Anda di halaman 1dari 54

DEBAT KAIRO

ISLAM vs KRISTEN
Oleh:
Abul Ata Jalandhari

DAFTAR ISI

BAB PERTAMA : Apakah ada manusia yang tidak


berdosa selain Yesus?
BAB KEDUA : Masalah Ketuhanan Almasih
BAB KETIGA : Benarkah Almasih mati disalib?
BAB KEEMPAT : Hakikat Kisah Salib
BAB KELIMA : Meneliti Riwayat Injil tentang Kisah Salib
BAB KEENAM : Percakapan Bersama tentang Dalil-dalil
Itu

PENGANTAR PENTERJEMAH

Buku yang di tangan pembaca ini punya latar belakang sejarah yang
penting, tukar pikiran tentang Al-masih a.s. yang jarang terjadi. “Debat Kairo”,
tukar pikiran yang terjadi di Mesir antara Maulvi Abul Ata Jalandhari, Mubaligh
Ahmadiyah di Timur Tengah waktu itu dan tiga orang pendeta Kristen. Umat
Islam menghormati dan memuliakan Almasih tetapi berbeda pendapat tentang
misi dan pribadinya sendiri. Terdapat tiga masalah dasar yang tidak dibenarkan
oleh Al-Qur’an, dianut orang-orang Kristen. Tiga masalah dasar itu yang
didiskusikan oleh kedua belah pihak.

Diskusi telah terjadi dalam bahasa Arab. Maulvi Abul Ata Jalandhari
menawarkan pendiriannya secara terbuka, namun belum ada yang tampil
membantah isi buku ini sampai sekarang.

Buku ini telah tersiar dalam berbagai bahasa, termasuk Inggris, Urdu,
berbagai bahasa Afrika dan lain-lain. Kami merasa ada baiknya buku ini dibaca
oleh orang yang berbahasa Indonesia. Kami terjemahkan dari bahasa Urdu.
Keterangan dari Bibel diambil dari Alkitab, terbitan Lembaga Alkitab, Indonesia,
Jakarta, 1991. Mudah-mudahan isi buku kecil ini bermanfaat bagi peminat dan
pencari kebenaran, amin.

Jakarta, 25-11-1991.
Penterjemah
PRAKATA

Saya memperoleh kesempatan dan kehormatan bertugas sebagai


Mubaligh Islam di negeri-negeri Arab dari Tahun 1931 sampai tahun 1936. Yang
terpenting dari tugas seorang Mubaligh Ahmadiyah di negeri Arab ada dua:
Membela Islam dari serangan gencar misionaris-misionaris Kristen dan
menghidupkan kembali semangat sejati Islam di tengah kaum muslimin. Selama
bertugas di sana saya melakukan perlawanan keras terhadap kegiatan-kegiatan
misionaris-misionaris itu di Palestina, Syria, Lebanon, dan Mesir. Saya
memberikan jawaban-jawaban jitu terhadap tuduhan-tuduhan mereka dengan
berbagai cara seperti ceramah dan selebaran-selebaran lalu menerbitkan
majalah bulanan bernama “AL-BUSYRA” dalam bahasa Arab, yang dengan
karunia Allah terbit secara teratur, sejak itu sampai sekarang di Palestina.

Pusat misi Ahmadiyah yang tetap, ada di Jabal al-Karmal, Haifa, dari
tempat itu saya mengadakan perjalanan dakwah keliling ke berbagai negara
Arab. Tahun 1933 saya berada di Mesir. Di sini, di kota Kairo, terjadi tukar pikiran
mengenai masalah-masalah keagamaan, yang laporannya saya paparkan dalam
buku kecil ini dan saya persembahkan kepada para pembaca.

Mula-mula saya terbitkan segala yang terjadi dalam tukar pikiran itu dalam
majalah bahasa Arab tersebut di atas, disertai tantangan yang ditujukan kepada
semua misionaris Kristen. Tetapi, tidak seorang pun dari antara mereka yang
berada di tanah Arab tampil dan menerima tentangan itu. Tahun 1933 itu juga
topik ini diterbitkan oleh “Review of Religion” edisi bahasa Urdu yang terbit di
Qadian, India, dengan memberikan tantangan yang berulang-ulang, tetapi tak
seorang pun juru dakwah Kristen di India yang berani tampil dan menerima
tantangan itu.

Di Pakistan dewasa ini orang-orang Kristen telah melipatgandakan usaha


untuk membuat orang Islam menjadi Kristen. Maka, demi memenuhi kebutuhan
orang-orang Islam di negeri ini kami menerbitkan lagi dalam bentuk buku dalam
bahasa Urdu, demi memudahkan orang Islam menghadapi argumen orang
Kristen dengan sebaik-baiknya. Silakan orang-orang Islam memanfaatkan
dengan sebaik-sebaiknya dalil-dalil ini dan memberikan tantangan kepada orang-
orang Kristen. Percayalah, tak ada orang Kristen yang mampu menerima
tantangan ini.

Sekarang, bersamaan dengan anjuran yang tepat dari Ibu Ketua Lajnah
Imaillah Pusat, kami menerbitkan dalam bahasa Inggris. Seraya mengucapkan
terima kasih kepada Sayid Kamal Yusuf, H. A., Mubaligh Ahmadiyah di
Skandinavia, salah seorang murid saya yang patut dihormati yang telah
menterjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris, dan juga kepada Prof. Qazi
Muhammad Aslam dari Universitas Punjab di Lahore yang bermurah hati
memeriksa naskah terjemah buku ini dan mencatat berbagai perbaikan yang
perlu.
Rabwah, 11 Desember 1963.
Abul Ata Jalandhari

MENUJU PERDEBATAN

Dalam bulan Januari sampai Maret 1933 saya berada di Kairo. Saya
kunjungi beberapa pendeta untuk tabligh Islam. Dr. Philips, seorang bangsa
Amerika, yang pada waktu itu kepala misi di Kairo, menarik perhatian saya. Dia
seorang Kristen yang sangat kuat dalam membela akidahnya.

Sejak mula percakapan dia memberikan tekanan-tekanan terhadap


masalah penebusan dosa. Dia menegaskan bahwa tanpa mempercayai
penebusan dosa dan kematian atas salib, tak ada jalan bagi manusia untuk
membebaskan diri dari dosa. Saya menegaskan bahwa pengakuan ini tidak
punya dasar karena tidak didukung oleh bukti-bukti dari kitab agama atau
alasan-alasan yang masuk akal. Lagi pula tidak ada hubungan antara kematian
Almasih diatas salib dengan keselamatan manusia (najat). Karena itu,
kepercayaan Anda ini tidak dapat dipertahankan.

Dr. Philips tidak bersedia menerima kebenaran secepat itu, malahan


menekankan lebih jauh dengan gigih bahwa tidak ada seorang manusia pun dari
keturunan Adam yang tidak berdosa, kecuali Yesus, anak Tuhan. Dia, dengan
kematian di atas salib, telah menebus dosa kita.

Akidah ini merupakan masalah yang membedakan antara Islam dan


Kristen. Akhirnya, didapat kata sepakat antara Dr. Philips dan saya untuk
mengadakan tukar pikiran tentang tiga soal:

(1) Apakah, kecuali Yesus Almasih, ada orang yang tidak berdosa?
(2) Apakah Yesus Almasih itu Tuhan hakiki?
(3) Benarkah Almasih mati di atas salib?

Dr. Philips menghendaki supaya tukar pikiran itu dilakukan menurut Bible.
Dalil atau keterangan-keterangan lain yang diambil dari luar Bible akan ditolak.
Syarat ini saya terima dengan baik. Sebab, bahkan Bibel dalam kondisinya yang
sekarang pun cukup mendukung pendirian kita, meskipun sudah mengalami
interpolasi (penyisipan) dan pemutarbalikan. Penelitian-penelitian ilmuwan
sepakat bahwa Bibel mengalami perubahan-perubahan.

Kesepakatan antara kedua belah pihak telah dicapai. Lalu berlangsunglah


tukar pikiran dalam suasana aman tentram kira-kira satu minggu untuk
membahas tiap-tiap masalah. Hasil dari tukar pikiran tersebut ialah, akidah
Kristen terbantah dengan telak dan kebenaran akidah Islam terbukti.
Teman-teman meminta kepada saya agar mereka diizinkan menerbitkan
ringkasan tukar pikiran itu supaya orang awam juga dapat mengetahui betapa
lemahnya dalil-dalil Kristen yang dibantah oleh kitab-kitab ilhami yang dipercayai
oleh mereka sendiri.

Saya terima baik usul itu dan sekarang saya akan mengemukakan
laporan secara singkat mengenai proses tukar pikiran itu. Tukar pikiran yang
sebenarnya berlangsung sesuai dengan batas-batas waktu yang ditentukan.

Perlu saya diutarakan bahwa Dr. Philips bersikap ragu-ragu dan dengan
susah payah memberi jawaban. Mereka yang mengikuti tukar pikiran kami akan
jadi saksi. Bahkan rasa kalah dan menyerah tampak jelas pada Dr. Philips dan
air muka teman-temannya tak dapat menyembunyikan perasaan itu.

Kalau ada yang meragukan apa yang saya kemukakan, dipersilahkan


membaca ringkasan jalannya perdebatan itu dengan cermat. Kalau ada yang
merasa sanggup membantah dalil-dalil ini, ada kewajiban baginya. Biarlah dia
tampil di depan dan membuktikan kebenarannya.

APAKAH ADA MANUSIA YANG TIDAK BERDOSA SELAIN


YESUS
(PERDEBATAN PERTAMA)

Di dalam ajaran Kristen, akidah ini sangat penting. Kepercayaan


penebusan dosa mereka bentuk begitu rupa, seolah-olah semua manusia
berdosa. Oleh karena semuanya berdosa dan seorang pun tidak ada yang bebas
dari dosa, maka sangat diperlukan seorang penebus dosa dan juru selamat. Dia
harus bersih dari dosa itu.

Karena semua manusia secara turun menurun sudah bergelimang dalam


dosa, maka di antara mereka tak ada seorang pun yang dapat menjadi penebus
dosa. Namun, Yesus adalah Tuhan. Dia menjelma dalam bentuk jasad seorang
manusia. Karenanya, dia tidak punya dosa. Selanjutnya hanya dialah yang dapat
mengganti kerugian manusia dan menawarkan jadi penebus dosa.

Sekarang, kalau kita dapat membuktikan bahwa manusia atau manusia-


manusia telah menjalani hidup yang bersih dan bebas dari dosa, maka
pandangan agama Kristen itu berarti gugur. Ajaran penebusan dosa akan
menjadi berantakan.

Orang-orang Kristen yang menganut akidah penebusan dosa, tak seorang


pun yang percaya bahwa para nabi itu adalah orang-orang bersih dari perbuatan
dosa. Dr. Philips sendiri bersikeras mengatakan bahwa tak ada kemungkinan
ada manusia yang tidak berdosa.

Berkenaan dengan masalah penebusan dosa ini terjadi dua kali


perdebatan antara saya dan Dr. Philips. Dalam perdebatan pertama dokter itu
membisu seribu bahasa oleh keterangan-keterangan yang saya kemukakan.
Lalu beliau meminta waktu cukup lama untuk mengadakan persiapan untuk
menjawab. Itu pun dengan syarat saya harus memberikan catatan-catatan dan
rujukan-rujukan (referensi-referensi) saya. Saya penuhi permintaan beliau
dengan senang hati agar beliau tidak mencari alasan atau dalih. Dr. Philips
dibiarkan berpikir dan mempersiapkan jawaban dalam waktu lima belas hari.
Namun, tatkala perdebatan kedua diadakan, Dr. Philips lebih-lebih terpukul.
Adapun dalil-dalil yang saya kemukakan, secara ringkas sebagai berikut.

Dari Perjanjian Baru secara jelas dapat kita ketahui bahwa hamba-hamba
Tuhan itu terbagi ke dalam dua macam yang jahat dan ada yang baik. Orang
yang mengatakan semua manusia itu berdosa, berarti dia mendustakan
keterangan-keterangan Perjanjian Baru yang jelas tersebut. Injil mengatakan:

1. “Sebab aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang


benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan
ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”
(Matius 13:17).
2. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang
baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar” (Matius 5:45).
3. “Seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-
nabiNya yang kudus” (Lukas 1:70).
4. “Sebab tidak pernah nubuwat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi
oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang berbicara atas nama Allah”
(Surat Petrus Yang Kedua 1:21).
5. “Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan
melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan
Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar” (Lukas 13:28).
6. “Kita tahu bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa;
tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat
menjamahnya” (Surat Yohanes Yang Pertama 5:18).
7. “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga ………. Sebab demikian juga
yang teraniaya nabi-nabi yang sebelum kamu” (Matius 5:10-12).

Pertama:

Ayat-ayat di atas secara gamblang mengungkapkan bahwa para


nabi itu suci, tak berdosa. Mereka telah diciptakan oleh Allah dan adalah
penghuni KerajaanNya. Syaitan tidak pernah menyentuh mereka. Mereka
dianiaya demi mempertahankan ketakwaan mereka. Adalah jelas, orang
yang mencapai martabat rohani seperti itu tidak mungkin berbuat dosa.
Syaitan juga tak pernah mampu mengungguli mereka. Bagaimanapun
juga, orang yang suka bertengkar sekalipun, dengan adanya keterangan
ayat-ayat ini, akan mengakui bahwa di kalangan Bani Adam (manusia
keturunan Adam) terdapat orang-orang yang berdosa dan jahat dan ada
pula orang-orang yang saleh. Tidak seluruhnya jahat dan berbuat dosa.
Sekalinya kita menerima kebenaran ini, maka akidah Kristen menjadi
batal dan bangunan anggun Penebusan Dosa menjadi berantakan.

Kedua:

Allah Swt. menjadikan dan mengutuskan para nabi sebagai teladan


dan panutan yang terbaik. Mereka datang memberi pelajaran kepada
manusia lewat imbauan. Dikatakan;….Namun bertahun-tahun lamanya
Engkau melanjutkan sabarMu terhadap mereka. Dengan RohMu Engkau
memperingatkan mereka” (Nehemia 9:30).

Sekarang, sekiranya nabi sendiri terlibat dalam perbuatan jahat,


bagaimana mungkin mereka dapat menjadi teladan dan contoh untuk
orang-orang lain dan menjadi pengawas mereka? Jelas, apabila para nabi
dikatakan berdosa, hal demikian berarti nubuwatan-nubuwatan mereka
dusta; dan ini jelas tidak benar dan akidah bahwa semua nabi berdosa
juga batal (gugur).

Ketiga:

Kitab Suci Bibel menjadi saksi bahwa banyak sekali orang saleh
dan suci telah berlalu. Mereka sepanjang hidupnya tunduk kepada Allah
dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Mereka tidak pernah
membangkang. Saya akan menyebutkan beberapa di antara orang-
orang suci itu:

1. Yohanes (Yahya) Pembaptis dikatakan oleh Bibel sebagai orang suci


dan berakhlak yang tak bernoda. Coba baca ayat-ayat berikut:

a. “Sebelum ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan


minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan
Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15).
b. “Tangan Tuhan menyertai dia” (Lukas 1:66).
c. “Adapun anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya.
Dan ia tinggal di padang gurun sampai kepada hari ia harus
menampakkan diri kepada Israel” (Lukas 1: 80).
d. “Sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu bahwa
Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia
melingunginya” (Markus 6:20).
e. “Yohanes Pembaptis tampil di padang gurun dan menyerukan:
‘Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis’” (Markus1:4).
f. “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang
dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang
lebih besar daripadanya’” ( Matius 11:11)
g. “Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum,
dan mereka berkata: ‘Ia kerasukan setan’. Kemudian anak
mereka berkata: ‘Manusia datang. Ia makan dan minum, dan
mereka berkata: ‘Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum.
Sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat
Allah dibenarkan oleh perbuatannya’” (Matius 11: 18).
h. “Pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar
datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakaria, di
padang gurun” (Lukas 3:2).

Dari ayat-ayat ini terbukti bahwa Yohanes (Yahya) adalah seorang suci
dan bersih dari dosa. Ia seorang yang menerima wahyu Tuhan. Tangan
Tuhan di atas tangannya dan dia sejak di dalam rahim ibunya sudah
dipenuhi oleh Roh Kudus. Lagi pula dia pembaptis orang-orang yang
berdosa untuk bertobat dan untuk menyelamatkan manusia yang penuh
dosa. Dia terbesar dari antara orang-orang yang dilahirkan dari rahim
perempuan. Mungkinkah insan seperti ini orang berdosa? Saya
berpendapat tak akan ada orang Kristen yang berakal akan menetapkan
Yohanes atau Yahya orang berdosa, terutama setelah terbukti bahwa Isa
Almasih dibaptis secara khusus oleh Yohanes sendiri. Saya
menyampaikan tantangan kepada semua orang Kristen untuk
membuktikan berdasarkan Bibel bahwa Yohanes itu berdosa.

