ISLAM vs KRISTEN
Oleh:
Abul Ata Jalandhari
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENTERJEMAH
Buku yang di tangan pembaca ini punya latar belakang sejarah yang
penting, tukar pikiran tentang Al-masih a.s. yang jarang terjadi. “Debat Kairo”,
tukar pikiran yang terjadi di Mesir antara Maulvi Abul Ata Jalandhari, Mubaligh
Ahmadiyah di Timur Tengah waktu itu dan tiga orang pendeta Kristen. Umat
Islam menghormati dan memuliakan Almasih tetapi berbeda pendapat tentang
misi dan pribadinya sendiri. Terdapat tiga masalah dasar yang tidak dibenarkan
oleh Al-Qur’an, dianut orang-orang Kristen. Tiga masalah dasar itu yang
didiskusikan oleh kedua belah pihak.
Diskusi telah terjadi dalam bahasa Arab. Maulvi Abul Ata Jalandhari
menawarkan pendiriannya secara terbuka, namun belum ada yang tampil
membantah isi buku ini sampai sekarang.
Buku ini telah tersiar dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Urdu,
berbagai bahasa Afrika dan lain-lain. Kami merasa ada baiknya buku ini dibaca
oleh orang yang berbahasa Indonesia. Kami terjemahkan dari bahasa Urdu.
Keterangan dari Bibel diambil dari Alkitab, terbitan Lembaga Alkitab, Indonesia,
Jakarta, 1991. Mudah-mudahan isi buku kecil ini bermanfaat bagi peminat dan
pencari kebenaran, amin.
Jakarta, 25-11-1991.
Penterjemah
PRAKATA
Pusat misi Ahmadiyah yang tetap, ada di Jabal al-Karmal, Haifa, dari
tempat itu saya mengadakan perjalanan dakwah keliling ke berbagai negara
Arab. Tahun 1933 saya berada di Mesir. Di sini, di kota Kairo, terjadi tukar pikiran
mengenai masalah-masalah keagamaan, yang laporannya saya paparkan dalam
buku kecil ini dan saya persembahkan kepada para pembaca.
Mula-mula saya terbitkan segala yang terjadi dalam tukar pikiran itu dalam
majalah bahasa Arab tersebut di atas, disertai tantangan yang ditujukan kepada
semua misionaris Kristen. Tetapi, tidak seorang pun dari antara mereka yang
berada di tanah Arab tampil dan menerima tentangan itu. Tahun 1933 itu juga
topik ini diterbitkan oleh “Review of Religion” edisi bahasa Urdu yang terbit di
Qadian, India, dengan memberikan tantangan yang berulang-ulang, tetapi tak
seorang pun juru dakwah Kristen di India yang berani tampil dan menerima
tantangan itu.
Sekarang, bersamaan dengan anjuran yang tepat dari Ibu Ketua Lajnah
Imaillah Pusat, kami menerbitkan dalam bahasa Inggris. Seraya mengucapkan
terima kasih kepada Sayid Kamal Yusuf, H. A., Mubaligh Ahmadiyah di
Skandinavia, salah seorang murid saya yang patut dihormati yang telah
menterjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris, dan juga kepada Prof. Qazi
Muhammad Aslam dari Universitas Punjab di Lahore yang bermurah hati
memeriksa naskah terjemah buku ini dan mencatat berbagai perbaikan yang
perlu.
Rabwah, 11 Desember 1963.
Abul Ata Jalandhari
MENUJU PERDEBATAN
Dalam bulan Januari sampai Maret 1933 saya berada di Kairo. Saya
kunjungi beberapa pendeta untuk tabligh Islam. Dr. Philips, seorang bangsa
Amerika, yang pada waktu itu kepala misi di Kairo, menarik perhatian saya. Dia
seorang Kristen yang sangat kuat dalam membela akidahnya.
(1) Apakah, kecuali Yesus Almasih, ada orang yang tidak berdosa?
(2) Apakah Yesus Almasih itu Tuhan hakiki?
(3) Benarkah Almasih mati di atas salib?
Dr. Philips menghendaki supaya tukar pikiran itu dilakukan menurut Bible.
Dalil atau keterangan-keterangan lain yang diambil dari luar Bible akan ditolak.
Syarat ini saya terima dengan baik. Sebab, bahkan Bibel dalam kondisinya yang
sekarang pun cukup mendukung pendirian kita, meskipun sudah mengalami
interpolasi (penyisipan) dan pemutarbalikan. Penelitian-penelitian ilmuwan
sepakat bahwa Bibel mengalami perubahan-perubahan.
Saya terima baik usul itu dan sekarang saya akan mengemukakan
laporan secara singkat mengenai proses tukar pikiran itu. Tukar pikiran yang
sebenarnya berlangsung sesuai dengan batas-batas waktu yang ditentukan.
Perlu saya diutarakan bahwa Dr. Philips bersikap ragu-ragu dan dengan
susah payah memberi jawaban. Mereka yang mengikuti tukar pikiran kami akan
jadi saksi. Bahkan rasa kalah dan menyerah tampak jelas pada Dr. Philips dan
air muka teman-temannya tak dapat menyembunyikan perasaan itu.
Dari Perjanjian Baru secara jelas dapat kita ketahui bahwa hamba-hamba
Tuhan itu terbagi ke dalam dua macam yang jahat dan ada yang baik. Orang
yang mengatakan semua manusia itu berdosa, berarti dia mendustakan
keterangan-keterangan Perjanjian Baru yang jelas tersebut. Injil mengatakan:
Pertama:
Kedua:
Ketiga:
Kitab Suci Bibel menjadi saksi bahwa banyak sekali orang saleh
dan suci telah berlalu. Mereka sepanjang hidupnya tunduk kepada Allah
dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Mereka tidak pernah
membangkang. Saya akan menyebutkan beberapa di antara orang-
orang suci itu:
Dari ayat-ayat ini terbukti bahwa Yohanes (Yahya) adalah seorang suci
dan bersih dari dosa. Ia seorang yang menerima wahyu Tuhan. Tangan
Tuhan di atas tangannya dan dia sejak di dalam rahim ibunya sudah
dipenuhi oleh Roh Kudus. Lagi pula dia pembaptis orang-orang yang
berdosa untuk bertobat dan untuk menyelamatkan manusia yang penuh
dosa. Dia terbesar dari antara orang-orang yang dilahirkan dari rahim
perempuan. Mungkinkah insan seperti ini orang berdosa? Saya
berpendapat tak akan ada orang Kristen yang berakal akan menetapkan
Yohanes atau Yahya orang berdosa, terutama setelah terbukti bahwa Isa
Almasih dibaptis secara khusus oleh Yohanes sendiri. Saya
menyampaikan tantangan kepada semua orang Kristen untuk
membuktikan berdasarkan Bibel bahwa Yohanes itu berdosa.
2. Habel anak Adam. Habel juga seorang suci dan benar dalam tiap
perbuatannya. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Dalam
Perjanjian Baru dikatakan:
11. Yusuf, suami Maryam. Tentang dia Injil menyebutnya dengan kata
suci Dikatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulis hati dan
tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud
menceraikannya dengan diam-diam” (Matius 1:19).
Ahmadi: Mempunyai pikiran seperti itu sangat tidak adil dan aniaya
terhadap kemanusiaan. Selain itu kepercayaan seperti itu pun tidak
selaras dengan Alkitab. Adam yang berbuat dosa, lalu keturunannya
menanggung beban dosa sampai kiamat. Dalam Bibel tegas-tegas
dikatakan:
Ahmadi: Jelas, memang, bahwa Hadhrat Maryam lahir dari nutfah (bibit)
laki-laki. Berdasarkan akidah Anda ini dia juga menjadi berdosa.
Karenanya, puteranya, Almasih, juga berdosa, karena beliau lahir melalui
rahim ibunya.
“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena
memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya kepada suaminya yang bersama-
sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya” (Kejadian
3:6).
Di sini jelas bahwa dosa Hawa dibanding Adam dua kali lebih besar. Kalau
landasan akidah Anda dianggap benar, maka anak yang lahir dari benih laki-laki
dan perempuan dia akan dapat separo dari dosa laki-laki dan separo dari dosa
bagian perempuan. Berarti dia berdosa tingkat menengah. Tetapi anak yang lahir
dari seorang perempuan saja dia akan mewarisi seluruh bagian dosa. Dalam
kata-kata yang lain, anak yang lahir dari seorang perempuan semata bukannya
jadi bebas dosa, malahan dosanya lebih besar disbanding anak-anak yang lain.
Kristen: Bukannya menjawab bantahan tersebut di atas, malahan
mengatakan dalam Mazmur dikatakan: “TUHAN memandang ke bawah dari
sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi
dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah
bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).
Ahmadi: Firman Tuhan ini ialah tentang kaum tertentu dari masa tertentu
pula karena dalam Mazmur no. 80 juga tercantum: “Tidak sadarkah semua orang
yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatku seperti memakan roti,
dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kejutan
yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar” (Mazmur 14:4-5).
Maka kalimat: ”Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak
ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:3), tertuju hanya kepada
kaum tertentu dan dialamatkan kepada orang-orang tertentu pula. Pada saat
orang itu mencela atau mengejek, pemakaian bahasa menghendaki kata-kata
yang bersifat umum.
Kristen: Hadhrat Daud seorang nabi, namun beliau mengambil isteri Uria
dan berbuat zina dengannya. Apakah perbuatan ini bukan dosa?
Ahmadi: Saya tadinya berpikir Anda tak akan begitu berani berkata begitu
dan menuduh Daud a.s. berbuat zina, karena kalimat pertama Inji mengatakan,
“Yesus Kristus, yaitu anak Daud”. Kalau Anda mengatakan Hadhrat Daud
seorang pezina (naudzubillah), lalu bagaimana dengan Yesus?
Kristen: Tidak diragukan lagi, saya tak mau melakukan perbuatan buruk
seperti itu.Tetapi, tentang Daud, Bibel sendiri yang memberikan kesaksian. Apa
yang dapat saya perbuat?
