong)

PRESENTASI BOKONG (SUNGSANG)

Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.

Pemeriksaan abdominal: kepala terletak di bagian atas, bokong pada daerah pelvis,
auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi. Pemeriksaan
vaginal: teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya

mekonium.

Pada gambar (berturut-turut): presentasi bokong sempurna, presentasi

bokong murni, dan presentasi kaki (footling).

Komplikasi presentasi bokong

Komplikasi pada janin:

 Kematian perinatal

 Prolaps tali pusat

16
 Trauma pada bayi akibat: tangan dan kepala yang menjuntai, pembukaan serviks
yang belum lengkap, CPD

 Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta dan
kepala macet

 Perlukaan / trauma pada organ abdominal atau pada leher

Komplikasi pada ibu:

 Pelepasan plasenta

 Perlukaan vagina atau serviks

 Endometritis

LETAK LINTANG

Diagnosis

Pemeriksaan abdominal: sumbu panjang


janin teraba melintang, TIDAK teraba bagian
pada pelvis inlet sehingga terasa kosong.
Pemeriksaan vaginal: sebelum in partu TIDAK
ada bagian terendah yang teraba di pelvis,
sedangkan saat in partu yang teraba adalah
bahu, siku atau tangan.

17
2.4.7 Disproporsi Kepala Panggul/ Cephalopelvic Disproportion (CPD)6

CPD adalah hambatan lahir yang diakibatkan oleh disparitas ukuran kepala janin dan

pelvis maternal. Diagnosis dapat ditegakkan apabila terhentinya kemajuan pembukaan

serviks dan penurunan kepala walaupun his adekuat. CPD terjadi akibat janin terlalu

besar dan/atau panggul ibu kecil.

Waspadai CPD terutama pada keadaan:

 Arkus pubis < 90

 Teraba promontorium

 Teraba spina iskhiadika

 Teraba linea innominata

 Pada primigravida bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul pada

usia > 36 minggu.

2.4.8 Placenta Previa6

Plasenta previa adalah placenta yang berimplantasi di atas atau mendekati ostium

serviks interna. Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan lokasinya, yaitu:

 Plasenta previa totalis – ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta

 Plasenta previa parsialis – ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta

 Plasenta previa marginalis – tepi plasenta terletak di tepi ostium internal

 Plasenta previa letak rendah – plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus

sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium

18
Faktor Predisposisi:

 Kehamilan dengan ibu berusia lanjut

 Multiparitas

 Riwayat seksio sesarea sebelumnya

Diagnosis:

 Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu

 Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia

 Syok

 Tidak ada kontraksi uterus

 Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul

 Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin

2.5 Tatalaksana

Vakum dan Forcep

Vakum dan forcep kadang kala digunakan pada persalinan normal untuk

memudahkan melahirkan. Vakum dan forcep diperlukan ketika janin terganggu atau

posisinya tidak normal, ketika wanita tersebut mengalami kesulitan untuk mengejan,

atau ketika terjadi distosia. Namun, jika forcep dicoba dan tidak berhasil, operasi

sesar dilakukan. Ekstraksi vakum maupun forceps merupakan suatu alat yang dipakai

19
untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir. Forcep yang

memegang kepala janin dari samping secara teoritis member tenaga pada basis crania

janin, sedangkan ekstraksi vakum memegang bagian terdepan dari kepala janin,

sehingga dapat dikatakan janin ditarik keluar pada rambutnya. Vakum atau forcep

digunakan untuk membantu melahirkan. Forcep ditempatkan di sekeliling kepala

bayi. Vacuum extractor menggunakan penghisap untuk ditempelkan ke kepala bayi.

Dengan alat manapun, bayi ditarik keluar dengan lembut sebagaimana wanita tersebut

mengejan.9

Sectio Caesarea

Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka

dinding perut dan dinding uterus.10 Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin

dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau

vagina; atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan untuk

melahirkan janin dari dalam rahim. Operasi seksio bisa dilakukan apabila mengalami

kegagalan dalam melakukan persalinan percobaan maupun ektraksi vakum atau

forceps.9

Angka persalinan seksio sesarea yang ada saat ini sebenarnya terlalu tinggi,

angka ini diharapkan dapat dikurangi karena meningkatnya morbiditas dan mortalitas

ibu. Besar kemungkinan bahwa angka mortalitas adalah dua kali angka pada pelahiran

pervaginam. Disamping itu, morbiditas yang terjadi akibat infeksi, kehilangan darah,