2. Habel anak Adam. Habel juga seorang suci dan benar dalam tiap
perbuatannya. Tidak pernah melakukan perbuatan dosa. Dalam
Perjanjian Baru dikatakan:

a. “Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang


yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai
kepada Zakaria anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara
tempat kudus dan mezbah” (Matius 23:55).
b. “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah
korban yang lebih baik itu dari pada korban Kain. Dengan jalan
itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar
karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena
iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” (Ibrani 11:4).
c. “Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang
membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya dia membunuh?
Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya
benar” (Yohanes 3:12).
3. Daniel a.s.: Menurut Bibel Nabi Daniel juga tidak berdosa. Malahan,
sebaliknya dari itu, kebersihannya dari dosa didiukung oleh adanya
kesaksian-kesaksian. Di dalam Bibel dikatakan tentang Daniel:

a. “Pada akhirnya Daniel datang menghadapku, yakni Daniel yang


dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh
dengan roh para dewa yang kudus” (Daniel 4:8).
b. “Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja
itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa dan raja
bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya”
(Daniel 6:4).

4. Raja Nebukadnezar: “Berkatalah ia kepada Daniel: ‘Daniel, hamba


Allah yang hidup, Allahmu yang kau sembah dengan tekun, telah
sanggupkan ia melepaskan engkau dari singa-singa itu’? Lalu kata
Daniel kepada raja: ‘Ya Raja, kekallah hidupmu! Allahku telah
mengutus malaikatnya untuk mengatupkan mulut-mulut singa itu,
sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak
bersalah di hadapanNya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku
tidak melakukan kejahatan” (Daniel 6:21-23).

5. Tentang Yusyah: Di dalam Perjanjian Lama dikatakan: “Ia melakukan


apa yang benar di mata TUHAN dan hidup sama seperti Daud, bapa
leluhurnya, dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri” (II Raja-raja
22:2).

6. Zakharia dan isterinya: Tentang keduanya dalam Injil ditulis:


“Keduanya adalah benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala
perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak tercacat” (Lukas 1:6).

7. Raja Hizkia: Bibel menyebut tentang raja ini:

a. “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua


raja-raja Yehuda, baik yang sudah dia maupun yang
sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. Ia berpaut
kepada TUHAN, tidak menyimpang dari pada mengikuti Dia dan
ia berpegang kepada perintah-perintah TUHAN yang telah
diperintahkanNya kepada Musa. Maka TUHAN menyertai dia;
ke manapun juga ia pergi berperang, ia beruntung. Ia
memberontak kepada raja Asyur dan tidak lagi takluk
kepadanya” (II Raja-raja 18:57).
b. “Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia
berdo’a kepada TUHAN, ia berkata: “Ah TUHAN, ingatlah
kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan
dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang
baik di mataMu” (Yesaya 38:2,3).
8. Samson bin Monaheh: Sebelum lahir malaikat telah memberikan
kepada ibunya kabar suka tentang kelahirannya dalam kata-kata yang
terang dan jelas sebagai berikut:

“Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau


minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram.
Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-
laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan
ibunya sampai pada hari matinya anak itu akan menjadi seorang nazir
Allah” (Hakim-Hakim 13:4-7).

9. Samuel Nabi: Di hadapan seluruh Bani Israel mengemukakan


kesuciannya sebagai tantangan menguji kebenarannya dan orang-
orang menjadi saksi atas kesuciannya itu seperti berikut:

“Di sini aku berdiri, berikanlah kesaksian menantang aku di hadapan


TUHAN dan di hadapan orang yang ku-urapiNya…Dari tangan
siapakah telah kuterima sogok sehingga aku harus tutup mata? Aku
akan mengembalikannya kepadamu” Jawab mereka: “Engkau tidak
memeras kami dan engkau tidak memperlakukan kami dengan
kekerasan dan engkau tidak menerima apa-apa dari tangan siapapun.”
Lalu berkatalah ia kepada mereka “TUHAN menjadi saksi kepada
kamu dan orang yang diurapiNya pun menjadi saksi kepada kamu,
bahwa kamu tidak mendapat apa-apa dalam tanganku.” Jawab
mereka: “Dia menjadi saksi” (Samuel 12:3-5).

10. Simon. Penulis Lukas mengatakan tentang dia: “Adalah di Yerusalem


seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang
menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya”
(Lukas 2:25).

11. Yusuf, suami Maryam. Tentang dia Injil menyebutnya dengan kata
suci Dikatakan: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulis hati dan
tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud
menceraikannya dengan diam-diam” (Matius 1:19).

Saya mengemukakan nama-nama tokoh-tokoh tersebut di atas sebagai


sekadar contoh. Masih banyak yang lain, Nuh, Daniel, dan Ayub a.s.;
tentang mereka dikatakan:

“Hai anak manusia, kalau sesuatu negeri berdosa kepadaKu


dengan berobah setia dan Aku mengacungkan tanganKu
melawannya dengan memusnahkan persediaan makanannya dan
mendatangkan kelaparan atasnya dan melenyapkan dari negeri itu
manusia dan binatang, biarpun di tengah-tengahnya berada ketiga
orang ini, yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub, mereka akan
menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran
mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH” (Yehezkiel 14:13,14).

Pembaca yang budiman.

Uraian di atas adalah ringkasan kepada kesaksian yang saya


kemukakan di dalam diskusi tersebut. Sekarang saya akan menguraikan
diskusi yang terjadi di antara kami, kedua belah pihak dalam bentuk soal
jawab.

Kristen: Adam telah melanggar hukum. Dia makan buah pohon


terlarang. Oleh karena itu, sekarang siapa yang lahir dari keturunan Adam
jadi berdosa. Karena itu kecuali Almasih semua manusia berdosa.
Almasih tidak dilahirkan secara nutfah (bibit) laki-laki.

Ahmadi: Saya tidak beriktikad Hadhrat Adam itu berdosa. Tetapi,


kalau kita andaikan Adam berbuat dosa, bagaimana mungkin semua
orang harus menanggung dosa?

Kristen: Karena mereka lahir dari Adam dan mereka putra-


putranya.

Ahmadi: Mempunyai pikiran seperti itu sangat tidak adil dan aniaya
terhadap kemanusiaan. Selain itu kepercayaan seperti itu pun tidak
selaras dengan Alkitab. Adam yang berbuat dosa, lalu keturunannya
menanggung beban dosa sampai kiamat. Dalam Bibel tegas-tegas
dikatakan:

1. “Jangan ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah juga anak


dihukum mati karena ayahnya; setiap orang harus dihukum mati
karena dosanya sendiri” (Ulangan 24:16).
2. “Tetapi anak-anak mereka tidak dihukum mati olehnya, melainkan ia
bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Taurat, yakni kitab
Musa, di mana TUHAN telah memberi perintah: ‘ Janganlah ayah mati
karena anaknya, melainkan setiap orang harus mati karena dosanya
sendiri’”(II Tawarikh 25:4).
3. “Pada waktu itu orang tidak akan berkata lagi: Ayah-ayah makan buah
mentah, dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu, melainkan: Setiap orang
akan mati karena kesalahannya sendiri; setiap orang yang makan
buah mentah, giginya sendiri menjadi ngilu” (Yeremia 31:29,30).
4. “Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak
Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus
mati.”(Yehezkiel 18:4).
5. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut
menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut
menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat
kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.
Tetapi jkalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya
dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan
dan kebenaran, ia pasti hidup, ia idak akan mati. Segala durhaka yang
dibuatnya tidak akan diingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena
kebenaran yang dilakukannya” (Yehezkiel 18:20-22).

(Catatan: Bapak Pendeta itu benar-benar tidak dapat menjawab


argumentasi saya).

Ahmadi: Jelas, memang, bahwa Hadhrat Maryam lahir dari nutfah (bibit)
laki-laki. Berdasarkan akidah Anda ini dia juga menjadi berdosa.
Karenanya, puteranya, Almasih, juga berdosa, karena beliau lahir melalui
rahim ibunya.

Kristen: Almasih maksum (tidak mempunyai dosa). Kami berpendirian


maryam itu tidak bebas dari dosa.

Ahmadi: Ini bukanlah jawaban yang bererti. Kalau di dalam kepercayaan


Anda, dosa itu dikaitkan kepada peristiwa Adam hanya semata-mata oleh
karena mereka keturunan Adam, mengapakah Isa Almasih oleh karena
dosa ibunya tidak berdosa? Baiklah, mari kita teruskan. Hawa makan
buah pohon terlarang bersama-sama Adam. Tetapi, menurut Bibel, dosa
Hawa lebih besar karena dialah yang mula-mula makan buah itu. Adam
kemudian digoda untuk makan juga. Dikatakan:

“Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan
dan sedap kelihatannya, lagi pula pohon itu menarik hati karena
memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan
dimakannya dan diberikannya kepada suaminya yang bersama-
sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya” (Kejadian
3:6).

Rasul Paulus mengatakan: “Lagi pula bukan Adam yang tergoda,


melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh dalam dosa”(I
Timotius 2:14).

Di sini jelas bahwa dosa Hawa dibanding Adam dua kali lebih besar. Kalau
landasan akidah Anda dianggap benar, maka anak yang lahir dari benih laki-laki
dan perempuan dia akan dapat separo dari dosa laki-laki dan separo dari dosa
bagian perempuan. Berarti dia berdosa tingkat menengah. Tetapi anak yang lahir
dari seorang perempuan saja dia akan mewarisi seluruh bagian dosa. Dalam
kata-kata yang lain, anak yang lahir dari seorang perempuan semata bukannya
jadi bebas dosa, malahan dosanya lebih besar disbanding anak-anak yang lain.
Kristen: Bukannya menjawab bantahan tersebut di atas, malahan
mengatakan dalam Mazmur dikatakan: “TUHAN memandang ke bawah dari
sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi
dan yang mencari Allah. Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah
bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:2-3).

Ahmadi: Firman Tuhan ini ialah tentang kaum tertentu dari masa tertentu
pula karena dalam Mazmur no. 80 juga tercantum: “Tidak sadarkah semua orang
yang melakukan kejahatan, yang memakan habis umatku seperti memakan roti,
dan yang tidak berseru kepada TUHAN? Di sanalah mereka ditimpa kejutan
yang besar, sebab Allah menyertai angkatan yang benar” (Mazmur 14:4-5).
Maka kalimat: ”Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak
ada yang berbuat baik, seorang pun tidak” (Mazmur 14:3), tertuju hanya kepada
kaum tertentu dan dialamatkan kepada orang-orang tertentu pula. Pada saat
orang itu mencela atau mengejek, pemakaian bahasa menghendaki kata-kata
yang bersifat umum.

Kristen: Hadhrat Daud seorang nabi, namun beliau mengambil isteri Uria
dan berbuat zina dengannya. Apakah perbuatan ini bukan dosa?

Ahmadi: Saya tadinya berpikir Anda tak akan begitu berani berkata begitu
dan menuduh Daud a.s. berbuat zina, karena kalimat pertama Inji mengatakan,
“Yesus Kristus, yaitu anak Daud”. Kalau Anda mengatakan Hadhrat Daud
seorang pezina (naudzubillah), lalu bagaimana dengan Yesus?

Kristen: Dalam silsilah keturunan Yesus yang diuraikan oleh Injil,


terdapat beberapa neneknya dari pihak ayah mahupun ibu yang pernah berzina.
Ini tidak mengapa, karena dia datang untuk menyelamatkan umat manusia.
Demikian pula dia anak Daud dan tidak diragukan lagi Daud terlibat dalam
perbuatan zina. Ini bukan saya yang mengatakannya, melainkan Bibel yang
mengatakan.

Ahmadi: Saya memohon Anda merenung sejenak. Daud adalah seorang


nabi pilihan Tuhan. Dia bercakap-cakap dengan Tuhan. Saya bukan seorang
yang istimewa. Tetapi, saya tidak mungkin melakukan perbuatan tercela ini.
Bagaimana mungkin seorang nabi Allah bisa melakukan perbuatan menjijikkan
itu. Coba Anda katakan, dapatkah Anda tergoda untuk melakukan perbuatan
seperti dia?

Kristen: Tidak diragukan lagi, saya tak mau melakukan perbuatan buruk
seperti itu.Tetapi, tentang Daud, Bibel sendiri yang memberikan kesaksian. Apa
yang dapat saya perbuat?

Ahmadi: Tuhan memberikan akal kepada kita. Melalui akal itu kita dapat
membedakan antara barang tiruan dan asli, yang dusta dari yang benar. Bibel
sendiri penuh dengan petunjuk yang membantah tuduhan-tuduhan terhadap
Daud a.s. Cerita Bibel ini pasti dibuat-buat. Tak akan ada orang terhormat
melakukan perbuatan rendah seperti ini. Apalagi satu wujud mulia, seorang nabi
besar. Sebenarnya dalam Injil terdapat banyak keterangan yang menerangkan
Yesus seorang berdosa. Sebagai misal:

1. “Demikianlah Yohanes pembaptis tampil di padang gurun dan


menyerukan: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan
mengampuni dosamu” (Markus 1:4).
2. “Yesus memberikan minuman keras kepada orang lain” (Yohanes 2:8).
Padahal dikatakan tentang minuman keras; “Anggur dan air anggur
menghilangkan daya pikir” (Hosea, 4:1).
3. Menurut Injil, Yesus juga mengatakan yang dusta, karena pada Id
Khayam dia menjawab kepada saudara-saudaranya: “Pergilah kamu ke
pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktuKu belum genap”.
Demikianlah kataNya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.
Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Iapun
pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam”. (Yohanes 7:8-
10).
4. Dari Injil juga jelas tampak Yesus menghardik dan dengan nada menghina
ibunya berkata: “Mau apakah engkau daripadaKu, Ibu? SaatKu belum
tiba” (Yohanes 2:4).

Selanjutnya dalam Injil banyak cerita yang merendahkan keluhuran dan


kemuliaan Yesus. Jalan keluar yang terbaik dari pelbagai tuduhan ialah
harus menolak cerita-cerita itu dan kita harus mengatakan bahwa
keterangan-keterangan tersebut dibuat-buat. Kita harus percaya bahwa
Hadhrat Daud dan Hadhrat Isa Almasih a.s. adalah nabi-nabi yang
maksum (suci dan bersih dari dosa) seperti diyakini oleh umat Islam.

Kristen: Rasul Paulus adalah agamawan yang baik, dan menganggap


dirinya bertakwa. Belakangan dia menyadari bahwa dia orang berdosa. Dan dia
mengakui dosanya.

Ahmadi: Paulus memang seorang berdosa dan pengakuan dosa-dosanya


itu pada tempatnya. Saya juga tidak berbeda pendapat dengan Anda tentang
Paulus. Tetapi, yang menjadi pertanyaan ialah, adakah Bibel mengaitkan suatu
perbuatan dosa kepada orang-orang yang telah saya sebut namanya, tentang
mereka saya kemukakan, apakah Bibel menyebutkan dengan referensi-referensi
(acuan-acuan) yang tepat? Anda telah menyita waktu lebih dari dua minggu
memikirkan pokok ini.

Kristen: Yah, dari antara mereka ada seorang, Samson. Dikatakan dalam
“Hakim-Hakim” bahwa dia pezina: “Pada suatu kali, ketika Samson pergi ke
Gaza, dilihatnya di sana seorang perempuan sundal, lalu menghampiri dia.
Ketika diberitahukan kepada orang-orang Gaza: “Simson telah datang kesini,”
maka mereka mengepung tempat itu dan siap menghadang dia semalam-
malaman itu di pintu gerbang kota itu, tetapi semalam-malaman itu mereka tidak
dapat berbuat apa-apa, karena pikirnya: “Nanti pada waktu fajar kita akan
membunuh dia”. Waktu tengah malam bangunlah ia, dipegangnya kedua daun
pintu gerbang kota itu dan kedua tiang pintu, dicabutnyalah semuanya beserta
palangnya, diletakkannya diatas kedua bahunya, lalu semuanya itu
diangkutnyake puncak gunung yang berhadapan dengan Hebron” (Hakim-
Hakim 16:1-3).

Ahmadi :
1. Ayat ini cuma menunjukkan bahwa, untuk menyelamatkan diri dari musuh-
musuhnya, Samson berlindung di rumah seorang wanita yang kebetulan
wanita gasang (nakal). Ini adalah kisah yang sama seperti yang
diterangkan oleh Kitab Yusak, bunyinya: Yosua bin Nun diam-diam
melepas dari Sitim dua orang pengintai, katanya: “Pergilah, amat-amatilah
negeri itu dan Kota Yerikho. ”Maka pergilah mereka dan sampailah
mereka ke rumah seorang perempuan sundal, yang bernama Rahab,
lalu tidur di situ.” (Yosua 2:1). Dua laki-laki ini bukan pezina melainkan
karena ingin menyelamatkan diri dari musuh, mereka datang ke rumah
seorang wanita nakal. Seperti itulah kejadiannya dengan Samson.

2. Kalaupun ini diterima, yaitu Samson berzina, maka nubuatan Tuhan


bahwa: “Anak itu dari sejak masih dalam perut ibunya sampai wafatnya
tetap jadi nazir Tuhan” harus dikatakan tidak benar.

3. Dalam surat kepada Orang Ibrani telah dikatakan: “Dan apakah lagi yang
harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku
hendak menceritakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan
Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-
kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan,
menutup mulut singa-singa”. (Surat kepada Orang Ibrani 11:32-33).

Dari kata-kata ini jelaslah bahwa Samson adalah seorang jujur lagi suci
dan sebagai orang yang menerima janji-janji dari Tuhan. Oleh karena itu,
wahai Bapak Pendeta, penarikan kesimpulan Anda tidak tepat. Saya ingin
mengatakan, kalau Anda sudi sekelumit berpikir maka akan tampak
bahwa cerita mengenai Samson ini tidak ada artinya bila dibandingkan
dengan cerita-cerita mengenai Yesus. Seperti dikatakan oleh Injil Lukas
dengan terang dan jelas tercantum:

“Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang
berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan
di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam
berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus
dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan
menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan
meminyakinya dengan minyak wangi itu” (Lukas 7:37-38).
Atas dasar itu sama sekali tak dapat dibenarkan kalau Anda melemparkan
tuduhan kepada Samson mengenai hal yang tidak ada sangkut pautnya
dengan dirinya. Selain itu saya ingin bertanya tentang mereka, orang-
orang bersih lainnya, dapatkah Anda membuktikan di antara mereka itu
siapa yang berdosa?

Kristen: Tidak, karena Alkitab tidak menyebutkan dosa siapa-siapa dari


mereka.

Ahmadi: Bagaimanapun, di hadapan Anda paling kurang ada sepuluh


orang mulia. Tentang mereka, Anda tak mampu membuktikan dosa apa pun.
Malahan Bibel mengumandangkan kesucian mereka. Oleh karena itu, jelaslah
pengakuan Anda bahwa kecuali Yesus Almasih semua orang berdosa tidak
berdasar. Dan sekaligus akidah Anda tentang penebusan dosa ternyata dengan
bukti telah batal.

***

Hingga di sini tukar pikiran pertama telah berakhir. Akhirnya Dr. Philips
terpaksa memberikan pernyataan tertulis yang ditanda tangani dengan
pengakuan bahwa Hadhrat Daud, yang sebelumnya dituduh olehnya berdosa,
diakui tanpa sungkan:

{tulisan arab}

Artinya: Yohanes Pembaptis, Zakharia dan isterinya, Daniel, Yoshua, Yehezkiel,


dan Habel tidak disebut berdosa dalam Bibel.

MASALAH KETUHANAN ALMASIH


(TUKAR PIKIRAN KEDUA)

Tukar pikiran ini berlangsung di tempat Dr. Philips, sebuah gedung yang
luas American mission. Kami berbahas selama dua jam lebih. Sebelum saya
menguraikan dalil-dalil yang saya kemukakan dalam perdebatan ini, ketika satu
dalil pun tak dapat dibantah oleh Dr. Philips, baiklah lebih dulu akan saya
utarakan ringkasan pembicaraan yang terjadi di antara kami.

Kristen: Almasih adalah Tuhan dan Anak Allah karena dia dilahirkan
tanpa bapak.

Ahmadi: Hadhrat Adam dilahirkan tanpa ibu dan bapak. Apakah ini berarti
dia lebih besar, baik dari Tuhan sendiri maupun anak-Nya? Begitu pula
mengenai Melkisedek, raja Salem, kita baca dalam Bibel: “Ia tidak berbapak,
tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak
berkesudahan, karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi
imam sampai selama-lamanya” (Ibrani 7:3).

Kristen: Dalam Injil, tentang Yesus, banyak sekali disebutkan kata “Anak
Tuhan” (Dr. Philips membacakan kutipan-kutipan mengenai ini).

Ahmadi: Ayat-ayat ini tidak dapat kita artikan secara harfiah, melainkan
harus diartikan sebagai kata-kata kiasan. Ada dua alasan tentang ini:

1. Yesus sendiri menafsirkan istilah “Anak Tuhan”. Dalam rangka


tafsirnya ini tingkat kedudukannya tidak melebihi nabi-nabi lainnya, malahan
tampak lebih rendah disbanding dengan beberapa nabi yang lain. Dikatakan:
“Aku dan Bapa adalah satu.” Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu
untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “Banyak pekerjaan baik
yang berasal dari Bapaku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di
antaranya yang menyebabkan kamu mau melemparkan Aku?” Jawab orang-
orang Yahudi itu: “Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau
melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena
Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diriMu dengan
Allah.” Kata Yesus kepada mereka: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat
kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah Allah? Jikalau mereka, kepada siapa
firman itu disampaikan, disebut Allah – sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan,
masihkah kamu berkata kepada Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa dan yang
telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah
berkata: Aku Anak Allah?” (Yohanes 10:30-36). Adalah jelas bahwa orang
Yahudi memandang Yesus sebagai seorang manusia yang berbohong karena
mengaku dirinya sebagai Tuhan. Sekiranya dia sebenarnya Tuhan, dia tentunya
mengaku terus terang bahwa dia memang Tuhan. Namun, dia menjawab bahwa
tentang para nabi-nabi dan orang-orang suci di masa lalu dikatakan: Kamu
tuhan.” Karena itu apa salahnya kalau dia mengatakan dia “Anak Tuhan” dalam
artian, sebagaimana halnya nabi-nabi masa lalu disebut Tuhan. Dalam artian
seperti itulah Yesus juga disebut anak tuhan, secara kiasan, bukan harfiah,
bukan dalam arti hakiki.

2. Kata “Anak Tuhan” banyak sekali digunakan oleh Bibel untuk


orang-orang lain. Kita cantumkan di sini:

(1) “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN:
Israel ialah anakku, anakKu yang sulung” (Keluaran 4:22).
(2) “Kamulah anak-anak TUHAN, Allahmu” (Ulangan 14:1).
(3) “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di
kediamanNya yang kudus” (Mazmur 68:6).
(4) “Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan dialah yang akan
menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapaNya; Aku akan mengokohkan
takhta kerajaannya atas Israel sampai selama-lamanya”. (II Samuel
7:13,14).
(5) “Aku telah memilih dia menjadi anakKu dan Aku akan menjadi bapanya” (I
Tawarikh 28:6 dan 22:10).
(6) “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah.” (Matius 5:19).
(7) “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di
sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak
benar.” (Matius 5:45).
(8) “Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya
satu Bapa, yaitu Dia yang di sorga.” (Matius 23:9).
(9) “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah;
dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga
Dia yang lahir dari padaNya” (I Yohanes 5:1).
(10) “Anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.” (Lukas 3:38).
(11) “Kita ini dari keturunan Allah juga” (Kisah Rasul-Rasul 17:28).
(12) “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” (Roma 8:14).
(13) “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah
anak-anak Allah” (Roma 8:14)
(14) “Dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan
mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai berai” (Yohanes 11:52)
(15) “Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga
ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran
AnakNya, supaya ia, Anaknya itu, menjadi yang sulung di antara banyak
saudara” (Roma 8:29)
(16) “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu?” (I Korintus 3:16)
(17) “Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anakKu
laki-laki dan anak-anakKu perempuan” (II Korintus 6:18)
(18) “Anak-anak Allah yang hidup” (Hosea 1:10)
(19) “Aku telah menjadi bapa Israel, Efrain adalah anak sulungKu” (Yeremia
31:9)

Dari kutipan di atas adalah jelas bagaikan terangnya siang bolong bahwa
Bibel menyebutkan kata “Anak” dalam artian kasih dan sayang semata. Dan
tidak diragukan bahwa status Hadhrat Almasih atau Yesus adalah seorang nabi
yang dikasihi Tuhan.

Kristen: Perjanjian Lama juga dengan jelas mengatakan, bahwa Almasih


adalah Tuhan dan Rab (Lord).

Ahmadi: Ini tidak benar. Coba lihat tafsir Injil Matius yang diterbitkan oleh
“The Nile Publishing House”, halaman 178, di sana ditulis: “LAM YULIN ‘AN
NAFSIHI MAN HUWA WALAM TAKUN NUBUWAAT AL’AHDIL QADIMI
MUWADDHIHAH LAHUTAHU JALIYAN.” Artinya: Tentang diri sendiri Almasih
tidak mengemukakan siapa, begitu pula nubuatan-nubuatan Perjanjian Lama
tidak menunjukkan secara jelas tentang ketuhanannya…’

Kristen: Telah diutarakan oleh Yesaya: “sebab itu Tuhan sendirilah yang
akan memberikan kepadamu suatu petanda: Sesungguhnya, seorang
perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
ia akan menamakan Dia Imanuel. Ia akan makan dadih dan madu sampai ia tahu
menolak yang jahat dan memilih yang baik” (Yesaya 7:14, 15).

Ahmadi: Mari kita andaikan nubuatan ini cocok untuk Almasih. Meskipun
demikian tidak membuktikan bahwa dia adalah Tuhan atau anak Tuhan. Tetapi,
sebenarnya ialah, nubuatan ini tidak kena kepada Almasih. Sebabnya ialah:

1. Ibundanya sendiri tak memberikan nama “Imanuel”, melainkan


“Yasoo.” Kata ini secara maknawi tidak dapat diterapkan pada Almasih karena
arti Imanuel ialah: “Tuhan bersama kita.” Yesus berkata: “Eloi, Eloi. Lama
sabakhtani?” yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?” (Markus 15:34). Jadi jelas, kata Imanuel, dalam kata maupun makna,
tidak dapat dikenakan kepada Almasih. Ini hanya cocok untuk Nabi Muhammad
s.a.w., secara maknawi kata ini tepat untuknya. Pada saat sangat gawat penuh
bahaya, di saat orang gagah berani pun jantungya akan berdebar-debar, Nabi
Muhammad s.a.w. menyatakan dengan penuh keberanian dan keyakinan
kepada Abu Bakar Siddiq: “La Tahzan Innalaha Ma’ana (Artinya: jangan
khawatir, Dia pasti bersama kita).
2. Hal ini juga tidak dapat Anda buktikan bahwa Yesus Almasih telah
makan dadih susu dan madu. Karena itu tidak layak Anda menyebut sesuatu
yang tidak didukung oleh dalil yang kuat.

Kristen: Dalam ayat ini ada kata anak dara dan selain Maryam, bunda
Almasih, tak ada anak dara yang melahirkan anak.

Ahmadi: Memang, kami juga beriktikad bahwa Almasih karena Qudrat


Illahi yang tak mengenal batas itu dilahirkan tanpa perantaraan bapak. Tetapi,
bagaimanapun dalam kitab Yesaya dikatakan, dalam bahasa Ibrani, kata itu tidak
diuntukkan bagi anak dara (gadis) saja, melainkan digunakan juga untuk wanita-
wanita muda yang bukan gadis lagi atau yang sudah bersuami.

Kristen: Saya mengetahui bahwa orang-orang Ahmadiyah dalam hal ini


menggunakan dalil orang-orang Jerman atheis.

Ahmadi: Saya tidak tahu bahwa para ilmuwan dan peneliti Jerman
sepaham dengan kami. Apa yang saya katakan ialah didukung oleh bahasa
Ibrani. Silahkan periksa kamus Ibrani yang mendukung uraian saya. Selain itu
kata tersebut juga terdapat dalam kitab Amsal 30:19, Bibel yang diterjemahkan
oleh golongan Anda sendiri ke dalam bahasa Arab “Fataah” (wanita muda).
Kristen: Saya kemukakan satu nubuatan lagi yang secara jelas
menunjukkan bahwa Almasih adalah anak Tuhan dan bukan sekadar nabi dan
rasul, yaitu: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah
diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang; Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja
Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di
atas tahta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan
mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai
selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.”
(Yesaya 9:5-6)

Ahmadi: Apakah Anda punya dalil untuk menyatakan bahwa nubuatan ini
dapat diterapkan untuk Yesus Almasih? Karena, nubuatan ini menerangkan
bahwa anak itu akan menjadi “Tuhan Yang Kuasa, Bapa Yang Kekal”. Menurut
agama Anda Almasih bukanlah “Bapa”, melainkan “anak Tuhan”. Tidak pula
Yesus itu “Kuasa” bahkan, pada pemandangan Anda, dia manusia yang begitu
rupa tak berdayanya sehingga orang Yahudi membunuhnya dengan cara yang
mengerikan. Yesus tidak pula “Pangeran Perdamaian” (Prince of Peace)
bahkan dia sendiri mengatakan: “Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang
untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang” (Matius 10:34).

Kristen: Nubuatan ini cukup jelas menunjukkan dan mengukuhkan Yesus


adalah Tuhan.

Ahmadi: Saya telah menegaskan, nubuatan ini tidak kami percayai


menjadi genap pada diri Yesus. Tetapi, kalaupun pengandaian ini kita terima
seperti yang Anda artikan, maka saya katakan, ini adalah kata-kata kiasan. Di
dalam Bibel banyak kita dapatkan contohnya seperti berikut:

1. Berfirman TUHAN kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai


Allah bagi Firaun, dan Harun, abangmu, akan menjadi nabimu” (Keluaran
7:1).
2. “Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan
menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah
baginya.” (Keluaran 4:16).
3. “Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah Allah, dan anak-anak Yang
Mahatinggi kamu sekalian” (Mazmur 82:6).

Demikianlah percakapan yang menyangkut keterangan pendeta itu kami


tulis secara ringkas. Saya sangat berharap bapak pendeta yang terhormat itu
akan menyebutkan mukjizat-mukjizat Yesus dalam diskusi itu. Namun, dia sama
sekali tidak mengarah ke situ. Karena itu, untuk sementara ini kami tak akan
membicarakan masalah ini dan kami tunda sampai kesempatan yang lain.
Sekarang, baiklah saya cantumkan secara singkat dalil-dalil yang saya
kemukakan dalam ajang tukar pikiran itu guna membantah ketuhanan Almasih.
Seandainya ada pendeta yang merasa mampu membantah dalil-dalil saya, maka
kami dengan ini menyampaikan undangan secara terbuka kepada khalayak
umum umat Kristen. Bahkan Dr. Philips berusaha pun tidak mampu untuk
membantahnya.

A. Sedikit pun tak ada bukti bahwa Injil menempatkan martabat


Almasih lebih dari nabi dan rasul. Adalah jelas seorang rasul tidak dapat menjadi
Tuhan. Dalil-dalil kami didukung ayat-ayat yang berikut:

1. “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-
satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah
Engkau utus” (Yohanes 17:3).
2. “Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia
menyambut Aku. Dan barang siapa menyambut Aku, bukan Aku yang
disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku” (Markus 9:37).
3. “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
(Matius 15:24).
4. “Aku menuruti perintah Bapaku dan tinggal di dalam kasihNya” (Yohanes
15:10).
5. “Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran
yang Kudengar dari Allah” (Yohanes 8:40).
6. “Barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku”
(Matius 10:40).

Adalah jelas, Almasih hanya seorang nabi semata, bukan Tuhan sendiri.

B. Tuhan itu hanya bisa dikenal melalui sifat-sifatNya. Kalau sifat-sifat


Ilahi itu ada pada Yesus, Anda pantas menamakan dia Tuhan. Namun,
hakikatnya adalah sebaliknya. Pada Almasih tidak terdapat sifat Ilahiyah.
Karena itu, pengakuan akan ketuhanannya tidak benar dan bertentangan
dengan kebenaran.

Mari kita perbandingkan sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan Tuhan


dengan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan Yesus.

1. Tuhan tidak layak minta doa dari siapapun juga, bahkan orang meminta
dan memohon kepadaNya. Adalah sunah (tradisi) Tuhan mengabulkan doa
orang baik-baik dan bijak. Dikatakan: “TUHAN itu jauh dari pada orang fasik,
tetapi doa orang benar didengarNya” (Amsal 15:29). Almasih sendiri berdoa,
memohon kepada Tuhan, seperti tersebut dalam Injil: “Akan tetapi ia
mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa” (Lukas 5:16), dan
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa” (Lukas 22:44);
dan “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa” (Matius
26:36); kemudian: “Dalam hidupNya sebagai manusia, Ia telah
mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan
kepada Dia yang sanggup menyelamatkannya dari maut dan karena
kesalahannya ia telah didengarkan” (Ibrani 5:7). Kalau Yesus itu Tuhan (Rab)
kepada siapa dia mohon doa dan meminta pertolongannya? Ayat-ayat ini
membuktikan bahwa Almasih bukan Tuhan.

2. Sifat Allah itu kuasa mutlak atas segala sesuatu (baca II Korintus 6:18).
Namun, Yesus tidak kuasa sama sekali. Karena itu dia bukan Tuhan. Adapun
bukti bahwa Yesus tidak kuasa terdapat dalam ayat-ayat Injil ini: “Aku tidak dapat
berbuat apa-apa dari diriKu sendiri” (Yohanes 5:30); Ia tidak dapat mengadakan
satu mukjizat pun di sana. (Markus 6:5). “Ketika Herodes melihat Yesus, ia
sangat girang. Sebab sudah lama ia ingin melihatNya, karena ia sering
mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus
mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus,
tetapi Yesus tidak memberi jawab apapun” (Lukas 23:8,9). “Karena sekalipun Ia
telah disalibkan oleh karena kelemahan (II Korintus 13:4).

3. Allah itu Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak ada yang
tersembunyi daripadaNya. Dia tahu segala yang ada di langit dan di bumi serta
segala makhluk: “Maka Engkau pun kiranya mendengarkannya di sorga, tempat
kediaman-Mu yang tetap, dan Engkau kiranya mengampuni, bertindak, dan
membalaskan kepada setiap orang sesuai dengan segala kelakuannya, karena
Engkau mengenal hatinya sebab Engkau sajalah yang mengenal hati semua
anak manusia” (I Raja-Raja 8:39). Sebaliknya, Yesus sedikit pun tidak tampak
memiliki sifat ini. Keterangan Injil yang berikut ini menjadi saksi, yaitu:

a) “Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-
malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja” (Markus
13:32).
b) “Pada pagi-pagi hari dalam perjalananNya kembali ke kota, Yesus merasa
lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak
mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja” (Matius
21:18,19).
c) Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku? Dan karena tidak ada yang
mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru orang banyak mengerumuni dan
mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seorang yang menjamah
Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diriKu’.”(Lukas 8:34,36).
d) “Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Sorga. Apa yang kau ikut di
dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang aku lepaskan di dunia ini
akan terlepas di sorga” (Matius 16:19).
“Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis.
Engkau suatu batu sandungan bagiKu, sebab engkau bukan memikirkan
apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia”
(Matius 16:23).
e) Yudas adalah salah satu dari kedua belas murid Yesus. Dia mengkhianati
Yesus. Meskipun demikian kata Yesus kepada mereka (termasuk Yudas):
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali,
apabila Anak Manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang
telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel” (Matius 19:28).

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Yesus tidak tahu ilmu gaib (segala yang
gaib) dan tidak bisa tahu tentang yang tersembunyi. Bahkan hal-hal biasa
(seperti musim buah ara) tidak tahu. Karena itu, mengatakan Yesus itu Tuhan
jelas-jelas salah.

4. Adalah keagungan Tuhan bahwa Dia tidak mungkin bisa mati: “Dialah
satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang
tak terhampiri” (I Timotius 6:16). Akan tetapi sebaliknya Yesus mati. Dikatakan:
“Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita” (Roma 5:6). Jelas
Yesus bukan Tuhan.

5. Allah Ta’ala semata yang dapat memberikan najat (keselamatan)


kepada manusia yang menyelamatkannya dari kehancuran. Daud a.s.
mengatakan: “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan ia
menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mazmur 34:19). Yesus tidak
dapat membebaskan orang dari musibah-musibah. Malahan pada saat
menghadapi musibah, meminta keselamatan dari Tuhan. Dikatakan: “Jiwaku
terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku” (Yohanes
12:27). Karena itu mempercayai Yesus sebagai tuhan adalah salah.

6. Allah Ta’ala tidak takut atau khawatir terhadap siapa pun. Tetapi Yesus
tidak begitu. Dia takut dari orang–orang Yahudi seperti tersebut dalam ayat-ayat
Injil ini: “Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu
Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi” (Yohanes
11:53,54). Yesus melarang murid-muridNya supaya jangan memberitahukan
kepada sesiapa pun bahwa Ia Mesias (Matius 16:20). “Ia pun pergi juga ke situ,
tidak terang-terangan tetapi diam-diam” (Yohanes 7:10). Jelas tidak layak
menetapkan seorang penakut sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa.

7. Tuhan adalah Dia yang bertindak, berkuasa di langit dan di bumi.


Kekuasaan-Nya berlaku di segala tempat. Keputusan-Nya tidak dapat ditolak,
dan tidak dapat dihentikan. Adapun Yesus, setiap orang di antara kita tahu
bahwa dia tidak demikian. Dia sendiri mengatakan, “Cawanku memang akan
kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kananKu atau di sebelah kiriKu, Aku
tidak berhak memberikannya” (Matius 20:23). “Ya Bapaku, jikalau sekiranya
mungkin, biralah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).
Dengan demikian jelas Yesus bukan Tuhan.

8. Allah Ta’ala ada di atas semua makhluk-Nya, tidak dapat diuji oleh
siapa pun, tidak dalam arti baik atau buruk. Rasul Yakub mengatakan: “Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencoba siapa pun”
(Yakobus 1:13). Tetapi Injil menerangkan kepada kita bahwa syaitan menguji
Yesus bukan selama satu-dua hari, melainkan selama empat puluh hari penuh.
Kemana dibawa, ke situ dia pergi (Baca Lukas 4:1-13).

9. Bibel mengatakan: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!


Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya” (I Tawarikh 16:34), namun
dari Injil tampak bahwa Yesus tidak terima sifat “baik” untuk dirinya. Dikatakan:
“Jawab Yesus: Mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik
selain dari Allah saja” (Markus 10:18). Oleh karena itu, Yesus bukan Tuhan.

10. Allah tidak tidur. Dalam Mazmur dikatakan: “Ia takkan membiarkan
kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan
tidak tertidur” (Markus 4:37,38).

11. Tuhan tidak terbunuh. Bila terbunuh, dia bukan Tuhan. Dikatakan:
“Apakah engkau masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah
Allah!? Padahal terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah
Allah” (Yehezkiel 28:9). Tetapi tentang Yesus dikatakan: “Allah nenek moyang
kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan
kamu bunuh” (Kisah Para Rasul 5:30). Dalil apa yang dapat diberikan orang
Kristen yang membuktikan, Almasih itu Tuhan, padahal mereka meyakini bahwa
dia terbunuh?

12. Tidak ada yang lebih besar daripada Tuhan. Dia mutlak paling luhur.
Tetapi Bibel mengatakan tentang Yesus: “Bapa lebih besar daripada Aku”
(Yohanes 14:28). Kata Paulus: “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal
ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepada dari tiap-tiap
perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah” (I Korintus 11:3).

13. Di antara sifat-sifat Allah Ta’ala, Dia menghidupkan orang-orang mati.


Dikatakan: “Hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (II
Korintus 1:9). Yesus, daripada menghidupkan orang yang sudah mati, dia
sendiri mati. Tuhanlah yang membuatnya hidup. Allah telah membangkitkan Dia
dari antara orang mati (Kisah Para Rasul 13:3). Jelas Almasih bukan Tuhan,
melainkan seorang hamba Allah yang baik yang oleh Allah dianugerahi nikmat-
nikmat-Nya dan diutus sebagai tokoh teladan bagi kaum Bani Israel.

14. Tak ada yang menyamai atau menyerupai Tuhan. Tak ada sekutu
dalam sifat-sifat, zat, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi, Yesus adalah
seorang manusia seperti manusia-manusia lainnya. Tinggal di dalam rahim
ibunya selama beberapa masa baru lahir, lalu “Anak itu bertambah besar dan
menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya (Lukas
2:40). Dia sendiri berkata tentang dirinya: “Kemudian Anak Manusia datang, Ia
makan dan minum, dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan
peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya” (Matius 11:19). “Serigala mempunyai liang dan
burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk
meletakkan kepala-Nya” (Lukas 9:58). “Tuhan memerlukannya. Ia akan segera
mengembalikannya” (Matius 21:3). “HatiKu sangat sedih, seperti mau mati
rasanya. Tinggalah di sini dan berjaga-jagalah (Markus 14:34), “Ketika Yesus
melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-
sama dia, maka masygullah hatiNya. Ia sangat terharu dan berkata: “Di manakah
dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!” Maka
menangislah Yesus.” (Yohanes 11: 33 – 35). Dia merasa lapar juga, yaitu dia
memerlukan segala yang dihayati oleh manusia. Akhirnya menurut orang-orang
Kristen Yesus dibunuh. Mungkinkah orang seperti tersebut ini menjadi Tuhan
dan masuk akalkah mengatakan dia Rab hingga layak dimintai pertolongannya?
Tidak mungkin. Kalau dianggap Tuhan dia dan para penyembahnya jelas lemah.
Pada hakikatnya mereka belum mengenal sepenuhnya Tuhan yang sejati. Tuhan
itulah Dia Yang Memiliki segala kekuatan dan menguasai segala sesuatu.

BENARKAH ALMASIH MATI DISALIB?


(TUKAR PIKIRAN KETIGA)

Masalah ini merupakan salah satu masalah perselisihan penting antara


orang Islam dengan orang Kristen. Bila terjadi percakapan mengenai keagamaan
dengan seorang gerejawan, biasanya dia memulai dengan mengatakan;
Lihatlah, meskipun terdapat permusuhan yang sangat tajam antara orang-orang
Yahudi dan orang-orang Kristen tetapi keduanya sepakat bahwa Yesus mati
disalib dan dokumen-dokumen Pemerintah Roma juga membuktikannya. Tetapi
enam ratus tahun sesudah Almasih di Gurun Sahara Arab muncul satu orang,
dan bertentangan dengan pandangan seluruh dunia, dia mengumumkan:
Almasih tidak mati atau dibunuh di palang salib. Apakah kata-kata orang ini
dapat dipercaya?

Wahai orang-orang beriman, katakanlah, bahwa kata-kata itu adalah


benar. Sayang orang yang menentang tidak memahaminya. Memang Rasulullah
s.a.w. seorang ummi (buta aksara) meskipun begitu, berbeda dengan
kepercayaan semua bangsa dan kaum, beliau membuktikan pernyataannya
dengan dalil-dalil yang tidak terbantahkan. Hal ini adalah mukjizatnya yang besar
dan merupakan bukti pula atas kebenaran pengakuan beliau itu.

Berkenaan degan kematian Almasih di atas salib, masalah yang penting


ini adalah yang menjadi topik tukar pikiran di Kairo pada tanggal 17 Maret 1933
dengan Dr. Phillips, untuk masalah itu dia mengadakan persiapan secara
khusus. Dalam ajang tukar pikiran ini dia didampingi oleh dua orang pendeta
lainnya, yaitu Tuan Kamil Mansoor dan Dr. Elder. Ketiga pendeta tersebut tampil
silih berganti. Meskipun begitu mereka gagal dan kecewa di hadapan tidak
kurang dari tujuh puluh orang terpelajar dan intelek yang hadir. Begitu lucu
pemandangannya ketika Pendeta Kamil Mansor tak mampu bertahan, berdiri
dengan lidah kelu bagaikan terikat, berbicara tak menentu lalu duduk sebelum
habis waktu yang ditetapkan untuknya.

Kemudian Dr. Elder berdiri dengan penuh semangat dan berapi-api,


tetapi dia pun tercengang lalu terdiam. Lalu bangkit Dr. Phillips, namun dia juga
sama dengan kawan-kawannya, tak mampu bertahan kecuali mengemukakan
beberapa uraian Rasul Paulus. Akhirnya, pihak debater Islamlah yang tegak
terus secara tunggal. Allah Taala membantu memenangkan hambaNya, tauhid
mengalahkan trinitas secara terbuka. Merupakan pemandangan yang menarik.
Mereka yang hadir waktu itu sungguh beruntung. Mereka mendengar dan
menyimpan dalam ingatannya. Saat pulang Tuan Kamil mansoor mengatakan
kepada saya, “Sayang, alangkah baiknya sekiranya tuan seorang Kristen, karena
tuan mempelajari agama Kristen lebih daripada kami.” Saya jawab: “Bukan Tuan
Pendeta, bukan begitu. Saya mempelajari agama Kristen supaya orang seperti
Tuan ini dapat saya masukkan ke dalam agama Islam suci. Adalah kewajiban
Tuan menerima kesaksian saya dan kembali ke dalam agama benar di sisi Allah,
agama Islam.”

Singkatnya, ajang tukar pikiran itu merupakan kemenangan Islam dan


kekalahan Kristen secara terbuka dan terang-terangan. Melukiskannya secara
penuh sungguh sukar.

Sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh Dr. Phillips adalah tugas saya
berbicara hari ini tentang masalah tersebut berdasarkan Bible semata.
Meskipun menurut akidah Bibel itu sudah mengalami perubahan-perubahan
seperti diketahui oleh Dr. Phillips. Adalah akidah orang Kristen bahwa Yesus
telah mati di atas kayu salib menebus dosa mereka.

Keyakinan saya, Allah Taala telah menyelamatkan Yesus dari kematian di


atas kayu salib, seperti halnya Dia menyelamatkan nabi-nabi lainnya, sesuai
sunnah-Nya, orang mau membakar Nabi Ibrahim a.s. dan memasukkannya ke
dalam api. Tetapi, api itu didinginkan oleh Allah Taala. Dr. Zwimer menulis dalam
“Rahasia Ajaib” (Assir Al’Ajeeb) bahwa “Yeremiah diikat dengan tali lalu dibuang
dalam sumur yang dalam, namun diselamatkan oleh Allah.” Demikian pula Allah
telah menyelamatkan tiga orang teman Daniel ketika mereka diikat dan diseret
untuk dimasukkan dalam tannur yang sedang menyala-nyala (hal. 67). Seperti itu
pula orang-orang Yahudi ingin membunuh Yesus di atas kayu salib supaya
terbukti bahwa dia terkutuk. Tetapi, Allah Taala menyelamatkannya dari
kematian terkutuk itu, bahkan menjadikannya orang mulia.

Singkatnya, kematian Yesus di atas kayu salib tidak terbukti secara


meyakinkan. Sebelum saya mengemukakan peristiwa salib dan hakikatnya
berdasarkan Injil, saya ingin menyebutkan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa
Yesus tidak mati di kayu salib, seperti berikut:
Pertama: Taurat mengatakan tentang pendusta yang mengaku menjadi
nabi: “Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak
murtad terhadap TUHAN, Allahmu….” (Ulangan 13:5). Lalu Taurat mengatakan:
“Apabila seseorang berbuat dosa…terkutuk oleh Allah” (Ulangan 21;22,23).
Almasih jelas menyatakan dirinya seorang nabi, sedang orang-orang Yahudi
menganggapnya pendusta (naudzubillah). Kalau, umpamanya, kita katakan
orang-orang Yahudi menaikkannya di atas kayu salib dan mati di atas kayu salib
itu, maka kesimpulan logisnya ialah dia memang benar mati terkutuk di atas kayu
salib (naudzubillah). Karena itu, maka orang-orang Kristen menganut akidah
kematian Almasih di atas kayu salib dan mempercayainya terkutuk. Dikatakan:
“Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk
karena kita, sebab ada tertulis; “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!” (Galatia 3;13). Iktikad Kristen ini salah sekali, karena menarik kesimpulan
Almasih tidak benar (naudzubillah) dalam pengakuannya sebagai nabi, malahan
dusta dan mengada-ada. Singkatnya, kematiannya di atas kayu salib itu
menafikan atau membohongkan sesuai dengan rencana orang-orang Yahudi.
Akan tetapi, Almasih itu orang benar; oleh sebab itu akidah kematian di atas
kayu salib itu hanya hikayat belaka.

Kedua: Menurut pandangan Kristen, kematian Yesus di atas kayu salib itu
adalah “suatu keharusan” karena melalui cara yang aneh ini dosa mereka
tertebus. Menurut segi pandang Injil, untuk meraih najat (keselamatan) kematian
Almasih di atas kayu salib itu tidak diperlukan. Almasih mengatakan: “Di dunia ini
Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Matius 9:6). Keterangan Almasih
ini diberikan ketika dia masih hidup. Jelas bahwa untuk menebus dosa,
kematiannya di atas kayu salib bukanlah suatu keharusan.

Ketiga: Orang Kristen mengatakan, Yesus terbunuh untuk


menyelamatkan mereka agar menjadi penebus dosa mereka. Kalau tidak mati di
salib berarti kabar suka dari Paulus dan kepercayaan orang-orang Kristen akan
menjadi sia-sia. Saya mengatakan, memang benar Yesus tidak mati di atas kayu
salib dan dakwah Anda itu salah. Kematian di atas kayu salib itu bertentangan
dengan kehendak Allah dan dengan misi yang diembannya. Allah sendiri
menyatakan:

“Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan
menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran”
(Hosea 6:6). Dan: “Pergilah dan pelajarilah arti firman ini: yang
kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku
datang bukan untuk memanggil oranng benar, melainkan orang berdosa
(Matius 9:13).”

Jelas Allah mengkehendaki kasih saying, bukan kurban, untuk


memperoleh kasih sayang-Nya jalan satu-satunya ialah bertobat, yang untuk itu
Yesus menyeru sepanjang hidupnya. Tidak ayal lagi kalau Yesus mati di kayu
salib, kematian demi menebus dosa manusia adalah berlawanan dengan
kehendak Allah dan dengan kedudukan Yesus sendiri.