Ahmadi: Tuhan memberikan akal kepada kita. Melalui akal itu kita dapat
membedakan antara barang tiruan dan asli, yang dusta dari yang benar. Bibel
sendiri penuh dengan petunjuk yang membantah tuduhan-tuduhan terhadap
Daud a.s. Cerita Bibel ini pasti dibuat-buat. Tak akan ada orang terhormat
melakukan perbuatan rendah seperti ini. Apalagi satu wujud mulia, seorang nabi
besar. Sebenarnya dalam Injil terdapat banyak keterangan yang menerangkan
Yesus seorang berdosa. Sebagai misal:
Kristen: Yah, dari antara mereka ada seorang, Samson. Dikatakan dalam
“Hakim-Hakim” bahwa dia pezina: “Pada suatu kali, ketika Samson pergi ke
Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia.
Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: “Simson telah datang kesini,”
maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-
malaman itu di pintu gerbang kota itu, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak
dapat berbuat apa-apa, karena pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan
membunuh dia”. Waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun
pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta
palangnya, diletakkannya diatas kedua bahunya, lalu semuanya itu
diangkutnyake puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron” (Hakim-
Hakim 16:1-3).
Ahmadi :
1. Ayat ini cuma menunjukkan bahwa, untuk menyelamatkan diri dari musuh-
musuhnya, Samson berlindung di rumah seorang wanita yang kebetulan
wanita gasang (nakal). Ini adalah kisah yang sama seperti yang
diterangkan oleh Kitab Yusak, bunyinya: Yosua bin Nun diam-diam
melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: “Pergilah, amat-amatilah
negeri itu dan Kota Yerikho. ”Maka pergilah mereka dan sampailah
mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab,
lalu tidur di situ.” (Yosua 2:1). Dua laki-laki ini bukan pezina melainkan
karena ingin menyelamatkan diri dari musuh, mereka datang ke rumah
seorang wanita nakal. Seperti itulah kejadiannya dengan Samson.
3. Dalam surat kepada Orang Ibrani telah dikatakan: “Dan apakah lagi yang
harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku
hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan
Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-
kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan,
menutup mulut singa-singa”. (Surat kepada Orang Ibrani 11:32-33).
Dari kata-kata ini jelaslah bahwa Samson adalah seorang jujur lagi suci
dan sebagai orang yang menerima janji-janji dari Tuhan. Oleh karena itu,
wahai Bapak Pendeta, penarikan kesimpulan Anda tidak tepat. Saya ingin
mengatakan, kalau Anda sudi sekelumit berpikir maka akan tampak
bahwa cerita mengenai Samson ini tidak ada artinya bila dibandingkan
dengan cerita-cerita mengenai Yesus. Seperti dikatakan oleh Injil Lukas
dengan terang dan jelas tercantum:
“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang
berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan
di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam
berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus
dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan
menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan
meminyakinya dengan minyak wangi itu” (Lukas 7:37-38).
Atas dasar itu sama sekali tak dapat dibenarkan kalau Anda melemparkan
tuduhan kepada Samson mengenai hal yang tidak ada sangkut pautnya
dengan dirinya. Selain itu saya ingin bertanya tentang mereka, orang-
orang bersih lainnya, dapatkah Anda membuktikan di antara mereka itu
siapa yang berdosa?
***
Hingga di sini tukar pikiran pertama telah berakhir. Akhirnya Dr. Philips
terpaksa memberikan pernyataan tertulis yang ditanda tangani dengan
pengakuan bahwa Hadhrat Daud, yang sebelumnya dituduh olehnya berdosa,
diakui tanpa sungkan:
{tulisan arab}
Tukar pikiran ini berlangsung di tempat Dr. Philips, sebuah gedung yang
luas American mission. Kami berbahas selama dua jam lebih. Sebelum saya
menguraikan dalil-dalil yang saya kemukakan dalam perdebatan ini, ketika satu
dalil pun tak dapat dibantah oleh Dr. Philips, baiklah lebih dulu akan saya
utarakan ringkasan pembicaraan yang terjadi di antara kami.
Kristen: Almasih adalah Tuhan dan Anak Allah karena dia dilahirkan
tanpa bapak.
Ahmadi: Hadhrat Adam dilahirkan tanpa ibu dan bapak. Apakah ini berarti
dia lebih besar, baik dari Tuhan sendiri maupun anak-Nya? Begitu pula
mengenai Melkisedek, raja Salem, kita baca dalam Bibel: “Ia tidak berbapak,
tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak
berkesudahan, karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi
imam sampai selama-lamanya” (Ibrani 7:3).
Kristen: Dalam Injil, tentang Yesus, banyak sekali disebutkan kata “Anak
Tuhan” (Dr. Philips membacakan kutipan-kutipan mengenai ini).
Ahmadi: Ayat-ayat ini tidak dapat kita artikan secara harfiah, melainkan
harus diartikan sebagai kata-kata kiasan. Ada dua alasan tentang ini:
(1) “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN:
Israel ialah anakku, anakKu yang sulung” (Keluaran 4:22).
(2) “Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1).
(3) “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di
kediamanNya yang kudus” (Mazmur 68:6).
(4) “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan
menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapaNya; Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya”. (II Samuel
7:13,14).
(5) “Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya” (I
Tawarikh 28:6 dan 22:10).
(6) “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:19).
(7) “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar.” (Matius 5:45).
(8) “Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya
satu Bapa, yaitu Dia yang di sorga.” (Matius 23:9).
(9) “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah;
dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga
Dia yang lahir dari padaNya” (I Yohanes 5:1).
(10) “Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.” (Lukas 3:38).
(11) “Kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Rasul-Rasul 17:28).
(12) “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).
(13) “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah” (Roma 8:14)
(14) “Dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan
mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yohanes 11:52)
(15) “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga
ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya ia, Anaknya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara” (Roma 8:29)
(16) “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16)
(17) “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu
laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Korintus 6:18)
(18) “Anak-anak Allah yang hidup” (Hosea 1:10)
(19) “Aku telah menjadi bapa Israel, Efrain adalah anak sulungKu” (Yeremia
31:9)
Dari kutipan di atas adalah jelas bagaikan terangnya siang bolong bahwa
Bibel menyebutkan kata “Anak” dalam artian kasih dan sayang semata. Dan
tidak diragukan bahwa status Hadhrat Almasih atau Yesus adalah seorang nabi
yang dikasihi Tuhan.
Ahmadi: Ini tidak benar. Coba lihat tafsir Injil Matius yang diterbitkan oleh
“The Nile Publishing House”, halaman 178, di sana ditulis: “LAM YULIN ‘AN
NAFSIHI MAN HUWA WALAM TAKUN NUBUWAAT AL’AHDIL QADIMI
MUWADDHIHAH LAHUTAHU JALIYAN.” Artinya: Tentang diri sendiri Almasih
tidak mengemukakan siapa, begitu pula nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama
tidak menunjukkan secara jelas tentang ketuhanannya…’
Kristen: Telah diutarakan oleh Yesaya: “sebab itu Tuhan sendirilah yang
akan memberikan kepadamu suatu petanda: Sesungguhnya, seorang
perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu
menolak yang jahat dan memilih yang baik” (Yesaya 7:14, 15).
Ahmadi: Mari kita andaikan nubuatan ini cocok untuk Almasih. Meskipun
demikian tidak membuktikan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan. Tetapi,
sebenarnya ialah, nubuatan ini tidak kena kepada Almasih. Sebabnya ialah:
Kristen: Dalam ayat ini ada kata anak dara dan selain Maryam, bunda
Almasih, tak ada anak dara yang melahirkan anak.
Ahmadi: Saya tidak tahu bahwa para ilmuwan dan peneliti Jerman
sepaham dengan kami. Apa yang saya katakan ialah didukung oleh bahasa
Ibrani. Silahkan periksa kamus Ibrani yang mendukung uraian saya. Selain itu
kata tersebut juga terdapat dalam kitab Amsal 30:19, Bibel yang diterjemahkan
oleh golongan Anda sendiri ke dalam bahasa Arab “Fataah” (wanita muda).
Kristen: Saya kemukakan satu nubuatan lagi yang secara jelas
menunjukkan bahwa Almasih adalah anak Tuhan dan bukan sekadar nabi dan
rasul, yaitu: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang; Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja
Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di
atas tahta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan
mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai
selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”
(Yesaya 9:5-6)
Ahmadi: Apakah Anda punya dalil untuk menyatakan bahwa nubuatan ini
dapat diterapkan untuk Yesus Almasih? Karena, nubuatan ini menerangkan
bahwa anak itu akan menjadi “Tuhan Yang Kuasa, Bapa Yang Kekal”. Menurut
agama Anda Almasih bukanlah “Bapa”, melainkan “anak Tuhan”. Tidak pula
Yesus itu “Kuasa” bahkan, pada pemandangan Anda, dia manusia yang begitu
rupa tak berdayanya sehingga orang Yahudi membunuhnya dengan cara yang
mengerikan. Yesus tidak pula “Pangeran Perdamaian” (Prince of Peace)
bahkan dia sendiri mengatakan: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang” (Matius 10:34).
1. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-
satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus” (Yohanes 17:3).
2. “Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia
menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (Markus 9:37).
3. “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
(Matius 15:24).
4. “Aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya” (Yohanes
15:10).
5. “Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran
yang Kudengar dari Allah” (Yohanes 8:40).
6. “Barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku”
(Matius 10:40).
Adalah jelas, Almasih hanya seorang nabi semata, bukan Tuhan sendiri.
1. Tuhan tidak layak minta doa dari siapapun juga, bahkan orang meminta
dan memohon kepadaNya. Adalah sunah (tradisi) Tuhan mengabulkan doa
orang baik-baik dan bijak. Dikatakan: “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik,
tetapi doa orang benar didengarNya” (Amsal 15:29). Almasih sendiri berdoa,
memohon kepada Tuhan, seperti tersebut dalam Injil: “Akan tetapi ia
mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa” (Lukas 5:16), dan
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa” (Lukas 22:44);
dan “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa” (Matius
26:36); kemudian: “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya dari maut dan karena
kesalahannya ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7). Kalau Yesus itu Tuhan (Rab)
kepada siapa dia mohon doa dan meminta pertolongannya? Ayat-ayat ini
membuktikan bahwa Almasih bukan Tuhan.
