JAKARTA
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 38/2012
VOL. 1
SELUBUN
G
BANGUNA
N
Pemerintah
Provinsi DKI
Jakarta
HONGARIA
P E R S YA R ATA N P E R AT U R A N
1 C A K U P A N 7
2 P E R S Y A R A T A N P E R A T U R A N8
3 P E N J E L A S A N P E R A T U R A N9
4 P R I N S I P - P R I N S I P D I S A I N
13
Perpindahan Panas melalui Selubung Bangunan 13
Bentuk dan Orientasi Bangunan 15
Luas Jendela 17
Material Kaca 17
Peneduh Eksternal 18
Reflektor Cahaya (Lightshelf ) 22
Peneduh Internal 24
Dinding 25
Atap 26
Infiltrasi 29
LAMPIR AN 33
Selubung Bangunan:
Pendahuluan
F U N G S I S E L U B U
N GB A N G U N A N
Selubung bangunan terdiri dari komponen tak tembus cahaya
(misalnya dinding) dan sistem fenestrasi atau komponen tembus
cahaya (misalnya jendela) yang memisahkan interior bangunan
dari lingkungan luar. Selubung bangunan memberikan
perlindungan terhadap pengaruh lingkungan luar yang tidak
dikehendaki seperti panas, radiasi, angin, hujan, kebisingan,
polusi dll. Selubung bangunan memiliki peran penting dalam
mengurangi konsumsi energi untuk pendinginan dan
pencahayaan. Pada bangunan gedung bertingkat menengah dan
tinggi, luas dinding jauh lebih besar daripada luas atap. Oleh
karena itu, perancangan selubung bangunan vertikal, terutama
jendela, harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari
masuknya panas ke dalam bangunan secara belebihan.
R I N C I A N K O N S U
M S I E N E R G I
2
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
3
G A M B A R . 0 1
Rincian Konsumsi
Energi 10
0
13 6%
untuk Berbagai 17 16 14
Tipe % % % 22
%
Pemakaian Energi
Bangunan 8
0 3% 14 5% 4% %
1
Pendingin 15 %
16 27
6 22 25
Ruangan 0 % % %
% %
Pencahayaa 4
0
n
(%)
65
% 57 57 55
2 % % % 47
Lift 0 %
0
Lainny Hote Rumah Pusat Gedung Gedung
a l Sakit Perbelanjaan Perkantoran Pemerintahan
G A M B A R . 0 2
Rincian Beban Pendinginan
untuk Tipikal Hunian
Bangunan 8%
Kantor
Jakarta2 Peralatan
23%
Jendel
Peneranga a
n 6% 60%
Dinding
3%
SELUBUNG BANG U
1
Japan International Cooperation Agency (JICA).2009. A Study of Electricity Use in
Multiple Jakarta Buildings.
NAN
4
T R E NK O N S T R U K S I
2
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
5
NAN
G A M B A R .0 4
Kantor dengan Konstruksi
Dinding Tirai
Kaca dengan
Tirai/Gorden yang
Ditutup Sepenuhnya
dan Lampu yang
Menyala
P O T E N S I P E N G H E M
A T A NE N E R G I
Sebagaimana dinyatakan di atas, selubung bangunan dapat memiliki
dampak besar terhadap total konsumsi energi karena dapat
mempengaruhi beban pendinginan secara signifi an, terutama karena
pengendalian perolehan radiasi panas melalui jendela, dan pemanfaatan
pencahayaan alami.
Gabungan strategi desain pasif memiliki potensi penghematan energi
sekitar 31% pada bangunan kantor. Ini dapat dicapai melalui rancangan
selubung bangunan yang mencakup penggunaan peneduh (shading),
pengaturan luasan rasio bukaan jendela terhadap dinding (Window to
Wall Ratio - WWR), pemilihan kaca dengan koefi peneduh
(shading coeffi t) yang rendah dan pemanfaatan cahaya
alami untuk pencahayaan dalam ruang.