Keempat: Dalam Injil Matius dikatakan:

“Jawabanya kepada mereka: ‘Angkatan yang jahat dan tidak setia ini
menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain
tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga
malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari
tiga malam (Matius 12:39,40).

Untuk mengetahui apakah Nabi Yunus tetap hidup dalam perut ikan atau
mati, bacalah kata-kata Kitab Yunus yang mengatakan:

“Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan hiu”
(Yunus 1:17 dan 2:1).

Yesus telah memberikan contoh, mukjizat Nabi Yunus sebagai pegangan


bagi keturunannya dan ini jelas Yunus masuk perut ikan dalam keadaan tetap
hidup, tinggal dalam perut ikan juga dalam keadaan hidup keluar dalam keadaan
hidup. Karenanya Yesus juga harus dimasukkan ke liang kubur hidup-hidup dan
dikeluarkan juga hidup-hidup. Kalau tidak, janji Yesus dan satu-satunya
mukjizatnya menjadi sia-sia. Hanya ada dua jalan bagi orang-orang Kristen:
Mengingkari kematian Yesus di kayu salib dan mempercayai bahwa dia
diselamatkan dari kematian di kayu salib itu hidup-hidup, sesuai dengan
kepercayaan kami. Dalam keadaan seperti ini nubuatan Almasih akan genap dan
akan terbukti pula mukjizatnya. Atau, tetap menganut akidah kematiannya di atas
kayu salib dan ini berarti mereka membantah mukjizat tersebut. Tetapi, perlu
diingat, bahwa menerima kepercayaan ini berarti dia mengaitkan persamaan
dengan mukjizat Yunus. Karena itu adalah tepat bila dikatakan bahwa Almasih
sekali-kali tidak mati di atas kayu salib.

Kelima: Ketika Yesus mengetahui tentang kisah salib dan niat jahat
orang-orang Yahudi, menurut Lukas: “Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira
seperlempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: ‘Ya Bapaku,
jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripadaKu; tetapi bukanlah
kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi’. Maka seorang malaikat
dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya”
(Lukas 22:41-43).

Almasih mendoa dengan segala kerendahan hati agar dia diselamatkan


dari maut yang hina dan mengerikan itu. Cawan itu adalah cawan maut.
Sekarang timbul pertanyaan: Apakah doa Yesus ini didengar atau tidak? Kalau
didengar, kepercayaan bahwa dia mati di atas salib berarti batal. Sebaliknya,
kalau tidak didengar berarti diragukan apakah dia benar atau tidak, karena dalam
Kitab Amsal dikatakan:

“TUHAN itu jauh daripada orang fasik, tetapi doa orang benar
didengarnya” (Amsal 15:29).

Yang benar ialah, Allah Taala telah mendengar ratap tangisnya, sesuai
dengan kebiasaan dan sunah-Nya. Almasih pasti diselamatkan dari kematian di
atas tiang salib yang terkutuk itu.

Keenam: Dalam “Surat Kepada Orang Ibrani” dikatakan:

“Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis


dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkanNya dari maut,
dan karena kesalehanNya ia telah didengarkan” (Ibrahim 5:7).

Ini adalah nubuatan dan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya.


Nubuatan ini membenarkan ayat dalam Amsal seperti berikut:

“Takut akan TUHAN memperpanjang umur, tetapi tahun-tahun orang fasik


diperpendek” (Amsal 10:27).

Nubuatan ini tidak dapat menjadi genap kecuali kita mengakui bahwa
Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam keadaan hidup. Adalah disebabkan
kabar suka ini Yesus tetap tenang-tenang saja sampai saat-saat terakhir, karena
dia yakin tidak akan mati di tiang salib dia mengadu: “Tuhanku, mengapa Kau
tinggalkan daku.” Dia mengingatkan Tuhan akan janjiNya; karena Allah selalu
memenuhi janjiNya, maka menyelamatkan Almasih dari kematian di atas tiang
salib. Orang melihat dia dalam keadaan tidak sadar maka dikira mati, lalu dia
diturunkan.

Ketujuh: Dari Injil dapat kita ketahui bahwa Allah telah menyediakan
sarana-sarana luar biasa demi menyelamatkan Yesus dari cengkeraman maut.
Di antaranya ada kejadian-kejadian ajaib digambarkan dalam kitab-kitab Injil.
Satu diantaranya Tuhan telah memperlihatkan mimpi kepada isteri Pilatus, lalu
dia memberitahukan kepada suaminya:

“Jangan engkau campuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku
sangat menderita mimpi tadi malam” (Matius 27:19).

Tampak di sini, Allah mengkehendaki supaya Almasih diselamatkan dari


maut. Siapa yang bisa membendung iradah Illahi.

Kedelapan: Injil Matius menerangkan bahwa Almasih itu gembala Bani


Irael.
“Dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan
menggembalakan umatKu Israel” (Matius 2:6).

Almasih juga mengatakan:

“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel”
(Matius 15;24).

Ketika Almasih datang orang-orang suku-suku Yahudi tersebar di mana-


mana, di luar tanah airnya, dan “domba-domba keluarga Israel telah hilang”.
Adalah kenyataan orang-orang Yahudi itu tersebar dari India sampai ke Ethiopia:

“Pada waktu juga dipanggillah pada panitera raja, dalam bulan yang
ketiga – yakni bulan Siwan – pada tanggal dua puluh tiga, dan sesuai dengan
segala yang diperintahkan Mordekhai dituliskan surat kepada orang Yahudi, dan
kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India
sampai ke Ethiopia, seratus dua puluh tujuh daerah, kepada tiap-tiap daerah
menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga
kepada orang-orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya (Ester 8:9).

Kalau saja kita terima bahwa Yesus mati di atas tiang salib dalam umur
tiga puluh tiga tahun dan selesai masalahnya, berarti bahwa misinya sia-sia
(naudzubillah). Yang benar adalah, Yesus telah diturunkan dari tiang salib dalam
keadaan hidup dan dia menyampaikan pesan-pesan kepada berbagai suku di
mana-mana.

Kesembilan: Almasih, seraya mencela orang-orang Yahudi, mengatakan:

“Supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak


bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakaria anak
Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah”(Matius
23:55).

Sekiranya Yesus juga dibunuh di atas kayu salib oleh Yahudi dan
darahnya juga mengalir, niscaya dia disebut dan dijadikan kata pemutus. Tetapi,
dengan tidak menyebut hal itu, Yesus memang tidak bakal mungkin dibunuh oleh
orang-orang Yahudi di atas tiang salib. Menyebut darahnya sendiri seharusnya
diutamakannya.

Kesepuluh: Di dalam kitab-kitab Injil yang kecil banyak dikemukakan


adalah kata-kata Almasih tentang penderitaan-penderitaannya. Sebelum
kejadian itu terjadi dia mengatakan:

1. “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenai dia, dan


memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga
Anak Manusia akan menderita oleh mereka (Matius 17:12).
2. “ Sebab sama seperti kilat memancar dari ujung langit yang satu
ke ujung langit yang lain, demikian pulalah halnya kelak Anak
Manusia pada hari kedatanganNya. Tetapi Ia harus menanggung
banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Lukas
17:24,25).
3. “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan
kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:15).

Sesudah kejadian peristiwa salib, dia mengatakan: “Hai kamu orang


bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya atas segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita
semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? (Lukas 24:25,26).

Dari kata-kata yang jelas di atas menjadi jelas seterang matahari bahwa
Almasih hanya harus memikul penderitaan; sesudah itu akan memperoleh
keselamatan, dan tak akan mengalami maut di tiang salib. Sebutan tentang
kematian dan pembunuhan lebih bersifat kutipan-kutipan. Adapun kata mati yang
tersebut dalam berbagai riwayat dikemukakan secara berlebih-lebihan. Kedua
keterangan dapat diterapkan begini: memikul penderitaan yang keras disebut
juga sebagai maut. Paulus mengatakan:

“Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi


kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan,
bahwa hal ini benar” (I Korintus 15:31).

HAKIKAT KISAH SALIB


Sepuluh dalil tersebut di atas jelas-jelas menunjukkan bahwa Almasih
tidak mati di kayu salib. Peristiwa salib sebenarnya ialah orang-orang Yahudi
telah berusaha membunuh Almasih. Ia dibawa ke hadapan pengadilan
Pemerintah Romawi. Oleh karena penguasa wilayah (gubernur), yaitu Pilatus,
melihat Yesus tidak bersalah apa-apa, lalu memutuskan untuk
membebaskannya. Kaum Yahudi yang sangat besar pengaruhnya dan
kekuatannya terhadap pihak penguasa mengangkat suara yang bernada
mengancam:

“Jika engkau membebaskan Dia, engaku bukanlah sahabat Kaisar. Setiap


orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan kaisar.”
(Yohanes 19:12).

Pilatus ketakutan. Dia membuktikan sikap pengecut dan akhirnya


menyerah seraya mengatakan:

“Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri”
(Matius 27:24).
Ia menyerahkan Yesus untuk disalib dengan kehendak orang-orang
Yahudi. Di dalam hati Pilatus ingin menyelamatkan Yesus. Untuk itu dia dalam
diam-diam mengadakan cara dan upaya-upaya, satu di antaranya menetapkan
agar hari Jumaat ditentukan untuk menaikkan Almasih ke kayu salib. Hari
esoknya adalah hari Sabtu, hari khusus ibadat Sabat Yahudi. Untuk hari itu,
orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-persiapan yang cukup
memadai. Waktu perlaksanaannya juga diulur-ulurnya hingga tengah hari;
hanya tiga jam saja (Injil Yohanes). Waktu selama itu pasti tidak cukup untuk
mati di kayu salib gaya masa purba itu. Seorang dokter Eropah terkenal, dr.
Dermond Robinson, menulis:

“Orang yang disalib masa itu umumnya memerlukan waktu antara dua
puluh empat sampai dua puluh delapan jam untuk mati” (Risalah “DAWN”,
16 Mei 1927 dan “Tafsir Injil Yohanes” Cetakan Kairo, halaman 785).

Menurut hukum (syariat) Yahudi seorang terhukum tidak boleh dibiarkan


menggantung di tiang salib setelah matahari terbenam. Karena itu orang-orang
Yahudi sendiri meminta izin agar Almasih diturunkan dari kayu salib, selepas tiga
jam digantung. Lalu dia diturunkan.

Kaki dua orang penyamun (yang disalib bersama Yesus) dipatah-


patahkan supaya mati, tetapi kaki Yesus tidak diapa-apakan oleh anak buah
Pilatus. Malahan mereka menyatakan dia sudah mati. Pilatus yang telah
bersepakat dengan Yusuf Arimatea (murid tersembunyi Yesus) memanggilnya
dan menyerahkan Yesus kepadanya. Dengan bantuan Nicodemus, Yusuf
Arimatea mengobati luka-luka Yesus dengan obat-obatan dan rempah-rempah
yang sudah diproses sebelumnya hingga akhirnya dia siuman atau sadar
kembali. Luka-lukanya diobati dengan ramuan yang disebut “Marham Isa”
sampai sekarang yang kita baca dalam buku-buku obat-obatan kuno. Dengan
demikian Pilatus berhasil “cuci tangan” (melepas tanggungjawab) demikian rupa
hingga tidak saja Yesus diselamatkan dari kematian disalib juga orang-orang
Yahudi tidak dapat mengadukan Pilatus kepada Kaisar. Mereka mengira Yesus
telah mati lalu mengatakan bahwa mereka telah berhasil membunuh Yesus dan
membuat pengakuan bahwa risalah dari Tuhan gagal total. Murid-murid Almasih
sendiri melarikan diri lebih dulu, tidak sanggup menghadapi orang-orang Yahudi.
Bahkan mereka juga tunduk dan menerima apa juga yang dikatakan orang-orang
Yahudi itu. Mereka juga mengatakan Yesus telah mati terbunuh di tiang salib.
Namun, dia berhasil bangkit dari tengah orang-orang mati dan sekarang hidup.
Untuk menyembunyikan kelemahan mereka dan karena tidak dapat
membuktikan bahwa Yesus masih hidup, mereka mulai mengatakan dia telah
naik ke langit. Mereka mengakui Yesus yang bersih dan tak bersalah itu mati
terkutuk. Ini semata-mata dikarenakan kelemahan iman orang-orang Kristen
permulaan dan kepolosan mereka yang terkenal itu. Boleh jadi khayalan Yesus
naik ke langit itu diciptakan seseorang yang cerdik untuk mengalihkan perhatian
orang-orang Yahudi dan ini kemudian dijadikan sebagai akidah.
Singkatnya, orang-orang Yahudi dan Kristen tetap dalam keadaan ini
hingga Nabi Muhammad s.a.w. datang dengan bantuan Roh Suci membawa
kebenaran ke dunia. Dengan keberkatan wahyu Illahi beliau mengusir awan
kejahilan. Beliau membersihkan Almasih dari kutukan Yahudi dan Kristen secara
terbuka dan menyatakan:

“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan


Isa benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka
tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi yang sebenarnya Allah telah
mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (Qur’an 4:157, 158).

Jangan hendaknya ada orang Kristen yang melihat kebenaran nyata ini
dengan menganggapnya aneh. Kebenaran ini sejalan dengan akal dan
dibuktikan oleh kesaksian. Kebenaran ini menjamin kehormatan Yesus dan
menggenapi nubuatan-nubuatan dalam Kitab Suci. Di dunia kejadian-kejadian
pingsan seperti itu sering terjadi, dan senantiasa membuat kita keliru menyangka
mati. Bibel sendiri mengatakan:

“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan


mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka
melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena
mereka menyangka, bahwa ia telah mati. Akan tetapi ketika murid-murid
itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota.
Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke
Derbe” (kisah Para Rasul 14:19-20).

MENELITI RIWAYAT INJIL TENTANG KISAH SALIB


Sekarang yang masih perlu saya kemukakan ialah hasil penelitian
terhadap cerita-cerita Injil itu. Harus diingat bahwa tidak satupun di antara
penulis-penulis keempat Injil itu yang menyaksikan sendiri apa yang terjadi pada
peristiwa salib itu. Sebab, murid-murid Yesus dalam situasi yang gawat itu lari
meninggalkan Yesus di tangan musuhnya (Matius 26:56). Bahkan sangat boleh
jadi bahwa penulis-penulis Injil itu bukan murid-murid Yesus. Oleh karena itu
keterangan-keterangan yang mereka berikan hanya semata-mata berdasarkan
cerita-cerita yang mereka dengar dari orang lain. Kesaksian mereka didasarkan
pada riwayat yang didengar dari orang-orang lain itu.

Selain itu dalam mengenai satu kejadian saja terdapat lebih dari dua
puluh perbedaan yang cukup untuk tidak mempercayai cerita-cerita itu sendiri.
Saya minta dengan hormat kepada sidang pembaca untuk menganggap dirinya
sebagai hakim mengadili perkara pembunuhan salah seorang nabi besar.
Perkara ini sangat penting karena apabila pembunuhan itu benar-benar terjadi
sesuai dengan kepercayaan orang-orang Yahudi dan Kristen, maka nabi itu
terkutuk. Umat Kristen yang mengaku Yesus telah dibunuh tidak punya saksi
mata yang menyaksikan peristiwa itu. Mereka hanya percaya pada cerita-cerita
keempat penulis Injil yang menulis berdasarkan cerita-cerita dan perkiraan-
perkiraan semata dengan memberi kesaksian yang berbeda-beda pula. Saya
ingin membuktikan bahwa cerita-cerita mereka itu bertentangan satu dengan
yang lain. Menjadi undang-undang pengadilan-pengadilan di seluruh dunia,
apabila berbagai kesaksian itu bertentangan satu dengan lainnya kesaksian itu
dinyatakan gugur.

Sekarang saya kemukakan pertentangan-pertentangan itu sebagai


berikut:

Pertama: Siapa yang memanggul salib ke Golgota, Yesuskah atau


Simonkah? Markus menulis:

“Pada waktu itu lewat seorang yang bernama Simon, orang Kirene, ayah
Aleksander dan Rufus, yang baru datang dari luar kota, dan orang itu
mereka paksa untuk memikul salib Yesus. Mereka membawa Yesus ke
tempat yang bernama Golgota, yang berarti: Tempat Tengkorak” (Markus
15:21-22).

Lukas menulis:

“Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang


bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu
diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti
Yesus” (Lukas 23:26).

Matius menulis:

“Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukannya?” Namun mereka


makin keras berteriak: “Ia harus disalibkan!” (Matius 27:23).

Yohanes memberikan keterangan yang berbeda sekali dengan ketiga


keterangan di atas, dia menulis:

“Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan”


(Yohanes 19:16).

Kedua: Apakah Yesus mengecap atau tidak anggur campur atau cuka
sebelum digantung di kayu salib?

Matius menulis:
“Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota, artinya:
Tempat tengkorak. Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur
empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya” (Matius
27:33-34).

Markus menulis:

“Lalu mereka memberi anggur bercampur mur kepadaNya, tetapi Ia


menolaknya.” (Markus 15:23).

Dalam keterangan Matius dikatakan bahwa Yesus telah “minum anggur


bercampur empedu setelah dikecapnya, maka tiadalah Ia mau meminumnya.
Sedangkan dalam keterangan kedua (Markus) dikatakan: “tidak menerimanya”.
Akan tetapi dua saksi lainnya (Yohanes dan Lukas) tidak menyebutkan peristiwa
itu sama sekali.

Ketiga: Cerita cuka di kayu salib.

Lukas tidak menyebut apa pun tentang peristiwa itu. Yohanes mengatakan:

“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,
berkatalah Ia – supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci : “Aku
haus!” Di situ ada suatu bekas penuh anggur masam. Maka mereka
mencucurkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur masam,
pada sebatang hisop lalu menunjukkan ke mulut Yesus. Sesudah Yesus
meminum anggur masam itu, berkatalah Ia: “Sudah selesai.” Lalu Ia
menundukkan kepadaNya dan menyerahkan nyawaNya” (Yohanes
19:28-30).

Markus mengatakan:

“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eloi, Eloi
lama sabakhtani?” yang berarti: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau
tinggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang berdiri di situ berkata:
“Lihat, Ia memanggil Elia.” Maka datanglah seorang dengan bunga
karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam itu dan mencucurkannya
pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: “Baiklah
kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia”
(Markus 15:34-36).

Matius mengatakan:

“Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: “Ia


memanggil Elia.” Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia
mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu
mencucurkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum.
Tetapi orang-orang lain berkata: “Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia
datang untuk menyelamatkan Dia” (Matius 27:47-49).

Ketiga kesaksian ini bertentangan. Yohanes mengatakan Yesus berkata:


“Aku haus”, dia sendiri menyatakan keinginannya untuk minum. Tetapi dua saksi
lagi mengatakan dia tidak minta air dan tidak pula mengatakan “Aku haus”. Lalu
Yohanes mengatakan bahwa “mereka” mengenakan lumut pada mulut Yesus.
Matius dan Markus mengubah kata “mereka” menjadi “seorang”. Antara Markus
dan Matius juga terjadi beda pendapat. Markus mengatakan, seorang yang
memberi lumut, dia mengatakan: “Janganlah, kita lihat: kalau-kalau Elias datang
menyelamatkan Dia”. Matius tidak mengatakan seorang, melainkan “mereka
yang lain” yang mengatakannya.

Keempat: Kapan Almasih dipantek di kayu salib? Matius dan Lukas tidak
menerangkan secara jelas tentang waktu dinaikkan di atas kayu salib. Tetapi
Yahya (Yohanes) mengatakan:

“Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam enam. Kata Pilatus
kepada orang-orang Yahudi itu: ‘Inilah rajamu!’ Maka berteriaklah mereka:
‘Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Saliblah Dia!’ Kata Pilatus kepada mereka:
‘Haruskah aku menyalibkan rajamu?’ Jawab imam-imam kepala: ‘Kami
tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!’ Akhirnya Pilatus
menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan” (Yohanes 19:14-
16).

Riwayat-riwayat ini mengungkapkan bahwa Yesus disalibkan sesudah


pukul enam, yaitu tengahari. Tetapi Markus menerangkan yang sebaliknya.

“Hari jam tiga ketika ia disalibkan” (Markus 15:25).

Dalam Injil bahasa Arab di sini kata-kata itu bunyinya adalah:

(Tulisan arab)

Artinya: “Waktu itu pukul tiga ketika Yesus disalibkan.” Jadi, seorang saksi
mengatakan pukul enam dan seorang saksi yang lain mengatakan pukul tiga.
Dapatkah kesaksian-kesaksian ini dipercayai?

Kelima: Apakah kedua-dua penyamun itu menyindir Yesus? Atau cuma


satu? Matius mengatakan:

“Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan


Dia mencela Dia juga” (Matius 24:44).

Markus mengatakan:
“Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela Dia juga.” (Markus 15:32).

Saksi ketiga, Lukas membantah dua saksi itu, mengatakan:

“Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya:


‘Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami!
Tetapi yang seorang menegur Dia, katanya: ‘Tidakkah Engkau takut, juga
tidak kepada Allah, sedang Engkau menerima hukuman yang sama?”
(Lukas 23:39-40).

Keterangan ketiga orang saksi ini bertentangan secara mencolok. Dua


saksi pertama mengatakan, yang mencela Yesus adalah kedua orang yang
digantung bersama dia. Saksi ketiga mengatakan, tidak, yang mencela Yesus
cuma satu orang, yang satu lagi malah membelanya. Saksi keempat yaitu
Yohanes, diam sama sekali.

Keenam: Di mana dan berapa wanita hadir pada peristiwa itu? Yohanes
mengatakan:

“Dan dekat salib Yesus berdiri ibuNya dan saudara ibuNya, Maria, isteri
kepada Klopas dan Maria Magdalena” (Yohanes 19:25).

Lukas mengatakan:

“Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-


perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat
semuanya itu” (Lukas 23;49).

Markus mengatakan:

“Ada juga beberapa perempuan yang melihat dari jauh, diantaranya Maria
Magdalena, Maria Ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome” (Markus
15:40).

Matius mengatakan:

“Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani
Dia. Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus
dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus” (Matius 27:55-56).

Dari keterangan Yohanes jelas bahwa wanita-wanita itu berada dekat


“dekat kayu salib” sedangkan keterangan lainnya mengatakan, “berdiri jauh-jauh
dan melihat semuanya.” Anehnya Bunda Maria disebut hanya oleh Yohanes,
lainnya semua tidak ada yang mengatakan apa-apa. Maria Magdalena menurut
keterangan Yohanes, berada di dekat kayu salib. Menurut yang lain-lainnya,
melihat dari jauh. Perbedaan keterangan-keterangan ini seperti perbedaan
antara langit dan bumi.

Mengenai bilangan wanita yang berada di situ juga sangat berbeda:


Apakah tiga atau empat, atau banyak?

Ketujuh: Apakah saat itu dunia seluruhnya diliputi kegelapan? Matius


menerangkan:

“Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai
jam tiga.” (Matius 27:45).

Kata Markus:

“Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh daerah itu dan
berlangsung sampai jam tiga.” (Markus 15:33).

Lukas mengatakan:

“Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi
seluruh daerah itu sampai jam tiga” (Lukas 23:44).

Inilah kesaksian tiga saksi ini dan saksi keempat yaitu Yohanes tidak
menyebutkan apapun tentang kejadian ini. Diamnya Yohanes sungguh
mengherankan. Tidak masuk akal sama sekali bahwa Yohanes sebagai seorang
yang suka melebih-lebihkan itu akan diam total, tidak bercerita tentang sesuatu
mukjizat yang begitu besar. Hal ini juga menarik untuk direnungkan bahwa siapa
dia yang menceritakan kepada ketiga-tiga saksi yang begitu polos itu bahwa
dunia seluruhnya diliputi oleh suasana gelap. Keterangan mereka ini
menunjukkan jelas-jelas bahwa orang-orang ini luar biasa polosnya dan sangat
lugu, sampai-sampai mereka mengira bahwa desa mereka itulah “dunia
seluruhnya”. Hal ini juga tidak dapat dipastikan bahwa Yerusalem waktu itu
diliputi kegelapan. Namun sayang sekali sejarah tidak pernah menerangkan
sesuatu yang membenarkan cerita itu.

Kedelapan: Hakikat seruan Yesus dan cariknya Bait Allah. Matius


mengatakan:

“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama
sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan
Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: ‘Ia
memanggil Elia.’ Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia
mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum.
Tetapi orang-orang lain berkata: ‘Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia
datang untuk menyelamatkan Dia.’ Yesus berseru pula dengan dengan
suara nyaring lalu menyerahkan nyawaNya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan
bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit” (Matius 27:46-52).

Matius mengatakan:

“Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi,
lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, AllahKu, mengapa Engkau
meninggalkan Aku? Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ
berkata: ‘Lihat, Ia memanggil Elia.’ Maka datanglah seorang dengan
bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu
mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta
berkata: ‘baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk
menurunkan Dia.’ Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan
menyerahkan nyawaNya. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua dari atas
sampai ke bawah” (Markus 15:34-38).

Lukas mengatakan:

“Sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir bait suci terbelah dua. Lalu
Yesus berseru dengan suara nyaring: Ya Bapa, ke dalam tanganMu
kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikianIah menyerahkan
nyawaNya” (Lukas 23:45-46).

Tetapi Yohanes tidak menyebutkan apapun tentang hal-hal yang fantastis


ini. Dengan tidak menceritakan apa-apa tentang peristiwa-peristiwa yang begitu
penting saat terjadinya, tentu saja sikap ini menggugurkan kesaksian-kesaksian
lainnya, selain cerita ketiga orang itu juga bertentangan. Markus hanya
menceritakan berserunya Yesus dengan suara nyaring dan tentang cariknya tirai
Bait Allah di tengah, bukan dari atas ke bawah. Matius bercerita tidak sampai di
situ saja melainkan berkata bahwa bumi pun gempa dan batu-batu gunung
terbelah-belah, kubur-kubur terbuka dan mayat-mayat yang sudah wafat telah
bangkit dan pulang ke rumahnya. Saya tegaskan kalau apa yang diterangkan
oleh Matius itu benar, maka saksi-saksi lainnya telah melakukan perbuatan
benar-benar tercela karena mereka tidak menceritakan peristiwa bersejarah
yang begitu penting. Akan tetapi, kalau keterangan-keterangan mereka itu benar,
maka keterangan yang diberikan oleh Matius berarti satu cerita tidak lebih dari
pada hikayat, cerita fantasi, dan khayalan semata lagi tidak pernah ada dalam
kenyataan. Berdasarkan sejarah yang tersebut kebelakangan itulah yang benar.
Dalam pada itu bertentangan antara satu dengan yang lain, disebabkan
keterangan-keterangan yang salah, ketiga kesaksian adalah sia-sia.
Kesembilan: Mana yang lebih dahulu, seruan keras Yesus atau cariknya
tirai?

Dari keterangan-keterangan yang tersebut di atas tampak bahwa Matius


dan Markus menceritakan Yesus ketika di tiang salib berseru dua kali, tetapi
Lukas mengatakan, hanya satu kali. Dua yang tersebut duluan mengatakan,
Yesus mengatakan “Eloi, Eloi, lama sabakhtani” waktu di tiang salib. Lukas tidak
menyebut apa-apa, sedang Yohanes meninggalkan seluruh cerita. Lalu para
saksi ketiga-tiganya menceritakan Yesus berseru untuk kedua kalinya, sedang
Lukas mengatakan bahwa Yesus mengatakan saat itu: “Ya Bapa, ke dalam
tanganmu Kuserahkan nyawaKu,” namun yang lainnya, dua saksi, tidak
menyebutkannya. Selain itu para perawi (penutur) itu berselisih pendapat,
apakah seruan nyaring Yesus yang kedua kali penyerahan nyawanya itu terjadi
lebih dahulu ataukah tercariknya tirai Bait Suci yang terjadi lebih dulu? Dari
keterangan Lukas tampak jelas bahwa cariknya tirai bait Suci lebih dahulu, baru
seruan nyraing Yesus terjadi. Matius dan Markus mengatakan bahwa tirai Bait
Suci terjadi sesudah Yesus berseru, bahkan dia menyerahkan nyawanya
sesudah terjadi.

Kesepuluh: Kisah kesaksian kepala pasukan.

Lukas, setelah menyebut cariknya tirai Bait Suci, mengatakan:

“Ketika kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat


matiNya demikian, berkatalah ia: ‘Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”
(Markus 15:39).

Matius mengatakan:

“Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi


sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang terjadi, lalu
berkata: “Sungguh, Ia adalah Anak Allah.” (Matius 27:54).

Ini keterangan-keterangan ketiga orang saksi tentang kesaksian kepada


pasukan. Kesaksian keempat yaitu Yohanes menanggap seluruh kesaksian ini
tidak benar sehingga dia anggap sepi. Pertama, sikap Yohanes yang tidak
menyinggung sama sekali masalah ini sangat mengherankan.

Kedua, keterangan-keterangan tersebut mengandung pertentangan satu


dengan yang lainnya. Markus mengatakan bahwa kepala pasukan memberikan
keterangan itu ketika ia melihat Yesus telah menghembuskan napas yang
penghabisan.

Lukas pertama-tama memuji Tuhan, kemudian baru memberikan


keterangan. Matius menceritakan adanya orang-orang lain bersama kepala
pasukan. Mereka melihat gempa yang sangat mengerikan dan kemudian
berseru. Selain itu kesaksian-kesaksian mereka bertentangan satu sama lain.
Matius mengatakan, kepala pasukan berkata: “Sungguh orang ini benar”.
Markus mengatakan, kepala pasukan mengatakan: “Sungguh, orang ini adalah
Anak Allah.” Menurut Matius kepada pasukan mengatakan: “Sungguh, Ia ini
adalah Anak Tuhan.” Markus menyebutkan bahwa kepala pasukan mengatakan,
“Sungguh orang ini adalah Anak Tuhan.” Lukas mengatakan bahwa kepala
pasukan berkata, “Sungguh orang ini adalah orang benar.” Ini semuanya
merupakan perbedaan-perbedaan bertahap yang amat menarik.

Di sini muncul kesulitan di hadapah orang-orang Kristen. Kalau kesaksian


satu saksi dikatakan tidak benar, maka kesaksian-kesaksian yang lainnya tentu
tidak dapat dipercaya. Kalau semuanya dinyatakan benar, seperti yang
dipercayai oleh orang-orang Kristen sekarang, maka harus diakui bahwa “Anak
Tuhan” dan “Orang Benar” adalah kata sinonim, yaitu sama artinya. Para penulis
Injil pun memakai kata “Anak Tuhan” dalam arti “Orang Benar” pula. Dengan
demikian masalah “Anak Tuhan” (sonship) dengan mudah terpecahkan.

Kesebelas: Apakah ketika Yesus berseru keras, orang-orang Yahudi tahu


Yesus telah wafat?

Dua saksi, Matius dan Markus, tidak memberikan keterangan apa-apa


tentang masalah ini. Lukas dan Yohanes memberikan kesaksian seperti di
bawah ini.

Lukas, setelah Yesus wafat dan setelah kesaksian yang diberikan kepada
pasukan, menyatakan:

“Dan sesudah seluruh orang banyak, yang datang berkerumun di situ,


melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri.
Semua orang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-
perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat
semuanya itu” (Lukas 23:48-49).

“Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat
itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib – sebab hari Sabat itu adalah
hari yang besar – maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus
dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan
mayat-mayatnya diturunkan” (Yohanes 19:31).

Dari keterangan Yohanes ini tampak jelas bahwa orang-orang Yahudi


meminta supaya kaki-kaki dipatahkan, karena mereka mengerti bahwa sampai
saat-saat akhir itu Yesus belum wafat. Kalau tidak, permintaan orang-orang
Yahudi itu tak ada artinya. Permintaan orang Yahudi yang begitu biadab dan
brutal pada saat-saat akhir meledaklah mitos (hikayat) gempa, cariknya Bait
Suci, terbukanya kubur-kubur, dan hidupnya orang-orang yang sudah mati.
Dalam suasana serupa itu tidak mungkin orang-orang Yahudi mengajukan
permintaan tersebut, melainkan mereka yang beriman kepada Yesus. Atau
paling tidak, Pilatus akan menyesali mereka: “Kendatipun kamu sudah
menyaksikan mukjizat yang begitu dahsyat, kamu malah meminta supaya kaki
Yesus dipatahkan.” Dia pun akan mengatakan kepada mereka: “Takutlah kamu
kepada Tuhan.”

Singkatnya, keterangan Yohanes tentang permintaan orang Yahudi


tersebut menunjukkan bahwa sampai saat-saat akhir Yesus tidak mati. Tapi
Lukas mengatakan, semua orang setelah menyaksikan tragedi itu pulang sambil
memukul-mukul dada mereka. Semua orang ini bersama-sama perempuan-
perempuan berdiri jauh-jauh menyaksikan semua kejadian itu. Di sini kami ingin
mengajukan satu pertanyaan penting, yaitu: Kalau ini benar bahwa “gelaplah
seluruh tanah itu” dari pukul dua belas tengah hari hingga pukul tiga petang”
“cahaya matahari pun hilanglah,” “gempa bumi” pun terjadi, batu terbelah, maka
bagaimana pula orang-orang yang “berdiri dari jauh” itu dapat melihat kejadian
tersebut? Ini berarti bahwa “mereka menyaksikan” itu cerita yang dibuat-buat
atau “gelapnya seluruh tanah” itu cerita bohong. Apabila kita teliti secara
seksama, kedua cerita ini salah. Bungkamnya Matius dan Markus tentang hal ini
dan Yohanes tidak menyebut-nyebut tentang kegelapan yang meliputi negeri
mendukung pandangan kami.

Keduabelas: Apakah kaki Yesus dipatahkan?

Tiga saksi yang pertama tidak menyebut apa-apa tentang perkara ini;
semua diam. Hanya Yohanes, setelah menceritakan tuntutan orang-orang
Yahudi, mengatakan:

“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang


pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan
Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia
telah mati, mereka tidak mematahkan kakiNya” (Yohanes 19:32-33).

Berarti, karena orang-orang Yahudi harus mengadakan persiapan-


persiapan hari Sabat, mereka tidak dapat menunggu lebih lama. Yesus saat itu
belum wafat. Mereka, pada bagian akhir pada hari yang sama, meminta kepada
Pilatus untuk mematahkan kaki Yesus dan Pilatus mengabulkan permintaan
mereka. Lalu orang-orang Yahudi pulang. Sekarang perkara mematahkan kaki
Yesus seluruhnya berada di tangan Pilatus. Seperti telah kami terangkan, Pilatus
di dalam hatinya ingin menyelamatkan nyawa Yesus. Karena itu, adalah sangat
mungkin ketika mengirimkan pasukannya dia memberitahukan kepada kepala
pasukan tersebut akan maksudnya agar kaki Yesus jangan dipatahkan. Kaki
kedua penyamun dipatahkan, sedangkan kaki Yesus tidak. Yohanes
menggambarkan mengapa tidak dipatahkan kaki Yesus:

“Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang


pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan
Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia
telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya.” (Yohanes 19:32-33).

Interpretasi ini hanya oleh Yohanes dikemukakan. Dia sendiri tidak berada
di tempat tersebut ketika peristiwa itu terjadi. Karena itu kesaksiannya hanya
merupakan cerita burung, tak mengandung arti apa-apa. Apa lagi saksi lainnya
tidak tahu menahu tentang hal tersebut. Taruhlah kata-kata itu diucapkan oleh
beberapa prajurit, tidak jarang orang yang pingsan dikira mati. Ini kesalahannya
sendiri. Yang sebenarnya adalah, kalau ada seorang telah mengatakan yang
demikian, mungkin dia adalah kepada pasukan yang secara rahsia dibisiki oleh
Pilatus untuk mengalihkan perhatian prajurit-prajurit. Hal demikian ialah supaya
orang yang kurang mukhlis tidak jadi curiga lalu membuka rahasia. Bila kita
merenungkan cerita-cerita Injil secara seksama akan tampak dengan jelas
bahwa Pilatus membuat satu rencana yang matang untuk menyelamatkan
Yesus. Pada kesempatan itu dia dengan anak buahnya terpaksa melakukan satu
gerak tipu. Bagaimanapun, sesuai kesaksian Yohanes, kaki Yesus tidak
dipatahkan. Tiga saksi lainnya tidak mengatakan apa-apa tentang kisah ini.

Ketiga belas: Masalah keluarnya darah dan air dari pinggang/lambung


Yesus.

Tiga orang saksi tidakmengatakan apapun tentang kejadian ini. Tetapi


Yohanes mengatakan:

“Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan


tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.” (Yohanes 19:34).

Dari perbuatan prajurit ini tampak jelas bahwa dia meragukan kematian
Yesus dan dia, pada hakikatnya, tidak mengerti tentang tindakan kebijaksanaan
dan taktik Pilatus. Oleh karena itu ketika dia menikam lambung Yesus maka
keluarlah darah dan air. Adalah jelas keluarnya darah dan air dengan segera itu
menunjukkan adanya tanda hidup dan kuatnya degupan jantung.
Bagaimanapun, perbuatan prajurit itu menunjukkan bahwa Yesus sebenarnya
dalam keadaan pingsan, bukan mati. Inilah yang sebenarnya.

Keempat belas: Siapa yang mengangkat tubuh Yesus dan siapa yang
meletakkannya di dalam kubur?

1. Matius mengatakan:
“Dan Yusuf pun mengambil mayat itu, mengafaninya dengan kain lenan
yang putih bersih, lalu membaringkannya di dalam kuburnya yang baru,
yang digalinya di dalam bukit batu dan sesudah menggulingkan sebuah
batu besar ke pintu kubur itu, pergilah ia” (Matius 27:59-60).

2. Markus mengatakan:
“Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan
memberikan mayat itu kepada Yusuf. Yusuf pun membeli kain kafan,
kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengafaninya
dengan kain lenan itu. Lali ia membaringkan Dia di dalam kubur yang
digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu
kubur itu”. (Markus 15:45-46).

3. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan kain
lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali dalam bukit batu,
di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23:53).

4. Yohanes mengatakan:
“Yusuf dari Arimatea - ia murid tetapi sembunyi-sembunyi…lalu
menurunkan mayat itu, juga Nikodemus datang ke situ, dialah yang mula-
mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak
mur dengan minyak gaharu, lebih kurang lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain linen dan
membubuhkannya dengan rempah-rempah…karena hari itu hari
persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka
mereka meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:38-42).

Tiga saksi pertama menyatakan, hanya Yusuf Arimatea seorang diri


tampak mengangkat jenazahnya, mengafaninya, dan meletakkan ke dalam
kubur. Saksi paling belakang, Yohanes mengatakan, Nikodemus juga ikut
mengangkat jenazah, mengafani, dan meletakkannya dalam kubur.

Kelima belas: Siapakah Yusuf Arimatea itu?

1. Matius mengatakan tentang ini:


“Menjelang malam datanglah seorang kaya, orang Arimatea, yang
bernama Yusuf dan yang telah menjadi murid Yesus juga” (Matius 27:57).

2. Markus mengatakan:
“Karena itu Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang
terkemuka, yang juga menanti-nantikan kerajaan Allah, memberanikan diri
menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus” (Markus 15:43).

3. Lukas mengatakan:
“Adalah seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Besar, dan
seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan
tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi dan ia
menanti-nantikan Kerajaan Allah” (Lukas 23:50-51).

4. Yohanes mengatakan:
“Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus tetapi sembunyi-
sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi” (Yohanes 19:38).

Menurut Markus dan Lukas, Yusuf adalah anggota Majelis Musyarah


(Sanhedrin Yahudi) yang baik lagi adil. Menurut Yohanes, Yusuf adalah murid
Yesus juga, tetapi sembunyi-sembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi.
Matius mengatakan dia adalah murid Yesus juga dan terang-terangan.
Bagaimanapun bentuknya, pertanyaan yang timbul ialah, Yusuf Arimatea,
seorang yang karena takut dari orang-orang Yahudi tidak sanggup
memperlihatkan imannya. Dalam saat-saat gawat seperti itu, ketika semua murid
Yesus tidak mampu memperlihatkan kesetiaannya, bagaimana mungkin dia
berani mendatangi Pilatus dan meminta kepadanya supaya menyerahkan mayat
Yesus. Keterangan ini tampaknya tidak masuk akal. Cukup mengherankan
bahwa Pilatus tidak bertanya, apa hubungannya dengan Yesus dan mengapa
meminta mayatnya, malahan segera menyerahkan mayat kepadanya. Cukup
dari satu kejadian ini saja orang-orang Kristen, kalau mau berpikir, akan
mengetahui bahwa segalanya ini adalah hasil dan buah dari rencana matang
dan rancangan rapi yang diciptakan oleh Pilatus. Adalah pilihan yang tepat
menyerahkan jasad Yesus kepada seorang pengikut Yesus yang tak dikenal.
Dengan dorongan dari Pilatus dia berani mengambil tindakan tepat dan cepat
melaksanakan rencana itu.

Keenam belas: Siapa yang menggali kubur Yesus dan di mana?

1. Yohanes mengatakan:
“Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam
taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah
dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi,
sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka (Yusuf dan
Nikodemus) meletakkan mayat Yesus ke situ” (Yohanes 19:41-43).

2. Lukas mengatakan:
“Dan sesudah ia (Yusuf) menurunkan mayat itu, ia mengafaninya dengan
kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam
bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan mayat” (Lukas 23;53).

3. Markus mengatakan:
“Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus
dari salib dan mengafaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan
Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian
digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu” (Markus 15:46).

4. Matius mengatakan:
“Yusuf membawa mayat…. dan letakkan dalam cadar diletakkan dalam
kubur baru yang digali dalam batu” (Matius 27:59,60).
Tiga saksi tidak menyebutkan sama sekali, kubur itu digali atas perintah
siapa. Malahan dalam bagian akhir keterangan Lukas diisyaratkan seolah-olah
kubur itu sudah ada sejak lama. Tetapi untung ada keterangan Matius yang
layak mendapat pujian secara blak-blakan mengatakan bahwa Yusuf Arimatea
telah menyuruh orang menggali kubur itu.

Keterangan-keterangan tersebut mengandung petunjuk-petunjuk penting


seperti di bawah ini:

1. Taman tempat kubur itu berada terletak dekat tempat penyaliban


dilakukan.
2. Digali di batu, yaitu tempat yang luas.
3. Kubur itu belum pernah diisi oleh sesiapa pun, berarti udara di situ bersih,
tidak tercemar.
4. Baru saja digali.
5. Digali sengaja atas perintah Yusuf Arimatea.

Apabila kelima butir tersebut di atas ditambah dengan keterangan bahwa


Nikodemus yang telah menjadi mitra Yusuf Arimatea dalam pertualangan ini
pergi mendapatkan Yesus malam sebelum penyaliban dilaksanakan (Yohanes
19:39), dan mengingat bahwa Yesus sendiri tahu tentang upaya ini, masalahnya
menjadi terang seperti siang hari bolong. Kalau ada orang merenungkan secara
adil semua hal tersebut, ia akan mengakui bahwa, untuk menyukseskan
rencananya, Pilatus membekali Yusuf dan Nikodemus denan segala yang perlu
untuk kerjasama. Keduanya menyimpan sejak dini rempah-rempah dan
sebagainya yang diperlukan. Pilatus berhasil dengan baik dan Yesus segera
pulih dari keadaan pingsannya pada waktu yang tepat dan diselamatkan dari
bahaya maut.

Ketujuh belas: Dimana perempuan-perempuan berada ketika Yesus


diletakkan dalam kubur?

1. Matius mengatakan:
“Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal di situ duduk di
depan kubur itu” (Matius 27:61).

2. Markus mengatakan:
“Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat di mana Yesus
dibaringkan” (Markus 15:47).

3. Lukas mengatakan:
“dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus
dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana
mayatNya dibaringkan” (Lukas 23:55).

4. Yohanes dalam hal ini diam seribu bahasa.


Terdapat lagi perbedaan yang cukup mencolok dalam cerita-cerita ketiga
saksi. Matius dan Markus menyebut dua wanita yang kedua-duanya bernama
Maria. Lukas mengatakan, semua perempuan Galilea yang ada, hadir di sana.
Terdapat perselisihan pula tentang “duduk dalam kubur” dan “melihat di mana
diletakkan.”

Kedelapan belas: Cerita tentang permintaan menjaga kubur.

Matius mengatakan, orang-orang Yahudi datang ke Pilatus dan


mengatakan:

“Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidupNya berkata:


Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk
menjaga kubur itu sampai hari ketiga; jikalau tidak, murid-muridnya
mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia
telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir
akan lebih buruk akibatnya dari pada yang ppertama.” Kata Pilatus
kepada mereka: “Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu
sebaik-baiknya” (Matius 27:63-65).

Selain Matius tak seorangpun merekam kejadian ini. Diamnya tiga orang
saksi mengenai satu kejadian yang begitu penting merupakan salah satu rahasia
Injil. Bagaimanapun dari cerita ini telah menjadi jelas bahwa Pilatus telah
memandang remeh permintaan orang-orang Yahudi tersebut. Dia mengatakan:
“Pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya” (Matius 27:65). Jawaban Pilatus ini
jelas menunjukkan bahwa dia mentertawakan tingkah laku orang-orang Yahudi
itu karena mereka datang hari kedua sesudah peristiwa itu, bahkan sesudah hari
Sabat berlalu, sedang jasad Yesus sudah tidak lagi di situ.

Kesembilan belas: Siapa yang paling dahulu datang ke kubur Yesus,


mengapa dan bila?

Cerita-cerita Injil mengenai kisah ini amat berbeda-beda:

1. Matius mengatakan:
“Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsing fajar pada hari pertama
minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok
kubur itu” (Matius 28:1).

2. Markus mengatakan:
“Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta
Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki
Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah
matahari terbit, pergilah mereka ke kubur” (Markus 16:1-2).
3. Lukas mengatakan:
“Tetapi pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke
kubur membawa rempar-rempah yang telah disediakan mereka” (Lukas
24:1).

4. Yohanes mengatakan:
“Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap,
pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah
diambil dari kubur” (Yohanes 20:1).

Dari cerita-cerita ini muncul kejelasan-kejelasan di bawah ini:

1. Orang pertama yang datang di kuburan hanya Maria Magdalena. Ini


menurut keterangan Yohanes. Menurut Lukas, yang pertama datang ke
kuburan adalah perempuan-perempuan Galilea bersama kaum laki-laki.
Menurut Markus yang pertama-tama datang adalah Maria ibunya James,
Salome, dan Maria Magdalena; mereka datang bersama-sama. Jelas
bahwa pertentangan keterangan ini tidak mungkin dapat dikompromikan.
2. Menurut Matius, dua perempuan datang hanya untuk “melihat-lihat”,
sedang menurut Markus dan Lukas mereka datang untuk membalsam
Yesus dengan rempah-rempah. Adapun Yohanes tidak mengambil pusing
tentang soal kedatangan tersebut.
3. Keterangan tentang waktu kedatangan juga terdapat pertentangan.
Yohanes mengatakan: “Pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap.” Markus
mengatakan: ‘Pagi-pagi benar…Setelah matahari terbit.” Singkatnya
tentang siapa yang datang lebih dulu ke keubur, maksud kedatangan
mereka, dan tentang waktu kedatangan tersebut terdapat pertentangan
cerita yang cukup mencolok.

Pengkianatan Para Pendeta Hindustan.

Dalam Injil bahasa Arab, Lukas 24:1 disebutkan bahwa bersama-


sama perempuan-perempuan Galilea ada pula laki-laki. Hari saat saya sedang
menterjemahkan makalah ini dari bahawa Arab ke bahasa Urdu, saya lihat
dalam Lukas (cetakan 1908) sebutan “laki-laki” di Lukas 24:1 itu dihilangkan.*).
Saya pikir, barangkali sebutan tersebut adalah tambahan dalam Bahasa Arab.
Saya periksa Injil bahasa Inggeris di sana tertera kata-kata tersebut itu seperti
ini: “and certain others with them.” Dalam bahasa Ibrani juga kata-kata itu tertera
perempuan bersama laki-laki. Kecuali bahasa Urdu dalam bahasa-bahasa Arab,
Inggris, dan Ibrani jelas ada tercantum bahwa orang-orang lain juga pergi ke
kubur bersama perempuan-perempuan Galilea. Dalam penterjemah ke bahasa
Urdu para pendeta melakukan pengkhianatan yang patut disesalkan. Semoga
Tuhan memimpin mereka ke jalan yang benar.

Kedua puluh: Apa yang terjadi setelah orang pertama datang ke kubur?
Cerita panjang diuraikan dalam Yohanes 20:1-10, Injil Lukas 24:2-7, Injil
Markus 16:3-7 dan Matius 28:1-7. Kalau rujukan-rujukan itu kita kutip kata demi
kata, karangan ini akan jauh membengkak dan disitu sarat dengan pertentangan.
Saya ingin meminta perhatian para pembaca lebih dahulu terhadap keterangan
Yohanes. Dia mengatakan tentang murid-murid Yesus:

“Sebab selama ini mereka belum mengerti isi kitab Suci yang
mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati” (Yohanes
20:9).

Keterangan ini membantah seluruh keterangan dan cerita yang kemudian


dinisbahkan kepada Yesus bahwa Dia mengatakan: “Aku akan bangkit” (Matius
27:63). Begitu pula keterangan-keterangan itu bertentangan dengan dalil-dalil
kitab-kitab Injil yang dipakai untuk membuktikan bahwa Yesus hidup kembali.
Yesus tidak pernah mengatakan yang demikian kepada murid-muridnya.
Sekiranya dia mengatakan kepada mereka, niscaya mereka menunggu-nunggu
untuk melihatnya hidup kembali (karena kematian Yesus di kayu salib tidak
ditakdirkan, maka dengan sendirinya tidak timbul soal kehidupannya kembali).

Sesudah itu saya akan menyinggung satu saja dari pertentangan-


pertentangan itu.

