Anda di halaman 1dari 4

KANKER RONGGA MULUT (C06.

9)
1. Pengertian (Definisi)
Kanker bibir merupakan penyakit keganasan primer dari rongga mulut

2. Etiologi / Patofisiologi / Patomekanisme


Multifaktorial, dan sangat berhubungan erat dengan gaya hidup, pada umumnya karena
kebiasaan dan diet (khususnya tembakau dan alkohol).
Defek imun atau immunosuppresan, defek metabolisme karsinogen, atau defek DNA – repair
enzyme
3. Anamnesis
 Riwayat penyakit adanya tumor atau sariawan pada rongga mulut
 Penurunan berat badan
4. Pemeriksaan Fisik
 Didapatkan tumor atau luka sariawan pada rongga mulut
 Didapatkan pembesaran kelenjar leher atau tumor di tempat lain akibat penyebaran.
5. Kriteria Diagnosis
 Riwayat penyakit adanya tumor atau sariawan pada rongga mulut
 Penurunan berat badan
 Pemeriksaan histopatologi tumor sesuai dengan keganasan bibir

6. Diagnosis Kerja
Kanker Rongga Mulut

7. Diagnosis Banding
 Sariawan (Stomatitis)

8. Pemeriksaan Penunjang

Komprehensif (teoritis) Optimal (yang ada di RSSA/disepakati)


1. Laboratorium Umum : 1. Laboratorium Umum :
 Darah tepi lengkap (Hb, Ht, Lekosit,  Darah tepi lengkap (Hb, Ht, Lekosit,
Thrombosit, LED, Hitung jenis. Thrombosit, LED, Hitung jenis.
 Hapusan darah tepi (morfologi sel  Hapusan darah tepi (morfologi sel
darah) darah)
 Fungsi Hati (SGOT/PT, Bilirubin  Fungsi Hati (SGOT/PT, Bilirubin
(T/D/I), LDH, Protein total, albumin, (T/D/I), LDH, Protein total, albumin,
globulin, alkali phosphatase) globulin, alkali phosphatase)
 Asam urat  Asam urat
 Fungsi ginjal (Ureum, kreatinin)  Fungsi ginjal (Ureum, kreatinin)
 Gula Darah Sewaktu  Gula Darah Sewaktu
Laboratorium Khusus (atas Laboratorium Khusus (atas
indikasi) : indikasi) :
 Elektrolit (Na,K,Cl,Ca,Phosphat)  Elektrolit (Na,K,Cl,Ca,Phosphat)
 Analisa gas darah  Analisa gas darah
 Faal hemostasis  Faal hemostasis
2. Pemeriksaan sitologi atau 2. Pemeriksaan sitologi atau
histopatologi kelenjar/massa tumor histopatologi kelenjar/massa tumor
untuk diagnosa tersebut serta untuk diagnosa tersebut serta
keterlibatan kelenjar lain yang keterlibatan kelenjar lain yang
membesar membesar
3. Radiologi Rutin/standart : 3. Radiologi Rutin/standart :
 Foto Dada (thorax PA) dan  Foto Dada (thorax PA) dan Lateral
Lateral  USG seluruh perut (abdomen)
 USG seluruh perut (abdomen) Radiologi khusus atas indikasi :
Radiologi khusus atas indikasi :  CT scan
 CT scan  MRI
 MRI  Foto barium
 Foto barium 4. CT scan thorax atau abdomen; untuk
4. CT scan thorax atau abdomen; untuk mengetahui adanya pembesaran
mengetahui adanya pembesaran kelenjar getah bening (KGB)
kelenjar getah bening (KGB) mediastinum, paraaorta abdiminal
mediastinum, paraaorta abdiminal atau KGB lainnya, massa tumor
atau KGB lainnya, massa tumor dalam abdomen, bila tidak
dalam abdomen, bila tidak memungkinkan evaluasi sekurang-
memungkinkan evaluasi sekurang- kurangnya dapat dilakukan dengan :
kurangnya dapat dilakukan dengan :  Foto Dada (Thorax PA) dan Lateral
 Foto Dada (Thorax PA) dan  USG seluruh perut (abdomen)
Lateral 5. Konsultasi THT :
 USG seluruh perut (abdomen) Pemeriksaan telinga hidung
5. Konsultasi THT : tenggorok (THT) untuk melihat
Pemeriksaan telinga hidung keterlibatan cincin Waldeyer
tenggorok (THT) untuk melihat 6. Konsultasi Jantung untuk
keterlibatan cincin Waldeyer pemeriksaan echokardiografi sebelum
6. Konsultasi Jantung untuk dan sesudah penggunaan obat
pemeriksaan echokardiografi kemoterapi yang bersifat toksik
sebelum dan sesudah penggunaan terhadap jantung
obat kemoterapi yang bersifat toksik 7. Pengambilan cairan tubuh lain (cairan
terhadap jantung pleura, asites, likuor cereberospinalis)
7. Pengambilan cairan tubuh lain atas indikasi untuk selanjutnya
(cairan pleura, asites, likuor dilakukan pemeriksaan analisa cairan
cereberospinalis) atas indikasi untuk tubuh dan sitology.
selanjutnya dilakukan pemeriksaan 8. Bone scan atau foto bone survey bila
analisa cairan tubuh dan sitology. perlu untuk melihat keterlibatan tulang
8. Bone scan atau foto bone survey bila (atas indikasi)
perlu untuk melihat keterlibatan 9. EGFR Evaluasi (immunoihisto)
tulang (atas indikasi)
9. EGFR Evaluasi (immunohisto)

9. Terapi

Komprehensif (teoritis) Optimal (yang ada di RSSA/disepakati)


 Pembedahan (IIA)  Pembedahan (IIA)
 Radioterapi (IIA)  Radioterapi (IIA)
 Kemoterapi ajuvan :  Kemoterapi ajuvan :
 Untuk stadium I, II dan III (IIA)  Untuk stadium I, II dan III (IIA)
 Kemoterapi paliatif  Kemoterapi paliatif
 Untuk stadium IV, kanker bibir,  Untuk stadium IV, kanker bibir, mulut
mulut dan parotis saat diagnosis dan parotis saat diagnosis telah
telah didapatkan penyebaran luas didapatkan penyebaran luas di
di organ lain (IIA) organ lain (IIA)
 Kanker sinus bibir, mulut dan  Kanker sinus bibir, mulut dan parotis
parotis yang berulang setelah yang berulang setelah pengobatan
pengobatan (rekuren) (IIA) (rekuren) (IIA)
10. Edukasi
 Diagnosis, stadium, prognosis, komplikasi
 Rencana pengobatan
 Efek samping pengobatan
 Kemoterapi sesuai jadwal

11. Prognosis

Prognosis ditentukan oleh :


 Stadium
 Hasil pemeriksan histopatologi atau sitologi
 Hasil pemeriksaan imunohistokimia atau imunositokimia

12. Kontributor
a) dr. Budi D Machsoos, Sp.PD-KHOM, FINASIM
b) dr. Djoko H Hermanto, Sp.PD-KHOM, FINASIM
c) dr. Shinta O Wardhani, Sp.PD

13. Indikator Medis


 80 persen pasien keluar RS tanpa komplikasi berat

14. Kompetensi
 Dokter Umum : 1
Dokter Spesialis Penyakit Dalam : 3B

15. Kepustakaan
a) Baselga J, Trigo JM, Bourhis J, et al. Phase II multicenter study of the antiepidermal
growth factor receptor monoclonal antibody cetuximab in combination with platinum-
based chemotherapy in patients with platinum-refractory metastatic and/or recurrent
squamous cell carcinoma of the headneck. J Clin Oncol 2005;24:5568.
b) Pfister DG, Spencer S, Adelstein D, Adkin S, Brizel DM, et al. NCCN Guidelines
Version 2.2016 Head and Neck Cancers. National Comprehensive Cancer Network.
Washington. P16-20

Anda mungkin juga menyukai