G A M B A R . 0 5
Potensi Rincian Konsumsi Energi Kantor
Penghematan Tipikal
Energi dari HVAC
Lainnya
dan Pencahayaan
Lift 14%
Tipikal Gedung
Perkantoran di 4% AC + Penerangan
Jakarta Melalui 38%
Plug Load
Strategi Desain
14%
Pasif3
Potensi Penghematan
31%
WWR
Peneduh 10,1%
3
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
NAN
5
6
Secara lebih rinci, hasil studi simulasi yang menunjukkan potensi
penghematan energi melalui desain pasif yang mencakup
pengurangan luas jendela, penggunaan peneduh (shading)
eksternal, dan penggunaan kaca dengan koefi peneduh (shading
coeffi t) yang lebih baik (nilai SC rendah) dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
3
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
7
SELUBUNG BANG U
4
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy Efficiency
Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
NAN
8
01 cakupan
Kriteria Overall Thermal Transfer Value (OTTV) untuk
mengevaluasi kinerja termal selubung bangunan telah
digunakan dalam Peraturan Gubernur No. 38 ini. Meskipun
metoda ini cukup baik untuk mengukur kinerja termal selubung
bangunan, OTTV memiliki beberapa keterbatasan.
7
02 persyaratan peraturan
M E N G A C U P A D A
P A S A L
6
8
03 penjelasan peraturan
Overall Thermal Transfer Value (OTTV) adalah ukuran perolehan
panas eksternal yang ditransmisikan melalui satuan luas
selubung bangunan (W/m2). Transmisi radiasi matahari melalui
jendela umumnya jauh lebih besar daripada melalui dinding.
Oleh karena itu,
perencanaan dan perancangan jendela harus dilakukan secara hati-hati
untuk menghindari perolehan panas yang berlebihan melalui
pengaturan orientasi, luas bukaan jendela, penentuan spesifi asi kaca
(shading
coeffi t) dan penggunaan peneduh eksternal.
P E R H I T U N G A N O T T V
OTTV =
∝[(Uw x (1-WWR)] x TDek + (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR x
(1)
∆T )
A
(OTTVu x Au) + (OTTVt x At) + (OTTVs x As) +
(2) OTTVtotal
(OTTVb x Ab)
=
(Au + At + As + Ab)
0 1
Luas Faktor Total Rasio Nilai-
No. E L E V A S I Façad Penyerapa Luas Jendela dan (1-WWR) U Tdeq OTTV A*OTTV
e n Bukaan DInding (Uw)
(A) m2 Matahari (α) (m2) (WWR) w/m2k
Dinding Utara
Dinding Selatan
Dinding Barat
Dinding Timur
AT UR A N
9
TOTAL LUAS
1
0
S H E E T . Konduksi Panas Melalui Jendela
0 2
Luas Total Rasio Nilai-
No. E L E V A S I Façad Luas Jendela dan U ∆T OTTV A*OTTV
e Bukaan Dinding (Uw)
(A) m2 (m2) (WWR) w/m2k
Dinding Utara
Dinding Selatan
Dinding Barat
Dinding Timur
TOTAL LUAS
TOTAL LUAS
S H E E T . Rangkuman
0 4
TOTAL LUAS
Catatan: Nilai façade bangunan (total luas bukaan, rasio jendela terhadap
dinding dan Nilai-U) ditentukan oleh geometri bangunan dan sifat
termal dari bahan bangunan. Nilai Faktor Penyerapan Matahari
(Solar Absorption
Factor) (α), TDek, ∆T, dan Faktor Matahari (Solar Factor) (SF) diambil dari
tabel SNI 03-6389.
SHGC = SC x 0,86.
11
PERHITUNG OTTV dapat dihitung dengan menggunakan formula yang
ANOT T V SE dijelaskan secara rinci di dalam SNI 03-6389. Namun demikian,
CARA perhitungan OTTV dengan menggunakan formula tersebut
GRAFIK tidak mudah untuk dilakukan dan diperiksa untuk pembuktian
nantinya.
Oleh karena itu, dua metode alternatif telah tersedia untuk menghitung
OTTV secara lebih mudah. Alternatif pertama adalah dengan
menggunakan “Kalkulator OTTV” dalam bentuk spreadsheet yang
tersedia pada website DPK (Dinas Penataan Kota) DKI Jakarta.
Kalkulator OTTV ini harus dilengkapi dan diserahkan untuk memenuhi
salah satu syarat permohonan ijin bangunan.
1
2
SELUBUNG BANG UNAN
AT UR A N
5
Ibnu Saud, 2012. Tesis yang tidak diterbitkan, Departemen
Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada.