Yohanes mengatakan bahwa Maria Magdalena pergi berlari


memberitahukan kepada Petrus dan murid-murid khusus Yesus. Di situ dia tidak
melihat malaikat dan tidak pula yang lainnya. Ini pertama kali. Yang keduanya
dia melihat kubur itu ada dua malaikat, yang satu dekat kepada dan yang satu
lagi dekat kaki Yesus. Dalam Lukas kita dapatkan keterangan bahwa
perempuan-perempuan Galilea itu masuk dalam kubur itu dan melihat di situ dua
laki-laki berpakaian putih-putih. Dua laki-laki ini tidak memberikan pesan apa-apa
kepada perempuan-perempuan itu untuk murid-murid Yesus. Akan tetapi
kesaksian yang diberikan Markus ialah, perempuan-perempuan itu melihat satu
pemuda duduk sebelah kanan dia dan dia mengatakan kepada mereka, pergilah
dan katakan kepada para murid supaya mereka pergi ke Galilea. Matius
mengatakan, dua perempuan yang bernama Maria itu melihat gempa bumi
dahsyat dan melihat satu malaikat sedang turun yang menyuruh mereka
mengatakan kepada murid bahwa Yesus akan berada di Galilea sebelum
mereka. Inilah ringkasan pertentangan itu. Tidak ada tempat untuk keterangan
lebih rinci.

Kedua puluh satu: Apakah perempuan-perempuan itu atau para malaikat


menyampaikan pesan-pesan malaikat kepada murid-murid itu?

Matius dan Yohanes tidak menyebutkan tentang perempuan-perempuan


menyampaikan berita kejadian tadi kepada murid-murid Yesus. Markus dan
Lukas memberkan keterangan yang saling bertentangan.
“Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar
kebun anggur itu” (Markus 12:8).

Tetapi Lukas mengatakan:

“Dan setelah mereka kembali dari kubur, mereka menceritakan semuanya


itu kepada kesebelas murid dan kepada semua saudara yang lain” (Lukas 24:9).

Kedua puluh dua: Kepada siapa dan bagaimana pertama kali Yesus
menampakkan diri?

Menurut Markus pertama-tama Yesus tampak pada Maryam Magdalena.

“Setelah Yesus bangkit pada pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia
mula-mula menampakkan diriNya kepada Maria Magdalena. Dari padanya
Yesus pernah mengusir tujuh setan” (Markus 16:9). Yohanes mendukung
Markus (Yohanes 20:13-17).

Keterangan Lukas sebaliknya. Lukas mengatakan, murid-murid Yesus


yang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Emaus kepada mereka mula-mula
Yesus muncul dan dalam percakapan bersama-sama murid-murid mengatakan:

“Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati,
bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi
Dia tidak mereka lihat” (Lukas 24:24).

Mungkinkah pertentangan keterangan ini dikompromikan?

Kedua puluh tiga: Apakah para murid mempercayai kabar bahwa Yesus
bangkit hari ketiga?

Yohanes dan Matius tidak menyebutkan apa-apa tentang masalah ini.


Markus mengatakan bahwa para murid itu dua kali menolak kebenaran berita itu
(Markus 16:11-13). Lukas memberikan kesaksian dalam kata-kata:

“…tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan omong-omong


kosong dan mereka tidak percaya” (Lukas 24:11).

Pembaca yang saya hormati! Pertentangan-pertentangan yang mencolok


hanya menyangkut satu kejadian menunjukkan bahwa keterangan-keterangan
itu bukan dari Allah Taala. “Kesaksian-kesaksian” yang dikemukakan oleh para
saksi bukan saja dipercayai oleh orang-orang Kristen, bahkan mereka bersikeras
membuat orang-orang lain juga mempercayainya. Kesaksian-kesaksian itu tidak
diletakkan atas dasar kenyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya. Tidak
akan ada seorang hakim yang adil di dunia ini dapat menerima keterangan-
keterangan ini dan menjadikannya dasar menjatuhkan keputusan. Jelas,
keterangan-keterangan itu salah. Adapun kebenaran itu jelas, sedangkan
pengakuan (claim) orang-orang Kristen itu palsu.

PERCAKAPAN BERSAMA TENTANG DALIL-DALIL ITU


(TANYA JAWAB)

Sekarang saya mengemukakan ringkasan percakapan yang terjadi


mengenai dalil-dalil ini antara saya dan bapak-bapak pendeta, seperti berikut.

Kristen: Anda katakan Yesus digantung di kayu salib tapi tidak mati.
Kalau ini benar, apa arti ayat Qur’an ini (tulisan arab) (Artinya: “Dia tidak dibunuh
dan tidak disalib.”) Selain itu kepercayaan Anda ini bertentangan dengan
pendapat mayoritas umat Islam yang mempercayai Yesus tidak pernah
dinaikkan di kayu salib sama sekali.

Ahmadi: Kita sudah bersepakat bahwa perdebatan ini akan


dilangsungkan berdasarkan Bibel. Karena itu, Anda tak berhak mencampur-
adukkan materi perdebatan. Harus diingat bahwa arti (tulisan arab) ialah orang-
orang Yahudi tak pernah berhasil membunuh Almasih melalui palang salib.
Qur’an dan kamus-kamus bahasa mendukung arti tersebut. Di dalam surah
Yusuf dikatakan:

(tulisan arab)

Artinya: “Satu di antara kamu akan memberi minum khamar kepada


Tuhannya, yang satu ‘lagi akan disalib” (Fa yuslabu).

Dalam ayat ini kata “Fa yuslabu” hanya berarti “dia akan mati di kayu
salib”. Dalam kamus “Taj Al-‘Arus” dikatakan:

(tulisan arab).

Artinya: Salib artinya qaji: Dalam “Sehah” dikatakan Arti salib sungsum.
Orang yang disalib dinamakan “maslub” karena sungsumnya mengalir,
“salb” adalah cara membunuh yang dikenal umum.’ Karena sungsum dan
nanah keluar dari tubuh orang yang disalib (Periksa “lane” dan Aqrabul
Mawarid”).

Singkatnya, Qur’an membantah kematian Almasih melalui salib atau


pembunuhan, dan menegaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Kristen hanya
mengikuti persangkaan belaka. Di mata mereka Almasih dibuat menyerupai
orang disalib atau terbunuh. Mereka tidak punya bukti yang meyakinkan bahwa
dia terbunuh. Qur’an telah menegaskan bahwa orang-orang Yahudi telah
berusaha membunuh Almasih, namun gagal dan hal ini saya telah memberikan
bukti-buktinya menurut Bibel. Adapun yang Anda katakan, mayoritas orang Islam
memahami pengertian yang berbeda, apakah maksud Anda membangkitkan
perasaan orang-orang Islam dari perbedaan pendapat dalam umat Islam untuk
menarik suatu keuntungan? Harus diingat, para hadirin di sini bukanlah orang-
orang awam yang polos yang tidak mengerti iktikad Anda yang tidak baik. Saya
ingin menganjurkan sebaiknya Anda tidak berusaha memasuki pintu ini.
Hendaknya menjadi jelas bagi Anda, masalah yang kita bicarakan hari ini adalah:
“Apakah Almasih mati disalib?” Umat Islam seluruhnya sepakat meyakini bahwa
Almasih tidak mati disalib. Tinggal silang pendapat tentang bagaimana dia
selamat dari maut di salib. Ada yang berpengertian dia ditinggikan ke langit dan
tangan-tangan orang Yahudi tak menyentuhnya dan tak pernah ke tiang salib
dan tidak pula mati. Menurut Qur’an dengan nash-nash yang jelas, Almasih
memikul derita di jalan Allah dan orang-orang Yahudi mau membunuhnya, lalu
mencoba dengan segala cara yang mungkin ditempuh. Tetapi Almasih tidak mati
disalib. Tentang ini telah kami kemukakan butki-bukti yang kuat. Kalau Almasih
terbukti tidak mati di kayu salib, hanya sekadar sempat dinaikkan di kayu salib,
tidak akan memberi faedah apa-apa kepada umat Kristen. Kepercayaan
penebusan dosa dan kematian di kayu salib akan hancur berkeping-keping. Itu
merupakan tantangan kepada orang-orang Kristen untuk mencoba mematahkan
dalil-dalil yang saya kemukakan itu.

Kristen: Tanda Nabi Yunus dan tanda Almasih keserupaan, keduanya


bukan dalam arti hidup dalam perut ikan dan dalam kubur melainkan karena
keserupaan tiga hari tiga malam.

Ahmadi: Keserupaan yang Anda akui tidak pula menjadi genap karena
Yesus menurut kepercayaan (akidah) Anda Yesus tinggal dalam kubur cuma
satu hari, bukan tiga hari dan dua malam; bukan pula tiga malam. Dengan itu
tanda Yesus yang unik itu menjadi gugur. Apakah ada kemungkinan bagi
seorang Kristen untuk membuktikan bahwa Yesus tinggal dalam kubur selama
tiga hari tiga malam?

Kristen: Orang Yahudi juga tidak mengatakan bahwa Yesus dalam


keadaan pingsan dan tidak pula terdapat data dalam pemerintah Romawi
mengenai kenyataan itu.

Ahmadi: Kalau orang Yahudi mengatakan begitu maka anggapan mereka


bahwa Yesus itu pendusta dan terkutuk akan batal. Begitu pula sekiranya Pilatus
berterus terang mengatakan Yesus masih hidup, dia berarti menelanjangi diri
sendiri dan bisa dituntut sebagai pelaku kejahatan oleh penguasa. Maka tidak
aneh kalau pengakuan Yahudi dan keterangan Pilatus tidak bertentangan.
Bahkan ini pun hanya dapat dipercaya apabila keterangan-keterangan itu utuh
dan terpelihara. Saya tegaskan bahwa keterangan yang berasal dari orang-
orang Yahudi tidak dapat dijadikan dalil tentang Yesus. Dapatkan orang berakal
sehat menjadikan pernyataan dari seorang musuh sebagai pernyataan resmi
terhadap musuh yang lainnya mengenai suatu kenyataan? Apabila Anda mau
mempercayai keterangan orang-orang Yahudi, Anda harus mempercayai
pengakuan orang-orang Yahudi itu yang mengatakan bahwa murid Yesus telah
mencuri mayat Yesus (Matius 28:13-15). Anda juga tahu tentang apa yang
dikatakan orang Yahudi mengenai kelahiran Yesus. Maukah Anda
mempercayainya?

Kristen: Murid-murid Yesus telah dibunuh dan ditimpa siksaan-siksaan


yang paling keras. Apakah mereka mengelabui mata orang dengan mengatakan,
Yesus mati disalib lalu hidup kembali?

Ahmadi: Murid-murid itu disiksa karena mempercayai Yesus, ini bukan


masalah baru. Semua orang yang beriman masa permulaan dihadapkan pada
kesusahan-kesusahan berat yang bisa membuat besi sekali pun meleleh dan
membuat hati teriris.

Adapun perihal mereka beriman kepada penyaliban Yesus, itu


dikarenakan orang polos dan lugu, seperti yang diutarakan oleh juru tafsir
Matius. Karena mereka tidak berada di tempat waktu terjadi peristiwa salib dan
mereka orang-orang lemah, maka mereka mmpercayai propaganda orang-orang
Yahudi. Tetapi orang-orang cerdik dan pandai seperti Paulus, mereka
merancang gambaran dan memberi keterangan lain lagi baru tentang peristiwa
penyaliban Yesus.

Kristen: Kalau Yesus dalam keadaan pingsan, bagaimana dia bisa keluar
dari kubur, padahal kubur itu ditutup oleh sebuah batu besar?

Ahmadi: Saya tidak mengatakan dia keluar sendiri, melainkan


berdasarkan petunjuk, Yusuf Arimatea dan Nikodemus yang mengeluarkannya.
Yesus dibuat siuman kembali berkat ramuan rempah-rempah dan kedua orang
inilah yang saling membantu dan kerjasama menyukseskan rencana Pilatus.
Kuburnya cukup luas, bisa muat empat sampai lima orang. Saya sendiri pernah
melihatnya.

Kristen: Orang-orang Yahudi meminta supaya pemerintah menempatkan


laskarnya menjaga kubur Yesus. Kalau penjaga juga ada, bagaimana Yesus bisa
keluar?

Ahmadi: Orang-orang Yahudi mengajukan permintaan penjagaan kubur


sesudah hari Sabtu. Malam dan siang hari Sabtu sudah cukup lama untuk
menyelesaikan segala urusan. Dua orang murid Yesus yang setia, atas isyarat
dari Pilatus, memanfaatkan sebaik-baiknya kesempatan itu. Karena itulah
permintaan orang-orang Yahudi itu segera diterima baik oleh Pilatus. Dengan
berpura-pura baik ia kata mereka mempersilahkan mereka pergi dan menjaga
sebaik mungkin. Dalam pikiran, dia mentertawakan kebodohan mereka.

Kristen: Dalam Injil disebutkan, Yesus telah bangkit di antara orang mati.
Kepala pasukan memberi kesaksian atas kematiannya.
Ahmadi: Tentang kesaksian kepala pasukan banyak sekali pertentangan.
Saya baru saja menjelaskan tentang hakikat kesaksiannya itu. Adapun Paulus
dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa dia bangkit di tengah-tengah orang
mati sekali-kali bukan bukti. Kita memerlukan bukti yang jelas dan berlandaskan
fakta-fakta sejarah. Perkataan-perkataan ini ditafsirkan dalam artian “penderitaan
keras” seperti dikatakan oleh Paulus bahwa ia “mati setiap hari.”

Kristen: Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya selama empat


puluh hari dan memperlihatkannya kepada mereka. Bagaimana Anda dapat
menolak kematiannya di kayu salib?

Ahmadi: Kalau Yesus menampakkan diri dalam mimpi mereka, itu tidak
dapat dipercaya. Kalau dalam kenyataan, ini membuktikan bahwa memang dia
tetap hidup ketika diturunkan dari tiang salib. Apalagi jika Injil itu penuh dengan
ketidakkonsekuenan.

Kristen: Kami tidak mengatakan Injil itu seluruhnya, seperti yang ada
sekarang, dari Tuhan. Kepercayaan kami ialah, penulis-penulis Injil menulis Injil
dalam lingkungan hidup mereka masing-masing dan memperhatikan tujuan
masing-masing. Karena itu terdapat pertentangan-pertentangan dalam
keterangan-keterangan mereka. Setiap orang di antara mereka memenuhi
maksud khusus yang disesuaikan dengan kejadian yang disebutnya.

Ahmadi: Kalau begitu keterangan-keterangan Injil tidak ada yang dapat


dipercayai. Mengenai satu kejadian saja begitu banyak pertentangan. Hal itu
menunjukkan bukti bahwa cerita-cerita itu tidak murni. Satu-satunya jalan keluar
untuk mengatasi dan menyelesaikan pertentangan ini adalah apa yang saya
sampaikan itu. Anda tidak perlu mempercayai kematian Tuhan di kayu salib.

Kristen: Kami tidak mengatakan yang dibunuh itu Tuhan. Yesus disalib
selaku seorang manusia.

Ahmadi: Kalau yang dibunuh itu manusia, maka yang menjadi penebus
dosa Bani Adam pun adalah manusia juga. Dalam keadaan seperti itu tidak perlu
sama sekali Tuhan menjelma selaku manusia, merubah diri menjadi manusia
yang amat lemah. Saya menegaskan, hakikat yang sebenarnya adalah, Almasih
tidak mati disalib. Dapatkah penulin Injil memberikan kesaksian bahwa dia
melihat sendiri Yesus telah mati di tiang salib? Adapun kesaksian Paulus, sedikit
pun tidak akan memberi faedah. Dia tidak termasuk murid Yesus, tidak pula
menyaksikan kejadian salib itu sendiri. Karena itu, kata-katanya tidak dapat
dibenarkan, karena cerita itu kabar angin. Paulus menyimpan satu tujuan dalam
keterangannya itu. Dia ingin menanam akidah kematian Yesus di kayu salib
sebagai penebusan dosa, kemudian dijadikan alat digunakan sebagai dalil
ketuhanan Yesus.
Kristen: Dalam sebuah surat Paulus dikatakan, tanpa penumpahan darah
ampunan tidak mungkin tercapai.

Ahmadi: Ini adalah perkataan Paulus. Allah Taala menghendaki, “Bukan


kurbanan tetapi kasih saying yang Kukehendaki” (Hosea). Meskipun begitu,
kalau kita menerima perkataan Paulus, apa buktinya bahwa Yesus mati disalib.
Adalah kewajiban Anda membuktikan bahwa Yesus mati disalib. Sesudah itu
harus memberi tafsiran dan penjelasan tentang kematiannya. Saya telah
buktikan bahwa berdasarkan Bibel Yesus tidak mati disalib.

Kristen: Kalau Yesus tidak mati disalib, penyebaran ajaran kami (tabligh)
berarti sia-sia dan musibah-musibah yang kami pikul tidak berarti apa-apa dan
percuma. Apa gunanya kami meninggalkan kampung halaman menjadi penginjil
menyebarkan agama Kristen?

Ahmadi: Apapun adanya, tabligh Anda berarti atau tidak punya arti apa-
apa, Almasih a.s. sekali-kali tidak mati disalib. Dalil-dalil yang saya kemukakan
merupakan bukti yang nyata. Petunjuk Ilahi:

“Dia tidak dibunuh secara pasti” terbukti benar dan mazhab Kristen yang
sekarang batal dan palsu. Kata akhir ialah, segala puji bagi Allah, Tuhan
seru sekalian alam!

Anda mungkin juga menyukai