Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PEMILIHAN TEKNOLOGI SANITASI


Prasarana sanitasi dalam Program SPBM di pilih oleh msayarakat sesuai dengan
keinginan mereka dan kondisi lingkungan setempat berdasarkan asas keberlanjutan. Jenis
sarana sanitasi ini akan menjadi dasar dalam penyusunan DED dan RAB yang dilaksanakan oleh
KSM Sanitasi. Untuk membantu masyarakat dalam memilih teknologi sanitasi dilakukan
penjelasan dan diskusi-diskusi atas pilihan-pilihan teknologi berdasarkan buku pilihan Teknologi
Sanitasi ICC (Informed Choice Catalogue) dalam rembug warga yang diselenggarakan oleh
KSM. KSM Sekrapyak dengan memperhatikan dan mempertimbangkan saran dari Tenaga
Fasilitator dan dengan mengacu pada kondisi lingkungan yang ada, mereka memutuskan untuk
menggunakan sistem pengolahan air limbah terpusat/Off Site System (Anaerobic) dengan
mempertimbangkan:

1. Disesuaikan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi maka Rt.04 dan Rt.05
Rw IV lebih layak/sesuai menggunakan sistem pengolahan air limbah terpusat
2. 98% masyarakat Rt 04 dan Rt. 05 mempunyai Jamban Pribadi di masing-masing
rumah dengan disalurkan ke septitank.
3. Kondisi lahan memungkinkan untuk memanfaatkan gravitasi untuk penyaluran ke
masing-masing rumah warga.
4. Mengingat lokasi IPAL Komunal dekat dengan perkampungan warga dan secara
estetika mendukung situasi lingkungan sekitar maka untuk menghindari bau dan
keamanannya maka Sistem Pengolahan air limbah terpusat merupakan pilihan yang
tepat.

5.1. Rencana Bangunan IPAL

5.1.1. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


Komponen unit pengolahan air limbah terdiri dari : Bak perata, Settler, Anaerobic Baffled
Reactor dan Anaerobic Filter, bak perata.

a. Settler
Proses pengolahan limbah domestik yang terjadi pada tangki septik adalah proses
pengendapan dan stabilisasi secara anaerobik. Tangki septik bisa dianggap sebagai
proses pengolahan awal (primer). Tangki septik tidak efektif untuk mengurangi
jumlah bakteri dan virus yang ada pada limbah domestik.Settler yang dilengkapi
man-hole dan pipa inlet, berfungsi sebagai unit pengolahan pendahuluan air limbah
sebelum dialirkan ke unit Baffled Reactor.

Gambar 5.1 Bak Pengendapan (Settler)

b. Anaerobic Baffled Reactor


Anaerobic Baffled Reactor atau tangki septik bertingkat adalah teknologi septic tank
yang diperbaiki karena adanya deretan dinding penyekat yang memaksa air limbah
mengalir melewatinya secara turun-naik. Aliran seperti ini menyebabkan aliran air
limbah yang masuk (influent) lebih intensif terkontak dengan biomassa anaerobik,
sehingga meningkatkan kinerja pengolahan air limbah. Penurunan BOD dalam ABR
lebih tinggi daripada tangki septik, yaitu sekitar 70-95%. Diperlukan sekitar 3 bulan
untuk menstabilkan biomassa di awal proses. Unit ABR perlu dilengkapi dengan
saluran udara.

Gambar 5.2 Anaerobic Baffled Reactor

c. Anaerobic Filter
Anaerobic Filter adalah Filter anaerobik (fixed bed atau fixed film reaktor)
menggunakan prinsip yang berbeda dengan SETTLER & ABR, karena sistem ini
untuk memproses bahan-bahan yang tidak terendapkan dan bahan padat terlarut
(dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan surplus bakteri yang aktif.
Bakteri tersebut bersama bakteri lapar akan menguraikan bahan organik terlarut
(dissolved organic) dan bahan organik yang terdispersi/tersebar (dispersed organic)
yang ada dalam limbah. Sebagian besar bakteri tersebut tidak bergerak. Bakteri
cenderung diam dan menempel pada partikel padat seperti pada dinding reaktor
atau tempat/bahan lain seperti batu volcano-basalt yang permukaannya kasar dan
berongga sehingga bisa digunakan sebagai tempat tempelan. Bahan filter yang
dimaksud adalah media dimana bakteri dapat menempel dan air limbah dapat
mengalir / melalui diantaranya. Selama aliran ini kandungan organik akan diuraikan
oleh berbagai bakteri dan hasilnya adalah pengurangan kandungan organik pada
effluent. Sebagai pilihan alternatif Batu Vulkanik dimanfaatkan sebagai fillter
material, dimana sistem seperti ini bisa mengurangi limbah hingga 90 %.

Gambar 5.3 Anaerobic Filter

d. Effluent
Air limbah terolah (efluent) dapat langsung dibuang ke tempat yang cocok atau
dialirkan ke sungai agar memenuhi baku mutu yang disyaratkan. Dari hasil
perhitungan menggunakan metode Dewats diperoleh dimensi IPAL sebagai berikut :

Tabel. 5.1
Dimensi IPAL

Jml
Tinggi Muka
Komponen P (m) L (m) Kompartemen
Air (m)
(unit)

Bak Sedimentasi I. 1,60 I. 5,00 I. 2,15 I. 1


(Settler)
II. 0,80 II. 5,00 II. 2,15 II. 1

Bak ABR 0,80 5,00 2,15 4

Bak AF 1,80 5,00 2,15 1

Dalam perencanaan ini diasumsikan nilai BOD awal 350 mg/l dan COD awal 950 mg/l.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh BOD akhir 45 mg/l dan COD akhir 149 mg/l.

Tabel 5.2
Perhitungan BOD dan COD

BOD COD
HRT
Komponen
Awal % Akhir Awal % Akhir
(jam)
(mg/l) removal (mg/l) (mg/l) removal (mg/l)

Bak Sedimentasi
2 350 - 253 665 26 490
(Settler)

ABR 22 253 59 103,17 701 - 103,17

AF 7,7 103,17 57 45 103,17 53 149

Berdasarkan nilai baku mutu air limbah domestik (Kep.Men LH No.112 tahun 2003) untuk
nilai BOD maximum yang diperbolehkan adalah 100 mg/l. Effluent IPAL ini kemudian akan
dialirkan ke badab air penerima yaitu ke saluran irigasi.

5.2. Bangunan Pelengkap


 Manhole
Untuk dimensi pipa kurang dari 800 mm dibuatkan manhole berdiameter 80 cm
dan di pasang disetiap 100 m pipa lurus atau di belokan dan pertemuan pipa,
dalam hal ini hanya digunakan satu dimensi manhole yaitu berdiameter 80 cm,
karena dimensi pipa maksimum hanya 200 mm < 800 mm, yang terbuat dari
beton bertulang.

Gambar 5.4 Manhole

 Bak Kontrol dihalaman


Dipasang dimasing-masing halaman rumah sebelum pipa disambungkan ke pipa
pelayanan untuk menjaga kemungkinan penyumbatan, dengan ukuran panjang 60
cm, lebar 60 cm dan dalam 60 cm. Terbuat dari pasangan batu bata.

Gambar 5.5 Grease Trap

Gambaran secara keseluruhan desain teknis komponen sistem penyaluran dan


pengolahan air limbah komunal termasuk dimensi/ukuran komponen sistem,
seperti disajikan pada Gambar terlampir (Detail RAB dan Gambar Terlampir)

5.3. Spesifikasi Bangunan


5.3.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
1. Pasir Urug
2. Lantai Kerja 1pc : 2ps : 5 kr,
3. Beton Bertulang 1pc : 2ps : 3kr (K 225)
4. Pasangan Batu Bata 1 pc : 4 ps untuk dinding
5. Plesteran 1pc : 3ps untuk plesteran bagian dalam
6. Plesteran 1pc : 4ps untuk plesteran bagian luar
7. Manhole Ø 50 cm
8. Batu volcano 15-20 cm sebagai bahan filter
9. Keramik dan Pengecatan

5.3.2 Pemipaan
1. Pipa PVC D Ø 5 untuk pipa utama
2. Pipa PVC D Ø 4 untuk pipa cabang
3. Rabat beton 1pc : 2ps : 5kr untuk plat lantai dan plat penutup bak kontrol
4. Tanah urug untuk mengurug galian
5. Keramik sesuai dengan kualitas yang dibongkar
6. Beton bertulang 1pc : 2ps : 3kr untuk plat lantai dan plat penutup bak kontrol
7. Pasir urug untuk bak kontrol
8. Lantai kerja 1pc : 2ps : 3kr, untuk bak kontrol
9. Plesteran 1pc : 3ps untuk plesteran bagian dalam bak kontrol
10. Plesteran 1pc : 4ps untuk plesteran bagian luar bak control

5.4. Detail standart prosedur pekerjaan bangunan IPAL dan jaringan perpipaan air
limbah

1. Pekerjaan Persiapan
a. Membuat pagar keamanan (sesuai kondisi lokasi)
b. Menentukan ukuran bangunan (bluping)
c. Mengecek semua profil pondasi dan memberi tandaelevasi untuk menempelkan
benang-benang
d. Menyimpan bahan dan alat-alat untuk pekerjaan
e. Menentukan jarak untuk tiap kenaikan pasangan pada pondasi
f. Mengecek muka air tanah dan memastikan muka air tanah tidak terdapat pada area
konstruksi
2. Pekerjaan Tanah
a. Galian
Lebarr galian harus melebihi batas yang ditentukan minimal 100 cm.
b. Urugan
Pengurukan dilakukan lapis demi lapis maximal 50 cm dipadatkan (disesuaikan
dengan kondisi tanah)
c. Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali dan
dipadatkan

3. Pekerjaan Pasangan Pasangan Dinding Batu Bata


a. Pembuatan campuran 1:4 diaduk dalam keadaan kering, ditambah air dan aduk
sampai merata dan disiapkan pada tempat pemasangan
b. Plat lantai yang akan dipasang batu bata, disiram air semen (yiyitan) sebelum
dipasang adukan dan bata
c. Batu bata yang akan dipasang dicelupkan air atau disiram. Batu bata dipasang
dengan spasi 1,5 cm
d. Buat patokan dengan menggunakan benang secara horizontal untuk setiap
penambahan pasangan
e. Pasangan batu bata dilakukan saling mengait dan setiap ketinggian 1- 1,5 cm
dihentikan, dilanjutkan dengan setelah pasangan diikat dengan kolom praktis
berumur 12 jam
f. Pada dinding yang terdapat pasangan pipa, pasang pipa bersama-sama dengan
pasangan batu bata
g. Bata tidak boleh dipasang saat hujan deras
h. Pasangan batu bata yang bertemu dengan kolom harus diberi jarak 2,5 cm untuk
selimut beton

4. Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran dalam 1,5 cm, diaduk dalam keadaan kering, ditambah air dan aduk
sampai merata dan disiapkan pada tempat pemasangan campuran 1pc : 4 ps
b. Pembuatan campuran acian terdiri dari semen dan air
c. Dinding bata disiram air sebelum di plester,jika pasangan bata dalam kondisi kering.
d. Pembuatan campuran acian yang terdiri dari air dan semen di acikan pada dinding
yang sudah di plester.

5. Plesteran sudut (antara dinding-dinding dan lantai)


a. Plesteran sudut 1,5 cm, diaduk dalam keadaan kering, ditambah air dan aduk
sampai merata dan disiapkan pada tempat pemasangan
b. Pembuatan campuran acian terdiri dari semen dan air
c. Dinding bata disiram air sebelum di plester,jika pasangan bata dalam kondisi kering.

6. Pekerjaan Beton
a. Bahan yang dipakai untuk adukan beton adalah semen,agregat dan air.
b. Semen yang digunakan harus emmakai portlant Cement dari satu sumber yang
disetujui dan memenuhi semua syarat yang ditentukan dalam “Peraturan Beton
Bertulang Indonesia” (PBI 1971). Dalam pengakutan dan penyimpananya, semen
harus terlindung dari hujan. Dalam pengirimannya semen harus diterima dalam zak
(kantong asli dari pabrik) dan dalam keadaan tertutup rapat.
c. Semen harus disimpan digudang yang ventilasinya cukup dan tidak terkena air serta
diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 Cm dari lantai, dapat
ditumpuk dengan tinggi maksimal 2 meter.
d. Agregat yang dipakai adalah agregat split yang keras, bersifat kekal dan bersih,
serta tidak boleh mengandung bahan – bahan organik dan kualitasnya bertentangan
serta mempengaruhi kekuatan atau kekekalan konstruksi beton. Daya tahan beton
dari baja tulang, agregat dalam segala hal harus memenuhi ketentuan – ketentuan
yang tercantum dalam PBI 1971 bagian 3. agregat harus disimpan ditempat yang
bersih, yang keras permukaanya dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dan
pengotoran.
e. Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan bebas dari bahan – bahan
yang dapat merusak atau yang dapat mempengaruhi daya lekat semen.
f. Semen agregat dan air harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang
ditentukan adalah minimal, jadi tidak dapat dikurangi. Apabila suatu proporsi
tertentu tidak dipenuhi, maka konstruksi yang sudah dicor itu akan diperintahkan
untuk segera dibongkar.
g. Buat pembesian sesuai ukuran dengan kualitas besi menurut PBI jenis U24
h. Selama pengadukan tidak kurang dari 2 menit dengan menggunakan mesin
pengaduk
i. Komposisi agregat pasir dan semen dengan kualitas K-225
j. Jumlah adukan tidak boleh lebih dari kapasitas mesin
k. Campuran dijaga agar tetap homogeny dan tidak ada pemisahat agregat

7. Pekerjaan Adukan Beton


a. Adukan beton usahakan di atas pengecoran agar tidak terjadi pengendapan
b. Adukan beton tidak boleh dicampur dengan air jika sudah keras
c. Beton harus cepat dicor untuk menghindari pengendapan agregat dan pergeseran
posisi tulangan
d. Pengecoran baru dan lama dengan cara pembersihan beton lama sampai
permukaan agregat tampak kasar kemudian disiram dengan perekat beton atau
calbun
e. Pemadatan beton menggunakan fibrator
f. Pembukaan cetak beton, jika umur campuran minimal 21 hari untuk plat dan kolom
minimal 3 hari
g. Selama proses pengeran beton harus terlindungi dari sinar matahari
h. Permukaan beton yang terbuka agar tetap basah, dilakukan dengan cara
penyemprotan dan penggenangan air

8. Pengetesan Kebocoran
Pengetesan kebocoran IPAL dengan diisi air setinggi pipa selama 24 jam, jika air
hilang lebih dari 50 cm/ 0,5 m terjadi kebocoran, dan jika penurunannya 3-5 cm
kondisi IPAL tetap.

9. Pekerjaan Pipa
a. Pekerjaan Tanah
 Tanah digali sepanjang jalur pemipaan dengan L= 50 cm dan kedalaman
menyesuaikan dengan rencana elevasi tanah
 Pemadatan dasar tanah jika tanah lembek
 Pemasangan urukan pasir di bawah pipa 10 cm
 Urug pipa kembali jika pipa terpasang kemudian padatkan tanah sesuai elevasi
padatan muka tanah
b. Pemasangan pipa
 Set pipa D= 6 dan D= 4 di permukaan
 Uji coba aliran denngan air bersih antara bak control
 Sambungkan pipa dengan lem, jika elevasi sudah tepat
c. Bak kontrol dan Grease Trap
 Bak kontrol adalah bak penghubung dari sumber limbah dalam rumah menuju
pipa utama
 Bak kontrol di buat dengan buis beton Ø 60 cm dan Ø 40 cmuntuk pipa utama
Sedangkan untuk sambungan tersier yang menuju rumah ter dapat Grease-trap (bak Kontrol
konek menuju SR) di mana fungsi bak ini juga sebagai bak penagkap lemak.

Anda mungkin juga menyukai