13
G A M B A R . 0 6
Nilai OTTV untuk WWR Dinding Utara WWR Dinding Timur Laut
Berbagai WWR dan (0o) (45o)
SHGC dan Delapan 160 160
Orientasi Utama 150 150 WWR
140 140 70%
130
WWR 130 65%
120 70% 120 60%
65% 55%
110 60% 110 50%
100 55% 100 45%
50% 40%
90 45% 90
35%
(W/m2)
(W/m2)
80 40% 80
OTTV
OTTV
35% 30%
70 70
30% 25%
60 25% 60
20%
50 20% 50
15%
40 15% 40 10%
30 10% 30 5%
5%
20 20
10 10
0% 0%
0 0
0,2 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9
3 4 5 6 7 8 0, 3 4 5 6 7 8
2
SHGC SHGC
(W/m2)
80 80 60%
35%
OTTV
OTTV
55%
70 30% 70 50%
60 25% 60 45%
50 50 40%
20% 35%
40 15% 40 30%
30 30 25%
10%
20 20 20%
15%
10%
5%
10 10 5
0% %
0%
0 0
0,2 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9
3 4 5 6 7 8 0, 3 4 5 6 7 8
2
SHGC SHGC
(W/m2)
80 70% 80 45%
OTTV
OTTV
65%
70 60% 70 40%
55% 35%
60 50% 60
45% 30%
50 40% 50 25%
35%
40 30% 40 20%
30 25% 30 15%
20% 10%
20 15% 20
10% 5%
10 5% 10
0 0 0%
0%
0,2 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9
3 4 5 6 7 8 0, 3 4 5 6 7 8
2
SHGC SHGC
lihat WWR Dinding
30
20
pada Barat (270o) WWR
70%
160
65%
150
60%
SELUBUNG BANG UNAN PENJELASAN PER
140
55%
130
50%
120
45%
110
40%
100
35%
90
30%
(W/m2)
80
OTTV
70 25%
60 20%
1
AT UR A N
4
WWR Dinding Barat Laut (315o)
160
150 WWR
140 70%
130 65%
120 60%
55%
110
50%
100
45%
90
40%
(W/m2)
80
35%
OTTV
70
30%
60 25%
50 20%
40
15%
30
10%
20
5%
bagian Lampiran. 10 10
5%
0 0% 0 0%
0,2 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,9
3 4 5 6 7 8 0, 3 4 5 6 7 8
2
SHGC SHGC
15
Untuk memberikan gambaran penerapan metoda grafi guna
memenuhi peraturan yang ada, contoh perhitungan WWR untuk
setiap orientasi dengan menggunakan ilustrasi bangunan
sederhana persegi panjang
20 m x 40 m diuraikan di bawah:
WWR
Utara?
Jendela = 8 mm
kaca
WWR WWR tunggal
20
Barat Timur SHGC = 0,7
m
0% 10% Nilai U =
5,2 Dinding
Masif = bata
WWR Nilai U = 1,039 W/m2-
Selatan? K Tinggi dari lantai 4 m
40 m
80
OTTV
40%
70
35%
60
30%
50
25%
40 20%
30 15% (1) SHGC 0,7
20 10% (2) OTTV 24 W/m 2
10
0
5% (3) WWR 10%
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
0%
2 3 4 5 6 7 8 9
SHGC
(W/m2)
(W/m2)
80 55% 80 70%
OTTV
OTTV
65%
70 50% 70 60%
45% 55%
60 60 50%
40% 45%
50 35% 50 40%
30% 35%
40 40 30%
25%
30 30 25%
20% 20%
20 15% 20 15%
10%
10 10% 10 5%
0 5% 0 0%
0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,
2 3 4 5 6 7 8 9 0% 2 3 4 5 6 7 8 0,9
SHG SHGC
(1) SHGC C (1) SHGC
0,7 0,7
(2) OTTV 60,75 W/m2 (2) OTTV 60,75 W/m2
(3) WWR 43% (3) WWR 62%
SC = SCk x SCeff
SELUBUNG BANG UNAN PENJELASAN PER
15
14
04 prinsip-prinsip desain
P
N
E
A
R P I N D A H A N P A
SM E L A L U I S E L U
B U N G
B A N G U N A N
Dalam bangunan yang didominasi beban pendinginan eksternal,
konsumsi energi untuk sistem HVAC terutama ditentukan oleh
perpindahan panas melalui komponen selubung bangunan
termasuk:
• Perpindahan panas melalui jendela,
• Perpindahan panas melalui dinding,
• Perpindahan panas melalui atap,
• Laju infi asi dan eksfi asi melalui retak-retak, jendela dan
bukaan pintu.
17
DESAIN
14
Perpindahan panas melalui selubung bangunan dapat dikategorikan
sebagai radiasi, konduksi, dan konveksi melalui dinding dan
jendela. Dari ketiga kategori tersebut, radiasi langsung melalui
jendela adalah kategori yang paling penting untuk area Jakarta.
Hasil studi simulasi menunjukkan bahwa untuk tipikal konstruksi
dan material selubung bangunan, perpindahan panas melalui
jendela kira-kira 40-130 kali lebih tinggi daripada perpindahan
panas melalui dinding. Bahkan untuk kaca
dengan SHGC terbaik yang tersedia di pasaran, perpindahan panas
melalui jendela masih jauh lebih tinggi dibandingkan dinding bata.
Oleh karena itu, pengendalian perpindahan panas melalui jendela
untuk mengurangi beban pendinginan merupakan faktor penting bagi
kesuksesan strategi desain pasif secara keseluruhan.
B E N T U K D A N O R I
E N T A S IB A N G U N A N
Karena pergerakan harian dan tahunan dari matahari, radiasi
matahari yang diterima selubung bangunan bervariasi untuk setiap
orientasi. Untuk Jakarta dan lokasi lainnya pada lintang yang sama,
dinding vertikal pada arah Barat menerima radiasi matahari rata-rata
sebesar 303 W/m2 perhari, sedangkan timur, utara dan selatan
masing-masing menerima radiasi matahai rata-rata sebesar 268
W/m2, 207 W/m2, dan 165 W/m2 per hari.
Permukaan horisontal (atap) menerima radiasi matahari rata-rata
sebesar 527 W/m2 per hari.
G A M B A R . 0 8
Rerata Rerata tahunan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan Barat,
Tahunan Selatan, Timur, Utara, dan Permukaan Horisontal (W/m2)
Radiasi
Matahari 1000
pada
Insiden Matahari Permukaan
Atap
Horisontal dan
Luar (W/m 2)
Dinding
Vertikal
800
Barat 600
Selatan
400
Timur
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
Utara 200
Horisonta
l
0
1 2 3 4 5 7 8 10 12 14 16 17 18 20 22 23 24
6 9 11 13 15 19 21
Data Perjam
16
DESAIN
G A M B A R . 0 9 Untuk menghindari perolehan panas radiasi matahari yang berlebihan,
Bentuk bangunan permukaan utama selubung bangunan dengan jendela sedapat mungkin
memanjang dari barat ke
timur untuk meminimalkan
diorientasikan ke utara dan selatan. Ini memungkinkan jendela
perolehan panas matahari mendapatkan pencahayaan alami dari kubah langit dengan tetap
dan memaksimalkan
pencahayaan
meminimalkan perolehan panas dari radiasi matahari secara langsung.
alami. Kiri: Fakultas Ilmu Ruang-ruang servis dan tangga dengan dinding masif dapat diletakkan
Sosial dan Politik, UIN,
Jakarta. Kanan: Kementerian
di sisi Barat dan Timur, sehingga dapat berfungsi sebagai thermal buffer
Kelautan dan Perikanan, zones.
Kantor Pusat, Jakarta
Dinding masif
dengan
masa panas tinggi
Sirkula
si
U
Tangg
a
Ruang-ruang
servis
G A M B A R . 1 0
Dampak Bentuk
90
dan Orientasi o
U
Bangunan terhadap
OTTV (W/m2)6 45o 135o
1: 1: 1:3
0o
T 1 2
B
1 : 1 1 : 2 1 : 3
W W R
0o 45o 0o 45o 90o 135o 0o 45o 90o 135o
70% 66.79 67.56 62.75 67.68 71.25 67.86 59.75 66.72 72.46 66.99
50% 49.99 50.57 47.02 50.74 53.41 50.84 44.82 50.09 54.37 50.24
30% 32.44 32.81 30.58 33 34.73 33.03 29.19 32.64 35.4 32.68
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
DESAIN
6
Ibnu Saud, 2012. Tesis yang tidak diterbitkan, Departemen Arsitektur dan
Perencanaan, Universitas Gadjah Mada.
17
18
L U A S J E N D E L A
M A T E R I A L K A C A
lokal disajikan pada Tabel 3. Material kaca dengan kinerja lebih baik
dengan nilai SHGC rendah yang dapat mencapai 0,2 tersedia secara
global. Namun, saat ini aplikasi tersebut masih sangat terbatas karena
tingginya biaya. Sebagai alternatif, lapisan tambahan (offl
coatings) yang dapat diaplikasikan
oleh industri lokal juga tersedia. Lapisan tambahan yang secara relatif
tidak mahal ini dapat menurunkan nilai SHGC hingga mencapai 0,2.
DESAIN
19
7
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
20
T A B E L . 0 3 Nilai U, Transmisi Cahaya dan Nilai SHGC dari Tipikal Material Kaca
Nilai U, Transmisi
Cahaya dan Nilai K A C A T U N G G A L Transmisi
SHGC dari Tipikal Nilai-U SC SHGC
8mm Visual
Material Kaca yang (%)
Tersedia Secara Lokal Bening 4.94 89 0.95 0.82
di
Berwarna 5.18 55 0.51 – 0.57 0.44 – 0.49
Indonesia.
Reflektif 5.18 42 – 48 0.42 – 0.53 0.36 – 0.46
Rendah 4.54 35 – 67 0.40 – 0.69 0.34 – 0.59
P E N E D U H E K S T E R N A L
8
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
19
Geometri perangkat peneduh harus dirancang sesuai dengan jalur
pergerakan matahari, yang meyebabkan rancangan bentuk dan ukuran
yang berbeda untuk orientasi yang berbeda. Secara umum, perangkat
peneduh horisontal lebih sesuai untuk jendela dengan orientasi selatan
dan utara di mana sudut datang sinar matahari relatif tinggi. Sirip
vertikal dapat efektif menghalau radiasi matahari dengan sudut datang
rendah pada jendela yang berorientasi ke arah timur dan barat. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, diagram jalur matahari (sun path
diagram) sebaiknya digunakan untuk pengembangan rancangan
perangkat peneduh.
G A M B A R .1 1
Contoh Aplikasi Sirip
Vertikal (kiri atas)9, Peneduh
Horisontal (kanan atas)10,
dan Fasade Ganda
Eggcrate (bawah)11
sama,
20
9
Jatmika Adi Suryabrata.
10
Wiratman Architecture.
11
Jatmika Adi Suryabrata.
8
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
21
misalnya dengan menggunakan overhang horisontal tunggal,
pergola, overhang horisontal ganda dengan ukuran kedalaman
yang lebih kecil, seperti ditunjukkan pada Gambar 12.
G A M B A R . 1 2
Jenis
Peneduh Eksternal
Generik: Overhang
dan Potensi
Penghematan
Energi12
VSA
o
Kantor
Retai
l Hotel
Rumah
Sakit
Apartemen
Sekolah
0 2 4 6 8 1 1 1 1
0 2 4 6
Penghematan Energi
(%)
70o 50o
VSA VSA
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
DESAIN
12
International Finance Corporation (IFC). 2011. Jakarta Building Energy
Efficiency Baseline and Saving Potential: Sensitivity Analysis.
21
G A M B A R . 1 3
Jenis Peneduh
Eksternal Generik:
Sirip Vertikal (atas)
dan Eggcrate
(bawah) dan
Potensi
Penghematan
Energi
HSAo HSAo
Kantor
Retail
Hotel
Rumah Sakit
Apartemen
Sekolah
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kantor
Retail
Hotel
Rumah Sakit
Apartemen
Sekolah
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
0 2 4 6 8 10 12 14 16
22
Seperti digambarkan oleh hasil simulasi di atas, perangkat peneduh
eksternal sangat efektif mengurangi beban pendinginan dari jendela, di
mana sekitar 14% penghematan energi bisa didapatkan melalui
penggunaan eggcrate. Efektivitas peneduh bervariasi tergantung pada
WWR, orientasi dan pemilihan material kaca. Secara umum,
penghematan energi yang lebih tinggi melalui peneduh dapat dicapai
untuk kasus bangunan yang memiliki WWR dan SHGC yang tinggi.
Oleh karena itu, perancangan sistem fenestrasi atau jendela harus
dilakukan secara komprehensif untuk mencakup semua kemungkinan
strategi agar mendapatkan hasil yang terbaik.
