Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
LDL ( Low Density Lipoprotein ) merupakan salah satu lipoprotein
yang digunakan sebagai pengangkut kolesterol ke jaringan perifer, sintesis
membran, dan hormon steroid (Dyah P, 2010). LDL juga salah satu
lipoprotein yang memiliki kandungan koleterol yang tertinggi (Winarso,
2016), jika kadar LDL tinggi di dalam darah menyebabkan plak pada
dinding pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan lumen yang
menyebabkan penyakit kardiovaskular (Wirya, 2012). Penyakit
kardiovaskular merupakan penyakit yang disebabkan adanya gangguan
pada organ jantung maupun pembuluh darah, sehingga tidak dapat
berfungsi secara normal yang menyebabkan munculnya penyakit jantung
koroner, stroke, hipertensi, dan penyakit jantung rematik (Action on
Smoking and Health, 2014).
Penderita penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke
banyak dijumpai pada kelompok umur 45-54 tahun, 55-64 tahun dan 65-
74 tahun, akan tetapi berdasarkan diagnosis atau gejala, penyakit jantung
koroner, gagal jantung dan stroke cukup banyak pula ditemukan pada
penduduk kelompok umur 15-24 tahun. Berdasarkan diagnosis dokter,
prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5%
atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis
dokter atau gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.
Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung
koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang
(0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita
paling sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan
diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner
2

terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang


(1,3%), sedangkan jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi
Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2%) (Kemenkes RI, 2013).
Salah satu cara untuk mengendalikan kadar kolesterol LDL adalah
fdiet lemak, dengan mengurangi asupan konsumsi lemak jenuh dan
berkolesterol tinggi. Selain diet lemak, kadar kolesterol LDL dapat
dikendalikan dengan mengonsumsi beberapa jenis tanaman yang
mempunyai kandungan hipolipidemik seperti biji pepaya (Carica papaya
L) (Adeneye AA, 2009). Kandungan biji pepaya (Carica papaya L) dapat
menurunkan kadar LDL secara signifikan, di mana biji pepaya
mengandung flavonoid, saponin, dan tannin. Flavonoid mengandung
antioksidan sehingga dapat mengurangi oksidasi kolesterol LDL yang
diduga terlibat dalam perkembangan penyakit jantung koroner, Saponin
dapat menurunkan kolesterol hati dan kadar trigliserida, Tannin dalam biji
pepaya (Carica papaya L) dapat mengurangi absorbsi kolesterol di usus
halus (Meirindasari, 2013). Tanaman pepaya sering dijumpai dan mudah
ditemukan di Indonesia dan pemafaatan tanaman ini mulai dari buah
hingga daunya, akan tetapi biji pepaya (Carica papaya L) sering dibuang
dan tidak terlalu dimanfaatkan. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul
“EFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI PEPAYA (Carica papaya L)
TERHADAP PENURUNAN KADAR LDL (LOW DENSITY
LIPOPROTEIN) YANG DIINDUKSIKAN HIPERKOLESTEROLEMIA”

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah efektifitas ekstrak biji pepaya (Carica papaya L) dengan
dosis 200, 400, dan 800 mg/Kg/BB terhadap penurunan kadar LDL (Low
Density Lipoprotein) pada tikus putih (Rattus norvegicus L) yang
diinduksikan hiperkolesterolemia ?
3

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak biji
pepaya (Carica papaya L) terhadap penurunan kadar LDL (Low
Density Lipoprotein) pada tikus putih (Rattus norvegicus L) yang
telah diinduksikan hiperkolestemia.
2. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui kandungan flavonoid, saponin, dan tannin dalam
biji pepaya (Carica papaya L) yang dapat menurunkan kadar LDL
terhadap tikus putih (Rattus norvegicus L) yang diinduksikan
hiperkolestemia.
 Untuk menentukan penurunan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) terhadap tikus putih (Rattus norvegicus L) yang
diinduksikan hiperkolesterolemia setelah diberi ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L) dengan dosis 200, 400, dan 800 mg/Kg/BB.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan, pengalaman, dan ilmu pengetahuan
tentang ekstrak biji pepaya ( Carica papaya ) yang dapat menurunkan
kadar LDL (Low Density Lipoprotein)
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan pustaka bacaan untuk para Mahasiswa mengenai
biji pepaya ( Carica papaya ) yang dapat menurunkan kadar LDL
(Low Density Lipoprotein)
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi bahwa biji pepaya ( Carica papaya ) dapat
dimanfaatkan untuk menurunkan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein)
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Lipid atau Lemak
a. Definisi
Lemak adalah salah satu komponen makro–nutrien yang
mengandung energi terbesar jika dibandingkan dengan karbohidrat
maupun protein. Seperti protein, molekul lemak tersusun atas
komponen mikro atau disebut dengan asam lemak. Asam lemak
merupakan bagian penting dari lemak, di mana lebih dari 40 asam
lemak telah diketahui. Asam lemak dapat dinyatakan dengan
formula umum sebagai berikut : CH₃(CH₂)nCOOH, di mana ‘n’
bervariasi dari 0 hingga 24 dan biasanya angka genap. Lemak
bersifat tidak larut dalam air, akan tetapi lemak dapat larut pada
pelarut organik seperti eter, kloroform, dan benzena (Subandiyono,
2016).

b. Fungsi Lemak atau Lipid dalam Tubuh


 Sebagai sumber energi
Sebagian besar energi dapat dihasilkan dari metabolisme lipid
dan adanya oksidasi asam-asam lemak dalam tubuh.
Penggunaan lipid yang berlebih harus diimbangi dengan
pemberian karbohidrat, jika tidak akan terjadi perlemakan hati
dan ketosis ( hati memproduksi keton sebagai sumber energi,
biasanya terjadi ketika tubuh tidak memiliki persediaan
karbohidrat yang cukup untuk dibakar )
5

 Sebagai cadangan energi


Lipid yang disimpan sewaktu – waktu dapat diubah-ubah
menjadi energi pada saat tubuh kekurangan sumber energi, lipid
yang disimpan terutama sebagai trigliserid dan juga
phospholipid
 Sebagai isolator panas
Jaringan lemak di bawah kulit dapat mengurangi panas tubuh
maupun memberikan panas bagi tubuh yang mengalami
penurunan suhu (kedinginan)
 Sebagai pelindung organ-organ penting dari trauma mekanik
Beberapa organ penting diliputi semacam kapsul yang terdiri
dari jaringan lemak, di mana lemak mampu meredam sebagian
energi benturan yang terjadi
 Sebagai bahan penyusun membran sel (Albert,L. Lehninger,
2000).

c. Metabolisme Lipid atau Lemak dalam Tubuh


Proses dan distribusi lipid terjadi dalam 8 tahap :
1. Triasilgliserol yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam
air. Diangkut menuju usus halus dan agar dapat diakses oleh
enzim yang dapat larut di air seperti lipase, triasilgliserol
tersebut disolvasi oleh garam empedu seperti kolat dan glikolat
membentuk misel
2. Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi
triasilgliserol menjadi asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus
3. Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis
kembali menjadi triasilgliserol
4. Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan
kolesterol dari diet makanan dan protein khusus membentuk
agregat yang disebut kilomikron
6

5. Kilomikron bergerak melalui sistem limfa dan aliran darah ke


jaringan-jaringan
6. Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh
lipoprotein lipase menjadi asam lemak dan gliserol.
7. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target
8. Di dalam sel otot ( myocyte ) asam lemak dioksidasi untuk
energi dan di dalam sel adiposa (adipocyte) asam lemak
diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol ( Mulyani,
2013).

Gambar 1 Metabolisme lipid ( Nelson & Cox. 2008 )


7

d. Pengelompokan Lipid atau Lemak


1. Trigliserida
Trigliserida tersusun oleh tiga asam lemak yang
teresterifikasi ke molekul gliserol. Trigliserid sebagai sumber
asam lemak dan membentuk lipid di jaringan adiposa.
Trigliserid juga ditranspor sebagai komponen lipoprotein.
Trigliserid dihidrolisis dalam jaringan adiposa, dan melepaskan
asam lemak bebas yang akan digunakan sebagai sumber energi
(Semenkovich, 2011)
2. Kolesterol
Kolesterol adalah bahan pembangun esensial bagi
tubuh untuk sintesis zat-zat penting. Kolesterol merupakan
komponen utama membran sel, serta sebagai prekursor hormon
steroid, asam empedu dan vitamin D ( Jim, 2013 ) . Kolesterol
di angkut oleh lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein,
tetapi dua jenis lipoprotein utama yang perlu diperhatikan
adalah lipoprotein berdensitas rendah atau Low Density
Lipoprotein (LDL) dan lipoprotein berdensitas tinggi atau High
Density Lipoprotein (HDL) ( Garnadi, 2012 ).
3. Lipoprotein
Lipoprotein merupakan partikel kecil yang disintesis di
hati. Lipoprotein digunakan sebagai pengangkut atau transport
lemak antar jaringan dan bersikulasi di dalam darah pada tahap
post absorbtip setelah kilomikron di keluarkan dari darah
(Jayanti, 2011).
8

Gambar 2. Bentuk molekul lipoprotein (Adam JM, 2010)

a. Jenis – jenis lipoprotein :


1. VLDL ( Very Low Density Lipoprotein )
VLDL merupakan lipoprotein yang terdiri atas 60%
trigliserida, 10-15% kolesterol dan bertugas membawa
kolesterol dari hati ke jaringan perifer.
2. Kilomikron
Kilomikron merupakan lipoprotein yang diproduksi oleh
usus halus dan bertugas mengangkut trigliserida dari
makanan ke dalam jaringan (IK Adipratama, 2014).
3. HDL ( High Density Lipoprotein )
High Density Lipoprotein (HDL) atau lipoprotein
berdensitas tinggi bisa disebut juga α-lipoprotein adalah
salah satu kelompok utama lipoprotein plasma yang
berperan dalam transport kolesterol dan trigliserid serta
pada metabolisme VLDL dan kilomikron (Murray, 2009).
4. LDL ( Low Density Lipoprotein )
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah lipoprotein yang
paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari
kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan
ekstrahepatika (seperti testis, ovarium, glandula adrenal
9

yang mempunyai reseptor LDL). Sebagian lagi dari LDL


akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger- A (SRA) di makrofag dan akan menjadi sel busa
(foam cell). Kolesterol LDL merupakan sumber kolesterol
untuk jaringan ekstrahepatika. Sekitar 30% LDL diuraikan
di jaringan ekstrahepatik dan 70% di hati. Bila LDL
berlebih, sistem ambilan LDL akan jenuh sehingga LDL
yang berlebih dapat diambil oleh makrofag, karena
makrofag memiliki reseptor lipoprotein yang disebut
scavenger receptor (Mayes, 2009).