dan kerusakan organ internal lebih tinggi pada persalinan caesar.11

Indikasi persalinan seksio sesarea umumnya digunakan jika penundaan persalinan

yang lebih lama akan menimbulkan yang serius bagi janin, ibu, atau keduanya,

padahal persalinan pervaginam tidak mungkin diselesaikan dengan aman.12

20
Indikasi Sectio Caesarea:10

a. Placenta previa

b. CPD ( Cephalo Pelvic Disproportion )

c. Disstres janin

d. Kelainan letak janin, presentasi atau posisi

e. Kehamilan kembar

f. Riwayat operasi sectio caesarea sebelumnya

21
BAB III

LAPORAN KASUS

ANAMNESIS

Identitas Pasien

Nama : Nn. SA

Usia : 27 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta

No RM : 01.07.39.30

Alamat : Limau Sundal Karakah Paneh Pesisir Selatan

Keluhan Utama:

Pasien masuk ke ruang IGD PONEK RSUP Dr. M. Djamil Padang tanggal

14/1/2020 jam 10.10 wib dengan keluhan nyeri perut perut menjalar ke ari-ari

sejak 6 jam SMRS.

Riwayat penyakit sekarang

 Nyeri perut perut menjalar ke ari-ari sejak 6 jam SMRS.

 Keluar lendir bercampur darah 6 jam SMRS.

 Keluar air-air dari kemaluan tidak ada

 Keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada

 Pasien sebelumnya rujukan dari RS Naili dengan diagnosis G1P0A0H0 gravid

aterm + trombositopenia lalu dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil.

22
 Di IGD PONEK, pasien didiagnosis dengan G1P0A0H0 parturien aterm kala I

fase aktif + trombositopenia + CPD panggul sempit

 HPHT: 22 April 2019 TP: 29 Januari 2020

 Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu.

 Gerak anak dirasakan sejak kandungan berusia 5 bulan.

 RHM: mual (+), muntah (+), perdarahan (-)

 RHT: mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

 Riwayat ANC: Kontrol teratur ke SP.OG 1x dalam 1 bulan

 Riwayat demam dan keputihan selama hamil (-)

 Menstruasi : Menarche usia 13 tahun, siklus haid 28 hari teratur, lama 5-7 hari,

banyaknya 3-4x ganti pembalut/hari, nyeri haid (+)

Riwayat Kehamilan/Persalinan/Nifas/ Ginekologi

G1P0A0H0.

Riwayat penyakit dahulu

 Tidak ada riwayat menderita penyakit jantung, paru, hipertensi, DM, ginjal, hepar

dan alergi.

Riwayat penyakit keluarga

 Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit menular dan kejiwaan.

 Ibu pasien menderita hipertensi

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan:

 Riw. merokok (-), minum alkohol (-)

23
 Pasien menikah 1x

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Tanda Vital

 Tekanan Darah : 130/90 mmHg

 Frekuensi Nadi : 85x/menit, halus

 Frekuensi Nafas : 20x /menit, regular

 Suhu : 36,9 oC, aksiler

Status Generalis

 Kepala : normocephal

 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

 Hidung : Tidak ada kelainan

 Telinga : Tidak ada kelainan

 Tenggorokan : Tidak ada kelainan

 Mulut : Bibir sianosis (-)

 Leher : JVP 5-2 cm H2O, pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)

 Thoraks

Paru

 Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan

 Palpasi : Fremitus dada simetris.

 Perkusi : sonor

 Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

24
Jantung

 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

 Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V

Perkusi : batas jantung dalam batas normal

 Auskultasi : S1-S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas

 Edema (-/-) tungkai, akral hangat, CRT < 2 dtk

Status obstetrik

Wajah : Kloasma gravidarum (+)

Mammae: membesar, areola dan papilla mamae hiperpigmentasi (+), pembesaran

kelenjar (+), kolostrum (+).

Abdomen

 Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai usia kehamilan

 Palpasi

 L1: FUT teraba 3 jari di bawah processus xyphoideus. Teraba massa besar,

lunak, noduler.

 L2: Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kiri. Teraba bagian kecil janin

di sebelah kanan.