G A M B A R . 1 4
Pengurangan
Transmisi 38,0 25,3 21,2
Panas dengan 7 4 4
Peneduh U U U
Horisontal1
51,5
48,2
38,5
36,5
33,7
32,1
3 B T B T B T
3
4
S S S
R E F L E K T O R C A H
A Y A( L I G H T S H E L
F )
Refl or cahaya (lightshelf) adalah elemen horisontal yang membagi
jendela menjadi dua bagian. Jendela bagian atas untuk pencahayaan
alami dan jendela bagian bawah untuk pandangan (vision) Selain
berfungsi sebagai peneduh jendela bagian bawah, refl or cahaya
tersebut juga berfungsi untuk memantulkan cahaya matahari yang
datang dari bagian atas jendela untuk membantu penetrasi
pencahayaan alami kedalam ruangan yang jauh dari jendela. Kaca di
atas refl or perlu
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
13
Rachmat Syahrullah, 2012. Tesis yang tidak diterbitkan, Departemen Arsitektur dan
23
Perencanaan, Universitas Gadjah Mada.
24
G A M B A R . 1 5
Contoh Kinerja
Tipikal 6.00 6.00 6.00
m m m
Reflektor
Cahaya
(Lightshelf)1
4
G A M B A R .
1
6
Aplikasi
Reflektor Cahaya
(Lightshelf)
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
14
Rachmat Syahrullah, 2012. Tesis yang tidak diterbitkan, Departemen
DESAIN
25
P E N E D U H I N T E R N A L
G A M B A R . 1 7
Kinerja
Termal Sistem
Fenestrasi
24
Untuk menghindari masalah tersebut, penghuni bangunan perlu diberi
pengertian untuk menutup dan membuka tirai sesuai dengan
kebutuhan penghuni serta intensitas radiasi matahari.
D I N D I N G
Konstruksi bata dari tanah liat atau blok beton aerasi (Autoclaved
Aerated Concrete - AAC) dengan plester di kedua sisi adalah aplikasi
yang umum diterapkan untuk konstruksi dinding di Indonesia. Ini
banyak digunakan, terutama untuk bangunan bertingkat rendah,
karena harga konstruksi yang relatif murah. Belakangan ini, panel
beton pracetak (precast) juga banyak digunakan untuk menggantikan
konstruksi bata, terutama untuk bangunan tinggi. Dalam hal
perpindahan panas, penggunaan dinding bata atau panel beton
umumnya sudah cukup karena perbedaan suhu luar ruangan— dalam
ruangan yang relatif kecil. Oleh karena itu, menambahkan lapisan
insulasi pada dinding bata untuk menahan panas menjadi tidak efektif
dari sisi biaya.
26
yang melingkupi suatu ruangan (misal: dinding, lantai, langit-langit,
meja dll). Semakin rendah nilai
27
MRT, semakin baik. Bersama dengan suhu udara, MRT
mempengaruhi tingkat kenyamanan termal dalam bentuk “suhu
operatif” (Operative Temperature), yang merupakan nilai rata-rata
suhu udara dan MRT.
G A M B A R. 1 8
Perbandingan Suhu
Permukaan untuk Luar Dala Luar Dala Luar Dala
Material Kaca dan Ruan m Ruan m Ruan m
Dinding Bata g Ruan g Ruan g Ruan
g g g
A T A P
NG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
28
atap, bahan
dengan reflektifi dan emisivitas tinggi harus dipilih. Karena bahan
atap biasanya memiliki Nilai-U tinggi (transmisi panas tinggi),
penambahan lapisan insulasi dapat mengurangi beban pendinginan
secara signifi an. Memiliki atap dengan reflektifi dan emisivitas
tinggi juga akan mengurangi fenomena urban heat island.
29
Sebagai alternatif, “atap hijau” (green roof) bisa diterapkan untuk
mengurangi transmisi panas melalui atap. Meskipun Nilai-U atap
hijau sulit untuk ditentukan, atap hijau tetap memiliki sifat termal
yang sangat baik karena lapisan konstruksinya yang tebal. Nilai-U
atap hijau sangat
bervariasi tergantung pada lapisan konstruksi, kadar air dan jenis
tanaman. Atap hijau juga mengurangi fenomena urban heat island
karena sebagian besar radiasi matahari yang jatuh ke atap akan
diserap oleh tanaman untuk penguapan dan transpirasi.