Kadar Kolesterol LDL (mg/dl)


Optimal Dekat optimal Garis batas Tinggi Sangat
tinggi tinggi
<100 100 – 129 130 - 159 160 – 189 >190
Tabel 1. Kadar Kolesterol LDL ( Sumber : Kemenkes RI, 2016 )

 Peran LDL dalam Metabolisme Lipid atau Lemak


Komposisi utama yang terdapat pada LDL adalah
kolesterol dan ester kolesterol, adapun triasilgliserol
dan fosfolipid akan tetapi dengan kadar yang lebih
rendah. Protein yang terdapat di lipoprotein dikenal
sebagai apolipoprotein atau apoprotein, di mana satu
atau lebih apolipoprotein ditemukan pada setiap
lipoprotein. Apolipoprotein utama LDL adalah
apolipoprotein B yang juga terdapat pada VLDL dan
kilomikron. Terdapat beberapa peran dari
apolipoprotein, salah satunya adalah sebagai
penghubung untuk interaksi dengan reseptor lipoprotein
dalam jaringan. Apolipoprotein yang berperan pada
LDL adalah apo B-100 (Ardanan, 2013).
10

 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kadar LDL


(Low Density Lipoprotein)
1. Menu makanan
Sebagian besar makanan mengandung kadar
kolesterol yang tinggi lebih dari kadar normal, hal
ini dapat menyebabkan kadar LDL yang tinngi
dalam darah
2. Obesitas atau berat badan berlebih
Seseorang dengan berat badan berlebih atau
obesitas, cenderung memiliki kadar LDL yang
tinggi. Penderita obesitas memiliki kadar HDL yang
rendah, sedangkan kadar LDL lebih tinggi.
3. Kurangnya aktifitas tubuh
Seseorang yang kurang berolahraga atau
aktif beraktifitas beresiko memiliki kadar LDL yang
tinggi atau kolesterol tinggi. Hal ini disebabkan
sedikitnya lemak atau lipid yang digunakan,
sehingga terjadinya penumpukan lemak pada
jaringan.
4. Merokok
Rokok mengandung akrolein atau zat kimia
berbahaya yang dapat mengurangi kadar kolesterol
HDL. Berkurangnya kadar HDL akan memicu
tingginya kadar LDL di dalam tubuh. Zat tersebut
juga dapat menimbulkan penumpukan lemak di
dalam hati, hal ini menyebabkan hati tidak dapat
berfungsi dengan baik.
5. Konsumsi alkohol
Seseorang yang mengkonsumsi alkohol
secara rutin dalam jumlah yang tinggi beresiko
11

memiliki kadar LDL yang tinggi dingbandingkan


dengan yang tidak mengkonsumsi alkohol.
6. Usia dan gender
Peningkatan kadar olesterol bisa terjadi pada
usia diatas 20 tahun. Pada usia ini kadar kolesterol
cenderung meningkat dan jika tidak dikontrol
dengan baik akan menjadi bahaya dan dapat
merugikan bagi tubuh. Biasanya jika pria sudah
menginjak usia diatas 50 tahun kadar kolesterolnya
semakin tinggi dan untuk wanita kadar kolesterol
tersebut bisa turun pada saat menopause tapi akan
meningkat lagi setelahnya.
7. Konsumsi obat – obatan
Obat - obatan seperti estrogen, beta-blocker
dan thiazide merupakan penyebab kolesterol tinggi
karena mengurangi kadar HDL yang berada di
dalam tubuh.
8. Penyakit lain
Selain faktor gaya hidup, kondisi-kondisi
mendasar lainnya yang bisa mengakibatkan naiknya
kadar kolesterol, diantaranya adalah tekanan darah
tinggi dan diabetes, kelenjar tiroid yang kurang
aktif, penyakit hati, dan penyakit ginjal.
9. Keturunan atau genetika
Seseorang yang berada digaris keturunan di
mana memiliki riwayat kolesterol tinggi
cenderungan mewarisi hal tersebut dibandingkan
dengan orang yang bukan dari keturunan yang
memiliki riwayat kolesterol.
12

10. Stress
Stress dapat mempengaruhi hormon tubuh,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada mekanisme tubuh yang dapat berdampak pada
kadar LDL.

2. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang
terjadi secara primer maupun sekunder akibat berbagai penyakit yang
berkontribusi terhadap beberapa jenis penyakit, khususnya penyakit
kardiovaskuler. Hiperkolesterolemia berhubungan erat dengan
hiperlipidemia dan hiperlipoproteinemia. Hiperkolesterolemia dapat
terjadi akibat kelainan kadar lipoprotein dalam darah yang dalam
jangka panjang mempercepat kejadian arteriosklerosis dan hipertensi
yang bermanifestasi dalam berbagai penyakit kardiovaskuler, salah
satu penyakit yang timbulkan adalah penyakit jantung koroner. Di
mana kadar lipoprotein yang meningkat adalah LDL (Low Density
Lipoprotein).

3. Tanaman Pepaya (Carica papaya)


1. Deskripsi tanaman pepaya (Carica papaya)
Tanaman pepaya memiliki batang yang tegak dan basah,
bunganya berwarna putih dan buahnya ketika sudah masak akan
berwarna kuning agak kemerehan, rasa buah yang sudah masak
akan seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mecapai 8 –
10 meter dengan akar yang kuat, bentuk daunnya pun menyerupai
telapak tangan manusia. Rongga dalam buah pepaya berbentuk
bintang jika penampang buah dipotong melintang (Sudarmo,
2014)
13

2. Klasifikasi tanaman pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 3. Tanaman Pepaya (Sumber :


https://stepbyst3pblog.wordpress.com/2016/11/12/klasifikasi-dan-
karakteristik-pepaya/ )
Tanaman pepaya dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplatae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L. (Depkes RI, 2000)

3. Manfaat tanaman pepaya


 Akarnya dapat digunakan sebagai obat cacing kremi, ginjal,
dan kandung kencing
 Daunnya biasa dimanfaatkan untuk lalapan, obat malaria,
demam berdarah, kejang perut, dan sakit panas
 Batangnya dapat diambil untuk pakan ternak
 Bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran
 Buahnya dapat dimanfaatkan untuk sayuran, buah, bahan
manisan dan juice
14

 Bijinya bermanfaat untuk mengurangi berat badan, obat cacing,


dan mengeluarkan keringat bagi penderita masuk angina
 Getahnya bermanfaat untuk melunakkan daging, menghaluskan
kulit pada industri penyamakan kulit, bahan baku industri
farmasi, dan bahan kosmetik (Rukmana, 2013).
4. Manfaat kandungan biji pepaya terhadap kolesterol

Gambar 4. Biji Buah Pepaya ( Sumber :


https://www.tribunnews.com/kesehatan/2015/06/09/ekstrak-biji-
pepaya-lindungi-tubuh-dari-racun )
 Flavonoid
Pengaktifan flavonoid pada enzim sitokrom P-450 dapat
mengikat beberapa komponen dalam getah empedu di mana
flavonoid akan meningkatkan eksresi getah empedu, sehingga
mengurangi kadar kolesterol darah dalam tubuh.
 Saponin
Saponin dapat menurunkan kolesterol hati, menurunkan kadar
trigliserida, serta meningkatkan eksresi fekal dari kolesterol.
 Tanin
Tanin dalam biji pepaya dapat mengurangi absorbsi kolesterol
di usus halus dan meningkatkan ekskresi asam empedu dengan
mekanisme yang sama seperti saponin serta dapat
meningkatkan reverse cholesterol transport (Merindasari N,
2013)
15

4. Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)

Gambar 5. Tikus Putih (Rattus norvegicus L. ) ( Sumber :


https://budidayaternak.id/cara-merawat-tikus-putih/ )
Tikus putih sering digunakan sebagai hewan percobaan karena
kelengkapan organ tubuhnya, kebutuhuan nutrisinya, metabolisme
kimia tubuhnya, dan sistem peredaran darahnya yang menyerupai
manusia (Simanjutak, 2013)
1. Klasifikasi tikus putih (Rattus norvegicus L.)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vetebrata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus L. (Simanjutak, 2013)
2. Deskripsi tikus putih (Rattus norvegicus L.)
Rattus novergicus merupakan salah satu hewan percobaan
di laboratorium. Hewan ini dapat berkembangbiak secara cepat
dan dalam jumlah yang cukup besar. Rattus novergicus ini berbeda
dengan mencit, karena hewan ini memiliki ukuran tubuh yang
16

lebih besar dari pada mencit. Dua sifat yang membedakan dari
hewan percobaan lain adalah Rattus novergicus tidak mudah
muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat
esophagus bermuara ke dalam lambung dan tidak memiliki
kantung empedu (Chaqiqi, 2013).
Tabel 2. Data biologis tikus (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998)
Kriteria Keterangan
Berat lahir 5-6 gr
Berat badan dewasa
Jantan 300-400gr
Betina 250-300 gr
Kecepatan tumbuh 5gr/ hari
Lama hidup 2-3 tahun, dapat 4 tahun
Suhu (rektal) 36-39oC (rata-rata 37,5oC)

Pernapasan 65-115/menit, turun menjadi 50


dengan anestesi, naik sampai 150
dalam stress
Denyut jantung 330-480/menit, turun menjadi 250
dengan anestesi, naik sampai 550
dalam stress
Tekanan Darah 90-180 sistol, 60-145 diastol,
turun menjadi 80 sistol, 55 diastol
dengan anestesi
Konsumsi oksigen 1,29-2,68 ml/g/jam
Sel darah merah 7,2-9,6 x 106/mm3
Sel darah putih 5,0-13 0 x 103/mm3

Aktivitas Nocturnal (malam)


Konsumsi makanan 15-30 g/hari (dewasa)
17

Konsumsi minuman 20-45 ml/hari (dewasa)

5. Ektraksi Maserasi
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia atau zat
yang terdapat dalam suatu bahan, bahan tersebut dapat larut pada zat
atau larutan tertentu sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat
larut dengan menggunakan pelarut. (Supomo, 2019).
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan serbuk
tanaman dan juga ditambah pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert
yang tertutup rapat dalam suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan
ketika tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak
waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan
beberapa senyawa akan hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin
saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain, metode
maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat
termolabil (Mukhriani, 2014).
18

B. Kerangka Pemikiran

Uji coba tikus putih Biji Pepaya (Carica


jantan (Rattus papaya L.)
norvegicus L.)

Ekstrak biji pepaya


Pemberian kadar (Carica papaya L.)
kolesterol tinggi

Kandungan flavonoid
Hiperkolesterolemia

Pemberian terapi alami


Peningkatan LDL dan flavonoid dari ekstrak
Trigliserida, serta biji pepaya (Carica
penurunann HDL papaya L.)

Penurunan kadar LDL


dan Trigliserida, serta
peningkatan kadar HDL

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


kadar kadar HDL kadar kadar LDL
Trigliserid Kolesterol total

Keterangan :

Yang diteliti

Tidak diteliti
19

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka disusun kerangka konsep
mengenai hubungan anatara variabel penelitian yang digambarkan sebagai
berikut :

Kandungan estrak biji Kadar LDL pada tikus


pepaya (Carica papaya putih (Rattus norvegicus
L.) L.) hiperkoleterolemia
Variabel Bebas Variabel Terikat

- Penyesuaian
lingkungan tikus
- Predator tikus
yang berada di
sekitar kandang
Variabel Pengganggu

D. Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica
papaya L.) terhadap penurunan kadar LDL (Low Density Lipoprotein)
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus L.)
H1 : Adanya pengaruh pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya
L.) terhadap penurunan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus L.)
20

E. Definisi Operasional
Variabel Definisi Parameter Metode Alat Ukur Skala
Ekstrak Biji Ekstrak yang Gram Ekstraksi Rasional
Pepaya diperoleh
(Carica dengan cara
papaya L.) maserasi
menggunakan
pelarut ethanol
Kadar Kadar trigliserid mg/dl GPO- Fotometer Nominal
Trigliserid darah tikus yang PAP
diukur dengan
metode CHOD-
PAP (enzymatic
photometric
test)
Kadar HDL Kadar HDL mg/dl Direct Fotometer Nominal
(High darah tikus yang method
Density diukur dengan
Lipoprotein) metode CHOD-
PAP (enzymatic
photometric
test)

Kadar LDL Jumlah mg/dl Indirek Fotometer Nominal


(Low kolesterol
Density total yang
Lipoprotein) dikurangi
HDL
ditambah
trigliserid
21

yang dibagi
5 (jika kadar
trigliserida
di bawah
400 mg/dl)
atau jumlah
kolesterol
total yang
dikurangi
HDL
ditambah
trigliserid
yang dibagi
6 (jika kadar
trigliserida
di atas 400
mg/dl)
Kadar Jumlah IU/L CHOD-PAP Fotometer Nominal
Koleterol kolesterol
Total LDL, HDL,
dan 1/5
trigliserida
yang diukur
dengan
metode
CHOD-PAP
(enzymatic
photometric)
22

BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yaitu dengan melakukan uji
efektivitas ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.) terhadap kadar LDL
(Low Density Lipoprotein) pada tikus putih (Rattus norvegicus L.)
hiperkolesterolemia.

B. Waktu dan Tempat


1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari - Maret 2020
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Banten

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus )
jantan dengan berat ± 200 gram yang berusia 3-4 bulan.
2. Sampel Penelitian
Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
Federer, yaitu :

(t-1) (n-1) ≥ 15,

(4-1) (n-1) ≥ 15

3(n-1) ≥ 15

3n-3 ≥ 15
23

3n ≥ 15+3

3n ≥ 18

n≥6

Keterangan :

t = Jumlah kelompok induk, yaitu 4 kelompok

n = Jumlah hewan uji tiap kelompok induk

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah minimal sampel


tikus putih (Rattus norvegicus ) jantan dalam penelitian ini adalah 6 ekor
per kelompok induk. Jumlah kelompok induk adalah 5, maka jumlah
mencit seluruhnya adalah 30 ekor yang dikelompokkan secara random.

D. Instrumen Penelitian
1. Alat
 Alat yang digunakan untuk perawatan tikus putih :
1) Kadang mencit berukuran 60 x 40 x 50 cm
2) Tempat pakan dan minumannya
3) Sekam
4) Sonde oral tikus
 Alat yang digunakan untuk ekstraksi biji pepaya :
1) Rotary ovaporator
2) Botol maserasi
3) Pipet tetes
4) Gelas ukur
5) Vortex
6) Timbangan analitik
 Alat yang digunakan untuk pemeriksaan :
1) Spektrofotometer UV-Vis double beam
2) Kuvet
24

3) Centrifuge
4) Pipet tetes
5) Tabung vakum tutup merah tanpa antikoagulan untuk serum
6) Blue tip dan yellow tip
7) Tabung reaksi
8) Eppendorf
9) Mikropipet
10) Kapas steril
2. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :
 30 ekor tikus jantan dengan berat 200-300 gram
 Ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
 Aquades
 Pakan standar berupa pellet
 Makanan tinggi kolesterol berupa campuran telur puyuh dan
minyak babi
 Larutan etanol 96%
 Alkohol
 Reagen CHOD-PAP
 Reagen GPO-PAP
 Reagen HDL
 Sampel darah tikus yang terdapat pada tabung vakum dengan
tutup merah, lalu dicentrifuge dan diambil serumnya

E. Cara Pengumpulan Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer yang
diperoleh dengan cara mengamati penurunan kadar LDL (Low Density
Lipoprotein) setelah pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)
25

F. Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan dalam 7 tahap, yaitu :
1. Persiapan hewan uji
 Persiapan Hewan Uji Dalam penelitian ini digunakan tikus putih
jantan sebanyak 30 ekor dengan berat badan 200-300 gram yang
diperoleh dari Farmasi
 Tikus putih jantan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan dan setiap
kelompok terdapat 6 ekor.
 Sebelum penelitian dimulai tikus diaklimasi selama 7 hari dalam
kondisi laboratorium.
 Setiap hari tikus diberi pakan standar berupa pellet dan air minum
2. Pembuatan pakan tinggi kolesterol
 Pembuatan Pakan Tinggi Kolesterol khusus untuk meningkatkan
kadar kolesterol diberikan setiap hari selama 14 hari.
 Pada penelitian ini digunakan campuran telur puyuh dan lemak
babi dengan perbandingan 2:1.
 Pada 1 tikus diberikan 2 telur yang dilarutkan dalam 1 ml lemak
babi dan diberikan dengan metode sonde oral tikus sebanyak 2
ml/ekor/hari.
3. Pembuatan ekstrak biji pepaya (Carica papaya L)
 Pisahkan biji pepaya matang (berwarna hitam) dari buahnya.
 Keringkan biji pepaya selama 24 jam
 Biji yang telah kering dicuci bersih dengan air mengalir dan juga
untuk melepaskan kulit ari yang melekat pada biji pepaya
 Biji pepaya dihaluskan dengan blender
 Biji pepaya yang sudah halus, kemudian dilakukan maserasi
dengan merendam biji pepaya halus di dalam 500 ml etanol 96%
selama 3 hari
26

 Hasil maserasi kemudian disaring dan diuapkan di alat Rotary


evaporator dengan suhu 40º
 Setelah proses tersebut akan diperoleh hasil ekstraksi biji pepaya
matang

4. Persiapan dosis pemberian ekstrak biji pepaya (Carica papaya L.)


 Penentuan dosis ekstrak biji pepaya dilakukan secara bertingkat,
yaitu 200, 400, dan 800 mg/kgBB.
 Penentuan dosis ini berdasarkan hasil modifikasi dari penelitian,
Helmice Afriyeni dan Sara Soya tahun 2019 terhadap pemberian
ekstrak batang dan buah tumbuhan ciplukan sebagai
antihiperkolesterolemia pada mencit dengan dosis 200 mg/Kg
BB, 400 mg/Kg BB dan 800 mg/Kg BB. Jika dosis tersebut
diberikan pada tikus dengan berat badan rata-rata 250gr, maka
rumus perhitungan yang digunakan untuk volume pemberian
yaitu :

Volume Pemberian = Dosis x Berat Badan

Dengan demikiian dosis yang dipilih dalam penelitian ini adalah :

Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III

= 200 mg x 0,25 kg = 400 mg x 0,25 kg = 800 mg x 0,25 kg

= 50 mg/ekor/hari = 100 mg/ekor/hari = 200 mg/ekor/hari

5. Pemberian perlakuan
Perlakuan Pemberian perlakuan pada mencit yang dibagi menjadi 5
kelompok dilakukan setelah kadar kolesterol darah mencit mencapai
diatas 100 mg/dl. Adapun perlakuannya sebagai berikut:
 Kontrol (-) : pakan standar berupa pellet sampai akhir masa
penelitian selama 28 hari.
27

 Kontrol (+) : pakan tinggi kolesterol dan pakan standar berupa


pellet selama 7 hari.
 Perlakuan 1 : pakan tinggi kolesterol dan pakan standar berupa
pellet selama 14 hari kemudian ditambahkan ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L) dengan dosis 50 mg/ekor/hari selama 14 hari.
 Perlakuan 2 : pakan tinggi kolesterol dan pakan standar berupa
pellet selama 14 hari kemudian ditambahkan ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L) dengan dosis 100 mg/ekor/hari selama 7 hari.
 Perlakuan 3 : pakan tinggi kolesterol dan pakan standar berupa
pellet selama 14 hari kemudian ditambahkan ekstrak biji pepaya
(Carica papaya L) dengan dosis 200 mg/ekor/hari selama 14 hari.
6. Pengambilan sampel darah
1) Darah sebanyak 2 cc diambil pada setiap tikus melalui pembuluh
darah pada sinus orbital mata tikus.
2) Pengambilan darah dilakukan setelah diberikan pakan tinggi lemak
yaitu pada hari ke-21 untuk menunjukkan kadar kolesterol darah
hiperkolesterolemia mencapai diatas 100 mg/dl.
3) Selanjutnya pengambilan darah pada akhir perlakuan dilakukan
pada hari ke-35. Teknik pengambilan sampel darah tikus putih :
 Tikus dipegang dan dijepit bagian tengkuk dengan jari
tangan.
 Tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian
mikrohematokrit digoreskan pada medial canthus mata
bawah bola mata kearah foramen opticus.
 Apabila cara tersebut tidak berhasil, darah dapat diambil
menggunakan spuit injeksi langsung dari jantung tikus
setelah dibedah
 Mikrohematokrit diputar sampai melukai pexus (jika
diputar 5x maka harus dikembalikan 5x)
 Darah ditampung pada Eppendorf dan atau tabung bertutup
merah tanpa antikoagulan, lalu disentrifugasi dengan
28

kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk tujuan


pengambilan serum.
 Setelah disentrifugasi, pisahkan serum dan sel darah
menggunakan pipet dan masukan ke aliquote.
7. Pemeriksaan parameter dan analisis data.
Pemeriksaan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) tikus putih
dilakukakan dengan metode indirek. Pada metode indirek ini
dilakukan perhitungan kadar kolesterol total, trigliserida, dan HDL
(High Density Lipoprotein). Berikut rumus perhitungan kadar LDL
metode indirek :
 Apabila kadar trigliserida di bawah 400 mg/dl :
LDL = Kolesterol total – ( HDL + Trigliserida/5)

 Apabila kadar trigliserida di atas 400 mg/dl :


LDL = Kolesterol total – ( HDL + Trigliserida/6)

Oleh sebab itu, pemeriksaan LDL metode indirek tersebut harus


dilakukan beberapa parameter pemeriksaan berikut :

1) Pemeriksaan Kadar Kolesterol total


 Dilakukan pengambilan menggunakan tabung mikrohematokrit
dengan cara pengambilan sampel darah dari vena orbital tikus.
 Darah diambil sebanyak 2 ml kemudian dimasukkkan ke
dalam tabung vakum bertutup merah tanpa antikoagulan, lalu
didiamkan selama 1 jam (terlihat endapan eritrosit berada di
dasar tabung)
 Darah dalam tabung vakum disentrifuge selama 10 menit
dengan kecepetan 3000 rpm
 Serum diambil menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah terdapat 1000
µl reagen kolesterol
29

 Sampel dan reagen dihomogenkan dan diinkubasi selama 10


menit
 Dibaca kadar kolesterol total pada fotometer dengan panjang
gelombang 500 nm, menggunakan metode CHOD-PAP
(Cholesterol Oxidase – Peroxidase Aminoantipyrine Phenol)
2) Pemeriksaan Kadar Trigliserida
 Dilakukan pengambilan menggunakan tabung mikrohematokrit
dengan cara pengambilan sampel darah dari vena orbital tikus.
 Darah diambil sebanyak 2 ml kemudian dimasukkkan ke
dalam tabung vakum bertutup merah tanpa antikoagulan, lalu
didiamkan selama 1 jam (terlihat endapan eritrosit berada di
dasar tabung)
 Darah dalam tabung vakum disentrifuge selama 10 menit
dengan kecepetan 3000 rpm
 Serum diambil menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl,
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah terdapat 1000
µl reagen kolesterol
 Sampel dan reagen dihomogenkan dan diinkubasi selama 10
menit
 Dibaca kadar kolesterol total pada fotometer dengan panjang
gelombang 500 nm, menggunakan metode GPO-PAP
(Glycerol-3-posphate oxidase – Peroxidase Aminoantipyrine
Phenol)
 Setelah melakukan prosedur pemeriksaan, selanjutnya
melakukan perhitungan absorban dengan rumus :
Trigliserida = Absorban sampel x Konsentrasi standar
Absorban standar
 Hasil pemeriksaan dalam bentuk mg/dl
3) Pemeriksaan Kadar HDL (High Density Lipoprotein)
30

 Dilakukan pengambilan menggunakan tabung mikrohematokrit


dengan cara pengambilan sampel darah dari vena orbital tikus.
 Darah diambil sebanyak 2 ml kemudian dimasukkkan ke
dalam tabung vakum bertutup merah tanpa antikoagulan, lalu
didiamkan selama 1 jam (terlihat endapan eritrosit berada di
dasar tabung)
 Darah dalam tabung vakum disentrifuge selama 10 menit
dengan kecepetan 3000 rpm
 Untuk proses analitik dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu A1
dan A2 dengan metode direk :
- A1 : 3 µl sampel serum ditambahkan 300 µl reagen R1,
dihomogenkan dan diinkubasi selama 5 menit pada suhu
37ºC. Dibaca pada panjang gelombang
- A2 : 100 µl reagen R2 dihomogenkan dan diinkubasi
selama 37ºC dan dibaca pada panjang gelombang 600 nm
 Setelah melakukan prosedur pemeriksaan, selanjutnya
melakukan perhitungan absorban dengan rumus :
HDL = ( A2 – 0,75 x A1 )
 Hasil dalam bentuk mmol/L

G. Analisis Data
Data yang diperoleh dari parameter uji berupa berat badan dan kadar
kolesterol total yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
ANOVA pola searah dengan taraf signifikansi α=5% dan jika ada
perbedaan antar perlakuan akan dilanjutkan dengan uji Least Signifficant
Difference (LSD) pada taraf signifikansi α=5%.
31

H. Jadwal Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari – Februari 2020.
Tabel 3. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Penelitian Bulan : Bulan : Bulan :
Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
1 Pengambilan sampel    
2 Pemeriksaan Sampel   
3 Pengumpulan data   
4 Analisa data  
5 Penyusunan laporan  
32

I. Alur Penelitian

Menyiapkan 30 ekor tikus jantan

Aklimasi selama 7 hari (diberi pakan standar dan air


minum)

6 ekor tikus 6 ekor tikus 6 ekor tikus 6 ekor tikus 6 ekor tikus
K- K+ P1 P2 P3

Pakan standar Pakan standar Pakan standar + diet tinggi kolesterol selama 14 hari
(pellet) (pellet) + pakan
Tinggi
sampai akhir
kolesterol
masa Sampai akhir Pengambilan darah, pemeriksaan kadar kolesterol
penelitian masa penelitian total

P1 : pakan P2 : pakan P3 : pakan


standar + standar + standar +
Kolesterol Kolesterol Kolesterol
selama 14 selama 7 hari + selama 7
hari+ ekstrak ekstrak ethanol hari+ ekstrak
ethanol biji biji pepaya 100 ethanol biji
pepaya 50 mg mg pepaya 200 mg

Pengambilan darah, pemeriksaan kadar kolesterol total

Analisis data
33

DAFTAR PUSTAKA

Adam, JM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Adipratama IK, Tjahjono, Kusmiyati, Setyawati, Amallia N. 2014. Pengaruh


Pemberian Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana) dan
Simvastatin Terhadap adar Kolesterol HDL Tikus Sprague dawley
dengan Pakan Tinggi Lemak. Semarang : Universitas Diponegoro.

Action on Smoking and Health. 2014. Action on Smoking and Health. [Online]
Tersedia di: http://www.ash.org.uk/files/documents/ASH_117.pdf
[Diakses tanggal 2 Juni 2016].

Adeneye AA, Olagunju JA. 2009. Preliminary hypoglycemic and hypolipidemic


activities of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn. in Wistar
rats. Biology and Medicine, 1 (1): 1-10, 2009.

Afriyeni, Helmice., Surya, Soya. 2019. Efektifitas Antihiperkolesterolemia Ekstak


Etanol dari Bagian Batang dan Buah Tumbuhan Ciplukan (Physalis
Angulata L.) pada Tikus Putih HIperkolesterolemia. Padang : Universitas
Dharma Andalas Program Studi Farmasi. 11,1, 2019.

Albert, L. Lehninger. 2000. Bioihemistry Fundament,Carbohydrat. Protein, Lipid


Metabolism. The Johns Hopkins University.

Ardanan, Yuyun., H.M. Kaligis, Stefan., M. Mewo, Yanti. 2013. Gambaran


Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein Darah Pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan
Indeks Massa Tubuh >23kg/m². Manado : Universitas Sam Ratulangi. 1,
2, 956-960.2013

Chaqiqi, F. 2013. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sisik Naga


(Drymoglossum piloselloides (L.) Presl) Terhadap Berat Testis dan
Histologi Testis Tikus Putih (Ratus norvegicus). Malang : Universitas
Islam Negri Malang

Depkes RI. 2000. Investaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. Halaman 233.

Dr. Ir. Sri Wahyuni, M.Kes. Metabolisme Biokimia Modul : 4. Bali : Universitas
Udayana.
34

Dr. Ir. Subandiyono, M.App.Sc., Dr. Ir. Sri Hastuti, M.Si., 2016. Nutrisi Ikan.
Semarang : Universitas Diponegoro.

Dyah P. 2010. Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Siam (Sechium edule (Jacq.)
Sw.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus)
yang Diinduksi dengan Pakan Hiperkolesterolemia. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Garnadi, Yudi. 2012. Hidup Nyaman dengan Hiperkolesterol. Jakarta : Agro


Media Pustaka

Jayanti A.P., Sumarni, Sri. 2018. Asupan Lemak, Aktivitas Fisik dan Kegemukan
Pada Remaja Putri di SMP Bina Insani Surabaya. Surabaya :
Universitas Airlangga. 13, 2, 117 – 122.2018

Kemenkes RI. 2016. Cek Kesehatan Rutin. Dipublikasikan pada :


www.promkes.depkes.go.id

Meirindasari, N., Murwani, Hesti., Tjahjono, Kusmiyati. 2013. Pengaruh


Pemberian Jus Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Kadar
Kolesterol Total Tikus (Sprague Dawly) Dislipedemia. Semarang :
Universitas Diponegoro Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran.
2, 3, 330-338.2013.

Mukhriani. 2014. Ekstraksi,Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.


Makassar : Universitas Allaudin Makassar. 7, 2, 2014.

Murray, Robert K. Daryl K. Granner; Victor W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper


Ed.27. Jakarta.EGC. hlm : 152-94

Mayes P.A, Rodwell V.W., Murray R.K, Granner D.K. 2003. Biokimia harper.
Edisi 25. Terjemahan Andry Hartono. Jakarta: EGC. hlm. 254-77.

Riskesda. 2013. Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk


Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI.

Rukmana, Rahmat. 2013. Pepaya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Simanjuntak LCH. 2013 . Histomorfologi tubulus seminiferus dan kelenjar


prostat tikus (Rattus norvegicus) serta Kosentrasi Hormon Androgen
Pasca Pemberian Ekstrak Purwoceng. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
35

Semenkovich CF, Goldberg AC, Goldberg IJ. 2011. Disorders of Lipid


Metabolism. In: Melmed S, Polonsky KS, Larsen PR, Kronenberg HM.

Smith, B. J. B dan S. Mangkoewidjojo. 1998. Pemeliharaan Pembiakan dan


Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta : Universitas
Indonesia . hlm. 228 – 233

Sudarmo, S., dan Mulyaningsih. 2014. Mudah Membuat pestisida Nabati.


Cetakan Pertama. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Halaman 63.
Supomo, Warnida, Husnul., Moch Sahid, Bagus. 2019. Perbandingan Metode
Ekstraksi Umbi Bawang Rambut (Allium chinense G. Don.)
Menggunakan Pelarut Etanol 70% Terhadap Rendaman dan Skrining
Fitokimia. Samarinda : Akademi Farmasi Samarinda. 1,1.2019.

Winarso, A., Rusita, Y.D. & Yunianto, B. 2016. Pengaruh Bawang Merah
(Allium Cepa, L.) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Darh Pada
Penderita Hiperlipidemia diwilayah Kerja Puskesmas Karangnongko
Kabupaten Klaten. 5, pp.58–63.2016

Wirya, L.P.A.I., 2012. Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya (Aloe Vera L.)
Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Jantan Wistar Dengan
Dislipidemia.

Anda mungkin juga menyukai