Anda di halaman 1dari 23

MORFOLOGI SERANGGA SEBAGAI VEKTOR

PENYAKIT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12
1. IVANA DWI SHINTIA (1913351029)
2. FIDELA VALESKA (1913351045)
3. PELANGI RERA ASSIFA (1913351003)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
Rahmat dan Hidayah-Nya, makalah yang berjudul “Morfologi Serangga Sebagai Vektor
Penyakit” ini bisa diselesaikan. Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai tugas Mata
Kuliah Entomologi

Tujuan yang lebih khusus dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah
pengetahuan tentang apa saja serangga sebagai vector penyakit. Penulis juga menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas untuk menulis makalah ini,
serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam proses penulisannya, terlibih kepada teman-
teman seangkatan Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Poltekkes Tanjung
Karang tahun 2020.

Akhirnya, harapan penulis semoga makalah yang berjudul Morfologi Serangga Sebagai
Vektor Penyakit ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah berusaha sebisa mungkin
untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belumlah
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan makalah ini

Bandarlampung, 20 Januari 2020

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Wilayah perkotaan
mengalami
perubahan yang
sangat besar akibat
banyaknya industri
yang didirikan. Hal ini
menyebabkan
penduduk yang
tinggal di pedesaan
mulai berpindah ke
kota untuk menjadi
tenaga kerja. Selain
itu faktor yang
menyebabkan mereka
berpindah (urban)
adalah faktor
ekonomi.Dengan
adanya pendirian
industri tersebut
menyebabkan
lingkungan yang
hijau kini menjadi
gersang akibat
ditebang untuk
dijadikan lahan
industri dan
perumahan.Seiring
dengan perubahan
waktu maka hal
tersebut menimbulkan
beberapa dampak
terhadap lingkungan
sekitar, salah satu
dampaknya adalah
penularan penyakit.
Masalah umum yang
dihadapi dalam
bidang kesehatan
adalah jumlah
penduduk yang
besar dengan angka
pertumbuhan yng
cukup tinggi dan
penyebaran
penduduk yang
belum
merata, tingkat
pendidikan dan
sosial ekonomi yang
masih rendah.Keadan
ini dapat
menyebabkan
lingkungan fisik dan
biologis yang tidak
memadai sehingga
memungkinkan
berkembang biaknya
vektor penyakit.
Dalam menuju
Indonesia sehat tahun
2011 dan untuk
mewujudkan kualitas
dan kuantitas
lingkungan yang
bersih dan sehat
serta untuk
mencapai derajat
kesehatan
masyarakat yang
optimal sebagai salah
satu unsur
kesepakatan umum
dari tujuan nasional,
sangat diperlukan
pengendalian vektor
penyakit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Wilayah perkotaan
mengalami
perubahan yang
sangat besar akibat
banyaknya industri
yang didirikan. Hal ini
menyebabkan
penduduk yang
tinggal di pedesaan
mulai berpindah ke
kota untuk menjadi
tenaga kerja. Selain
itu faktor yang
menyebabkan mereka
berpindah (urban)
adalah faktor
ekonomi.Dengan
adanya pendirian
industri tersebut
menyebabkan
lingkungan yang
hijau kini menjadi
gersang akibat
ditebang untuk
dijadikan lahan
industri dan
perumahan.Seiring
dengan perubahan
waktu maka hal
tersebut menimbulkan
beberapa dampak
terhadap lingkungan
sekitar, salah satu
dampaknya adalah
penularan penyakit.
Masalah umum yang
dihadapi dalam
bidang kesehatan
adalah jumlah
penduduk yang
besar dengan angka
pertumbuhan yng
cukup tinggi dan
penyebaran
penduduk yang
belum
merata, tingkat
pendidikan dan
sosial ekonomi yang
masih rendah.Keadan
ini dapat
menyebabkan
lingkungan fisik dan
biologis yang tidak
memadai sehingga
memungkinkan
berkembang biaknya
vektor penyakit.
Dalam menuju
Indonesia sehat tahun
2011 dan untuk
mewujudkan kualitas
dan kuantitas
lingkungan yang
bersih dan sehat
serta untuk
mencapai derajat
kesehatan
masyarakat yang
optimal sebagai salah
satu unsur
kesepakatan umum
dari tujuan nasional,
sangat diperlukan
pengendalian vektor
penyakit
1.1 Latar Belakang

Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan
beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti "berkaki enam").
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.Ukuran
serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi. Serangga merupakan
hewan yang beraneka ragam. Serangga kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan
serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga banyak dikenal sebagai hama
(Kalshoven 1981). Serangga lebih banyak menyerang tumbuhan meskipun ada juga serangga
yang tidak menyerang tanaman maka dari itu serangga termasuk katagori hama bagi manusia.
Beberapa serangga juga memiliki manfaat meskipun banyak serangga yang merugikan manusia
seperti walang sangit, wereng, ulat, dan lainnya. Tetapi kebanyakan serangga juga sangat
berguna bagi kehidupan manusia.
Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera, thysanoptera, hemiptera,
homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa
ciri yang khas yaitu diantaranya tubuhnya dibagi menjadi 3 bagian, serangga juga termasuk
kelas insekta, tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki 2 tipe metamorphosis yaitu
paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya cukup beragam,
yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. Bentuk antena serangga bermacam-macam, dan dapat
digunakan sebagai “pedoman” untuk mengidentifikasi famili serangga.
Banyak serangga yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya yaitu sebagai
organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek estetika dan wisata,
bermanfaan pada proses penyerbukan maupun sebagai musuh alami hama tanaman, pakan hewan
(burung) yang bernilai ekonomi tinggi, dan penghasil madu.

I.2 RUMUSAN MASALAH
 Apa saja jenis serangga sebagai vector penyakit

I.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui beberapa jenis serangga sebagai vektor penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN

Beberapa serangga sebagai vector penyakit adalah sebagai berikut:

1. NYAMUK
Ukuran tubuh nyamuk kecil dan berat badannya 2-2,5 miligram, hingga kini nyamuk
masih menjadi musuh yang belum terkalahkan. Setiap tahun, nyamuk penular penyakit masih
dengan leluasa menyebarkan virus dan parasit, menyebabkan sekitar 1,62 juta orang terserang
malaria klinis dan lebih dari 100.000 orang menderita demam berdarah dengue di Indonesia.
Siklus hidup nyamuk-nyamuk penular penyakit secara umum hampir sama. Masa
pradewasa, dari telur, larva hingga pupa terjadi di air dan berlangsung antara 7 dan 14 hari. Hal
ini tergantung dari suhu dan kondisi lingkungan sekitarnya. Sementara itu, proses perubahan
pupa atau kepompong menjadi nyamuk berlangsung lebih singkat, yakni antara dua dan tiga hari.
Nyamuk betina yang baru keluar dari pupa akan langsung terbang, berputar-putar di sekitarnya
untuk mencari nyamuk jantan dan kawin. Setelah perkawinan selesai, nyamuk betina akan
beristirahat sebentar untuk kemudian terbang mencari darah yang dibutuhkan untuk
mematangkan telur-telurnya nanti. Nyamuk yang sudah berhasil mendapatkan darah dengan
menggigit hewan atau manusia akan kembali beristirahat di tempat perindukan dan meletakkan
telurnya pada tanaman air. Seekor nyamuk betina bisa mengeluarkan 100-200 telur dan
menetaskan 75 hingga 150 di antaranya. Dalam hal ini, ada nyamuk yang menggigit pada siang
hari dan malam hari. Nyamuk yang menularkan virus dengue biasanya menggigit pada siang
hingga petang hari, sedangkan nyamuk yang menularkan penyakit malaria dan kaki gajah biasa
menggigit pada malam hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit manusia dan hewan untuk
mendapatkan darah. Nyamuk jantan biasanya makan sari tumbuhan saja dan siklus hidupnya pun
lebih pendek.

Beberapa jenis nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit adalah sebagai berikut:

1. Anopheles barbirostris
Spesies ini terdapat di seluruh Indonesia,baik di dataran tinggi maupun didataran
rendah.jentik biasanya terdaapat dalam air yang jernih,alirannya tidak begitu cepat, ada tumbuh-
tumbuhan air dan pada tempat yang agak teduh seperti pada yang agak teduh seperti pada sawah
atau parit.
2. Anopheles maculatus
Penyebaran spesies ini di Indonesia sangat luas , kecuali di Maluku dan irian.spesies ini
terdapat didaerah pegunungan sampai ketinggian 1600 meter diatas permukaan laut.jentik
ditemukan pada air yang jernih dan banyak kena sinar matahari.
3. Anopheles balabacensis
Spesies ini terdapat di purwakarta ,jawa barat, Balikpapan, Kalimantan timur, Kalimantan
selatan. Jentik ditemukan pada genangan air bekas tapak binatang , pada kubangan bekas roda
dan pada parit yang alirannya terhenti.
Beberapa nyamuk ini menularkan penyakit malaria dengan memasukkan protozoa dari
genus Plasmodium ke dalam darah manusia melalui gigitannya. Nyamuk ini menggigit dengan
posisi badan, mulut dan jarum yang dibenamkan ke kulit manusia dalam satu garis.

Untuk terjadi penularan penyakit malaria harus ada empat faktor yaitu:
1. Parasit (agent / penyebab penyakit malaria)
2. Nyamuk Anopheles (vektor malaria)
3. Manusia (host intermediate)
4. Lingkungan (environment)

2.     LALAT

Lalat rumah menularkan penyakit kolera, diare Selain itu, disentri, tifus, dan virus
penyakit saluran pencernaan. Lalat juga dapat menularkan penyakit difteri, membawa virus
penyakit polio dan gatal-gatal pada kulit.
Serangga lalat merupakan hewan yang hidup dan berkembang biak di tempat-tempat
kotor dan berbau busuk. Serangga kecil ini sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan
hidup, mata majemuknya terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa
jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Saat ini, ditemukan tidak kurang dari
60.000 – 100.000 spesies lalat di dunia.
Jenis lalat yang perlu diwaspadai di antaranya lalat rumah (Musca domestica). lalat
rumah adalah yang paling dikenal sebagai pembawa penyakit. dan banyak dijumpai di tempat-
tempat yang terdapat sampah basah hasil buangan rumah tangga, terutama yang kaya zat-zat
organik yang sedang membusuk. Di lalat mencari makanan dan berkembang biak.

Bermacam-macam mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan


rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya
berhubungan dengan saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan mikroorganisme dari
lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat dari tempat kotor dan busuk
kemudian hinggap di makanan sehingga makanan terkontaminasi. Mikroorganisme akan masuk
ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan itu.
Pada orang yang feacesnya ditemukan bakteri kolera mungkin selama 1-2 minggu belum
merasakan keluhan berarti, Tetapi saat terjadinya serangan infeksi maka tiba-tiba terjadi diare
dan muntah dengan kondisi cukup serius sebagai serangan akut yang menyebabkan samarnya
jenis diare yg dialami.
Akan tetapi pada penderita penyakit kolera ada beberapa hal tanda dan gejala yang ditampakkan,
antara lain ialah :
 Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
 Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih
keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang
menusuk.
 Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan
gumpalan-gumpalan putih.
 Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
 Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan
mual sebelumnya.
 Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
 Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya
seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain
yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat
mengakibatkan kematian.

3.      KECOA ATAU LIPAS
Kecoa dapat menularkan penyakit kolera yang berujung pada diare.
Kecoa dengan mudah dapat dijumpai di rumah tinggal. Kecoa memakan hampir segala macam
makanan yang ditemukannya untuk bertahan hidup. Baunya yang tidak sedap, kotoran dan
kuman yang ia tinggalkan di setiap tempat yang ia hinggapi, membuat kecoa dianggap sebagai
indikator sanitasi yang buruk. Berbagai kuman penyakit yang berasal dari tempat-tempat kotor
menempel pada tubuh kecoa dan akan menempel di setiap tempat yang dia hinggapi.
Hewan yang biasa disebut lipas ini metamorfosisnya tidak sempurna dan banyak ditemukan di
daerah tropis, bahkan sampai di daerah dingin. Kemampuannya dalam beradaptasi tidak perlu
diragukan lagi, ia mampu bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrem sekali pun.

Berikut ini merupakan mekanisme terjadinya penyakit diare.


Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan insektisida.
Atau dengan menyiramkan air panas pada telur kecoa agar tidak menetas dan berkembang biak.

BAB III
PENUTUP

Beberapa serangga yang dapat menjadi vektor penyakit adalah:


1. NYAMUK
 Anopheles balabacensis, Anopheles maculatus, Anopheles barbirostris, dan Anopheles
sundaicus menularkan penyakit malaria.
 Nyamuk Aedes jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus menularkan penyakit demam
berdarah dan chikungunya.
 Nyamuk Aedes Africanus, Mansonia sp, Culex sp menularkan penyakit cikungunya.
 Nyamuk Armigeres sp dan Culex quinquefasciatus menularkan filariasis yang disebabkan
oleh cacing filaria jenis Wucheraria bancrofti dan nyamuk Mansonia annulifera menularkan
filariasis yang disebabkan cacing jenis Brugia malayi.

2. LALAT
 Lalat rumah menularkan penyakit kolera, diare Selain itu, disentri, tifus, dan virus penyakit
saluran pencernaan. Lalat juga dapat menularkan penyakit difteri, membawa virus penyakit
polio dan gatal-gatal pada kulit.
 Lalat Tse-tse menularkan penyakit tidur afrika.

3. KECOA
 Kecoa dapat menularkan penyakit kolera yang berujung pada diare dan tifus.

DAFTAR PUSTAKA

 http://www.anneahira.com/macam-macam-serangga.htm
 http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga
 http://hatakehafiz.wordpress.com/2009/07/19/lalat­tse­tse­africa,   diakses   pada   hari   selasa   28
Desember 2010.
 http://dhies.files.wordpress.com/2008/05/.html, diakses pada hari selasa 28 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai