Anda di halaman 1dari 3

KESIMPULAN

Kejadian stunting pada balita merupakan adalah salah satu permasalahan gizi secara
global. Berdasarkan data profil Indonesia profil kesehatan Indonesia tahun 2012. Tiga angka
prevalensi stunting tertinggi di ASEAN adalah Laos (48 %), kamboja (40 %), dan Indonesia (36
% ) (kemenkes 2013). Hasil riset kesehatan dasar ( riskesdas) 2013 menyatakan bahwa
prevalensi pendek (stunting) pada balita di Indonesia adalah yang paling tinggi (37,2 %) dari
masalah gizi balita lainnya.

Stunting adalah status gizi yang berdasarkan pada indeks panjang badan menurut umur
(PB/U), Tinggi badan menurut umur (TB/U), dengan ambang batas (Z-score). Stunting pada usia
dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak. stunting banyak terjadi pada balita usia 24-59
bulan daripada balita usia 3-5 tahun atau yang bisa juga disebut usia prasekolah kecepatan
pertumbuhannya. Penyakit infeksi merupakan salah satu factor pnyebabab langsung status gizi
balita disampaing konsumsi makanan.

Stunting banyak terdapat pada anak yang ada penyakit infeksi. Rata-rata anak yang
mengalami infeksi ini , juga mengalami penurunan nafsu makan. Berdasarkan hasil analisis di
ketahui bahwa penyakit yang paling banyak di derita oleh anak usia 24-59 bulan di wilayah
UPK Puskesmas Siantan Hulu adalah demam yang di srtai flu sebesar (55,5 %). Di sebabkan
anak sering main di luar rumah bersama teman-temannya dan melupakan jadwal makan mereka,
jadwal makan yang tidak teratur yang dapat mempengaruhi asupan makan anak sehingga
berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Terlebih lagi anak-anak memiliki kebiasaan tidak cuci
tangan sebelum makan. Sehingga mempermudah terkena infeksi. Dan ada hubungan antara
penyakit infeksi terhadap status stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK Puskesmas
Siantan Hulu.

Waladow (2012) dikatakan bahwa pola makan yang baik belum tentu makananya
terkandung asupan gizi yang benar banyak balita yang memiliki pola makan yang baik tapi tidak
memenuhu jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang, Ada hubungan
antara pola makan anak terhadap status stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK
Puskesmas Siantan Hulu.
Dari hasil analisis di dapatkan bahwa status gizi tidak stunting pada anak ini banyak
terdapat pada ibu yang berpendidikan rendah. Karena ibu yang berpendidikan rendah belum
tentu tidak memiliki pengetahuan tentang gizi. Tingkat pendidikan ibu tinggi tidak menjamin
anak terhindar dari malnutrisi karena tingkat pendidikan tidak berarti ibu memiliki pengetahuan
yang cukup akan gizi yang baik. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap
status stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK Puskesmas Siantan Hulu.

Berdasarkan hasil analisis di peroleh bahwa status tidak stunting lebih banyak pada anak
dengan ibu yang bekerja.. dan status stunting lebih banyak terdapat pada anak yang ibu tidak
bekerja, meskipun ibu yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu untuk mengasuh
anaknnya tetapi jika pula asuh yang kurang baik seperti dalam pola makan kurang di perhatikan
maka akan terjadi masalah gizi. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu terhadap status
stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK Puskesmas Siantan Hulu.

Kusuma (2013), bayi dengan panjang badan lahir pendek berpeluang lebih tinggi untuk
tumbuh pendek di bandingkan anak yang lahir Normal. Ada hubungan antara panjang badan
lahir terhadap status stunting anak usia 24-59 bulan di wilayah kerja UPK Puskesmas Siantan
Hulu.

Anda mungkin juga menyukai