Anda di halaman 1dari 7

STEP 7

4 Penegakan diagnosis, dan diagnosis banding

Gejala umum pada Tuberkulosis anak adalah sebagai berikut :

a. Demam lama > 2 minggu dan atau berulang tanpa sebab


yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria,
dan lain-lain), yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam
umumnya tidak tinggi.

b. Batuk lama >3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.

c. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.

d. Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik


dengan adekuat.

e. Malaise.

f. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku


diare.

Pemeriksaan Penunjang :

a. Uji Tuberkulin

Merupakan alat diagnosis TB yang sudah sangat lama dikenal,


tetapi hingga saat ini masih mempunyai nilai diagnostik yang
tinggi terutama pada anak, dengan sensitivitas lebih dari 90%.
Hasil tuberculin dengan diameter indurasi >10 mm dinyatakan
positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Hal positif ini sebagian
besar disebabkan oleh imunisasi BCG atau infeksi M.atipik. Pada
anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm
dinyatakan uji tuberkulin positif, kemungkinan besar karena infeksi
TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan BCGnya. Akan
tetapi jika indurasi > 15 mm, hasil positif ini sangat mungkin
karena infeksi TB alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4 m,
dinyatakan uji tuberkulin negative. Diameter 5-9 mm dinyatakan
positif meragukan. Pada keadaan tertentu yaitu tertekannya sistem
imun (imunokompromesi), maka cut off-point hasil positif yang
digunakan adalah >5mm. Keadaan imunokompromasis ditemukan
pada pasien dengan gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, dan
varisela.

b. Uji Interferon

Digunakan untuk mencari bukti adanya penyakit infeksi dan dapat


dibedakan menjadi 2 kelompok besar. Pertama adalah pemeriksaan
untuk menemukan kuman patogen didalam spesimen, misalnya
dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan biakan, atau PCR.
Kedua adalah pemeriksaan untuk mendeteksi respon imun terhadap
kuman tersebut. Pemeriksaan untuk respons imun terhadap
penyakit infeksi terdiri dari pemeriksaan respons imun humoral
(ELISA) dan pemeriksaan respon imun seluler.

c. Radiologis

Gambaran foto thoraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan


radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain.
Sehingga pemeriksaan foto thoraks saja tidak dapat digunakan
untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran milier. Secara umum
gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut:

a) Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal


dengan/tanpa infiltrate.

b) Milier.

c) Konsolidasi segmental/lobar.

d) Kalsifikasi dengan infiltrat.


e) Kavitas.

f) Efusi pleura.

g) Tuberkuloma.

h) Atelektasis.

d. Mikrobiologis

Diagnosis pasti ditegakan bila bila ditemukan kuman TB pada


pemeriksaan mikrobiologis. Pemeriksaan mikrobiologis yang
dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu pemeriksaan mikroskopis
apusan langsung untuk menemukan BTA, dan pemeriksaan biakan
kuman Mycobacterium tuberculosis. Namun pemeriksaan diatas
sulit dilakukan pada anak karena sulitnya mendapatkan spesimen
berupa sputum.

Sistem Skoring Diagnosis TB Anak:


Diagnosis Banding :

Pada TB paru, TB dapat mirip dengan pneumonia, keganasan, dan


berbagai penyakit sistemik yabg terjadi limfa denopati generalisata.

DAPUS : Setyanto Dermawan Budi, Supriyatno Bambang,


dan Rahajoe Nastiti N. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI.2008

5 Tatalaksana

Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah


ini.
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan
pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB
adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama)
dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali
pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan. Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk
setiap pasien, OAT disediakan dalam bentuk paket. Satu paket dibuat
untuk satu pasien untuk satu masa pengobatan. Paket OAT anak berisi obat
untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z);
sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis obat :

a) INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari.

b) Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600


mg/hari.

c) Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2 000


mg/hari.

d) Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 250


mg/hari.
e) Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1 000
mg/hari.

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang


relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan
dalam bentuk Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination =
FDC). Tablet KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:

a) Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R


(Rifampisin), H (Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan
pada tahap intensif.

b) Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R


(Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap
lanjutan.

Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat


badan anak dan komposisi dari tablet KDT tersebut. Dosis KDT
(R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak :

BB (kg) 2 BULAN TIAP HARI 4 BULAN TIAP HARI

RHZ (75/50/150) RH (75/50)


5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:

a) Bayi di bawah 5 kg: pemberian OAT terpisah.

b) Anak dengan BB >33 kg: dosisnya sama dengan dosis dewasa.


DAPUS : Setyanto Dermawan Budi, Supriyatno Bambang, dan
Rahajoe Nastiti N. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: IDAI.2008.

Anda mungkin juga menyukai