2. Sifat Allah itu kuasa mutlak atas segala sesuatu (baca II Korintus 6:18).
Namun, Yesus tidak kuasa sama sekali. Karena itu dia bukan Tuhan. Adapun
bukti bahwa Yesus tidak kuasa terdapat dalam ayat-ayat Injil ini: “Aku tidak dapat
berbuat apa-apa dari diriKu sendiri” (Yohanes 5:30); Ia tidak dapat mengadakan
satu mukjizat pun di sana. (Markus 6:5). “Ketika Herodes melihat Yesus, ia
sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering
mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus
mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus,
tetapi Yesus tidak memberi jawab apapun” (Lukas 23:8,9). “Karena sekalipun Ia
telah disalibkan oleh karena kelemahan (II Korintus 13:4).
3. Allah itu Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak ada yang
tersembunyi daripadaNya. Dia tahu segala yang ada di langit dan di bumi serta
segala makhluk: “Maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat
kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan
membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena
Engkau mengenal hatinya sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua
anak manusia” (I Raja-Raja 8:39). Sebaliknya, Yesus sedikit pun tidak tampak
memiliki sifat ini. Keterangan Injil yang berikut ini menjadi saksi, yaitu:
a) “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-
malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja” (Markus
13:32).
b) “Pada pagi-pagi hari dalam perjalananNya kembali ke kota, Yesus merasa
lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak
mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja” (Matius
21:18,19).
c) Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku? Dan karena tidak ada yang
mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru orang banyak mengerumuni dan
mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah
Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu’.”(Lukas 8:34,36).
d) “Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Sorga. Apa yang kau ikut di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang aku lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga” (Matius 16:19).
“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis.
Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan
apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”
(Matius 16:23).
e) Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Dia mengkhianati
Yesus. Meskipun demikian kata Yesus kepada mereka (termasuk Yudas):
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang
telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel” (Matius 19:28).
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak tahu ilmu gaib (segala yang
gaib) dan tidak bisa tahu tentang yang tersembunyi. Bahkan hal-hal biasa
(seperti musim buah ara) tidak tahu. Karena itu, mengatakan Yesus itu Tuhan
jelas-jelas salah.
4. Adalah keagungan Tuhan bahwa Dia tidak mungkin bisa mati: “Dialah
satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang
tak terhampiri” (I Timotius 6:16). Akan tetapi sebaliknya Yesus mati. Dikatakan:
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita” (Roma 5:6). Jelas
Yesus bukan Tuhan.
6. Allah Ta’ala tidak takut atau khawatir terhadap siapa pun. Tetapi Yesus
tidak begitu. Dia takut dari orang–orang Yahudi seperti tersebut dalam ayat-ayat
Injil ini: “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu
Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi” (Yohanes
11:53,54). Yesus melarang murid-muridNya supaya jangan memberitahukan
kepada sesiapa pun bahwa Ia Mesias (Matius 16:20). “Ia pun pergi juga ke situ,
tidak terang-terangan tetapi diam-diam” (Yohanes 7:10). Jelas tidak layak
menetapkan seorang penakut sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.
8. Allah Ta’ala ada di atas semua makhluk-Nya, tidak dapat diuji oleh
siapa pun, tidak dalam arti baik atau buruk. Rasul Yakub mengatakan: “Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencoba siapa pun”
(Yakobus 1:13). Tetapi Injil menerangkan kepada kita bahwa syaitan menguji
Yesus bukan selama satu-dua hari, melainkan selama empat puluh hari penuh.
Kemana dibawa, ke situ dia pergi (Baca Lukas 4:1-13).
10. Allah tidak tidur. Dalam Mazmur dikatakan: “Ia takkan membiarkan
kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan
tidak tertidur” (Markus 4:37,38).
11. Tuhan tidak terbunuh. Bila terbunuh, dia bukan Tuhan. Dikatakan:
“Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah
Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah
Allah” (Yehezkiel 28:9). Tetapi tentang Yesus dikatakan: “Allah nenek moyang
kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan
kamu bunuh” (Kisah Para Rasul 5:30). Dalil apa yang dapat diberikan orang
Kristen yang membuktikan, Almasih itu Tuhan, padahal mereka meyakini bahwa
dia terbunuh?
12. Tidak ada yang lebih besar daripada Tuhan. Dia mutlak paling luhur.
Tetapi Bibel mengatakan tentang Yesus: “Bapa lebih besar daripada Aku”
(Yohanes 14:28). Kata Paulus: “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal
ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepada dari tiap-tiap
perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah” (I Korintus 11:3).
14. Tak ada yang menyamai atau menyerupai Tuhan. Tak ada sekutu
dalam sifat-sifat, zat, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi, Yesus adalah
seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya. Tinggal di dalam rahim
ibunya selama beberapa masa baru lahir, lalu “Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Lukas
2:40). Dia sendiri berkata tentang dirinya: “Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya” (Matius 11:19). “Serigala mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). “Tuhan memerlukannya. Ia akan segera
mengembalikannya” (Matius 21:3). “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati
rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah (Markus 14:34), “Ketika Yesus
melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-
sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah
dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka
menangislah Yesus.” (Yohanes 11: 33 – 35). Dia merasa lapar juga, yaitu dia
memerlukan segala yang dihayati oleh manusia. Akhirnya menurut orang-orang
Kristen Yesus dibunuh. Mungkinkah orang seperti tersebut ini menjadi Tuhan
dan masuk akalkah mengatakan dia Rab hingga layak dimintai pertolongannya?
Tidak mungkin. Kalau dianggap Tuhan dia dan para penyembahnya jelas lemah.
Pada hakikatnya mereka belum mengenal sepenuhnya Tuhan yang sejati. Tuhan
itulah Dia Yang Memiliki segala kekuatan dan menguasai segala sesuatu.
Sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dr. Phillips adalah tugas saya
berbicara hari ini tentang masalah tersebut berdasarkan Bible semata.
Meskipun menurut akidah Bibel itu sudah mengalami perubahan-perubahan
seperti diketahui oleh Dr. Phillips. Adalah akidah orang Kristen bahwa Yesus
telah mati di atas kayu salib menebus dosa mereka.
Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu
adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka
tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian
Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Almasih mengatakan: “Di dunia ini
Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Almasih
ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa,
kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.
“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan
menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran”
(Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang
kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku
datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa
(Matius 9:13).”
“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini
menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain
tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari
tiga malam (Matius 12:39,40).
Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau
mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:
“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu”
(Yunus 1:17 dan 2:1).
Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat
orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira
seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku,
jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah
kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat
dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya”
(Lukas 22:41-43).
“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar
didengarnya” (Amsal 15:29).
Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai
dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di
atas tiang salib yang terkutuk itu.
Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa
Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan
kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena
dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau
tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu
memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang
salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia
diturunkan.
Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan
sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut.
Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil.
Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu
dia memberitahukan kepada suaminya:
“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku
sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
(Matius 15;24).
“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang
ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan
segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan
kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India
sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah
menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga
kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).
Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur
tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia
(naudzubillah). Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam
keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di
mana-mana.
Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan
darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi,
dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh
orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya
diutamakannya.
Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa
Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh
keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang
kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang
tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua
keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut
juga sebagai maut. Paulus mengatakan:
“Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri”
(Matius 27:24).
Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang
Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam
diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan
agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Almasih ke kayu salib. Hari
esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu,
orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup
memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari;
hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk
mati di kayu salib gaya masa purba itu. Seorang dokter Eropah terkenal, dr.
Dermond Robinson, menulis:
“Orang yang disalib masa itu umumnya memerlukan waktu antara dua
puluh empat sampai dua puluh delapan jam untuk mati” (Risalah “DAWN”,
16 Mei 1927 dan “Tafsir Injil Yohanes” Cetakan Kairo, halaman 785).
Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini
dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan
dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan
menggenapi nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian
pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka
mati. Bibel sendiri mengatakan:
Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua
puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri.
Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya
sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar.
Perkara ini sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi
sesuai dengan kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu
terkutuk. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi
mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita
keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-
perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya
ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan
yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia,
apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu
dinyatakan gugur.
“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah
Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu
mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke
tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus
15:21-22).
Lukas menulis:
Matius menulis:
Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka
sebelum digantung di kayu salib?
Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya:
Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur
empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius
27:33-34).
Markus menulis:
Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku
haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka
mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam,
pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus
meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia
menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes
19:28-30).
Markus mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi
lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau
tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata:
“Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga
karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya
pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah
kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia”
(Markus 15:34-36).
Matius mengatakan:
Keempat: Kapan Almasih dipantek di kayu salib? Matius dan Lukas tidak
menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi
Yahya (Yohanes) mengatakan:
“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus
kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka:
‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka:
‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami
tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus
menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-
16).
(Tulisan arab)
Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.” Jadi, seorang saksi
mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul tiga.
Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?
Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela Dia juga.” (Markus 15:32).
Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu? Yohanes
mengatakan:
“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri
kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).
Lukas mengatakan:
Markus mengatakan:
“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria
Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus
15:40).
Matius mengatakan:
“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani
Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus
dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).
“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai
jam tiga.” (Matius 27:45).
Kata Markus:
“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan
berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).
Lukas mengatakan:
“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi
seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).
Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak
menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh
mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang
yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu
mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa
dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa
dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini
menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat
lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia
seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu
diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan
sesuatu yang membenarkan cerita itu.
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama
sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan
Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia
memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia
mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum.
Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia
datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan
suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).
Matius mengatakan:
“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi,
lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ
berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan
bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta
berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk
menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan
menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas
sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).
Lukas mengatakan:
“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu
Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu
kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan
nyawaNya” (Lukas 23:45-46).
Matius mengatakan:
Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang diberikan kepada
pasukan, menyatakan:
“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat
itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah
hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan
mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31).
Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang perkara ini;
semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan orang-orang
Yahudi, mengatakan:
Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri tidak berada
di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu kesaksiannya hanya
merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa lagi saksi lainnya
tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata itu diucapkan oleh
beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira mati. Ini kesalahannya
sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah mengatakan yang
demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia dibisiki oleh
Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal demikian ialah supaya
orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka rahasia. Bila kita
merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak dengan jelas
bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan
Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu
gerak tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak
dipatahkan. Tiga saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.
Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan kematian
Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan kebijaksanaan
dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung Yesus maka
keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan segera itu
menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung.
Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya
dalam keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.
Keempat belas: Siapa yang mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang
meletakkannya di dalam kubur?
1. Matius mengatakan:
“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan
yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru,
yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah
batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia” (Matius 27:59-60).
2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan
memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan,
kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya
dengan kain lenan itu. Lali ia membaringkan Dia di dalam kubur yang
digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu
kubur itu”. (Markus 15:45-46).
3. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain
lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu,
di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).
4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu
menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-
mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak
mur dengan minyak gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain linen dan
membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari
persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka
mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).
2. Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang
terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).
3. Lukas mengatakan:
“Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan
seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan
tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia
menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas 23:50-51).
4. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-
sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).
1. Yohanes mengatakan:
“Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam
taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah
dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi,
sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka (Yusuf dan
Nikodemus) meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:41-43).
2. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia (Yusuf) menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan
kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam
bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23;53).
3. Markus mengatakan:
“Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus
dari salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan
Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian
digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu” (Markus 15:46).
4. Matius mengatakan:
“Yusuf membawa mayat…. dan letakkan dalam cadar diletakkan dalam
kubur baru yang digali dalam batu” (Matius 27:59,60).
Tiga saksi tidak menyebutkan sama sekali, kubur itu digali atas perintah
siapa. Malahan dalam bagian akhir keterangan Lukas diisyaratkan seolah-olah
kubur itu sudah ada sejak lama. Tetapi untung ada keterangan Matius yang
layak mendapat pujian secara blak-blakan mengatakan bahwa Yusuf Arimatea
telah menyuruh orang menggali kubur itu.
1. Matius mengatakan:
“Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di
depan kubur itu” (Matius 27:61).
2. Markus mengatakan:
“Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus
dibaringkan” (Markus 15:47).
3. Lukas mengatakan:
“dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus
dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana
mayatNya dibaringkan” (Lukas 23:55).
Selain Matius tak seorangpun merekam kejadian ini. Diamnya tiga orang
saksi mengenai satu kejadian yang begitu penting merupakan salah satu rahasia
Injil. Bagaimanapun dari cerita ini telah menjadi jelas bahwa Pilatus telah
memandang remeh permintaan orang-orang Yahudi tersebut. Dia mengatakan:
“Pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya” (Matius 27:65). Jawaban Pilatus ini
jelas menunjukkan bahwa dia mentertawakan tingkah laku orang-orang Yahudi
itu karena mereka datang hari kedua sesudah peristiwa itu, bahkan sesudah hari
Sabat berlalu, sedang jasad Yesus sudah tidak lagi di situ.
1. Matius mengatakan:
“Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsing fajar pada hari pertama
minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok
kubur itu” (Matius 28:1).
2. Markus mengatakan:
“Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta
Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki
Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah
matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Markus 16:1-2).
3. Lukas mengatakan:
“Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke
kubur membawa rempar-rempah yang telah disediakan mereka” (Lukas
24:1).
4. Yohanes mengatakan:
“Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap,
pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah
diambil dari kubur” (Yohanes 20:1).
Kedua puluh: Apa yang terjadi setelah orang pertama datang ke kubur?
Cerita panjang diuraikan dalam Yohanes 20:1-10, Injil Lukas 24:2-7, Injil
Markus 16:3-7 dan Matius 28:1-7. Kalau rujukan-rujukan itu kita kutip kata demi
kata, karangan ini akan jauh membengkak dan disitu sarat dengan pertentangan.
Saya ingin meminta perhatian para pembaca lebih dahulu terhadap keterangan
Yohanes. Dia mengatakan tentang murid-murid Yesus:
“Sebab selama ini mereka belum mengerti isi kitab Suci yang
mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati” (Yohanes
20:9).
Kedua puluh dua: Kepada siapa dan bagaimana pertama kali Yesus
menampakkan diri?
“Setelah Yesus bangkit pada pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia
mula-mula menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya
Yesus pernah mengusir tujuh setan” (Markus 16:9). Yohanes mendukung
Markus (Yohanes 20:13-17).
“Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati,
bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi
Dia tidak mereka lihat” (Lukas 24:24).
Kedua puluh tiga: Apakah para murid mempercayai kabar bahwa Yesus
bangkit hari ketiga?
Kristen: Anda katakan Yesus digantung di kayu salib tapi tidak mati.
Kalau ini benar, apa arti ayat Qur’an ini (tulisan arab) (Artinya: “Dia tidak dibunuh
dan tidak disalib.”) Selain itu kepercayaan Anda ini bertentangan dengan
pendapat mayoritas umat Islam yang mempercayai Yesus tidak pernah
dinaikkan di kayu salib sama sekali.
(tulisan arab)
Dalam ayat ini kata “Fa yuslabu” hanya berarti “dia akan mati di kayu
salib”. Dalam kamus “Taj Al-‘Arus” dikatakan:
(tulisan arab).
Artinya: Salib artinya qaji: Dalam “Sehah” dikatakan Arti salib sungsum.
Orang yang disalib dinamakan “maslub” karena sungsumnya mengalir,
“salb” adalah cara membunuh yang dikenal umum.’ Karena sungsum dan
nanah keluar dari tubuh orang yang disalib (Periksa “lane” dan Aqrabul
Mawarid”).
Ahmadi: Keserupaan yang Anda akui tidak pula menjadi genap karena
Yesus menurut kepercayaan (akidah) Anda Yesus tinggal dalam kubur cuma
satu hari, bukan tiga hari dan dua malam; bukan pula tiga malam. Dengan itu
tanda Yesus yang unik itu menjadi gugur. Apakah ada kemungkinan bagi
seorang Kristen untuk membuktikan bahwa Yesus tinggal dalam kubur selama
tiga hari tiga malam?
Kristen: Kalau Yesus dalam keadaan pingsan, bagaimana dia bisa keluar
dari kubur, padahal kubur itu ditutup oleh sebuah batu besar?
Kristen: Dalam Injil disebutkan, Yesus telah bangkit di antara orang mati.
Kepala pasukan memberi kesaksian atas kematiannya.
Ahmadi: Tentang kesaksian kepala pasukan banyak sekali pertentangan.
Saya baru saja menjelaskan tentang hakikat kesaksiannya itu. Adapun Paulus
dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa dia bangkit di tengah-tengah orang
mati sekali-kali bukan bukti. Kita memerlukan bukti yang jelas dan berlandaskan
fakta-fakta sejarah. Perkataan-perkataan ini ditafsirkan dalam artian “penderitaan
keras” seperti dikatakan oleh Paulus bahwa ia “mati setiap hari.”
Ahmadi: Kalau Yesus menampakkan diri dalam mimpi mereka, itu tidak
dapat dipercaya. Kalau dalam kenyataan, ini membuktikan bahwa memang dia
tetap hidup ketika diturunkan dari tiang salib. Apalagi jika Injil itu penuh dengan
ketidakkonsekuenan.
Kristen: Kami tidak mengatakan Injil itu seluruhnya, seperti yang ada
sekarang, dari Tuhan. Kepercayaan kami ialah, penulis-penulis Injil menulis Injil
dalam lingkungan hidup mereka masing-masing dan memperhatikan tujuan
masing-masing. Karena itu terdapat pertentangan-pertentangan dalam
keterangan-keterangan mereka. Setiap orang di antara mereka memenuhi
maksud khusus yang disesuaikan dengan kejadian yang disebutnya.
Kristen: Kami tidak mengatakan yang dibunuh itu Tuhan. Yesus disalib
selaku seorang manusia.
Ahmadi: Kalau yang dibunuh itu manusia, maka yang menjadi penebus
dosa Bani Adam pun adalah manusia juga. Dalam keadaan seperti itu tidak perlu
sama sekali Tuhan menjelma selaku manusia, merubah diri menjadi manusia
yang amat lemah. Saya menegaskan, hakikat yang sebenarnya adalah, Almasih
tidak mati disalib. Dapatkah penulin Injil memberikan kesaksian bahwa dia
melihat sendiri Yesus telah mati di tiang salib? Adapun kesaksian Paulus, sedikit
pun tidak akan memberi faedah. Dia tidak termasuk murid Yesus, tidak pula
menyaksikan kejadian salib itu sendiri. Karena itu, kata-katanya tidak dapat
dibenarkan, karena cerita itu kabar angin. Paulus menyimpan satu tujuan dalam
keterangannya itu. Dia ingin menanam akidah kematian Yesus di kayu salib
sebagai penebusan dosa, kemudian dijadikan alat digunakan sebagai dalil
ketuhanan Yesus.
Kristen: Dalam sebuah surat Paulus dikatakan, tanpa penumpahan darah
ampunan tidak mungkin tercapai.
Kristen: Kalau Yesus tidak mati disalib, penyebaran ajaran kami (tabligh)
berarti sia-sia dan musibah-musibah yang kami pikul tidak berarti apa-apa dan
percuma. Apa gunanya kami meninggalkan kampung halaman menjadi penginjil
menyebarkan agama Kristen?
Ahmadi: Apapun adanya, tabligh Anda berarti atau tidak punya arti apa-
apa, Almasih a.s. sekali-kali tidak mati disalib. Dalil-dalil yang saya kemukakan
merupakan bukti yang nyata. Petunjuk Ilahi:
“Dia tidak dibunuh secara pasti” terbukti benar dan mazhab Kristen yang
sekarang batal dan palsu. Kata akhir ialah, segala puji bagi Allah, Tuhan
seru sekalian alam!