 L3: Teraba massa bulat, keras, terfiksir

 L4: Konvergen

 His: 2-3x/20’’/sedang

 Auskultasi : DJJ 120-130x

Genitalia

25
 V/U Tenang, PPV (-)

 VT: pembukaan 3-4cm, ketuban (+), teraba kepala di Hodge I

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI
Hemoglobin : 10,7 gr/dl (12.0-16,.0)
Leukosit : 17,430 /mm3 (5.000-10.000)
Hematokrit : 34 % (37-43)
Trombosit : 76.000/mm3 (150.000-400.000)
HEMOSTASIS
PT : 9,3 detik
APTT : 28,7 detik
KIMIA KLINIK
Total protein : 6,6 g/dl
Albumin : 3,5 g/dl
Globulin : 3,1 g/dl
SGOT : 26 U/L
SGPT : 26 U/L
Ureum : 19 mg/dl
Creatinin : 0,7 mg/dl
GDS : 102 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3.6 mmol/L
Klorida : 108 mmol/L
Magnesium : 2.5 mg/dL
IMUNOLOGI
Tes HIV (rapid) : non reaktif
HBsAg
HBsAg (rapid) : non reaktif

Kesan : Anemia ringan, leukositosis, trombositopenia, albumin menurun,


globulin meningkat.

26
DIAGNOSIS KERJA

G1P0A0H0 parturien aterm 38 minggu - 39 minggu kala I fase aktif +

trombositopenia + CPD panggul sempit.

RENCANA

 Kontrol KU,VS,His, DJJ

 Persiapan SCTPP cito

LAPORAN PARTUS :

Jam 12.30 WIB

Lahir bayi secara SCTPP dengan :

JK: Laki-laki BB : gram PB : cm A/S : 8/9

Plasenta lahir lengkap 1 buah, spontan, berat ± 500 gram

Perdarahan selama tindakan ± 500 cc

Diagnosis post operasi:

P1A0H1 post SCTPP ai CPD panggul sempit + trombositopenia

Anak dan ibu baik

Sikap :

 Awasi KU,VS, PPV dan kontraksi uterus

Terapi :

- IVFD RL : metergen 1:1 18 tpm

- Inj ceftriaxone 2x1g

- Pronalges supp 2x1

- Transfusi trombosit 5 unit

27
FOLLOW-UP

15 Januari 2020

Subjective/

 Nyeri pada bekas luka operasi (+)

 Demam (-)

 BAK (+) dan BAB (+)

Objective/

KU : Sedang Kes : CMC

TD : 100/70 mmHg N: 75x/m R: 20x/m S: 36,8 OC

Abdomen

 Inspeksi : Tampak bekas luka operasi tertutup verban.

 Palpasi : NT (+), NL (-), DM (-).

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : BU (+) normal

Genitalia

V/U tenang, PPV (-)

Assessment/

P1A0H1 post SCTPP ai CPD panggul sempit + trombositopenia (NHII)

Planning/

 Perawatan post operasi

 Awasi KU, VS

 IVFD RL --> 20 tpm

 Inj. Ceftriaxone 2x 1gr

 Pronalgess supp 2x1

28
BAB IV

DISKUSI

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Yuniarsih N, Sutrisno E, Armyanti I. Karakteristik Ibu dan Luaran Persalian


dengan Tindakan Ekstraksi Vakum Di RSUD Dokter Rubini Mempawah Tahun
2008-2012. Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak
2. Abraham W, Berhan Y. Predictors of Labor Abnormalities in University
Hospital: Unmatched Case Control Study. Abraham and Berhan BMC Pregnancy
and Childbirth 2014, 14:256 http://www.biomedcentral.com/1471-2393/14/25
3. Nurlisis, Faktor Ibu yang Mempengaruhi Partus Abnormal di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 1, November
2012
4. Siswosudormo R. Pengaruh Persalinan Abnormal terhadap Morbiditas dan
Mortalitas Janin dan Usaha Menurunkan Kematian Perinatal. Berkala Ilmu
Kedokteran Jil. XXI, No. 2, Juni 1989.
5. American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice
Bulletins– Obstetrics. 2003. Dystocia and augmentation of labor. ACOGPractice
Bulletin No 49.ObstetGynecol, 102: 1445-54.
6. Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi Pertama. 2013.
7. Lestari RH, Aprilia E. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Rangsangan
Puting Susu di BPM Lilik Kustono Diwek Jombang. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan p-ISSN: 2252-3847 Vol. 6 No. 2 Desember 2017
8. Cunningham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al. Abnormal labor. In: Williams
Obstetrics. 22nd ed. Appleton & Lange; 2007:415-434.
9. Paat J, Suparman E, Tendean H. Persalinan Distosia pada Remaja di Bagian
Obstetri Ginekologi Blu RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic
(eCl), Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015
10. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
11. Ann Alpers. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC
12. F. Gary Cunningham. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC (Penerbit Buku
Kedokteran)

30

Anda mungkin juga menyukai