G A M B A R . 1 9
Filter bulu
Lapisan
drainase
Membran yang
cocok untuk
waterpooling
Lempengan beton
Lempengan metal
Profield
Lembaran
Earthwool Factory
Clad
Lapisan
pengontrol uap
air
Lempengan
metal Profield
Rel dan braket
30
metal untuk menurunkan transmisi panas. Perlu diingat, bahwa atap
(permukaan
31
horisontal) menerima radiasi matahari jauh lebih tinggi daripada
dinding (permukaan vertikal). Oleh karena itu konstruksi atap dengan
kinerja termal yang lebih baik (Nilai-U lebih rendah) sebaiknya
digunakan, karena keefektifannya dalam mengurangi beban
pendinginan udara.
32
G A M B A R .
2
0
Contoh Bahan Atap Beton 120
Selubung Bangunan mm
dan Transmisi
Panasnya
(W/m2)
Tanpa Insulasi 40
insulasi mm
Nilai-U 2,410 0,557
Transmisi
23,58 4,10
panas rata- W/m2 W/m 2
rata
Atap
Logam
33
I N F I L T R A S I
Infi asi dan eksfi asi tidak hanya terjadi melalui selubung
bangunan yang memisahkan ruang dalam dan ruang luar, tetapi juga
antara ruangan ber-AC dan ruangan tidak ber-AC (misalnya tangga)
di dalam gedung. Di Indonesia, pelaksanaan konstruksi belum
memperhatikan “kerapatan” selubung bagunan untuk menghindari
kebocoran udara. Oleh karena
itu, selain memastikan semua keretakan dapat tertutup rapat, penghuni
bangunan juga harus dilatih untuk menutup semua jendela dan pintu
luar jika tidak digunakan.
G A M B A R .2 1
Infiltrasi dan
Eksfiltrasi Melalui
Bukaan Jendela
dan Retak-retak
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
DESAIN
34
S T U D IK A S U S
G A M B A R .2 2
Penerapan Desain
Pasif pada Gedung
Utama, Kementerian
Pekerjaan
Umum, Jakarta
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
DESAIN
35
G A M B A R .2 2
(lanjutan) Bentuk Bangunan dan Orientasi
Penerapan Desain Rencana blok semula: Bidang lebih luas dari bangunan
Pasif pada Gedung berorientasikan timur dan barat
Utama, Kementerian
Pekerjaan
Umum, Jakarta
Udara kembali
Refl or cahaya
Insulasi termal
SELUBUNG BANG UNAN PRINSI P-PRI NSIP
DESAIN
36
lampiran
L A M P I R A N A . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Utara (0o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140
130
120
110 70%
65%
100
60%
90 55%
50%
80
45%
70
40%
60 35%
30%
50
25%
40
20%
30 15%
20 10%
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG DESAIN
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
PRINSIP-PRINSIP
BANGUNAN
U
IRAN
B
U
N
G
S
E
37L
33
L A M P I R A N B . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Timur Laut (45o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140
130
70%
120 65%
60%
110
55%
100
50%
90
45%
80 40%
35%
70
30%
60
25%
50
20%
40
15%
30
10%
20
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
38
L A M P I R A N C . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Timur (90o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140 70%
130 65%
120 60%
55%
110
50%
100
45%
90
40%
80
35%
70
30%
60
25%
50
20%
40
15%
30
10%
20
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
39
L A M P I R A N D . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Tenggara (135o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140
130
120
110
70%
100 65%
90 60%
55%
80 50%
45%
70
40%
60
35%
50 30%
25%
40
20%
30
15%
20 10%
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
40
L A M P I R A N E . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Selatan (180o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140
130
120
110
100
90
80
70%
65%
70 60%
55%
60 50%
45%
50 40%
35%
40 30%
25%
30
20%
20 15%
10%
10 5%
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
41
L A M P I R A N F . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat Daya (225o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140
130
120
70%
110
65%
100 60%
55%
90
50%
80
45%
70 40%
35%
60
30%
50
25%
40
20%
30 15%
20 10%
10 5%
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
42
L A M P I R A N G . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat (270o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
70%
150
65%
140
60%
130
55%
120
50%
110
45%
100
40%
90
35%
80
30%
70
60 25%
50 20%
40 15%
30
10%
20
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
43
L A M P I R A N H . Nilai OTTV untuk WWR Dinding Barat Laut (315o)
OTTV
(W/m 2) WWR
160
150
140 70%
130 65%
60%
120
55%
110
50%
100
45%
90
40%
80
35%
70
30%
60
25%
50
20%
40
15%
30
10%
20
5%
10
0%
0
0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
SHG
C
SELUBUNG BANG UNAN LAM P
IRAN
44
DINAS PENATAAN KOTA
PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA