Anda di halaman 1dari 3

Tapak Ekologi (Ecological Footprint)

Ecological Footprint (Tapak Ekologi) adalah suatu pendekatan yang menjadi alat ukur
dalam mengkaji tingkat konsumsi manusia serta penggunaan sumber daya terhadap
kemampuan lingkungan untuk menampung limbahnya, biasanya dinyatakan dalam
satuan global hektar (gha).
Tapak ekologi pada asasnya ialah kemampuan sumber tanah dan air untuk menyediakan
sumber yang diperlukan oleh manusia (makanan, minuman, tempat tinggal dan lain-lain)
serta kemampuan untuk bumi untuk menyerap semua bahan buangan manusia sesudah
mereka menggunakannya.
Untuk perhitungan tapak ekologi, terlebih dahulu dibutuhkannya asumsi-asumsi. Asumsi
yang umum digunakan yaitu.
1. Sebagian sumber daya yang dikonsumsi manusia serta limbahnya dapat
diketahui.
2. Sebagian besar aliran sumber daya dan limbah ini dapat diukur dalam luasan
bioproduktifitas untuk menjaga aliran tersebut.
3. Dengan membobotkan setiap luasan dengan bioproduktifitasnya, setiap luasan
dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global (gha).
4. Karena satu hektar global merepresentasikan satu kali penggunaan, dan seluruh
hektar global dalam satu tahun merepresentasikan bioproduktivitas, maka bisa
didapatkan indikator dari tapak ekologi dan biokapasitasnya.
5. Permintaan terhadap sumber daya alam (demand) atau tapak ekologis (ecological
footprint), dapat dibandingkan secara langsung terhadap ketersediaan sumber
daya (supply) atau biokapasitas (biocapacity), dengan satuan hektar global (gha).
6. Demand dapat melebihi Supply apabila permintaan melebihi kapasitas regeneratif
ekosistem tersebut. Misalnya manusia menuntut lebih banyak biocapacity dari
hutan, atau perikanan daripada yang tersedia di ekosistem.
Luasan perminataan (area demanded) bisa lebih besar dari luasan pasokan (area supply),
jika permintaan suatu ekosistem melebihi kemampuan ekosistemnya untuk
menyediakannya, maka dalam hal ini akan terjadi deficit.

Perhitungan supply atau nilai biocapacity untuk jenis lahan tertentu diformulasikan
sebagai berikut:

BC = A x YF x EQF……………………(1)

Keterangan :
BC = biocapacity dari jenis lahan yang dihitung (gha)
A = area sesuai dengan jenis lahan yang digunakan dalam suatu negara atau
wilayah (nha)
YF = faktor hasil (yield factor) sesuai dengan jenis lahan yang digunakan (wha/nha)
EQF = faktor ekivalen sesuai dengan jenis lahan (gha/wha)

ZHARFA HAIDAN NAFILAH / 18117037


Sedangkan untuk ecological footprint of consumption demand diformulasikan sebagai
berikut:

EFC = EPP + EFI − EFE……………(2)

Keterangan :
EFC = footprint of consumption yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste)
EFP = footprint of production yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste)
EFI = footprint of import yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste)
EFE = footprint of export yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste)

Untuk setiap EF dari ekstraksi produk atau buangan tahunan dihasilkan dari formula
berikut:

EF = P / YN x YF x EQF………………(3)

Keterangan :
EF = ecological footprint yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste), gha
P = jumlah ekstraksi produk atau buangan, t/yr
YN = rata-rata hasil nasional untuk ekstraksi produk atau buangan yang diserap,
t/nha/yr
YF = faktor hasil (yield factor) sesuai dengan jenis lahan yang digunakan (wha/nha)
EQF = faktor ekivalen sesuai dengan jenis lahan (gha/wha)

TAPAK EKOLOGI UNTUK WILAYAH BANDUNG

ZHARFA HAIDAN NAFILAH / 18117037


TAPAK EKOLOGI KALIMANTAN TIMUR

EF = P / YN x YF x EQF………………(3)

Keterangan :
EF = ecological footprint yang dikaitkan dengan produk atau buangan (waste), gha
P = jumlah ekstraksi produk atau buangan, t/yr
YN = rata-rata hasil nasional untuk ekstraksi produk atau buangan yang diserap,
t/nha/yr
YF = faktor hasil (yield factor) sesuai dengan jenis lahan yang digunakan (wha/nha)
EQF = faktor ekivalen sesuai dengan jenis lahan (gha/wha)

Dengan mencari data data tersebut, didapat

P = 1.23
YN = 53.53
YF = 0.98
EQF = 2.19, sehingga nilai EF adalah

EF = P/YN x YF x EQF = 1.23/53.53 x 0.98 x 2.19 = 0.049

Hal ini mengartikan bahwa setiap orang di Kalimantan Timur membutuhkan lahan
produktif seluas 0.049 hektar serta untuk mengolah limbahnya sendiri. Hasil tapak ekologi
di Kalimantan Timur lebih kecil dibandingkan dengan di Bandung yang artinya kebutuhan
manusia terhadap alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi sumberdayanya
di Kalimantan Timur masih lebih baik dari Bandung.

Source :
https://bappedakaltim.com/storage/file/Yuv1h5m4gqYWUcx2.pdf
file:///C:/Users/Asus/Downloads/3003-9650-2-PB.pdf

ZHARFA HAIDAN NAFILAH / 18117037

Anda mungkin juga menyukai