Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................ iii
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
BAB II: Pembahasan
A. Pangeran Diponegoro ............................................................................. 2
B. Sebab-sebab ............................................................................................ 2
C. Jalanya Perang ........................................................................................ 3
D. Akhir Perang Diponegoro ....................................................................... 5
E. Dampak positif dan negatif dari perang diponegoro................................
BAB III: Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................. 6
B. Saran ....................................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perang diponegoro disebut juga perang Jawa. Sebab-sebab yang menimbulkan perang
Diponegoro itu adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di kalangan keraton Yogyakarta maupun di daerah
wilayahnya sebagai akibat ikut campurnya kekuasaan asing dalam tata pemerintahan kerajaan. Sedang
pemimpin peperangan tersebut adalah putera Sultan Hamengku Buwono III raja Yogyakarta bernama
Pangeran Diponegoro. Adapun daerah-daerah yang bergejolak dapat dikatakan hamper meliputi semua
daerah kerajaan. Mataram yaitu kerajaan besar di Jawa pada abad XVII-XVIII. Karena itu tidak
mengherankan apabila perang Diponegoro ini juga disebut perang Jawa. Dan salah satu sebab
pecahnya perang Diponegoro sejak tahun 1825 hingga tahun 1830 itupun tidak lain karena Kompeni atau
kekuasaan Belanda pada waktu itu ikut campur dalam pemerintahan kerajaan Yogyakarta. Hal itu dirasa
oleh Pangeran Diponegoro sangat bertentangan dengan adat pemerintahan keraton.
B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pangeran Diponegoro?
2. Apa saja yang menyebabkan meletusnya perang Diponegoro?
3. Bagaimana jalannya perang Diponegoro?
4. Bagaimana akhir perang Diponegoro?
C. Tujuan penulisan makalah
1. Mengetahui siapa pangeran Diponegoro.
2. Mengetahui sebab-sebab meletusnya perang Diponegoro.
3. Mengetahui jalannya perang Diponegoro.
4. Mengetahui akhir perang Diponegoro.
5. Mengetahui dampak positif dan negatif dari perang Diponegoro
BAB II
PEMBAHASAN

Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di dareah jawa
tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin
oleh Pangeran Diponegoro.
A. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro (1785-1855) adalah putra Sultan Hamengkubuwono III dari selir Raden
Ayu Mengkarawati-putri Bupati Pacitan. Semenjak kecil, diasuh oleh neneknya, Ratu Ageng di Tegalrejo.
Sebuah tempat tinggal yang terpencil yang letaknya beberapa kilometer dari istana Yogyakarta.Disana
dia memasuki lingkungan-lingkungan pesantren dan tidak mau menghadap istana yang tidak disukainya
karena banyak persengkongkolan, kemerosotan akhlak, pelanggaran susila, dan pengaruh barat yang
bersifat merusak. (Ricklefs,1999:177-).
Sekitar tahun 1805 pangeran diponegoro mengalami sebuah kejadian spiritual ,dia bermimpi
bahwa dia adalah calon raja yang mempunyai tugas bahwa dia harus memasuki zaman kehancuran yang
harus mensucikanya. Setelah 20 tahun menantikan wkatu yang baik,sementara situasi di jawa bertambah
buruk . Pada tahun 1820 mulai terjadi pemberontakan –pemberontakan kecil (Ricklefs,1999:177).
B. Sebab-sebab
Melihat situasi Jawa yang penuh dengan penderitaan,dengan rakyat dibebani dengan kewajiban
membayar pajak. Serta harus memenuhi kebutuhan orang Belanda dan para bangsawan yang menjadi
kaki tangan belanda. Hal tersebut membuat Pangeran Diponegoro menjadi tidak tahan melihat situasi
tersebut. Selain itu ,Belanda pada masa itu ikut campur dalam urusan pemerintah istana,seperti
penobatan Sultan Yogyakarta. Setelah Sultan Hamengkubuwono IV wafat,Belanda mengangkat putra
mahkota,yaitu Jarot sebagai sultan Yogyakarta, Padahal usianya pada saat itu baru tiga tahun. Sultan
hanya dijadikan sebagi simbol pemerintahan saja. Selanjutnya dalam pemerintahan istana Yogyakarta
diatur oleh Residen Smissert.
Pada bulam Mei 1825, sebuah jalan dibangun didekat Tegalrejo pihak belanda yang membuat
jalan dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo tanpa persetujuan dari pangeran diponegoro.
Pangeran diponegoro dan masyarakat merasa tersinggung dan marah karena Tegal rejo adalah tempat
makam dari leluhur Pangeran Diponegoro (Junaidi ,2007:85). Selain itu pembutan jalan tersebut
pembangunan tersebut akan menggusur banyak lahan. Hal inilah yang menjadi titik tolak terjadinya
perang Diponegoro . Untuk menyelesaikan masalah tanah itu, sebenarnya Residen Belanda,
A.H.Smisaert mengundang Pangeran Diponegoro untuk menemuinya. Namun undangan itu ditolak
mentah-mentah olehnya.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan pematokan di daerah yang dibuat jalan.
Pematokan sepihak tersebut membuat Pangeran Diponegoro geram, lalu memerintahkan orang-
orangnya untuk mencabuti patok-patok itu. Melihat kelakuan Pangeran Diponegoro, Belanda
mempunyai alasan untuk menangkap Diponegoro dan melakukan tindakan. Tentara meriam pun
didatangkan ke kediaman Diponegoro di Tegalrejo. Pada tanggal 20 Juli 1825 perang Tegalrejo dikepung
oleh serdadu Belanda.
Akibat serangan meriam, Pangeran Diponegoro besrta keluarganya terpaksa mengungsi karena
ia belum mempersiapkan perang. Mereka pergi menyelamatkan diri menuju ke barat hingga ke Desa
Dekso di Kabupaten Kulonprogo, lalu meneruskan kearah selatan sampai ke Goa Selarong. Goa yang
terletak di Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul ini, kemudian dijadikan sebagai basis
pasukan.
C. Jalanya Perang
Dalam persembunyianya Pangeran Diponegoro menghimpun kekuatan. Ia mendapat banyak
dukungan dari beberapa bangsawan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang kecewa dengan Sultan maupun
Belanda . Lima belas dari dua puluh sembilan pangeran bergabung dengan Diponegoro, demikian pula
empat puluh satu dari delapan puluh bupati. Salah satu bangsawan pengikut Diponegoro adalah Sentot
Prawirodirjo seorang panglima muda yang tangguh di medan tempur. Komunitas agama bergabung
dengan Diponegoro , yang diantarana adalah Kiai Mojo yang menjadi pimpinan spiritual pemberontakan
tersebut. Rakyat pedesaan juga bertempur di pihak Diponegoro dan memebantu pasukan-pasukannya
apabila mereka tidak sanggup bertempur lagi.
Awalnya pertempuran dilakukan terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri,
dan artileri oleh Belanda. Pihak Diponegoropun menanggapi dan berlangsunglah pertempuran sengit di
kedua belah pihak. Medan pertempuran terjadi di puluhan kota dan di desa di seluruh Jawa. Jalur-jalur
logistik juga dibangun dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Belanda
menyiapkan puluhan kilang mesiu yang dibangun di hutan-hutan dan dasar jurang. Mesiu dan peluru
terus diproduksi saat peperangan berlangsung. Selain itu Belanda juga mengarahkan mata-mata utuk
mencari informasi guna menyusunn setrategi perang.
Selanjutnya Diponegoro beserta pengikutnya mengunakan strategi gerilya, yakni dengan cara berpencar,
berpindah tempat lalu menyerang selagi musuh lengah. Setrategi ini sangat merepotkan tentara Belanda.
Belum lagi Pangeran Diponegoro mendapat dukungan rakyat. Awlanya sendiri peperangan banyak
terjadi di daerah barat kraton Yogyakarta seperti Kulonprogo, Bagelen, dan Lowano (Perbatasan
Purworejo-Magelang). Perlawanan lalu berlanjut kedaerah lain: Gunung kidul, Madiun, Magetan, Kediri,
dan sekitar Semarang.
Serangan-serangan besar dari pendukung Diponegoro biasanya dilakukan pada bulan-bulan
penghujan karena hujan tropis yang deras membuat gerakan pasukan Belanda terhambat. Selain itu,
penyakit malaria dan disentri turut melemahkan moral dan fisik pasukan ,Belanda kewalahan menhadapi
perlawanan Diponegoro. Diponegoro sempat mengalami kekalahan besar pada bulan Oktober 1826
ketika dipikul mundur di Surakarta . Meskipun demikan , pada akhir tahun 1826 pasukan-pasukan
pemerintah Belanda nampak tidak dapat maju lagi, dan Diponegoro masih menguasai berbagai wilayah
pedalaman Jawa tengah.
Berbagai langkah –langkah sudah di coba pihak Belanda diantaranya, ada bulan Agustus 1826
pihak Belanda memulangkan sultan Hamengkubuwono II yang sudah berusia lanjut dari tempat
pengasingan Ambon dan mendudukanya lagi diatas tahta Yogyakarta (1826-1828). Tetapi langkah ini
sama sekali gagal mendorong rakyat Jawa supaya tidak lagi mendukung pemberontakan.
(Ricklefs,1999:179)
D. Akhir Perang Diponegoro
Pada tahun 1827 pemerintah Hindia Belanda menerapkan setrategi jitu untuk mematahkan
perlawanan gerilya ini. Menghadapi perlawanan tersebut,Belanda menerapkan strategi Benteng Stelsel
(sistem Benteng) ats perinta Jendral De Kock.Dengan siasat ini, Tentara Belanda mendirikan benteng di
setiap daerah-daerah yang dikuasainya dan diantara benteng-benteng itu dibuat jalan raya. Akibatnya
,pasukan Diponegoro mengalami kesulitan karena hubungan antar pasukan dan rakyat menjadi sulit.
Rakyat dihasut dan di adu domba dengan politik Devide et empera. Kekeutan pasukan Diponegoro pun
semakin lemah karena banyak pemimpin yang gugur,tertangkap, atau menyerah.
Pembelotan dan jumlah tawanan dari pihak pemberontak semakin meningkat. Pada bulan April
1829 Kiai Mojo berhasil ditangkap. Pada bulan september 1829 paman Diponegoro,pangeran
mangubumi dan panglima utamanya sentot, keduanya menyerah. Selanjutnya Sentot dimanfaatkan oleh
Belanda untuk menjalankan tugas untuk melawan kaum padri di sumatera,sedangkan Mangkubumi
diangkat sebagai salah satu dari pangeran-pangeran yang paling senior dari Yogyakarta. Akhirnya ,pada
bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia untuk berunding di Magelang. Namun setibanya disana dia di
tangkap. Pihak Belanda mengasingkanya ke Manado dan kemudian ke Makasar, Dimana dia wafat pada
tahun 1855. Pemberontakan akhirnya berakhir, di pihak Belanda perang ini telah menelan setidaknya
8000 serdadu Belanda dan di pihak pribumi sekitar 2000.000 tewas sehingga penduduk Yogyakarta
habis hampir separuhnya.

Dampak dari perang diponegoro


a) Perang ini menewaskan 200.000 orang di indonesia
b) Perang ini termahal atau sangat banyak mengeluarkan biaya.
c) Perang ini juga diraasakan seluruh nusantara.
d) Semakin parahnya perekonomian di indonesia.
e) Hasil dari tanam paksa digunakan untuk membiayai pihak militer belanda.
f) Penderitaan yang besar bagi rakyat indonesia.
g) Belanda mendapatkan beberapa wilayah di yogyakarta dan surakarta dan kekuasaan kerajaan-
kerajaan jawa mulai berkurang.
h) Terjadi penghapusan sistem tanam paksa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang diponegoro adalah perang yang berlangsung antara tahun 1825-1830 di dareah jawa
tengah dan sebagian jawa timur. Dalam perang terjadi antara Belanda penduduk pribumi yang dipimpin
oleh Pangeran Diponegoro. Perang ini disebabkan pihak Belanda membangun jalan dari Yogyakarta ke
Magelang yang melewati makam lelehur pangeran Diponegoro. Dalam peperangan yang berlangsung
selama lima tahun ini dimenangkan oleh pihak belanda. Setelah kekalahan tersebut pangeran
Diponegoro di tangkap dan di asingkan ke Manado dan dipindahkan ke Makassar sampai beliau wafat
tanggal 8 januari 1855. Perang ini juga mengakibatkan banyak korban tewas dari pihak Belanda maupun
pribumi.
B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang
Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa
pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur
darimereka.
MAKALAH
(PERANG DIPONEGORO)

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 4
 AULIA RAMADANI
 LISMA
 FITRIANI
 AFDAWATI

SMA NEGERI 9 SINJAI


TAHUN AJARAN 2019-2020

Anda mungkin juga menyukai